Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL PEMELITIAN

(Tradisi Tarawangsa dan Ngabubur Suro, Kp Cijere, Rancakalong)

Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah SSBS

Dosen Pengampu: Dr. Usman Supendi M. Pd

Disusun Oleh :

Abdul Baits 1145010002

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2016
Assalamualikum Wr. Wb
Pada hari Senin tanggal 10 Oktober 2016 kami mendapat tugas matakuliah
SSBS yang di bimbing oleh Bapak Usman Supendi, M. Pd. Untuk mengunjungi
kegiatan budaya local (Tarawangsa dan acara Ngabubur Suro) yang di selenggarakan
di dusun Ci Jere, Rancakalong, Kab Sumedang.
Dalam pemberangkatan kami di bagi dua kelompok (tidak berbaraengan)
yaitu laki-laki dan perempuan. Bagi kaum laki-laki kami di haruskan untuk berangkat
lebih awal, dengan tujuan supaya bisa bermalam untuk mengikuti ritual kegiatan
acara pembukaan pelaksanaan Seni Tarawangsa. Sedangkan untuk kaum perempuan
diperbolehkan beangkat di pagi hari dikarnakan takutnya kurangnya pasilitas
penginapan di sana.
Kami, dari kelompok laki-laki berangkat dari UIN BDG habis Asar sekitar
jam 14.45 Wib. Pada saat itu kami hanya berjumlah 10 orang dan 5 kendaraan roda
dua boncengan, dikarnakan yang lainya tidak bisa berangkat bareng karena ada
keperluan. Dari 10 orang ini kami di lengkapi oleh dua temen perempuan kami yang
kebetulan punya motor dan ingin berangkat bareng.
Walaupun kami yang pertama berangkat sebagian, dan dengan cuaca yang
sangat mendung karna habis hujan, tidak menyurutka langkah kami untuk tetap
berangkat karena kami takut kemalaman di jalan.
Perjalanan ke Dusun ci Jere, Rancakalong, Kab Sumedang tidaklah mudah,
dengan kondisi jalan yang kecil dan banyaknya perbaikan jalan untuk pembuatan
jalan tol, dan tidak adanya yang tau tempat tujuan, menyebabkan kami sering
bertanya sampai-sampai kami setiap ada jalan dua arah kami bertanya. Kami sempet
berhenti di suatu tempat dikarnakan hujan semakin deras dan akhirnya kami terpaksa
memakai jas hujan, tanpa disadari ternyata kita sudah memasuki wilayah
Rancakalong, tetapi sayangnya kita masih belum tahu Dusun Cijere dimana. Tidak
lama sesudah itu kami melanjutkan perjalanan, kira-kira kami sudah berjalan 1 kilo,
kemudian kami bertanya ke pada seorang tukang tahu Pak mau tanya kalau dusun
Ci Jere di sebelah man? Kata bapak itu kelewat de. Akhirnya kami balik arah lagi dan
ternyata jalan yang menuju kedusun Cijere itu tempat dimana tadi kami berhenti
untuk memakai jas hujan. Dengan gurauan yang aga kesal juga dikarnakan tadi tidak
sempat melihat-lihat dan bertanya akhirnya kamipun memasuki dusun Cijere tersebut
dan memang benar ini tempat yang kami tuju.
Perjalanan yang cukup melelahkan, tetapi semua itu tebayar dengan
pemandangan alam yang begitu alami, udara yang begitu segar hamparan sawah yang
memanjakan mata, dan pegunungan-peguninagn yang elok. Sehingga kami
menempuh perjalanan hampir 1 setengah jam itu tidak terasa lama.
Setelah kami berjalan beberapa meter kami rasa kami sudah sampai di tempat
yang dituju, karnan memang di tempat itu kelihatanya lagi mau ngadain acara kaya
hajat gitu akhirnya kami berhenti di sana dan bertanya ke seorang bapak-bapak, dan
ternyata memang benar disisi mau akan dilaksanakan upacara tarawangsa dan
ngabubur suro tetapi husus acara keluarga. Walaupun kami diperbolehkan bisa ikut di
sini dikarnakan kami tujuanya adalah acara yang dilaksanakan di rumah adat,
akhirnya kami diantar dan diarahkan kerumah adat.
Sesampai disana, kami disambut baik oleh kepala adat yaitu Bapak Anang dan
yang lainya,di rumah adat dan di perbolehkan untuk beristirahat, setelah berbincang-
bincang sebentar dan waktu pun sudah mendekati Adzan Magrib akhirnya kami
diarahkan untuk beristirahat di rumah Bapak Tarsidi, untuk persiapan sholat, makan
dan yang lainya sampai menunggu acara pembukaan kegiatan Tarawangsa dan
Ngabubur suro yang akan dilaksanakan jam 8,00 malam
Setelah kami beres segala persiapan dan kebetulan temen-temen dari kelas
lain sudah pada datang untuk mengikuti kegiatan pembukaan acara tarawangsa, kami
semua mengikuti dengan ketertiban sesuai adat disana, dan barengi juga oleh Dosen
kami yaitu Bapak Usman Supendi, M.Pd dan Bapak Pof Sulasman, M.Hum.
Rangkaian acara demi acarapun berjalan dengan hidmat sampai pada acara
puncak yaitu dimana acara tarawangsa di laksanakan dan dengan diiringi tarian has
kesenian disana. Sampai-sampai saya pun ikut berpartisipasi untuk mencoba menari.
Dalam pelaksanaanya, Tari-tarian ada yang di lakukan oleh orangorang tertentu dan
orang biasa/pengunjung. Kesenian tari-tarian terdiri dari beberapa wanita dan
beberapa laki-laki. Namun, pada saat menari tidak secara bersamaan. Maksudnya
dibagi menjadi dua kelompok, yakni jam 20.00 00.00 untuk kaum wanita dan
23.50-00.00 untuk kaum laki-laki. (wawancara dengan Apa Rasidi).
Kami mengikuti kegiatan ini sampai larut malam dan akhirnya tba dimana
kami harus istirahat dikarnakan besok paginya kami harus mengikuti acara ngabubur
suro.
Di pagi hari setelah kami selesai melaksanakan sholat subuh, akhirnya kami
persiapan mandi dan makan karna kami harus mengikuti kegiatan ngabubursuro.
Setelah itu, teman-teman kami yang lain akhirnya sudah datang ke tempat tujuan, dan
tidaklama acara ngabubur suro pun dimulai kira kira puku 7,00 pagi hari.
Kamipun dari rumah bapak Rasidi segera beranjak ke rumah adat dan ternyata
disanah sudah dipenuhi adik-adik sekolah SMA dan Masyarakat, juga temen kami
yang lain. Berbagai macam aktifitas kami lakukan ada yang ikut nari bersama anak-
anak sekolah SMA, ada ynag wawancara, ada yang ikut membantu juga dalam
menyiapkan bahan-bahan ngabubur suro, ada poto-poto dan intinya kami semua sibuk
mengamati dan mengikiti kegiatan itu dengan berbagai aktifitas yang kami kerjakan.
Hampir 4 jam kia mengikuti acara ngabubur suro. Namun sayangnya, kita
tidak bisa mengikuti acara ngabubur suro sampai akhir, kia harus bergegas untuk
pulang ke kampus UIN BDG lagi dikarnakan ada jadwal masuk kelas. Sangat
disayangkan memang, tetapi akhirnya kita pamitan kepada semuan panitia, kepala
adata dan yang lainya.
Dari perjalanan saya ke Kp Cijere, Rancakalong, Kab Sumedang, saya
mendapat banyak pengalaman hidup yang begitu berharga, hal ini membuat saya
lebih bisa memahami bagaimana penting pelestarian budaya itu. Sebagi salah satu
usaha untuk mempersatukan masyarakat seperti yang dikatakan sesepuh adat Bapak
Anag (supaya, aman, rukun, tetrem, kahirupan di iye kampung).
Saya sempet mewawancarai tokoh disana diantaranya Bapak Anang, Bapak
Rasidi dan Bapak Maman. Dan hasil wawancara tersebut yaitu saya masukan
kedalam 7 unsur kebuayaan yang terdapat di sana.

Dari Bahasa : Dusun Cijere daerah Rancakalong kabupaten Semedang pada


umumnya adalah wilayah yang kental dengan adat kesundaanya. Interaksi sehari-hari
masyarakat umumnya menggunakan bahasa Daerah (lokal) yaitu bahasa Sunda. Sama
halnya dengan Bahasa sehari-hari yang digunakan Dusun Cijere, daerah Rancakalong
hususnya memakai bahasa Sunda. Begitu juga pada saat kegiatan budaya Tarawangsa
dan Ngabubur Suro bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda. (wawancara dengan
Aki Anang)

Sistem Pengetahuan :Sistem pengertahuan masyarakat Kp Cijere khususnya


dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, dari sisi budaya (adat istiadat). Masyarakat Kp
Cijere masih memegang erat sisitem pengetahuan turun temurun dari nenek moyang
yang masih dipertahankan sampai saat ini. Kedua, perubahan sosial (modernis).
System pengetahuannya selayaknya masyarakat Indonesia pada umumnya, dengan
masih tetap mempertahankan budaya lokalnya (tarawangsa dan ngabubur suro).
(wawancara dengan Aki Anang)

Sosial :Kegiatan Kebudayaan Tarawangsa dan Ngabubur Suro selain


menjalankan ritual atas rasa sukur hasil bumi dan untuk menjaga dari segala musibah,
salah satu tujuanya adalah untuk menjalin kerukunan (kekompakan) masyarakat Kp
Cijere. Hal ini menunjukan bahwa hubungan sosial (kekompakan) terjalin rukun, baik
itu pada kehidupan sehari hari atau pun pda saat acara kegiatan Kebudayaan
Tarawangsa dan Ngabubur suro. Selain itu, kegiatan Kebudayaan Tarawangsa dan
Ngabubur Suro, di laksanakan oleh komunitas adat yang di kepalia sekaligus sesepuh
disana yaitu Aki Anang. (wawancara dengan Aki Anang)

Sebagai Warga Negara tentunya dari sisi pemerintahan sama halnya dengan di
Desa lain, bahkan kegiatan ini sudah menjadi kegiatan pemerintah Desa khususnya,
pada saat acara perwakilan dari kepemerintahan baik itu ketua Desa, wakil atau yang
lainya, semuanya iku andil dalam kegiatan Tradisi Tarawangsa dan Ngabubur Suro
dari awal samapi akhir. (wawancara dengan Aki Anang)

Peralatan Hidup Dan Tekhnologi: Sistem peralatan hidup daerah


Rancakalong sudah mengenal teknologi modern dan sudah menggunakan peralatan
selayaknya desa-desa yang sudah maju. Bahkan teknologi yang digunakan dalam
acara tersebut juga menggunakan teknologi pengeras suara (modern).

Rumah-rumah di daerah itu juga sudah ada yang modern, bahkan jarang
ditemukan rumah-rumah model lama(jaman dulu). (wawancara dengan Aki Anang)

Pencaharian Hidup : Kp Cijere, Rancakalong, Kab Sumedang khususnya,


adalah daerah agraris dimana sebagain besar kehidupan masyarakat disana adalah
bertani. Hal ini di tunjukan dengan kegiatan Tradisi Tarawangsa dan Bubur Suro,
yang mana keseluruhan bahan-bahan untuk Ngabubur Suro adalah hasil tani.
(wawancara dengan Aki Anang)

Sistem Religi : Seiring berkembangnya Agama Islam, kepercayaan masyarakat


Kp Cijere, Rancakalong, Kab Sumedang khususnya, adalah Agama Islam. Hal ini di
tunjukan ketika di laksanakanya kegiatan Tradisi Tarawangsa dan Bubur Suro. pada
saat pelaksanakaan sering di lakukan berbagai macam Doa kepada Allah Swt.
Terutama pada saat akan dilakukanya pengolahan adonan Bubur Suro. (wawancara
dengan Bapak Maman)

Kesenian : Sumedang terkenal dengan salah satu julukanya yaitu Pusar


Budaya Sunda hal ini memang benar adanya,. Salah satunya adalah Tradisi Lokal
masyarakat Kp Cijere, Rancakalong, Kab Sumedang yaitu kegiatan Tradisi
Tarawangsa dan Bubur Suro. kegiatan ini dilaksanakan dengan berbagai macam
kesenian yaitu, Tarawangsa, Jentreng dan Tari-tarian.

LAMPIRAN KEGIATAN
Narasumber Bapak Maman

Aki Ananf Bapak Rasidi

Anda mungkin juga menyukai