Anda di halaman 1dari 5

Sayap - Sayap Kenangan Pengabdian

Oleh Selpi Oktavia


Prodi Perbankan Syariah

Pengabdian Masyarakat adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada


masyarakat oleh mahasiswa, dengan pendekatan lintas keilmuan dan
sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Pelaksanaan kegiatan pengabdian
biasanya berlangsung antara 1-2 bulan dan terkhusus pengabdian berbasis
masjid dilaksanakan selama sebulan bertepatan pada bulan ramadhan.

Dimulai pada bulan Maret lalu, kami sebagai pelajar semester enam
dari salah satu perguruan tinggi islam negeri Bengkulu, di bagi menjadi
beberapa kelompok. Pengabdian berbasis masjid diwilayah desa yang ada
di Kabupate Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara dan Kaur. Seluruh pelajar
dari berbagai jurusan dan prodi dibagi menjadi sekitar 200an kelompok
yang tersebar di berbagai desa, dalam satu kelompok terdiri dari 8-10
orang.

Dan saya masuk menjadi angota di kelompok 75 yang ditugaskan di


desa Serambi Gunung Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma yang
dilaksanakan selama sebulan lebih, dimulai sejak pertengahan Maret
hingga bulan April. Kala itu di sore hari kami berkumpul bersama rekan-
rekan kelompok saya untuk memulai mencari desa Serambi Gunung. Karna
memang kami sebagian anggota belum pernah menginjakkan kaki kami
disana, kami bersama-sama pergi menggunakan kendaran bermotor untuk
menelusuri desa Serambi Gunung tersebut, alhamdulillah lama kami
menelusuri desa satu persatu dan desa Serambi Gunung pun kami
temukan.

Pertama kali kami berada di desa Serambi Gunung, kami menemui


Bapak kepala desa Serambi Gunung yang bernama Bapak Janaidi Sofyan
dan kamipun memulai percakapan mengenai maksud kedatangan kami dan
meminta bimbingan dari bapak kades selama kami tinggal disana serta
menanyai dimana rumah yang akan kami ditempati. Setelah itu kami pun
diajak untuk melihat rumah yang akan kami tempati, rumah itu di pinggir
jalan dan dekat masjid. Dan sore harinya kamipun pulang, karena cuaca
sudah mendung sehingga kami harus beranjak pulang kerumah masing-
masing….

Pada pertengahaan bulan Maret kamipun di kirimkan ke desa


Serambi Gunung dan penyerahan Pengabdian Berbasis Masjid yang
disahkan langsung oleh Bupati di lapangan kantor bupati, seluruh kelompok
yang ditempatkan pada daerah seluma berkumpul disana dari jam 7:30
hingga jam 12 siang, dan esok harinya dilaksanakan penyerahan kelompok
dikantor desa Serambi Gunung yang di sahkan oleh kepala desa. Setelah
melaksanakan penyerahan kamipun mendatangi rumah-rumah warga agar
saling mengenal satu sama lain.
Kegiatan di minggu pertama, kegiatan kami yaitu membersihkan
masjid karena besoknya sudah mulai berpuasa saat membersihkan masjid
kami juga dibantu oleh para anak – anak dan beberapa warga. Antusias
warga yang membantu kami membuat saya senang karena disambut
hangat oleh mereka. Hari berikutnya tepatnya sesudah zuhur di masjid kami
memperkenalkan diri kepada masyarakat, sekaligus menyampaikan
program kerja kami selama satu bulan kedepanya disana dan banyak warga
yang setuju dengan proram yang akan kami lakukan, karena menurut
mereka itu sangat membantu kegiatan desa pada bulan ramadhan dan bisa
menghidupkan masjid, tentu hal tersebut membuat kami senang karena di
terima dengan baik disana.
Malam harinya kami melalukan sholat tarawih dan tadarus Al-Quran,
hal ini menjadi pengalaman pertama saya lebaran jauh dari rumah.
Biasanya sholat tarawih pertama bersama keluarga, kini bersama orang-
orang yang baru saya temui. Menyenangkan bisa melihat orang-orang baru
dan budaya baru yang mungkin tidak dapat saya temukan di daerah saya
tinggal.
Selama kami pengabdian kami banyak hal baru yang saya lakukan,
seperti mengajar anak-anak di sekolah dasar. Pertama saya bingung apa
yang harus saya lakukan, mengingat saya bulan dari bagian keguruan
melainkan anak perbankan yang biasanya membuat laporan keuangan.
Dan sekarang harus mengajar aduh sulit rasanya, tapi setelah melihat tawa
dan muka polos anak-anak disini membuat saya tidak canggung lagi,
yahh… saya memberikan beberapa ilmu yang saya punya seperti
menggambar. Saya pun di puji karena pintar menggambar, rasanya senang
sekali di puji anak-anak karena kalau kata pepatah ucapan anak kecil
adalah hal yang paling jujur.
Sudah seminggu di desa saya dan teman-teman mendapat nenek
angkat namanya nenek Nur, beliau orang yang sangat baik dan point
pentingnya nenek ini gaul meskipun sudah tua ia pintar sekali memainkan
hanphone dan nontok tiktok juga. Hal ini membuat kami kagum umur boleh
tua tapi tidak boleh gaptek, karena kita harus mengikuti perkembangan
zaman. nenek nur mengingatkan saya kepada nenek yang telah berpulang
sebulan sebelum pengabdian, ada rasa bahagia bertemu dengan nenek nur
karena beliau mengobati kerinduan kepada nenek saya.
Sudah setengan bulan kami di desa serambi gunung, banyak hal
yang saya dan teman-teman satu kelompok lakukan, mulai dari membuat
takjil dan berbuka bersama warga di masjid, membantu posyandu balita dan
ibu hamil, mengadakan lomba Nuzulul Qur’an, tadarus Al-Qur’an. Dan hal
yang paling saya suka adalah mandi sungai dan pergi ke danau karena
mengobati kenangan masa kecil dulu sering mandi sungai sekaligus
refreshing hahaha….
Ada moment yang paling lucu saat pengabdian ini, yaitu saat
memasak karena banyak sekali perdebatan yang terjadi di dalamnya, mulai
dari menu apa yang ingin di masak, bumbu masakan yang tidak sesuai di
lidah, cara pengolahan yang berdeda… yah mau gimana lagi toh kami
berasal dari daerah yang berdeda pasti beraneka ragam bukan. Aneh sekali
kami ini, hal kecil saja ingin di perdebatkan. Tapi itu justru menjadi moment
yang akan dirindukan perdebatan saat bersama.
Minggu berganti hari raya idul fitripun tiba, sedih sekali rasanya saat
subuh datang takbir di kumandangkan dan saat itulah air mata saya meleleh
karena ingat keluarga dirumah. Selesai sholat idul fitri kami mengunjungi
rumah warga satu per satu, lelah memang tapi hal itu terbayar dengan
mencicipi kue dan makanan yang disajikan oleh warga untuk kami. Senang
sekali bukan mencicipi aneka kue yang beberapa baru saya jumpai di desa
ini, seperti kue cucur karena bagi masyarakat daerah saya jarang memasak
kue cucur untuk lebaran, paling hanya masak kue tat.
Sebulan berlalu dan beberapa hari lagi kami harus pulang ke rumah
masing-masing, dan sebelum itu kami harus kehilangan sepatu serta sendal
baru kami. Kenapa ? karena rumah yang kami tempati kemalingan, dan
sepatu beserta sandal yang di ambil. Untung saja hanya sepatu dan sandal,
bukan barang berharga seperti handphone, laptop, dan lainnya. walaupun
masih baru tapi mau bagaimana lagi. Itulah manusia walaupun kehilangan
sesuatu masih ada untungnya hehe…
Sebelum pulang kami membuat acara perpisahan yaitu bakar-bakar
jagung, alhamdulillah banyak yang datang dan itu membuat suasana
menjadi ramai dan ceria, ada yang karaoke, ibu-ibu menggosip, anak
remaja yang sibuk tiktokan dan kami yang sibuk bakar jagung.
Pagi pun datang membuat kami bergegas menyusun barang yang
ingin di bawa pulang, tepat pukul setengah 2 setelah sholat zuhur kami
berpamitan pulang kepada pemilik rumah yang kami tempati, serta warga
sekitar tumpahlah tangis haru saat berpamitan ingin pulang. Sedih sekali
rasanya, harus berpisah dengan orang-orang baik yang selama sebulan ini
saya temui. Saat melewati ujung desa hati kecil saya berkata, “ selamat
tinggal desa Serambi Gunung semoga saya bila kesini lagi kelak, dan
terimakasih untuk masyarakatnya yang mengajarkan saya banyak hal
tentang kehidupan di masyarakat yang sesungguhnya”.
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, langit pun nampak
mendung mengiringi kepulangan kami ke rumah masing-masing. Dan
berakhirlah cerita pengabdian saya.
Demikian lah cerita pendek dari pengalamaan langsung saya
selama pengabdian di desa Serambi Gunung. Cerita ini ditulis langsung
tanpa ada rekayasa sedikitpun. Semoga cerita ini bermanfaat bagi saya
secara khusus dan pembaca umumnya, Sekian dan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai