Anda di halaman 1dari 13

EKSPEDISI SERIBU SENYUM NUSANTARA

Kegiatan sosial dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan bersama sama oleh
banyak individu atau kelompoknya yang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya dan juga
banyak orang tergantung makna dan tujuan dari kegiatan sosial tersebut. Adapun kegiatan sosial
yang pernah saya ikuti sejak bulan juli 2020 s/d juli 2021 yaitu mengikuti kegiatan Senyum
Anak Nusantara (SAN) Chapter Kendari. Senyum Anak Nusantara (SAN) merupakan salah satu
komunitas volunteer yang saya ikuti dan bergabung dalam SAN Chapter Kendari. Komunitas
SAN ini sudah tersebar di seluruh wilayah indonesia yang didirikan pada tahun 2019. Adapun
kegiatan sosial dari SAN Chapter Kendari yaitu berupa Ekpedisi Seribu Senyum Nusantara.
Dimana kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 2 Mei 2021 yang bertempat di Panti
Asuhan An-Nur Rahmat Kendari, Sulawesi Tenggara. Kegiatan ini merupakan program kerja
tahunan kami di komunitas volunteer SAN dimana kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan
rasa peduli dan saling berbagi terhadap anak yatim piatu dan memberikan bantuan kepada
sesama terutama bagi yang membutuhkan. Kegiatan ini dihadiri oleh Ibu panti Asuhan An-Nur
Rahmat, 12 Orang anak panti asuhan dan 11 orang panitia. Adapun agenda dalam kegiatan ini
terdiri dari: pembukaan, pengenalan SAN Chapter Kendari kepada seluruh warga panti asuhan,
pembacaan kisah para nabi, games konsentrasi, pesan berantai, pembacaan puisi, dan terakhir
pemberian donasi. Saya sangat senang bisa mengikuti kegiatan ini karena saya melihat antusias
dari anak-anak panti asuhan yang sangat bersemangat dan gembira, itu merupakan salah satu
bentuk kesyukuran bisa melihat anak-anak bisa tertawa dan bergembira. Sampai pada saat kami
ingin pulang anak-anak panti melarang kami pulang tetapi karena di panti tersebut akan ada
kegiatan lagi jadi kami tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Semoga sana dengan adanya kegiatan
seperti ini bisa lebih menumbuhkan kepedulian sosial kita terhadap anak-anak yatim yang
dimana mereka sangat butuh sekali perhatian dan bimbingan dari lingkungannya. Ibu Atu selaku
pengurus panti asuhan An-Nur Rahmat sangat senang dengan adanya kegiatan seperti ini di
panti, semoga saja kegiatan ini bisa terus diadakan karena saya melihat dari kegiatan seperti ini
bisa membangkitkan semangat anak-anak panti untuk belajar dan bisa menumbuhkan minat dan
bakat mereka.
Adapun dokumentasi kegiatan Ekspedisi Seribu Senyum Nusantara di Panti Asuhan An-
Nur Rahmat dapat dilihat pada gambar berikut :
KENANGAN BERHARGA DI LINGKARAN PENGABDIAN DESA KAILI
Oleh Ita Juita
(Mahasiswi Pengabdian DBS dari Universitas Halu Oleo)

Jika ada yang bertanya, adakah yang lebih purba dari kenangan? Maka akan kujawab
dengan ceritaku ini.
Pada masa Pandemi Covid-19 ini, sebagian besar kampus di perguruan tinggi masih
melakukan kegiatan perkuliahan secara daring bagi mahasiswa-nya. Walaupun dalam kondisi
pandemi covid-19, tidak menghalangi mahasiswa untuk tetap melakukan aktivitas sosial di
masyarakat. Salah satunya seperti pengabdian sosial. Kegiatan seperti ini menurut saya sangat
penting agar kita bisa mengetahui arti kepedulian yang sesungguhnya kepada masyarakat karena
bagi saya kepedulian itu tak identik dengan usia muda, ia digerakkan oleh kekuatan jiwa bahwa
hidup harus terus-menerus memberi guna bagi manusia. Maka dari itu, saya mengikuti kegiatan
Pengabdian Desa Bangkit Sejahtera (DBS) yang diadakan oleh Yayasan Hadji Kalla. Sedikit
membahas mengenai Yayasan Hadji Kalla merupakan  lembaga sosial Kalla Group yang
mengelola penyaluran Zakat, Infaq dan Sodaqah (ZIS) perusahaan-perusahaan di Kalla Group,
dalam bentuk bantuan langsung dan program Corporate Social Responsibility (CSR), yang
berlokasi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja
dari Yayasan Hadji Kalla yang ditujukan kepada mahasiswa yang telah menerima Beasiswa
Yayasan Hadji Kalla Periode 2020-2021.
Pengabdian Desa Bangkit Sejahtera (DBS) dilaksanakan dalam jangka waktu kurang
lebih selama 2 pekan. Untuk periode ini, Pengabdian Desa Bangkit Sejahtera dilaksanakan pada
tanggal 14 Agustus – 31 Agustus 2021. Tetapi kebanyakan mahasiswa berangkat pada tanggal 17
Agustus 2021. Adapun dalam pengabdian ini dilaksanakan diwilayah Majene dan Luwu. Seluruh
mahasiswa yang berjumlah 12 orang dari berbagai Perguruan Tinggi dibagi menjadi tujuh
kelompok yang terdiri dari 1- 4 orang mahasiswa. Desa-desa yang ditempatkan untuk
mahasiswa diantaranya sebagian desa yang ada di Luwu, diantaranya Desa Malewong, Desa
Bukit Sutera, Desa Kaili, Desa Tabang, Desa Boneposi dan Desa Tobarru. Serta salah satu desa
yang ada di Majene, Sulawesi Barat, yaitu Desa Awo. Saya sendiri ditempatkan di Desa Kaili
Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu. Dan alhamdulillah saya ditempatkan bersama dua orang
mahasiswa yang bernama Sri dan Bintang.
Kala itu di pagi hari tepat pada tanggal 17 Agustus 2021 Hari Kemerdekaan Indonesia
yang ke – 76 Tahun, saya berangkat ke desa pengabdian bersama dengan teman-teman
mahasiswa yang lain yang ditempatkan juga di daerah luwu. Kami berangkat menggunakan
kendaraan roda empat. Untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di bumi sawerigading
dan perjalanan ke sana cukup melelahkan karena memakan waktu kurang lebih 9 jam perjalanan.
Sedikit cerita untuk sampai di desa kaili itu memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan
dari jalanan poros. Melewati beberapa desa dan juga akses untuk bisa masuk di desa kaili masih
sulit khususnya untuk kendaraan roda empat, karena kondisi jalan yang telah mengalami
kerusakan yang parah. Apalagi jika masuk musim hujan, akses jalannya pasti digenangi air dan
sangat sulit untuk di lewati. Akses jalan yang masih berupa tanah ini belum mendapatkan
perhatian serius dari Pemkab Luwu untuk melakukan pembangunan jalan hotmix.
Setelah tiba di Desa Kaili, disana saya,sri dan bintang di sambut hangat oleh tuan rumah
beserta kepala desa dan juga pendamping kami didesa kaili. Pendamping kami bernama Muh.
Taufik Mustariawan atau biasa kami panggil dengan sebutan kak opik atau pak opik. Desa kaili
merupakan salah satu desa yang berada di kelurahan Suli Barat Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan. Di desa ini terdapat 6 dusun, diantaranya Dusun Kambalu, Dusun Larewa, Dusun Batu
Koko, Dusun Tandara, Dusun Kaili dan Dusun Pengkasalu. Saya tinggal di salah satu rumah
warga yang berada di Dusun Larewa. Tuan rumah bernama Tante Risna dan Kak lisda. Saya, sri
dan bintang menyebut tante risna dengan sebutan ibu kost. Untuk Kepala Desa Kaili kami
menyebutnya dengan sebutan Pakde. Untuk akses jaringan di desa ini pun sudah mulai membaik,
walaupun untuk koneksi internet masih kurang stabil. Akses jaringan ini masuk belum cukup
sebulan saat kedatangan kami di desa. Sebelum akses jaringan masuk di desa, biasanya para
warga berkumpul di satu tempat agar bisa mendapat jaringan tetapi sekarang mereka sudah
jarang berkumpul di tempat itu semenjak akses jaringan sudah mulai membaik.
Hari pertama di desa kaili kami pergi ke pesta pernikahan. Kebetulan tetangga tante risna
ada yang menikah jadi kami di panggil kesana untuk makan, lumayan kan makan daging gratis
hhhhh. Setelah itu, kami langsung ke posyandu soalnya pada hari itu juga bertepatan dengan
kegiatan posyandu bayi dan balita. Jadi kami disana turut serta berpartisipasi membantu ibu-ibu
posyandu untuk membantu menimbang bayi dan balita mereka dan mencatatnya di buku. Cukup
menantang yah ternyata. Kenapa saya bilang menantang? Soalnya bayi dan balita kalau mau
ditimbang itu kadang ada yang menangis terus ada juga yang mengamuk sambil menendang, tapi
sepertinya seni-nya ada disitu. Jadi kalau urus anak memang harus ekstra sabar nih. Selain
menimbang berat badan, kami juga membantu memberikan vitamin kepada bayi dan balita yang
manfaatnya agar bisa melindungi anak-anak dari penyakit infeksi.
Ditempat ini juga lah saya mengenal beberapa makanan khas orang luwu. Hari ke 2 di
desa, tante risna memperkenalkan kue khas daerah luwu. Kue ini namanya Kue Gambung
Durian. Kue gambung durian diluar kelihatan kokoh dan tampak biasa-biasa saja namun rasanya
dijamin enak karena didalamnya sangat lembut, ditambah isian daging duriannya yang
dipadukan dengan kelapa mengkal dan gula aren, membuat rasa tak ingin berhenti untuk terus
digigit dan digigit. Intinya kalau ketemu kue ini pastinya selalu excited. Setelah membuat kue
gambung, tante risna akhirnya memperkenalkan makanan selanjutnya yaitu bugalu. Bugalu ini
sebenarnya seperti kapurung kalau di daerah saya tapi orang luwu menyebutnya bugalu. Sedikit
membahas mengenai bugalu adalah salah satu makanan tradisional dari provinsi Sulawesi
Selatan yang memakai sagu sebagai bahan utama. Bugalu ini sangat berbeda dengan kapurung
yang biasa nya saya buat soalnya kalau di luwu bugalu nya itu menggunakan ayam bakar,
kemudian kacangnya juga sangat sedikit. Berbeda di daerah saya kacang biasanya hampir satu
liter. Satu lagi perbedaan, untuk cabai dan air perasan jeruknya semuanya digabungkan jadi nanti
sisa di makan saja. Tetapi menurut saya, bugalu buatan tante risna paling enak dari tempat lain.
Selama ada di desa kaili, hampir setiap hari kami memakan bugalu yang enak ini.
Keeseokan paginya, saya , sri dan bintang pergi berjalan-jalan di desa kaili dikarenakan
kekurangan kendaraan jadi kami memutuskan untuk berjalan kaki, lumayan olahraga pagi.
Selama perjalanan, kami melihat sawah dan juga perkebunan cengkeh. Mata pencaharian di desa
kaili memang sebagian besar sebagai petani dan pekebun. Selain cengkeh, di desa juga banyak
buah-buahan seperti durian, rambutan, mangga dan langsat. Tapi sayangnya sudah dua tahun
tidak berbuah. Orang-orang didesa juga sangat ramah. Setiap kami berpapasan dengan warga di
desa kaili pasti warga disana selalu tersenyum. Orang-orang yang ramah dan juga lingkungan
masih hangat akan kekeluargaan membuat saya sangat nyaman di desa seperti mempunyai
keluarga baru di desa kaili.
Program kerja yang kami lakukan selama di desa pengabdian diantaranya berpartisipasi
dalam kegiatan gotong-royong, kegiatan PKBM CALISTUNG, kegiatan belajar mengajar anak-
anak desa, turut serta dalam kegiatan majelis taklim di desa kaili dan melakukan kunjungan.
Pada jumat, 20 Agustus 2021, saya, sri, bintang dan pak opik pergi ke dusun pengkasalu. Disana
ada kegiatan gotong royong untuk pembuatan saluran air. Salah satu budaya kearifan lokal yang
masih sangat kental di desa kaili yaitu selalu bergotong royong dalam mengerjakan sesuatu. Dan
pastinya kepala dusun pengkasalu juga ikut serta membantu warga. Selain berpartisipasi dalam
kegiatan gotong royong kami juga melihat tanaman cengkeh yang dikeringkan di sekitar lokasi
gotong royong. Disini kami pun ikut membantu beberapa warga desa dalam menjemur cengkeh.
Ada hal baru yang saya dapatkan dari tanaman cengkeh ini, saya baru mengetahui bahwa
tanaman cengkeh ini bukan hanya buahnya saja yang bernilai mutu tetapi daun dan juga
tangkainya ternyata bisa bernilai mutu. Sempat saya tanyakan kepada warga mengenai daun dan
tangkainya ternyata diolah menjadi minyak. Sebelum diolah menjadi minyak, mereka
menjemurnya terlebih dahulu lalu setelah kering barulah daun dan tangkai tersebut di masak
yang nantinya akan jadi minyak dan dipasarkan di kota. Untuk harga cengkeh sekarang ini
sebesar Rp.80.000,00 per kg dan untuk harga minyak daun dan tangkai seharga Rp.100.000,00
per kg. Tak heran jika di luwu merupakan salah satu penghasil cengkeh tertinggi soalnya
memang disana terdapat banyak pohon cengkeh dan sudah menjadi sumber penghasilan warga
didesa. Adapun komentar dari pejabat dan warga di desa yaitu menurut Bapak Hartarto selaku
Kepala Dusun Pengkasalu “saya sangat senang melihat antusias warga terutama warga yang
berada di dusun pengkasalu, karena mereka memiliki semangat yang tinggi untuk turut serta
bergotong royong membuat drainase” dan menurut pak Muh.Taufik Mustariawan selaku
Fasilitator DBS Yayasan Hadji Kalla “Kegiatan gotong royong ini sudah sangat jarang
ditemukan di tempat lain. Tetapi di desa Kaili kegiatan ini masih sangat kental dan selalu
dilakukan warga dalam mengerjakan sesuatu. Inilah yang menjadi kelebihan di desa kaili sebab
masih menjaga budaya lokal nya yaitu bergotong royong”.
Setelah dari gotong royong, kami pun singgah di kantor desa kaili. Kantor desa ini berada
di dusun kaili dan lumayan jauh dari tempat tinggal kami di dusun larewa. Disana kami pun
berkenalan dengan PLD (Pendamping Lokas Desa) Kaili dan aparat desa. Disana kami pun
saling berkoordinasi mengenai rencana program kegiatan mahasiswa di desa kaili dan juga saya
sangat mengapresiasi mereka disana walaupun kami baru kenal dan saling bercengkrama tetapi
kami sudah seperti orang yang sudah lama kenal. Tak kalah lucunya lagi saat pak opik
memberitahukan kepada PLD dan aparat desa bahwa kami di desa hanya sampai pada tanggal 31
Agustus 2021, PLD, aparat desa dan beberapa orang yang ada di kantor tersebut malah
menyuruh kami tinggal sampai akhir tahun. Saya, sri dan bintang hanya bisa tertawa kecil dalam
menanggapi hal tersebut.
Sabtu, 21 Agustus 2021, saya dan sri menyempatkan diri untuk datang mengajar anak-
anak desa untuk mengaji. Kami mengajar mereka di rumah pak Dusun Larewa. Saya sangat salut
dengan anak-anak disana soalnya mereka memiliki antusias untuk belajar mengaji. Beberapa
anak-anak yang mengaji ditempat itu memiliki jarak tempat tinggal yang cukup jauh dan mereka
hanya berjalan kaki jika ingin pergi belajar mengaji. Setelah kegiatan mengajar mengaji selesai,
selanjutnya saya, sri dan bintang pergi ke lokasi mengajar masyarakat buta aksara yang ada di
desa kaili. Kegiatan ini dinamakan dengan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pembelajaran CALISTUNG (Baca, Tulis dan Hitung) di Desa Kaili. Adapun Lokasi kegiatan
mengajar ini bertempat di rumah salah satu warga Dusun Kambalu. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk memberantas buta aksara di desa kaili. Sebagian masyarakat yang tidak mengetahui buta
aksara adalah masyarakat yang tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah dan yang putus
sekolah. Dalam kegiatan ini pun, kami dibantu oleh aparat desa kaili yang biasanya menjadi
pengajar untuk masyarakat yang buta aksara. Selama kegiatan berlangsung, peserta PKBM
CALISTUNG sangat antusias mengikuti rangkaian mengajar, hal ini saya lihat dari beberapa
peserta yang memiliki keterbatasan fisik dan yang memiliki penglihatan dan pendengaran yang
sudah terganggu tapi mereka selalu datang dan mengikuti kegiatan tersebut sampai akhir. Saya
sempat menanyakan kepada salah satu peserta yang bernama bapak Halido. Bapak ini sebelum
mengikuti kegiatan PKBM CALISTUNG tidak tahu membaca, menulis dan bahkan menghitung
tetapi setelah mengikuti kegiatan ini, alhamdulillah beliau sudah bisa menulis namanya sendiri
dan membaca walaupun tidak terlalu lancar. Dan untuk menghitung juga sudah ada peningkatan
walaupun beliau hanya mengetahui angka satu sampai sepuluh. Sementara itu, ada salah satu
peserta yang membuat saya kagum. Namanya Samirah, beliau ini merupakan salah satu warga
desa kaili yang berumur kurang lebih 50 tahun. Dimana beliau memiliki keterbatasan fisik yang
terlihat seperti berkepribadian anak-anak tapi saya sangat salut, walaupun dengan kondisi fisik
yang seperti itu tapi beliau tetap semangat untuk datang belajar. Kegiatan ini pun memiliki
respon yang baik di desa kaili dan semoga saja dengan adanya kegiatan ini secara bertahap bisa
membantu masyarakat desa kaili dalam memberantas buta aksara. Setiap pertemuan kami selalu
mengadakan games agar peserta PKBM CALISTUNG bisa lebih bersemangat dalam belajar.
Memberantas buta aksara di zaman now ini pastinya tidaklah mudah, tetapi jika dilandaskan
dengan hati yang ikhlas serta semangat yang tinggi pastinya kegiatan memberantas buta aksara
ini bisa berhasil. Kegiatan ini pun mendapat respon baik dari kepala desa dan warga. Bapak
Kaharuddin selaku kepala desa kaili berpendapat bahwa “kegiatan PKBM CALISTUNG dalam
rangka memberantas buta aksara ini merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diterapkan
dan saya sangat senang kegiatan seperti ini bisa di terapkan di desa kaili melalui program
Yayasan Hadji Kalla. Dari kegiatan ini bisa membantu para warga desa kaili terutama bapak-
bapak dan ibu-ibu untuk bisa membaca, menulis dan menghitung”. Lisdayanti sebagai Pengajar
PKBM CALISTUNG pun memberikan respon yang baik bahwa “Kegiatan ini sangat bagus
karena melalui kegiatan ini peserta PKBM yang dulunya tidak mengenali huruf dan angka
sekarang sudah mengetahui dan dari peserta pun sudah ada yang bisa menulis nama mereka dan
membaca”. Serta komentar dari peserta PKBM sendiri yaitu bapak Halido bahwa “saya sangat
senang dengan kegiatan ini, karena semenjak adanya kegiatan ini saya sudah bisa menulis nama
saya sendiri dan sudah bisa menghitung”.
Kegiatan selanjutnya yang kami lakukan yaitu kegiatan belajar mengajar (KBM) anak-
anak desa di pondok belajar desa kaili yang berlokasi di dusun Batu Koko. Dikarenakan masih
dalam suasana pandemi covid-19 anak-anak di desa hanya pergi ke sekolah selama 2 kali
seminggu, oleh karena itu kami memanfaatkan waktu pengabdian kami di desa untuk bisa
mengajar anak-anak. Anak-anak yang kami ajar mulai dari SD-SMP bahkan ada juga anak-anak
yang belum bersekolah yang ikut dalam kegiatan ini. Untuk sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di desa kaili itu hanya satu. Jarak ke sekolah pun menurut saya cukup
jauh karena sekolah mereka berada di dusun Kaili. Sangat jauh bagi anak-anak yang bertempat
tinggal di dusun kambalu, dusun larewa, dusun tandara dan dusun pengkasalu. Tetapi walaupun
sekolah mereka jauh, mereka tetap semangat untuk bisa pergi ke sekolah. Sebelum memulai
kegiatan KBM, kami biasanya memberikan yel-yel terlebih dahulu agar mereka bisa lebih
bersemangat dalam mengikuti kegiatan ini. Metode mengajar kami bagi sesuai dengan jenjang
usia mereka. Untuk saya sendiri saya mengajarkan matematika terutama perkalian dan
pembagian bagi anak SD dan SMP. Untuk sri, dia mengajarkan membaca bagi anak SD yang
belum terlalu lancar membaca dan untuk bintang, dia mengajarkan bahasa inggris beserta public
speaking kepada anak-anak SMP. Selama kegiatan berlangsung anak-anak di desa sangat
antusias mengikuti kegiatan ini, hal ini dapat dilihat ketika proses belajar mengajar berlangsung
mereka sangat aktif bertanya dan bahkan tidak takut salah untuk bisa selalu mencoba. Di akhir
kegiatan sebelum pulang kami selalu menerapkan games agar anak-anak tidak bosan dalam
mengikuti kegiatan ini dan mereka sangat menikmati kegiatan ini sampai selesai. Adapun
komentar dari bapak Kaharuddin selaku kepala desa mengenai kegiatan ini yaitu “kegiatan ini
sangat bermanfaat diadakan untuk anak-anak di desa agar mereka bisa memanfaatkan waktu
belajarnya dengan baik dan dari kegiatan ini juga bisa menumbuhkan rasa percaya diri karena
mereka bisa berinteraksi langsung dalam proses belajar di pondok desa”. Dila yang merupakan
peserta KBM di Pondok Desa Kaili sempat berkomentar juga mengenai kegiatan ini bahwa “
saya sangat senang dengan adanya kegiatan KBM ini dikarenakan kalau dirumah biasanya saya
hanya bermain game di handphone tetapi semenjak adanya kegiatan KBM di pondok desa ini
bisa menumbuhkan semangat belajar saya kembali dan juga bisa sharing dengan kakak-kakak
mahasiswa mengenai pelajaran di sekolah”.
Kami juga mengikuti kegiatan Pengajian Majelis Taklim di Desa Kaili. Sebelum kegiatan
dimulai, kami membuat kue terlebih dahulu untuk dibawa ke mesjid. Kegiatan berlangsung di
Mesjid Desa Kaili. Dimana pada kegiatan ini dihadiri oleh pak ustadz desa kaili, ketua majelis
taklim dan ibu-ibu majelis taklim desa kaili. Kegiatan ini pun dipandu oleh kami dengan bantuan
dari pak opik dan juga pak ustadz. Dalam pengajian majelis taklim kali ini yaitu dalam rangka
Penyelenggaraan Jenazah. Penyelenggaraan jenazah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
terhadap seseorang yang telah meninggal dunia. Sebelum masuk di acara pokok, kami
bershalawat dahulu. Selama kegiatan berlangsung, pak ustadz membawakan materi mengenai
jenazah mulai dari cara memandikan, mengafankan, dan menyolatkan jenazah. Majelis taklim
desa kaili sudah termasuk sangat aktif dikarenakan mereka selalu mengadakan pertemuan setiap
bulannya dan kegiatan ini pun memiliki manfaat yang sangat bagus karena bisa lebih menjalin
silaturahmi bagi ibu-ibu di desa. Kegiatan majelis taklim ini memberikan respon yang positif
dikalangan warga desa. Ibu Rosdiana yang merupakan ketua majelis taklim desa kaili
berpendapat bahwa “ kegiatan majelis taklim ini sangat bermanfaat selain untuk menambah ilmu
agama kegiatan juga sangat bermanfaat untuk mengisi waktu luang untuk ibu-ibu rumah tangga
di desa kaili.” menurut salah satu anggota majelis taklim yaitu ibu Risna berpendapat bahwa
“semenjak dibentuknya kegiatan majelis taklim di desa kaili, ibu-ibu di desa kaili lebih produktif
dan juga bisa saling bersilaturahmi antar ibu-ibu di desa kaili.”
Kami juga sempat melakukan kunjungan program demplot aquaponik ikan air tawar di
desa kaili. Tujuan dari program ini adalah agar masyarakat Desa Kaili bisa mendapatkan asupan
gizi yang lebih banyak dengan ikan air tawar yang bisa dibudidayakan secara mandiri oleh
masyarakat. Selain itu, ada pula nilai ekonomis yang tinggi dari program ini. Beberapa warga di
desa sudah pernah menjual hasil panen ikan air tawar walaupun belum dalam skala besar tapi itu
sudah menunjukkan adanya kemajuan program ikan air tawar. Sebelum pembuatan program ikan
air tawar di desa pastinya diadakan pelatihan terlebih dahulu agar masyarakat desa bisa lebih
mengenal mengenai proses pengelolaan kolam ikan air tawar. Di Desa Kaili terhitung telah
memiliki lebih dari 20 kolam ikan air tawar yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat.
Dimana sebelumnya hanya ada 6 kolam percontohan yang dibuat di beberapa rumah warga,
rumah kepala dusun dan rumah kepala desa. Beberapa warga desa pun sudah ada yang
mengembangkan ikan air tawar ini ke lahan persawahan atau tambak buatan. Program ini pun
mendapat respon yang baik dari kepala desa dan warga. Bapak Kaharuddin selaku kepala desa
berpendapat bahwa “semenjak adanya program demplot aquaponik ikan air tawar ini bisa
menjadi ladang usaha bagi warga desa dan juga dengan adanya peliharaan ikan air tawar secara
mandiri bisa menghemat biaya belanja untuk kebutuhan ikan.”
Selanjutnya, kami juga melakukan kunjungan program IT dan Usaha percetakan yang ada di
desa kaili. Tempat usaha percetakan ini juga merupakan satu-satunya yang ada di desa kaili.
Dengan adanya usaha ini warga desa kaili merasa terbantu karena mereka sudah tidak jauh lagi
keluar desa bahkan ke kota hanya untuk cetak undangan, fotokopi atau keperluan lainnya yang
berhubungan dengan percetakan dan administrasi. Sebelum dibentuknya usaha percetakan ini,
terlebih dahulu dilakukan pelatihan. Program ini juga mendapat respon yang baik dari kepala
desa dan warga. Bapak Kaharuddin selaku kepala desa berpendapat bahwa “semenjak adanya
tempat percetakan di desa kaili warga desa tidak susah-susah lagi keluar ke kota ketika ada
keperluan yang berhubungan dengan administrasi dan percetakan”. Ilham satu-satunya warga
desa kaili yang membuka tempat usaha percetakan ini berpendapat bahwa “ saya sangat senang
dengan adanya usaha ini bisa membantu perekonomian keluarga saya dan juga bisa membantu
warga desa kaili yang memiliki keperluan administrasi dan percetakan.”
Di tempat ini, Desa Kaili telah memberikan banyak kenangan, goresan, warna, serta
menambah coretan dalam buku kehidupan kami terutama saya sebagai penulis. Disini saya
belajar tentang banyak hal, belajar memahami keadaan, belajar lebih menghargai orang lain,
belajar menghargai budaya dan tradisi yang ada, belajar menyesuaikan diri dengan keadaan yang
sebelumnya mungkin berbeda dari kehidupan yang biasanya, belajar untuk bersosialisasi,
bagaimana bekerja dalam tim serta belajar bertanggung jawab dalam suatu hal. Keluarga baru,
sahabat, teman, serta orang-orang baru telah tuhan berikan disini, ditempat ini, desa Kaili.
Mereka yang sebelumnya tak pernah saya tahu dan tak pernah saya kenal sebelumnya, namun
seiring berjalannya waktu, semua telah berubah. Kedatangan yang berawal  dengan rasa Pahit
berakhir dengan rasa Manis, setiap pribadi tak pernah luput dari kata “ salah “ setiap pribadi pasti
mempunyai kebribadian, karakter, sifat serta tingkat keegoisan yang berbeda-beda. Ditempat ini
kita yang saling menjauh, kita yang selalu mementingkan ego masing-masing, kita yang selalu
mementingkan diri sendiri, kita yang tak pernah memperdulikan satu sama lain, namun di tempat
ini, desa kaili telah merubah semuanya, disini kita berjalan bersama, berjuang bersama,
melangkah bersama saling menggenggam tangan, dan saling merangkul dalam satu pelukan dan
dalam keadaan apapun.

Banyak anak-anak kecil yang hebat dengan cita-cita yang luar di Desa Kaili. Keramahan
dari warga sekitar lokasi membuat saya dan teman-teman yang lain merasa nyaman. Mereka
membuat kami seakan-akan bagian dari mereka. Kedekatan kami pun dengan tuan rumah dan
warga desa membuat kami dan mereka cukup merasakan kesedihan ketika pengabdian telah usai.
Waktu terasa sangat berarti di hari-hari terakhir saat pengabdian usai. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan ucapan syukur saya ucapkan kepada masyarakat desa kaili yang sudah mau
menerima saya dan teman-teman terutama kepada kepala desa Kaili, tante risna yang selalu
menganggap kami seperti anaknya sendiri dan kak lisda yang selalu menganggap kami seperti
adiknya serta ucapan terima kasih kepada pak taufik selaku pendamping terbaik di desa kaili
yang selalu menemani, mengarahkan dan membantu saya dan teman-teman selama berada di
desa. Semoga di lain waktu kami masih bisa dipertemukan kembali. Tak lupa juga saya
mengucapkan ucapan terima kasih kepada Yayasan Hadji Kalla yang telah memberikan saya
kesempatan untuk bisa mengikuti kegiatan pengabdian Desa Bangkit Sejahtera, semoga
kedepannya yayasan hadji kalla bisa lebih sukses dalam menjalankan program- program-nya
terutama program Pengabdian Desa Bangkit Sejahtera agar bisa mengembangkan dan
memajukan desa-desa tertinggal yang ada di Sulawesi Selatan.
BUKTI TERTULIS KETERLIBATAN PADA KEGIATAN PENGABDIAN SOSIAL
DOKUMENTASI :

Anda mungkin juga menyukai