Anda di halaman 1dari 4

34 Hari Bersama Dunsanak

KKN PPM Nagari Aripan, Kabupaten Solok

RAHMATUL AKBAR 1910752010

Kisah ini dimulai tanggal 18 Juli, ketika kelompok dan lokasi KKN diumumkan.
Di antara 181 halaman pdf pengumuman tersebut, nama saya terselip pada halaman 148,
urutan nomor 7. Fokus saya pun kemudian mengarah agak ke atas untuk melihat lokasi,
ternyata saya di tempatkan di Nagari Aripan, yang ternyata hanya berjarak 10 menit dari
rumah saya.

Setelah itu, saya berinisiatif menghubungi mahasiswa CP yang ada di halaman


pengumuman tersebut. Ternyata yang menjadi CP-nya adalah orang yang saya kenal,
teman saya semasa di asrama dahulu, meskipun ketika itu kami tidak begitu akrab.
Setelah basa-basi haha-hihi, akhirnya saya menawarkan diri untuk membuat grup
WhatsApp KKN Aripan ini, lalu menambahkan nomor-nomor yang tertera di lembar
pengumuman tersebut.

Oh iya, sebelumnya perkenalkan nama saya Rahmatul Akbar dari Jurusan Sastra
Jepang angkatan 2019. Awalnya, saya memperkenalkan diri di grup WhatsApp dengan
nama keren tobe, akan tetapi entah kenapa, panggilan keren yang sudah sejak awal saya
rancang, berubah menjadi amaik, sampai-sampai bapak DPL juga memanggil saya
amaik. Tapi ya sudahlah, tidak ada masalah buat saya.

Singkat cerita, keesokan harinya kami disuruh berkumpul untuk pertemuan


perdana di Fakultas Peternakan. Saya ketika itu sebenarnya tidak bisa datang, karena
hari itu bertepatan dengan seminar proposal saya. Akan tetapi, karena seminarnya
berlangsung lancar dan cepat, saya akhirnya sempat untuk datang ke pertemuan perdana
tersebut. Hari itu, tidak semuanya bisa hadir karena masih ada beberapa orang teman
yang berada di luar Padang, sehingga pertemuannya dilanjutkan besok.

Keesokan harinya, 80% mahasiswa KKN Nagari Aripan sudah hadir, sehingga
pada hari itu juga dibentuk semacam struktur. Haji Alim sebagai ketua, saya sebagai
wakil, Qory Ramadini sebagai sekretaris, dan Rihhadatul Aisy sebagai bendahara. Hari
itu diputuskan juga bahwa kami harus melakukan survey lokasi KKN di hari Jumat ke
Nagari Aripan, karena KKN sudah harus mulai di hari Seninnya. Perjalanan dari Padang
ke Aripan memakan waktu sekitar 2 jam. Meskipun ketika itu saya tidak bisa pergi
survey karena harus beres-beres kos, namun berdasarkan foto-foto yang dikirimkan ke
grup KKN, saya kira Aripan adalah tempat yang indah dan nyaman untuk ditinggali.

Hari pertama KKN kami terasa agak kacau. Saya yang sudah sampai di posko
KKN pukul 10 pagi, bersama Dino, Alim, dan Aan kemudian membersihkan bagian
belakang Masjid Nurul Huda, karena malam nanti akan dipakai sebagai tempat kami
yang laki-laki beristirahat. Namun, rombongan yang berangkat dari Padang, sayangnya
diguyur hujan deras, sehingga mereka baru berangkat pukul 11 siang. Biasanya
perjalanan Padang-Aripan dapat ditempuh 2 jam saja, akan tetapi karena hujan yang
begitu deras menimbulkan longsor di Sitinjau Lauik, sehingga rombongan tersebut
berbalik arah menuju Padang Panjang.

Padahal rencananya hari itu harusnya menjadi jadwal serah terima kami oleh DPL
ke Wali Nagari Aripan. Akan tetapi apa boleh buat, rombongan yang berangkat dari
Padang baru sampai di posko Masjid Nurul Huda sekitar pukul setengah delapan
malam. Akhirnya, hari pertama pertama KKN kami dibuka dan ditutup dengan makan
malam bersama di posko.

Hari kedua, kami diterima secara resmi oleh Bapak Wali Nagari Aripan. Bapak
Wali yang satu ini memang sangat unik, karena mampu memberikan kata sambutan
lebih dari 1.5 jam. Sungguh kemampuan retorika yang luar biasa menurut saya.
Sepulang dari Kantor Wali Nagari, kami bersama bapak DPL mulai menjelajah setiap
sudut dari Nagari Aripan, sekaligus memetakan potensi wisata dan potensi proker yang
bisa dilakukan. Hari itupun ditutup dengan makan malam bersama dan DPL kembali ke
Padang. Kami kemudian beristirahat lebih awal karena esok hari ada sesi presentasi
proker di Kantor Wali.
Setelah proker kami di-acc oleh pihak nagari, penyusunan jadwal masing-masing
pun dimulai. Proker-proker tersebut kemudian dijalankan hari demi hari. Proker awal
kami adalah gotong royong membersihkan masjid Nurul Huda.

Sebenarnya, 70% proker kami adalah gotong royong di berbagai tempat, mulai
dari masjid, kantor Wali Nagari, pos ronda, gotong royong acara 17 Agustus, dan lain-
lain. Sisanya adalah sosialisasi, kegiatan menanam ini itu, mengunjungi kelompok tani,
proker ke sekolah SD dan SMP, serta proker dengan ibu-ibu PKK setempat.

Sembari melaksanakan proker, saya dan teman-teman juga tetap menjaga tali
silaturahmi dengan penduduk setempat. Penduduk di Nagari Aripan ternyata sangat
ramah dan bersahabat, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa sangat welcome
terhadap kehadiran kami. Bahkan, kami sering mendapatkan makanan dari bundo-
bundo yang ada di Nagari Aripan.

Hal yang paling berkesan menurut saya selama KKN adalah kegiatan bersih-
bersih kamar mandi Masjid Nurul Huda. Bayangkan saja, setiap minggu pagi saya dan
teman saya ketika akan mencuci piring, kerap kali mendapati kamar mandi dipenuhi
dengan ‘kejutan’, sehingga kami harus menyiram dan menyikatnya sampai mengkilap.
Hal menarik lainnya ketika di kamar mandi tersebut adalah kegiatan ‘mabar’ atau mandi
bareng. Aktivitas mandi bukan hanya sekedar membersihkan tubuh dan melepas penat,
tetapi juga sebagai tempat berdiskusi dan bersenda gurau.

Memasak bersama juga menjadi salah satu aktivitas yang berkesan selama KKN.
Selain meningkatkan kemampuan memasak, saya juga belajar bagaimana memahami
selera, alergi, serta pantangan makan tiap orang. Misalnya, hari itu kami ingin memasak
udang goreng pedas. Menurut pengalaman hari-hari sebelumnya, ternyata ada yang
alergi terhadap udang, ada juga yang tidak suka pedas, sampai pada akhirnya kami
membuat variasi sambal yang dapat diterima semua orang.

Kegiatan sore-sore bersama anak-anak yang tinggal di sekitar posko juga tidak
kalah menyenangkan. Mulai dari bermain voli, futsal, bahkan sampai bermain kelereng
bersama mereka. Kegiatan-kegiatan seperti itu dapat menambah kedekatan kami dengan
anak-anak setempat. Oh iya, anak-anak di sana sangat senang ketika saya mampu
mengingat nama mereka satu per satu.

Hari demi hari pun berlalu. Seminggu terakhir KKN, entah kenapa, rasa masakan
tiap harinya semakin enak. Makin dekat ke hari akhir, lauknya semakin mewah dan
enak, walaupun bahan-bahannya sederhana. Kerjasama tim pun semakin kompak dan
solidaritas saya rasa. Tidak ada lagi yang ketika kebagian tugas piket bermalas-malasan,
walaupun untuk masalah on-time masih butuh banyak perbaikan.

Tibalah di 3 hari terakhir KKN. Saat itu kami diundang oleh keluarga Mak Tuo,
selaku tokoh di Nagari Aripan, untuk melakukan perpisahan. Malam itu terasa sangat
nyaman, hangat, serta makanannya enak. Setelah berfoto bersama dengan keluarga Mak
Tuo, kami kembali ke posko. Di tempat itulah, kami menyampaikan kesan kami selama
KKN. Suasana haru begitu terasa malam itu. Adis dan Puja, dua orang teman KKN saya
bahkan sampai menangis terisak-isak.

Hari keberangkatan pun tiba. Saatnya saya melangkahkan kaki dari nagari dengan
segudang masalah dan kenangan ini. Sampai jumpa lagi di lain hari. Ingat, masih ada
laporan.

Anda mungkin juga menyukai