Anda di halaman 1dari 6

Sepenggal Cerita Didesa Lokasi Baru

Anes Jutriza
Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pengabdian masyarakat mahasiswa UINFAS Bengkulu, yang


berbasis masjid selama 35 hari lamanya tepatnya di desa Lokasi
Baru, Kec. Air Periukan, Kab. Seluma di tanggal 20 maret 2023
pelaksaan pengabdian masyarakat masjid nurul hidayah
berlangsung. Seluruh mahasiswa berbagai jurusan di bagi dan
di campur menjadi satu kelompok, dan satu kelompok itu
berjumlah 10 orang. Saya sendiri pun mendapat kelompok 51
yang terdiri dari 7 orang perempuan, dan 3 orang laki-laki,
kami pun satu kelompok belum pernah mengenal satu sama
lain, dan harus saling beradaptasi dan mengenal karakter
diantaranya teman-teman satu kelompok saya bernama neng,
jesi, lidia, meiza, siti, whinda, jojon, arief dan bapak arnedi,
yaitu beliau adalah salah satu peserta kelompok kami yang
paling tua dan berpengalaman.

Di sebuah rumah berdinding papan bercat putih, yang sangat


sederhana itu lah tempat tinggal kami selama pengabdian
masyarakat berlangsung, yang begitu banyak cerita dan
kenangan tersendiri. Siang hari itu ketika panas teriknya
matahari mulai terasa, keringat bercucuran di tubuh dan kami
pun duduk sambil berdiskusi, berkenalan, dan cerita di bawah
pohon lengkeng didepan sekre kami. Awalnya aku bepikir
apakah bisa kami semua selalu kompak dengan karakter dan
watak kami yang berebeda-beda, selama pengabdian
masyarakat ini berlangsung. Namun pemikiran itu seketika
berubah menjadi begitu nyaman dan hangatnya hubungan kami.
Tak lama sorepun tiba adzan magrib pun berkumandang, kami
begergegas untuk kemasjid dan sholat bersama-sama dengan
warga di sana, dan disana juga mengadakan doa untuk
menjelang masuknya bulan puasa atau orang disana sering
menyebutnya dengan acara “punggahan”, warga di sana
membawa makanan masing-masing dan kami pun berkenalan
juga dengan para warga disana, selesai doa kami pun makan
bersama-sama dengan makanan yang di bagi-bagikan oleh
warga di sana.

Sahur pun tiba, dan di situ lah sahur pertama kami yang jauh
dari keluarga masing-masing, namun ada salah satu warga yang
menurut kami menggantikan sosok ayah dan ibu kami, beliau
merupakan anak dari mbah yang rumah nya kami tempati
selama pengambdian masyarakat berlangsung. Beliau sangat
baik, dan rendah hati terhadap kami. Bude maryati istri nya
bapak loso yang kami sebut pengganti orang tua kami, selalu
memperingati dan menyuruh kami bisa menjaga diri dan
berhati-hati setiap kemana pun kami pergi, dan bude juga
bercerita kekami, jika di sumberejo tepatnya di rt 5 dan 6 ujung
sana ada hal mistis yang pernah terjadi, namun alhamdulillah
hal seperti itu tidak ada terjadi dengan kami, aku begitu senang
mengabdi didesa yang warganya begitu menerima kami,
walaupun sempat ada juga problem dengan remaja di sana
karna kesalah pahaman, namun tidak merusak hubungan kami
dengan remaja-remaja disana.

Tak luput juga dari kerumuman anak-anak desa disana yang


begitu antusias menyambut kami, dan ingin belajar, dan
bermain bersama kami. lelah di bulan puasa pun menjadi
semangat karena canda gurau mereka yang membuat susana
tidak sepi, mereka yang begitu polos dan menganggap kami
seperti kakak mereka sendiri. Dari sana kami belajar begitu
banyak makna yang masih kami belum tau, dan di kegiatan
pengabdian ini lah kami bisa lebih memahami apa itu
bersosialisasi, dan beradaptasi.

Di waktu sahur makanan sudah tersedia semua, dan kami


perpempuannya sudah membuat jadwal piket, masak, bersih-
bersih, dan cuci piring, kami yang perempuan sudah bangun
dan kami pun membangunkan jojon dan arief untuk sahur, dan
kebiasaan mereka pun sama yaitu susah bangun, arief yang
sahurnya tengah malam dan tidak mau sahur lagi subuhnya.
Sedangkan jojon yang susah bangun untuk sahur bersama-
sama.
Saat itu meiza yang membangunkan jojon dari tidurnya.
Meiza “ jon bangun jon udh mau imsak ayok sahur…” sambil
mengetuk-ngetuk pintu kamar jojon
Jojon “ hoammmmm..” masih tergeletak di tempat tidur.
Setelah beberapa kali jojon pun masih tidur dengan pulas, dan
kami pun segera sahur karena mengejar waktu imsak yang
sebentar lagi. Tak lama kemudian adzan subuh pun
berkumandang dan jojon pun terbangun dari tidurnya yang
pulas, sambil berlari-lari ke dapur untuk sahur.
Jojon “ kenapa kalian gk bangunin aku? “ sambil tergesa-gesa.
Kami pun menjawab “ udh di bangunin, tpi kmu sendiri masih
pulas tidurnya..” sambil ketawa ngeliat jojon yang makan,
tetapi adzan sudah selesai.

Waktu begitu cepat berlalu, siang pun sudah beranjak, langit


yang begitu tampak cerah dan matahari terpapar di birunya
langit, begitu panasnya didalam sekre kami sehingga kami
beranjak ke rumah bude maryati yang suasananya begitu dingin
dan sejuk, bercerita, bercanda gurau dan sampai kami tertidur
disana. Sore hari nya bude mengajak kami mengabil sayur
kangkung di pt, dan kami pun bersemangat untuk kesana
sambil ngabuburit, membawa kantong untuk wadah sayurnya,
tak jauh dari desa kami pun sampai di pt tersebut, dan kami
terpelongo melihat keindahan di sana, walaupun bau kurang
sedap dari limbah sawit, itu tak merusak keindahan di sana,
namun sayang sekali kami tidak boleh membawa handpone
untuk mengabil gambar di sana, karena petugas di sana sendiri
yang melarang untuk tidak membawa handpone.
Sambil memetik kangkung..
Bude “ambil yang banyak-banyak, biar gk susah payah lagi ke
pasar buat beli sayurnya” kata bude
Whinda dan lidia “iya bude, nanti klo ke banyakan makan
kangkung pengen tidur terus hehe..” sambil tertawa, sembari
memetik kangkung. Aku jesi dan neng pun susah memetik
kangkung, yang kadang juga kami terlalu ujung memetiknya.
Kantong wadah pun sudah terisi penuh, melihat hari sudah
semakin sore dan gelap kami pun bergegas untuk pulang, dan
mau memasak sayur kangkung yang sudah kami petik tadi.

Kegiatan kami pun mulai berjalan, mulai dengan bukber


bersama dengan kelompok 52, 53 dan anak karang taruna desa
lokasi baru, bukber pertama di adakan di masjid kami yaitu
masjid nurul hidaya, di waktu yang mepet kami pun
menyiapkan makanan dan minuman untuk berbuka bersama,
dari membuat minumannya, gorengan dan kami juga memasak
soto. Alhamdulillah kelompok kami selalu kompak, dan saling
bantu membantu dalam hal apa pun, walaupun masakan kami
tidak se enak restoran di sana, namun kami tidak pernah
membeli makan jadi, karena kami terlalu pede satu sama lain.
Magrib pun sudah dekat, dan kami segera menyiapkan
persiapan berbuka bersama, dan tak lupa kami juga
mengundang bude dan tetangga untuk berbuka bersama kami,
setelah berbuka pun kami siap-siap untuk sholat magrib dan
setelah itu dokumentasi berforo berasama-sama. Dan
alhamdulillahnya kegiatan buka bersama yang kami adakan
berjalan dengan baik.

Hari mulai berganti kegiatan terus berjalan, dan kami


berkalborasi dengan kelompok 52 dan 53 untuk mengisi
pesantren kilat di SDN 160 selama 2 hari ke depannya, anak-
anak yang begitu antusias dengan kedatangan kami selalu ada
canda gurau yang begitu menyenangkan, guru-guru disana
juga menerima kami dengan baik, dan mengarahkan kami. Di
sana kami mengisi bercerita tentang kisah Nabi Muhammad
Saw. Kami juga sholat duha bersama, dan mengisi kegiatan di
kelas 1 sampai 5. Anak-anak begitu pintar dan berani untuk
menjawab dari pertanyaan kami, sungguh begitu
menyenangkan lelah pun tak terasa seketika melihat anak-anak
yang begitu semangat belajar dengan kami, dan mereka pun
mempunyai bakat masing-masing. Tak lama kami mengadakan
lomba festival ramadhan yang terdiri dari, lomba sambung ayat,
lomba adzan, lomba fashion show dan lomba kaligrafi. Anak-
anak selalu semangat untuk mengikut lomba tersebut, mereka
bersiap-siap dan berani menampilkan bakat mereka masing-
masing.
Ada beberapa anak yang tidak berani mengikuti lomba
Aku “hani dan aini kenapa gk mau ikut lomba fashion show”
mencoba membuat mereka berani.
Hani “gk ah kak.. aku gk bisa jalan kyk model-model gitu”
dengan polosnya menjawab.
Aini “iy kak.. pasti kami ujung-ujungnya kalah ya gk han?..”
sambil menoleh ke hani.
Aku pun menjawab “aduh sayang.. jalan nya gk ush di pikirin..
gk harus juga kyk model-model di tv”
Sambil nahan ketawa, melihat mereka yang begitu polosnya,
aku terus berusaha membujuk mereka supaya berani dan
menujukkan bakat mereka sendiri-sendiri. Dan aku
menawarkan jika mereka ikut lomba fashion show mendapat
reword.
Aku “gimana klo misal kalian berdua mau ikut lombanya,
kakak kasih kalian hadiah..”
Hani & Aini “hm kalo kita kalah, kita gk dapat hadiahnya kak”
sambil membuat muka sedih.
Aku pun tersenyum melihat mereka “gk dong sayang.. nanti
kalo hani sama aini kalah lombanya.. tetep kakak kasih
hadiahnya loo” dengan semangat mereka “horee.. beneran ya
kak, janji ya kak” aku pun mengangguk dan tersenyum melihat
mereka, yang ingin mencoba dan memberanikan diri untuk
munjukkan bakat mereka masing-masing.

Setelah kegiatan festival ramadhan selesai, esok harinya seperti


biasa ada yang jadlwalnya apel di balai desa, ada yang piket
membersihkan masjid, waktu terus berlalu dan siang pun telah
menjelamah malam, kami bersiap-siap untuk tarawih bersama
di masjid, dan setelah itu kami langsung lanjut untuk tadarus,
awalnya kami tadarusan itu malu-malu dengan warga disana
sehingga banyak yang ada kesalahan, namun semakin kami
lama di sana rasa malu, canggung, itu sudah tersingkirkan
dengan sendirinya, anak-anak, remaja maupun orang tua, begitu
indah menlantunkan ayat suci al-qur’an. Di sana saat tadarus
selalu banyak makanan tersediah, sehingga kami tidak
mengantuk untuk tadarusan, apa lagi soal makan hehe…
Warga yang begitu rama, dan selalu memberi kesan-kesan yang
begitu baik untuk kami, sehingga kami pun nyaman mengabdi
di desa tersebut.

Hari berganti begitu cepat tak terasa, takbir berkumandang


warga disana menyiapkan untuk malam takbiran, dengan
menggunakan mobil sambil membawa beduk, dan saat itu pun
ramai sekali anak-anak karang taruna desa lokasi baru begitu
antusias menyambut idul fitri dan melakukan takbir keliling,
aku dan kawan-kawan yang lain mengendarai mobil dan
mengiringi yang lain untuk takbir keliling, didalam mobil pun
ada yang pusing mungkin karena susana yang ramai, dan
menaik’i mobil yang lumayan banyak orangnya. Namun tidak
dipungkiri suasana malam takbiran disana begitu terasa hangat,
dengan warga-warga yang begitu semangatnya, kami pun
seketika teringat dengan keluarga masing-masing yang tadinya
biasanya berkumpul di malam takbiran, namun untuk malam
takbiran kami jauh dari keluarga kami masing-masing, dan
beruntung nya kami diperlakukan baik dengan warga disana
seperti kami di anggap keluarga mereka. Memang sulit untuk di
lupakan, dengan kehangatan para warga dengan kami.

Esok hari pun berganti suasana lebaran idul fitri pun telah
sampai, dan kami bersiap-siap bergegas untuk sholat eid, kami
berganti-gantian untuk ke kamar mandi, dan untungnya kami
semalam sudah menyiapkan pakaian kami masing-masing, tak heran jika
salah satu teman kami yang bernama jesi, sangat lama jika dia mandi kami
pun berdesak-desakan karena takut ketinggalan.
Lidia “jesi cepetan dongg.. yang lain belum mandi semua ni..” teriak lidak
didepan kamar mandi.
Neng “iya jesi kebiasaan banget deh, kalo mandi lama” jawab neng sambil
memalas mukanya.
Teman-teman ku yang sudah mandi pun, tertawa melihat kami yang belum
mandi panik, karena jesi belum selesai-selesai mandi.
Tak lama jesi pun keluar dari kamar mandi.
Jesi “kalian ini teriak-teriak, padahal gak lama aku mandinya”
Lidia, Neng & Aku “gk lama matamu.” Kompak menjawab
Jesi pun berlari sambil cengar cengir melihat kami, tak lama kami langsung
mandi dan bersiap-siap ke masjid untuk sholat eid.
Tak heran jika kami telat kemasjidnya, dan untung saja sholat belum di
mulai, kami pun mencari tempat, warga-warga berdatangan dan masjid pun
full luar dan dalam. Sholat pun selesai, dan kami bersalam-salaman, selesai
bersalam-salaman kami pulang ketempat sekre kami, dan kami pun
langsung ke rumah bude dan pak de loso untuk lebaran, suasana begitu haru
bude yang begitu dekat dengan kami, yang sudah kami anggap seperti orang
tua kami sendiri, kami saling meminta maaf-maafan dengan bude dan pak
de.
Bude “maafin bude ya, kalo ada kata-kata bude yang buat kalian
tersinggung, atau perilaku bude kurang baik kepada kalian”
Sambil memeluk, kami pun tak tahan menahan air mata.
Kami “kami juga minta maaf ya bude, kalo kmi sering buat bude jengkel”
sambil memeluk satu sama lain, dan kami menangis semua di pelukan bude
maryati, begitu terasanya begitu baiknya bude dan pak de sehingga kami
menganggap mereka pengganti orang tua kami sendiri, dan tak lama
bermaaf-maafan bude, dinda anaknya, mbak deby dan kami menyiapkan
makanan untuk makan berasama di teras luar. Suasana begitu haru seperti
kumpul dengan keluarga sendiri, makanan sudah siap semua dan kami pun
berkumpul dan makan berasama dengan keluarga bude maryati dan pak de
loso.

Begitu cepatnya hari berganti, kami membuat acara perpisahan dengan anak
karang taruna Desa Lokasi Baru, dengan bakar-bakar bersama, kami
kelompok 51, 52 & 53 mempersiapkan semaksimal mungkin untuk acara
tersebut, alhamdulillah anak karang taruna disana juga antusias mendatangi
acara kami, dan membantu persiapan yang kami adakan, dan selesainya
acara tersebut kami pun di undang dengan anak karang taruna untuk jalan-
jalan bersama. Senang bisa mengenal mereka, yang begitu sopan, dan
menerima kami dengan baik di desa mereka. Esok harinya kami pergi
kepantai untuk jalan-jalan bersama dengan anak karang taruna, pantai disana
indah terbentangnya luas pesisir pantai, dan yang laki-laki pun bermain bola
kaki di tepi pantai, kami pun berfoto-foto. Jika di ingat-ingat ingin di ulang
namun, begitulah setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tak heran jika kami
nyaman di sini karena begitu banyak kenangan baik yang kami ukir bersama
di desa Lokasi Baru ini.

Anes Jutriza saya merupakan salah satu mahasiswa UINFAS


Bengkulu Semester 6, dari jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), saya tinggal Didesa Padang Lebar, Kec.Pino, Kab.
Bengkulu Selatan, Lahir Pada Tanggal 19 juli 2002.

“Sesuatu yang dapat dibayangkan pasti dapat diraih.


Sesuatu yang bisa diimpikan pasti dapat diwujudkan."

Anda mungkin juga menyukai