Anda di halaman 1dari 9

“Seuntai Memori Saat Ku Abdikan diri”, A memoir of Tlatah Plancungan

Muhammad Haziq Alwie Danial


(Peserta KPM Multi Disiplin di Desa Plancungan)
Pendahuluan
Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang tengah
berada pada tingkatan lebih tinggi, yang sangat di inginkan akan pendidikan
serta intelektualitas yang dimilikinya. Sehingga peran, fungsi dan tanggung
jawabnya sangat berpengaruh akan perkembangan di era mendatang.
Mahasiswa pun tak akan terlepas dari tiga perkara yang istilahnya sangat
sering didengar yakni, Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam Bahasa Indonesia,
istilah ini berarti Tiga Janji Perguruan Tinggi, Yakni Pendidikan, Penelitian, dan
Pengabdian Masyarakat. Dari ketiga hal tersebut, tersiratlah identitas
mahasiswa yang memiliki tanggung jawab dalam hal keintelektualan,
kesosialan, dan kemoralan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal ini juga di ujarkan dalam peran mahasiswa sebagai agent of change, social
control, serta moral force dalam masyarakat. Oleh karena itu, Tri dharma
Perguruan Tinggi ini dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa Institut Agama
Isalam Negeri Ponorogo
Dalam era ini, Mahasiswa IAIN Ponorogo tidak hanya dituntut untuk
mengembangkan intelektualnya di dalam mata kuliahnya, ataupun
bersosialisasi dalam lingkungan kampus. Akan tetapi, mereka harus dapat
memenuhi Tri Dharma yang ketiga yakni Pengabdian ke Masyarakat.
Mahasiswa dalam hal ini tidak hanya berperan sebagai seorang individu yang
hanya memikirkan dirinya sendiri. Namun juga harus dapat berkontribusi dan
bersosialisasi secara nyata ke dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, diberlakukannya Upaya pengabdian masyarakat sangatlah dibutuhkan.
Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi serta
sosialisasi dari mahasiswa dengan berbekal ilmu yang telah didapat pada
masa perkuliahan. Pengabdian Masyarakat ini dapat dilakukan mulai dari
lingkungan sekitar tempat mahasiswa. Paling dekat dapat dimulai dari
tetangga, lalu meluas sampai ke desa, hingga ke desa lain, satu kecamatan ke
kecamatan lain, hingga ke kota-kota. Pengabdian yang dilakukan dapat berupa
kegiatan bakti sosial, inovasi teknologi, kewirausahaan, ataupun
pengembangan keilmuwan yang bertujuan agar terus berkesinambungan. Di
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, Kegiatan Pengabdian Masyarakat
diusung dengan nama Kuliah Pengabdian Masyarakat, atau disingkat KPM.
KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat)secara umum adalah tugas akhir
di setiap perguruan tinggi, baik itu Universitas umum maupun Universitas
Islam. Tahun 2023 kembali dilaksanakan secara offline dengan tambahan
beberapa kota yang sebelumnya tidak ada, seperti Area Kecamatan
Purwantoro, Wonogiri dan Kecamatan Parang, Magetan. Tentunya,
pelaksanaan KPM 2023 ini telah melalui beberapa pertimbangan dari berbagai
pihak yang bersangkutan. KPM diharapkan memberi motivasi dan semangat
kepada seluruh Mahasiswa IAIN Ponorogo.
“Bismillahirrahmanirrahim”
Inti
Bagian Pertama: Berpindah menuju Tlatah Plancungan
Persiapan dimulai pada tanggal 2 Juli 2023, kami terlebih lebih dulu
menuju posko yang telah disetujui, bersama kepala desa. Lalu kami
membersihkan dan merapikan posko agar layak kami tempati. Kami juga
mengatur jadwal piket kebersihan dan memasak agar memudahkan kami
mengatur segala hal dalam kegiatan di waktu mendatang. Pada hari
selanjutnya, pada tanggal 3 Juli 2023 perjalanan kami pun dimulai. Pada waktu
itu dilakukanlah pelepasan peserta KPM oleh Kampus yang kemudian
langsung berangkat menuju posko masing masing daerah. Posko kami, Posko
KPM Kelompok 49, berada pada sebuah bangsal penyimpanan hasil pertanian
warga, yang tengah di alih fungsikan menjadi tempat pembuatan jamu. Posko
ini berada di tengah sawah, diantara Dusun Jetis, dan Dusun Asem Legi. Posko
Kami masih belum sesuai dengan yang kami harapkan dimana tempat tidur
para peserta KPM putra dan putri menjadi seatap. Kami sendiri ingin
menghindari adanya pembicaraan yang kurang baik karena hal ini, maka dari
itu kami bernegosiasi dengan kepala desa dan kamituwo dari ketiga dusun.
Pada akhirnya mereka mengijinkan kami untuk tinggal seatap tetapi ruangan
kami dipisah, dan kami pun memulai aktivitas seperti biasa. Pada malam
harinya kami berencana untuk sowan atau bersilaturahmi ke rumah beberapa
perangkat desa. Kami pun diterima dengan baik oleh mereka, dan mereka juga
memberi nasehat kepada kami agar nantinya dapat berjalan dengan baik.
Keesokannya pun kami sudah disapa warga setempat untuk membantu
memanen kacang tanah bersama, sebagai imbalannya petani tersebut
memberi kami beberapa kacang tanah. Hal yang sangat berkesan di minggu
awal kami berada disana, warga-warga desa yang sangat ramah terhadap kami
membuat kami betah, bahkan pemuda pemudi disana juga sangat welcome
dengan kehadiran kami. Sore harinya pun kami langsung diajak berolahraga
sepak bola bersama mereka. Awal hari yang sangat berkesan untuk kelompok
kecil kami.
"That's one small step for man, one giant leap for mankind."
Bagian Kedua: Awal yang terkenang untuk proses mendatang
Pembukaan KPM pun dilakukan tanggal 5 Juli 2023, pembukaan
dilaksanakan pada pagi hari, bertempat di Balai Desa Plancungan. Pembukaan
KPM kami dilangsungkan dengan sederhana dengan beberapa tamu undangan,
beberapa perangkat desa dan tak lupa ibu Dosen Pembimbing KPM kami.
Pembukaan KPM tersebut dibarengi dengan penjelasan metode penelitian dan
pengaplikasian kegiatan KPM kami yakni dengan metode ABCD, dimana kami
difokuskan untuk mengembangkan potensi desa yang sudah ada. Dari
pembukaan ini pun kami mulai mereng-reng proker inti apa yang akan kami
canangkan di desa ini. Seusai pembukaan kami mulai melanjutkan sowan ke
bebe sesepuh di Desa Plancungaan. Hal ini bertujuan guna memupuk rasa
sosial kami kepada masyarakat agar saling berhubungan baik satu sama lain.
Kegiatan sosial lainnya pun juga kami lakukan pada hari yang sama seperti
mengikuti kerja bakti dengan warga setempat, kerja bakti ini dilakukan
dengan membersihkan balai desa serta jalan-jalan dari semak belukar maupun
rumput liar, serta memberi obat dengan semprotan agar rumput liar tersebut
mati.
Disamping melakkan kerja bakti dengan warga setempat, kami juga
melakukan bersih makam pepunden dari tanah Plancungan, walaupun saya
masih berhalangan hadir pada saat itu, akan tetapi teman-teman mahasiswa
KPM yang lain sangat antusias membersihkan makam tersebut. Terlihat dari
mereka yang membawa alat-alat untuk bersih makam dari meminjam ke
warga setempat yang diakhiri dengan melakukan doa bersama. Berlanjut ke
malam hari, kami melakukan Yasinan dan Tahlilan di posko kami. Hal ini kami
lakukan sebagai niat baik kami menumpang di tanah tersebut. Kegiatan
Yasinan dan Tahlilan ini juga kami lakukan bersama warga setempat mengikuti
jadwal dari mereka.
Kegiatan kemasyarakatan lain yang kami lakukan yakni Posyandu
Balita dan Posyandu Lansia. Posyandu dilaksanakan di 2 tempat, di rumah
kamituwo Asem Legi dan di Balai Desa Plancungan. Dalam kegiatan posyandu
ini, kami membantu para staf Kesehatan setempat dalam mendata, mengukur,
serta mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan pada kegiatan tersebut. Hal
yang sama kami lakukan pada Posyandi Lansia. Pada kegiatan ini, para peserta
lansia sangatlah antusias atas kedatangan kami. Kami juga membantu panitia
untuk membagikan jajanan kepada peserta setelah mereka selesai cek
Kesehatan. Setelah acara selesai kami juga membantu membereskan tempat
dan peralatan. Kegiatan ini memupuk kesabaran dan semangat mahasiswa
KPM untuk ikut andil dalam mensejahterakan Kesehatan masyarakat desa
Plancungan.
“One person can make a difference, and everyone should try”
Bagian Ketiga: Menjaga Kespiritualan Masyarakat, serta Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa dengan Sosialisasi Literasi.
Mengabdi untuk masyarakat tak serta merta hanya berfokus pada
kehidupan bersosial bersama warga setempat. Sebagai moral force, kami juga
mengabdikan diri pada kesejahteraan pendidikan dan keagamaan warga,
terutama untuk generasi-generasi penerus bangsa. Berbagai kegiatan
pendukung pun kami laksanakan, yakni yang pertama adalah Bimbel atau
Pendampingan Belajar. Kegiatan ini berfokus pada pengembangan
keintelektualan dari anak-anak. Sebelumnya kami sowan ke SD setempat, SDN
1 Plancungan. Di SD tersebut kami diberikan kesempatan untuk menjadi
pendamping beberapa mata pelajaran. Kami menggunakan kesempatan
tersebut untuk membimbing para siswa dalam beberapa aspek pembelajaran
dengan disisipi keagamaan di dalamnya. Pada waktu itu, saya bersama partner
mahasiswa saya melakukan pendampingan belajar Bahasa Inggris di kelas 2.
Dengan tipikal anak-anak yang sulit focus dan gampang bosan, kami memutar
cara agar mereka antusias dengan materi yang kami berikan. Maka dari itu,
kamu memadu padankan materi dengan lagu anak-anak yang mudah
dimengerti. Terlihat semangat dan antusias mereka meningkat pada materi
yang kami ajarkan. Selain itu, di sela-sela pelajaran kami juga mengajak
mereka untuk bermain permainan anak-anak agar mereka tidak bosan.
Aktifitas tersebut berlangsung dengan lancer dan sangat membekas di benak
kami akan pengalaman mengajar yang begitu berharga dengan siswa-siswa di
desa Plancungan.
Disamping menjadi pendamping pada jam sekolah, kami juga mengajak
siswa untuk mengikuti bimbel pelajaran yang kami lakukan di posko. Hal ini
meningkatkan semangat beberapa siswa yang dalam waktu dekat akan
mengikuti lomba. Kami pun berfokus membimbing mereka sesuai kebutuhan
mereka, seperti olimpiade matematika, mewarnai, dan menyanyi Islami.
Bimbingan yang kami lakukan sudah terjadwal rutin hingga hari perlombaan
tersebut dilakukan. Syukur Alhamdulillah walaupun belum membawa piala
kemenangan, para siswa yang kami ajar sangat berterima kasih kepada kami.
Selain hal tersebut, Kami juga melakukan pendampingan dalam
keilmuan di bidang agama. Kami membantu para ustazah madin untuk
membimbing para santri-santri mempelajari dan memperdalam Al-Qur’an dan
Fiqh Islami. Pada aktifitas Madrasah Diniyah kami membimbing santri untuk
membaca Iqra’, serta menulis huruf hijaiyah. Satu persatu santri kami bimbing
dalam membaca dan menulis dengan sabar dan penuh perhatian. Kami juga
memandu mereka untuk menghafalkan doa-doa harian serta menuntun
mereka dalam taharah, adzan dan tata cara shalat. Kegiatan bimbingan
tersebut sangat mempererat hubungan kami dengan siswa serta santri yang
kami bimbing.
Kegiatan bukan hanya membimbing dan mendamping, sebagai kegiatan
pendukung, kami bekerja sama dengan Pustaka Gerilya untuk meningkatkan
daya literasi dan minat baca anak-anak di desa Plancungan. Pustaka Gerilya
sendiri adalah sebuah komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan literasi
anak-anak bangsa terkhusus di wilayah Ponorogo ini. Dalam Pustaka Gerilya
ini anggota komunitas membawa banyak sekali buku di dalam mobil berjalan.
Para siswa dikumpulkan terlebih dahulu untuk diberikan wawasan awal
mengenai literasi, lalu dipersilahkan satu persatu untuk mengambil buku
untuk dibaca sesuai keinginan mereka. Saya pun juga mengambil buku
astronomi untuk saya baca sendiri, dan menariknya beberapa siswa
berkumpul mengitari saya. Saya pun refleks membacakan dan menceritakan
mengenai isi buku tersebut. Saya sangat senang atas antusias mereka yang
aktif bertanya dan menanggapi apa yang saya baca. Selain membaca, mereka
juga dapat bermain dengan boneka tangan, serta ular tangga dengan quiz yang
menarik. Pustaka Gerilya ini menjadi pengalaman yang berharga bagi saya
pribadi karena pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini.

“Live, Love and Learn”


Bagian Keempat: Merajut Ekonomi Melalui Produktivitas UMKM
Masyarakat Desa Plancungan
Kegiatan kami tak hanya terbatas pada keilmuwan dan kegiatan sosial,
kami juga berfokus lebih pada keadaan ekonomi masyarakat desa Plancungan.
Terdapat beberapa potensi ekonomi yang dapat dikembangkan di desa
Plancungan ini. Kami pun mulai ikut berpartisipasi dalam setiap prosesnya
agar dapat menganalisa setiap kondisi UMKM tersebut. Produsen yang kami
pantau dan ikut serta di dalamnya antara lain, Produsen Keripik Tempe,
Produsen Gerabah, Pengrajin Tas Anyam, dan UMKM Jamu bubuk Herbal. Kami
tak hanya memantau proses produksi dari setiap UMKM, akan tetapi kami juga
ikut berproses di dalamnya, seperti halnya gerabah kami juga ikut membuat
gerabah dari tanah liat. Produksi gerabah ini memiliki kesulitan dalam hal
tenaga kerja dan pemasaran. Dalam pengerjaanya hanya terdapat 1 orang yang
dapat membuat gerabah tersebut. Hal ini sangatlah miris, karena belum ada
generasi baru yang melanjutkannya. Berbeda halnya dengan produksi tas
anyam, yang mana produksi tas anyam tradisional ini sudah memiliki penerus
dalam usahanya namun kesulitan yang dihadapi yakni dalam hal pemasaran.
Pemasaran yang dilakukan masih secara lokal. Lebih dari itu terdapat produksi
Jamu bubuk herbal Instan, yang di pelopori oleh Ibu Indy. Produksi Jamu
Bubuk Herbal Instan ini sudah dapat dianggap maju. Selain dari penyetok
bahan yang sudah bekerja sama, peralatan produksinya pun sudah
menggunakan mesin. Kami mengikuti proses pembuatan jamu ini dari awal
hingga pemasaran. Kekurangan produksi jamu herbal ini adalah di pemasaran.
Pemasaran yang dilakukan masih dalam lingkup lokal, dengan memajangnya
di toko sekitar.
Kami mulai memilih dan berfokus pada UMKM Jamu Bubuk Herbal
Instan ini. Kabar gembira datang bagi kami setelah adanya info Bazar UMKM di
Alun-alun Ponorogo. Setelah berdiskusi, kami akhirnya ikut mendaftarkan
UMKM Jamu Bubuk Herbal Instan ini ke Bazar tersebut. Kegiatan ini
berlangsung dari tanggal 9-18 Juli. Kami setiap malam dengan terjadwalkan
dari Pukul 18.00 sampai 21.00 membantu Produsen memasarkan produk ini
di Bazar. Kegiatan ini kami ikuti dengan tujuan mempromosikan produk
UMKM tersebut ke khalayak umum. Hasil penjualannya pun terbilang cukup
baik, dan diharapkan dapat memotivasi produsen untuk lebih semangat
memproduksi produk Jamu ini. Melihat adanya potensi dari UMKM ini, kami
pun mulai berfokus untuk mengangkatnya menjadi Program Kerja Inti KPM
kami. Ini didasari dari problema yang diungkapkan produsen dimana inovasi
pemasaran dari Produk Jamu itu mulai terhenti, padahal sudah merambah ke
media sosial. Dikarenakan proses dan progress dari pemasaran lewat media
sosial terbilang sulit, maka dibutuhkan cara lain untuk menyukseskan
penjualan produk UMKM ini.
Teranalsis dari pemasaran melalui social media yang kurang
berpengaruh kamu pun memutar otak untuk mencoba memasarkan dan
mendaftarkannya di Toko Online Shopee. Selain karena Shopee adalah Toko
Online terpercaya nomor 1 di Indonesia, Shopee juga lebih mudah di
operasikan dari pada media sosial yang lain. Kami mulai memberikan
pendampingan kepada produsen sekaligus anaknya yang akan diharapkan
meneruskan bisnis UMKM ini. Pendampingan tersebut berupa mendaftarkan
produk dengan akun shopee, serta mengajari cara mengoperasikan Aplikasi
tersebut. Alhamdulillah, Program Kerja ini terbilang sukses karena produk
sudah terverifikasi terdaftar di Toko Online Shopee, serta produsen telah
cukup mampu mengelola aplikasi tersebut.
“Time is Money, and it should be well-spent, for self and others”
Bagian Kelima: Keindahan Alunan Karawitan Menjelang Perpisahan
Mengabdi pada Masyarakat tak melulu hanya dari segi Sosial, Agama,
maupun Ekonomi. Akan tetapi Kebudayaan juga ikut menjadi salah satu
potensi yang kental dengan Masyarakat, khususnya di bumi Ponorogo ini.
Plancungan dulunya terkenal dengan potensi kebudayaan berupa Reyog,
Gajah-gajahan, dan Karawitan. Namun, karena generasi penerus yang kurang
menguasai dan banyak dari mereka yang pergi keluar daerah untuk bekerja,
kebudayaan ini pun mulai menghilang.
Mahasiswa KPM tak tinggal diam untuk menghidupkan Kembali potensi
kebudayaan ini, salah satu yang tertuju pada karawitan. Kami mulai sowan ke
pegurus karawitan dan bermusyawarah untuk mulai menghidupkan karawitan
ini dengan mulai merutinkan latihan karawitan. Pada awalnya, hanya kami
bersama pelatih yang memulai latihan, lama kelamaan warga sekitar pun ikut
latihan dengan kami. Berkat antusiasme warga ini, kami sangat termotivasi
untuk lebih giat dalam latihan. Kami bersama pemuda pun mulai
mengagendakan pagelaran seni bertajuk “Gebyar Budaya” pada malam
penutupan KPM kami nanti. Selain pagelaran karawitan kami juga melatih
para anak-anak desa untuk menari tari kreasi tradisional dan tari bujang
ganong. Setiap siang kami melatih mereka dengan sungguh-sungguh, baik dari
tari ganong, tari candik ayu, dan tari manuk dadali. Ketiga tarian ini yang
nantinya menjadi persembahan pada Gebyar Budaya. Kembali ke Latihan
karawitan, Saya berperan menjadi pemain Bonang Barung dimana menjadi
patokan utama untuk memulai lagu di karawitan. Saya dengan serius berlatih
bersama mahasiswa yang lain dengan menampilkan lagu Langgam Kebogiro
dan Jamu-jamu.
“The feel of nostalgic, given by the music, shall give shiver to the hearer”

Bagian Keenam: Kuukir Memoir di Sisa Masa Terakhir


HUT RI ke-78, salah satu event nasional yang juga kami meriahkan
bersama pemuda dan warga desa. Kami ikut membantu merapikan pohon-
pohon di pinggir jalan serta mengecatnya. Tak lupa kami bersama pemuda
membuat kegiatan perlombaan dalam memeriahkan HUT RI ke-78 ini. Lomba
yang kami adakan diikuti oleh anak-anak dan para orang tua disana.
Bermacam-macam perlombaan kami helakan, seperti lomba makan kerupuk,
lomba makan biscuit, lomba balap kelereng, lomba sepak terong, lomba joget
balon dan lomba joget kursi. Para warga sangat senang dengan adanya
kegiatan ini. Mereka antusias mendaftar untuk mengikuti kegiatan ini. Dengan
adanya perlombaan ini, kami yakin bahwa semangat kemerdekaan para warga
akan terbangkitkan lagi menuju HUT RI yang ke 78 nanti.
Tak kalah meriahnya lagi, Acara Penutup Gebyar budaya menjadi
Program Kerja terakhir kami di Tanah Plancungan, dengan semangat
kepemudaan kami bersama pemuda bergotong royong dari membangun
panggung hingga menghiasnya sedemikian rupa untuk meningkatkan
kemeriahan acara tersebut. Dalam Gebyar Budaya ini kami ingin mengenalkan
potensi-potensi budaya yang telah kami kembangkan di tanah Plancungan ini.
Tari-tarian yang kami latihkan kepada anak-anak, persembahan karawitan
dari kami, serta lagu-lagu daerah berkumandang pada acara ini. Tak lupa kami
gelar acara ini sedemikian rupa teruntuk pemberian hadiah dari event
kemerdekaan sebelumnya, juga sedikit waktu formal guna memberikan
sambutan terakhir serta ucapan penutupan untuk masa Kuliah Pengabdian
Masyarakat Kelompok 49 kami. Acara kami sukses besar dengan didukung
antusiasme warga beserta Kembali melantunnya karawitan”Sawung Laras”
dari desa Plancungan ini. Pada malam itu, Kuliah Pengabdian Masyarakat kami
pun resmi berakhir.
“These are the Nights that never dies”

w
Penutup
Hari Terakhir, kami mulai berberes posko dan mem-packing barang
barang pribadi yang telah kami bawa. Tak lupa kami berpamitan kepada
seluruh bagian Masyarakat yang ikut andil dalam menyukseskan kegiatan
kami. Sembari berpamitan kami berikan sedikit kenang-kenangan untuk
mengenang Memori-memori yang terciptakan semasa kegiatan KPM ini.
Esoknya kami berbenah meninggalkan Tanah Plancungan menuju tempat
tinggal masing-masing.
Terima kasih saya haturkan kepada teman-teman yang bersama-sama
ikut berjuang di masa-masa KPM ini. Terima kasih juga kepada Ibu Dosen
Pembimbing atas bimbingan yang diberikan beliau, dan tak lupa pada seluruh
Masyarakat plancungan yang telah memberi kami tempat, dan semangat
dalam kegiatan ini dari awal sampai akhir. Kami sangat bersyukur dapat
melaksanakan kegiatan ini dengan sukses, serta mendapat teman-teman baru
yang berharga.
Bagi kami, mengabdi bukan hanya sementara, tetapi berkelanjutan
dimanapun dan kapanpun itu. Kisah kami di tanah Plancungan belum berhenti
sampai disini, masih ada hari esok dan tahun-tahun berikutnya untuk
mengabdikan diri kepada negeri tercinta.

“There’s no word to express the gratitude, but it stays forever in my heart.”


~I’m Haziq, Peace out!

Anda mungkin juga menyukai