Anda di halaman 1dari 10

Rangkaian kenangan di Kala Pengabdian

Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) IAIN Ponorogo

Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan salah satu visi dari seluruh
perguruan tinggi yang ada di Indonesia dan merupakan pencapaian yang harus di
topang penuh oleh seluruh mahasiswa guna melahirkan orang-orang dengan
semangat juang tinggi sekaligus pribadi berselimuti pemikiran-pemikiran kritis,
kreatif, mandiri, serta inovatif. Untuk merealisasikan prinsip dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi ini yang salah satunya adalah pengabdian masyarakat, maka
perguruan tinggi di Indonesia mencanangkan kegiatan Kuliah Pengabdian
Masyarakat atau disingkat KPM.

KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat) adalah tugas akhir di setiap perguruan


tinggi, baik itu Universitas umum maupun Universitas Islam. Tahun 2023 kembali
dilaksanakan secara offline dengan tambahan beberapa kota yang sebelumnya tidak
ada, seperti Wonogiri dan Magetan. Tentunya, pelaksanaan KPM 2023 secara offline
ini telah melalui beberapa pertimbangan dari berbagai pihak yang bersangkutan.
Pelaksanaan KPM secara offline memberikan semangat baru bagi mahasiswa.

Pembukaan Kuliah Pengabdian Masyrakat di Balai Desa Kecamatan Parang


Magetan.

Pada tahun ini, pembukaan KPM dilaksanakan di Balai Desa Kecamatan


Parang dengan setiap kelompok mengirimkan perwakilan 4 anak di seluruh
kelompok yang ada di Parang Magetan. Pembukaan dilaksanakan jam 08.00 pada
tanggal 3 Juli 2023. Sebelum menghadiri pembukaan di Kecamatan, mahasiswa
menghadiri pelepasan di IAIN Ponorogo Kampus 1 jam 07.00 pagi. Pembukaan di
Kampus 1 dipimpin oleh Ibu Rektor IAIN Ponorogo sendiri. Sedangkan di Kecamatan
Parang dihadiri oleh dosen yang mengkoordinir di setiap kecamatan. Sayangnya, saya
tidak dapat mengikuti kedua pembukaan tersebut dikarenakan saya dijadwalkan
berada di posko untuk menata tempat tidur.

Pembukaan KPM di Desa Pragak sendiri tidak mengadakan secara formal di


Balai Desa Pragak, hal ini dikarenakan guna meminimalisir pengeluaran. Untuk
mengganti pembukaan itu sendiri, kami sowan kerumah Bapak Lurah Sutrisno,
sesepuh, kedua RT/RW sekitar, dan masyarakat lain seperti waktu yasinan ibu-ibu
dan bapak-bapak. Dan mereka semua menerima kami dengan hangat dan baik.

Memupuk Rasa Kekeluargaan Bersama Anggota Kelompok

Pada pagi hari, kami melakukan senam sehat di halaman posko. Senam sehat
ini dilaksanakan pukul 06.00 pagi. Untuk instrukstur senam itu sendiri, dilakukan
oleh saya sendiri selaku peserta KPM lewat panduan dari Youtube. Setelah senam
selesai, kami lanjut sarapan pagi. Sarapan tersebut dimasak oleh teman-teman yang
piket masak pada hari tersebut. Kami memasak sehari dua kali saja pada pagi dan
sore. Untuk makan siang, peserta KPM dibebaskan untuk memasak atau memakan
lauk yang tersisa pada sarapan tadi. Jika lauk atau nasi sudah habis, maka peserta
KPM dibebaskan untuk memasak sendiri. Jika persediaan bahan makanan habis,
maka kami pergi ke pasar Parang untuk membeli bahan-bahan tersebut.

Pasar terletak lumayan cukup jauh, sekitar 10 menit dari posko. Dan di
Magetan itu sendiri, udaranya sangat dingin karena dekat dengan pegunungan. Jika di
Pasar Parang tidak ada, kami mencari bahan di ruko terdekat atau di Pasar
Lembeyan. Pasar Lembeyan terletak lumayan jauh, hampir 20 menit untuk kecepatan
standar 40 dengan naik motor. Disamping hal tersebut untuk lebih memudahkan
dalam masak memasak, kami membuat jadwal piket untuk memasak pada pagi dan
sore hari. Untuk jadwal piket lainnya, kami ada piket posko. Untuk kamar perempuan
dan laki-laki dibedakan jadwal piket poskonya. Dengan adanya jadwal posko
tersebut, kegiatan kami menjadi lebih terstruktur dan efisien, sehingga kami dapat
memfokuskan kegiatan yang lain agar berjalan sesuai tupoksi masing-masing. Kami
biasanya untuk sarapan dan makan malam selalu makan bersama-sama, namun pada
siang hari kami makan sendiri-sendiri. Untuk kelompok makan biasanya memakai
leser atau piring besar agar dapat dimakan empat sampai 5 orang.

Selain itu, kami juga ada rapat kegiatan. Rapat tersebut dilaksanakan untuk
memusyawarahkan apa saja kegiatan yang kami ikuti selama di Desa Pragak ini.
Seusai rapat biasanya kami berbincang-bincang santai. Ada yang main game, ada
yang makan, video call bersama keluarga, teman atau pacar, dan ada yang main uno
bersama. Setelah dirasa lelah dan mengantuk, kami beranjak untuk tidur. Kami
biasanya tidur lewat tengah malam. Hal ini menyebabkan mata menjadi sayu,
memiliki kantung mata atau mata panda yang hitam sehingga kami menjadi monster
panda. Namun pada pagi harinya, kami tetap bangun jam 05.00 pagi untuk sholat
subuh dan lanjut tertidur kembali karena suasana yang sangat cocok untuk tidur
kembali.

Sebelum kami pulang, kami juga menyempatkan untuk makan-makan


bersama seperti tempura, kentang goreng, dan sebagainya sebagai selebrasi
selesainya kami mengabdi di Desa Pragak ini. Kami berkumpul dan karaoke bersama
untuk membangun kehangatan selama kami disini. Ada yang hanya berbincang-
bincang melontarkan candaan satu sama lain, dan ada yang bermain uno.

Menjalin Hubungan Sosial dengan Segenap Masyarakat Desa Pragak

Berfokus pada tujuan kami yaitu pengabdian masyarakat, kami juga


melakukan berbagai macam kegiatan bersama dengan masyarakat Desa Pragak.
Antara lain posyandu balita, posyandu lansia, yasinan rutinan malam Rabu dan
malam Jum’at, dan senam Sabtu pagi bersama ibu –ibu lansia. Untuk posyandu balita
dilaksanakan di berbagai dusun yang tersebar di desa Pragak. Pada 10 Juli 2023
pukul 09.00 WIB, kami melakukan posyandu balita yang ada di balai desa Pragak.
Itulah saat pertama kalinya saya membantu dan mengetahui secara penuh bagaimana
cara kerja para ibu-ibu kader posyandu ini bekerja. Pada hari itu juga bertepatan
dengan acara lomba makanan untuk balita. Dan di balai desa Pragak sendiri memasak
bothok ayam dengan nasi. Dan kami ditugaskan untuk menjadi juri makanan
posyandu balita di setiap dusun yang ada di Pragak agar dapat mengetahui mana
yang paling enak dan sehat untuk balita.

Selain posyandu, pada malam hari kami mengikuti yasinan rutin pada malam
Rabu dan malam Jum’at. Untuk malam Rabu yasinan bertempat dirumah Pak Broto.
Beliau adalah orang yang sangat ramah dan sangat senang memperkenalkan kami
kepada jama’ah yasin bahwa di desa ini kedatangan KPM dari IAIN Ponorogo. Kami
disambut hangat dengan warga sekitar dan mereka mengharapkan selama kami
disini, kami akan selalu datang di yasinan rutinan tersebut. Setelah itu Pak Broto
memberikan mic nya kepada ketua kelompok 25 yaitu Muhaimin untuk mengatakan
sepatah dua patah kata. Kami pulang dengan membawa snack dari mushola Pak
Broto.

Pada tanggal 28 Juli 2023, di Sendang Mbeji dekat dengan Balai Desa Pragak
mengadakan bersih desa yang dilaksanakan setelah dzuhur. Pagi harinya kami
membantu mempersiapkan acara tersebut dengan mengangkati alat untuk
karawitan, sound, dan menyapu Sendang Mbeji. Alat karawitan tersebut diambil dari
rumah Bapak Muhyar selaku pemilik rumah dan posko kami tinggal. Setelah tempat
dan lokasi siap, kami pulang untuk mandi dan siap-siap untuk acara tersebut. Acara
dimulai pukul 14.00 siang. Suasana sangat ramai dan banyak yang berjualan, seperti
pop ice, telur gulung, crepes, balon, dan mainan anak-anak. Acara bersih desa ini
menampilkan karawitan asli dari Desa Pragak, yaitu Parogo Laras. Parogo Laras ini
memiliki anggota bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah berumur. Terdapat 3
penyinden sekaligus menari bergantian. Kami datang dan duduk di kursi tamu.
Alunan musik karawitan pun mulai terdengar dengan apik. Penari dan penyinden
memulai dengan sangat cantik. Para penari menari memakai selendang yang sangat
panjang sampai kaki untuk memanggil penonton untuk diajak menari ke depan. Itu
semua disebut dengan Galungan.

Waktu beranjak mulai sore, penonton mulai banyak yang menari ke depan.
Bahkan saya dan teman saya Halimah pun dikalungi selendang agar maju dan menari
ke depan. Awalnya kami berdua malu-malu karena tidak terbiasa menari dan
berjoget didepan orang banyak. Sehingga Pak Broto dan Pak Muhyar memanggil kami
semua untuk maju kedepan berjoget bersama. Ditemani dengan sinden kami
bernyanyi banyak lagu, seperti Pepeling, dan Perahu Layar. Selesai acara pukul 17.00
sore, kami membantu untuk mengembalikan alat-alat karawitan ke rumah Pak
Muhyar dan kami lanjut untuk membersihkan diri dan istirahat. Kesan pertama
melihat Galungan secara langsung ternyata sangat ramai dan menarik untuk di ikuti.
Acara seperti ini sangat baik untuk melestarikan kebudayaan daerah.

Semangat Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak-Anak di Desa Pragak


Minggu ketiga kami mulai memasuki PG/PIAUD, TK, dan SD. Dari dua puluh
anak kami terbagi di ketiga sekolah tersebut. Dan saya masuk jadwal mengajar BTQ
di SDN 1 Pragak. Lokasi SDN 1 Pragak berada di pinggir jalan raya besar. Kami
mengajar pada jam 07.30 sampai 08.00 setiap hari Senin sampai Kamis sebelum kelas
jam pertama. Saya kebagian mengajar anak kelas 5 SD bersama Vivi. Kelas tersebut
hanya berjumlah 7 siswa saja. Sebelum kelas dimulai, anak-anak dikumpulkan di
lapangan untuk bersalam-salaman dengan bapak ibu guru. Setelah semua masuk
kelas, kami berdoa bersama untuk memulai pengajaran. Hal pertama yang saya
lakukan adalah bertanya kepada siswa tersebut sudah sampai manakah mereka
pandai membaca atau menulis Al-Qur’an. Dan ternyata setiap anak berbeda-beda
tingkatan bisa atau tidaknya. Ada yang masih iqro’ 3, dan ada yang sudah Al-Qur’an.
Di kelas yang saya ajar, mereka sangat antusias dan mengikuti apa yang saya ajarkan
kepada mereka, seperti menulis surah Al-Kafirun dan menghafal beberapa surah
pendek. Jika waktu masih tersisa, saya memberikan tambahan materi seperti wajib
wudhu, puasa dan sholat. Setelah jam habis, kami pergi ke basecamp yang ada di
perpustakaan sekolah. Jika bel istirahat pertama sudah berbunyi, kami bergegas
pulang untuk melanjutkan kegiatan lainnya.

Sore harinya, kami juga mengajar TPQ di beberapa dusun yang ada di Pragak.
Dan saya, Riza, Vivi, Putri, dan Fatma kebagian jadwal di dusun Jombok yang lumayan
jauh dengan jalan yang sulit. Perjalanan yang diperlukan sekitar 10-15 menit untuk
tiba disana. Untuk bagian yang perempuan, kami mengajar anak-anak yang
perempuan dan begitu pula sebaliknya. Usia mereka sekitar 5 tahun sampai SMP.
Metode yang dipakai disana memakai kartu untuk menandai sampai mana mereka
membaca, dan ada juga kartu untuk menghafal yang akan disetorkan dan ditanda
tangani setiap mereka hafalan. Kesan pertama setelah mengajar disana adalah
mereka terlalu mudah untuk melanjutkan bacaan padahal masih belum cukup lancar,
dan para guru juga pada saat diwawancarai mereka berkata bahwa jika tidak
dilanjutkan mereka akan marah dan enggan untuk mengaji kembali. Namun ketika
kami mulai bergabung pada TPQ tersebut, di kartu bacaan kami tulis ulang karena
belum cukup lancar untuk dilanjut ke halaman selanjutnya. TPQ Jombok selesai pukul
17.00, kami pun bergegas untuk pulang.
Pragak, Desa yang Kaya akan Kesenian dan Budayanya

Di Desa Pragak sendiri ternyata memiliki beragam kesenian yang sangat


diperhatikan oleh pemerintah daerah, yaitu karawitan, jaranan, dan batik. Untuk
karawitan, kami bergabung dengan karawitan Parogo Laras untuk ikut berlatih
selama kami disini. Latihan dilaksanakan setiap malam Senin, malam Kamis, dan
malam Sabtu. Dan untuk latihan yang ada pelatihnya setiap malam Senin dan malam
Kamis. Kami memiliki dua pelatih tetap. Tidak hanya melatih anak-anak KPM namun
mereka juga melatih bersama bapak ibu yang ada di Desa Pragak. Beliau bernama
Bapak Gimin dan Ibu Nunuk. Bapak gimin memegang kendang dan Ibu Nunuk
menjadi pelatih tetap, namun terkadang menjadi sinden jika sinden yang lain
berhalangan hadir. Ibu nunuk melatih kami selalu memakai jimat andalannya, yaitu
rotan kecil yang panjangnya sekitar satu lengan untuk menunjuk bagian siapa yang
salah pukul atau salah nada. Untuk bapak Gimin, beliau orang yang sangat peka nada
jika ada dari kami yang keliru. Beliau adalah spesialis kendang dangdut karawitan.
Jika tanpa beliau, rasanya kurang ada manis-manisnya. Kami latihan mulai pukul
19.30-21.00 WIB.

Memasuki minggu kelima, kami mulai melakukan take video untuk kami
jadikan progress selama kami latihan disini. Kami mengenakan seragam kaos KPM
2023 dan video kami ambil bersama kedua pelatih kami pada malam Sabtu. Untuk
teman-teman saya yang tidak kebagian bermain alat musik, mereka menemani saya
untuk bernyanyi menjadi backing vocal atau sekedar duduk didepan. Kami
melakukan lima sampai enam kali take untuk menghasilkan video seperti yang kami
inginkan. Setelah proses take video sudah selesai, kami tak lupa berfoto dengan
pelatih karena ini merupakan latihan kami yang terakhir sebelum kami pulang dari
pengabdian.

Pada waktu penutupan di rumah Bapak Muhyar, kami bertemu kembali


dengan kedua pelatih dan mendapat kabar bahwa lusa akan diadakan Galungan di
Sor Asem dalam rangka menyongsong Kemerdekaan Indonesia dan kami diminta
untuk tampil sebagai persembahan terakhir sekaligus berpamitan dengan seluruh
warga Pragak dan kami menyanggupi permintaan Ibu Nunuk tersebut karena untuk
melatih mental kami selama latihan disini. Tiba pada malam harinya, kami berangkat
bersama-sama untuk pergi ke lokasi Sor Asem untuk acara Galungan tersebut
bersama Bapak dan Ibu Muhyar. Kami memakai jas almamater untuk seragam kami
malam ini.

Semua warga telah berkumpul dan para pedagang sudah sangat banyak. Pak
Broto langsung mengarahkan kami ke tempat karawitan tersebut dan langsung
menempati tempat sesuai alat yang dikuasai masing-masing. Pak Broto sebagai MC di
acara tersebut langsung mempersilahkan kami untuk memulai dengan lagu Pepeling
sebagai opening. Setelah selesai, ternyata kami belum diperbolehkan untuk turun
panggung karena ternyata kami diminta sekali lagi untuk menampilkan lagu yang
sama. Namun yang membuat berbeda adalah semua dari peserta KPM yang tidak
kebagian alat disuruh untuk maju kedepan untuk bernyanyi dan berjoget bersama-
sama. Saya sangat bahagia melihat mereka dapat tertawa dengan lepas dan bernyanyi
sambil berjoget di depan seluruh warga Desa Pragak. Setelah lagu selesai, kami duduk
bersama warga menonton Galungan sebentar sebelum kami pamit untuk acara
makan-makan dalam rangka perpisahan.

Kemudian ada Batik Parang Selo yang dikelola sendiri oleh masyarakat
Pragak yang sudah mendunia. Pada saat kami wawancara, Pak Eko adalah selaku
manager pemasaran dari Batik Parang Selo sendiri. Beliau melakukan promosi lewat
story Whatsapp dan Facebook. Menurut beliau, nama Parang Selo diambil dari kata
Parang yaitu kecamatan Parang, dan Selo yaitu Batu Besar karena di Desa Pragak
sendiri terdapat banyak batu yang berukuran besar. Jadi, sebagian besar motif dari
batik tersebut adalah modifikasi dari batu dan dikembangkan dengan motif lainnya.
Kami membantu pemasaran dengan paid promote pada akun peserta KPM pribadi
dan membuatkan katalog baru. Batik Parang Selo ini dapat dipesan melalui website,
nomor Whatsapp, Facebook, dan offline store.

Selain itu, ada juga kesenian Jaranan. Kesenian Jaranan sendiri memiliki
komunitas atau sanggar tersendiri, jadi untuk anggotanya tidak hanya dari kalangan
pemuda saja namun dari orang-orang dewasa. Di dalam kesenian Jaranan, ada
beberapa tarian yang berbeda-beda seperti Tari Bujang Ganong, dan Barongan. Aura
mistis memang sangat kental karena pada kesenian ini terdapat beberapa atraksi dan
sajen kemenyan yang ditaruh di beberapa tempat. Para penari dirasuki oleh makhluk
halus dan mereka akan terus menari dengan mata yang putih. Yang menjadi ciri khas
adalah terdapat empat pecut yang sangat besar dan dimainkan dengan bunyi yang
sangat keras dan disaat mereka berganti pemain, mereka harus bersalaman terlebih
dahulu. Empat orang itulah yang akan menjadi penyembuh bagi para penari yang
kesurupan. Jaranan ini ditampilkan pada saat sesudah Penutupan KPM Kelompok 25
Multi Disiplin.

Gold Medal Pertama dari Kami untuk IAIN Ponorogo

Siapa bilang kenangan yang saya buat hanya untuk pengabdian masyarakat?
Saya dalam masa-masa mengabdi ini juga memiliki kisah lain yang mungkin berkesan
untuk kalian baca. Selain berkutat dengan kegiatan-kegiatan KPM, saya juga membagi
waktu untuk persiapan dan latihan dalam lomba paduan suara tingkat nasional di
UIN Satu Tulungagung. Suka duka saya hadapi dimasa latihan yang mana saya bolak
balik dari posko ke Kampus I untuk mengikuti latihan bersama teman-teman paduan
suara saya. Hal tersebut saya lakukan sampai di hari sebelum pemberangkatan
lomba.

Hari perlombaan, 12 Juli 2023, seluruh latihan dan kesiapan mental kami
pertaruhkan pada lomba ini. Dengan membawakan 2 buah syair daerah, Semanggi
Surabaya dan Ondel-Ondel kami bernyanyi dan menari dengan penuh perasaan.
Terbukti tanggal 13 Juli 2023, bertepatan dengan pengumuman kejuaraan lomba,
kami mendapatkan Gold Medal dalam kategori Best Folklore Song Performance
dengan urutan kedua. Hasil yang kami dapat setelah berkutat dengan padatnya
kegiatan yang membuat kami sedikit tertekan menjadi suatu hal yang patut untuk
dibanggakan. Saya ucapkan terimakasih pada teman-teman UKM Seiya yang
mensupport atas kenangan kecil yang sangat berharga ini.

Penutup

Penutupan KPM kami dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2023 pukul 18.30
di rumah Bapak Muhyar. Acara berlangsung khidmat dihadiri oleh Dewan
Pembimbing Lapangan, Kepala Desa dan perangkatnya, dan beberapa tokoh
masyarakat yang ada di Desa Pragak. Mendengar sambutan oleh Bapak Muhyar
selaku pemilik rumah, beberapa dari kami tidak dapat menahan tangis karena betapa
baiknya beliau dalam membuat kami nyaman dan betah untuk tinggal di Desa Pragak
ini. Disambung sambutan oleh oleh Ibu Yuenti selaku DPL kelompok 25, beliau tak
lupa memberikan pantun diakhir sambutannya dengan sangat meriah. Tak lupa
beliau mengucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat Desa Pragak karena
ikut mensukseskan acara KPM tahun ini dengan sangat baik.

Untuk yang terakhir kali, saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ibu Yuenti selaku DPL kami karena telah membimbing kami selama masa
pengabdian. Kemudian untuk Bapak dan Ibu Muhyar selaku orang tua kami selama
disana yang sangat baik membuat kami betah dan enggan meninggalkan posko
karena telah seperti rumah kami sendiri. Untuk Kepala Desa, dan seluruh masyarakat
di Desa Pragak atas kebaikan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami tentang
pentingnya bersosial, bermasyarakat, toleransi, dan saling menghargai antar satu
sama lain. Banyak sekali pelajaran yang dapat saya ambil dari KPM 25 di Desa Pragak
pada tahun ini. Tak lupa untuk teman-temanku kelompok 25 yang sangat kusayangi
selayaknya saudara sendiri, terimakasih telah membantu dan menemaniku selama
kegiatan KPM berlangsung. Dan banyak cerita yang dapat saya ceritakan pula jika
saya sudah pulang kerumah nanti. Banyaknya perbedaan latar belakang membuat
saya berfikiran lebih terbuka dan menyadari bahwa pentingnya saling menghargai
perbedaan. Keluarga tak sedarah saling mengikat berharap suatu saat akan bertemu
dan dikumpulkan kembali di versi terbaiknya masing-masing. Kisah ini nantinya akan
tetap hidup dan saya kenang serta akan saya ceritakan kembali suatu saat nanti.

“No words can explain all the memories and the feelings which got into mine”.

Anda mungkin juga menyukai