Anda di halaman 1dari 3

31 HARI MENILIK DESA PULANTAN

Oleh
Amalia Putri
200104010073
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Jumat, 13 Oktober 2023 adalah langkah awal pengalaman saya menjalankan tugas KKN di
desa yang menurut saya lumayan jauh dari hiruk pikuknya kota Banjarmasin. Program KKN
adalah salah satu program yang wajib diikuti oleh mahasiswa semester akhir. Yang mana
bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa agar dapat menerapkan dan
mengaplikasikan pelajaran-pelajaran yang didapat selama perkuliahan di masyarakat. KKN
kali ini, saya mendapatkan tempat KKN di Desa Pulantan. Desa Pulantan merupakan sebuah
desa yang terletak di Kecamatan Aluh-aluh, Kabupaten Banjar. Desa Pulantan dipimpin oleh
kepala desa (pambakal) yang bernama Helmi. Beliau sudah menjabat selama 1 tahun sebagai
Kepala Desa.

Sebelum awal keberangkatan tentu saja saya riset kecil-kecilan mengenai Desa Pulantan.
Dimana letak desanya, bagaimana panorama desanya, bagaimana penduduknya disana, dan
kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan di desa itu. Desa ini termasuk desa baru yang
dipilih oleh UIN Antasari sebagai destinasi KKN kali ini. Sumber pertama yang membantu
dalam pencarian desa adalah "Google". Dalam hasil pencarian, saya hanya menemukan letak
desa, data penduduk, dan berita mengenai warga desa pulantan terkena racun makanan pada
tahun 2020. Bagi saya, data-data tersebut tidak cukup menjawab rasa penasaran saya
mengenai Desa Pulantan. Ingin berdiskusi kepada teman-teman dan dosen pendamping pun
juga tidak cukup menjawab bagi saya.

Sebelum tiba di desa, saya dan teman-teman harus menempuh jarak 28 KM dari kampus ke
Kantor Kecamatan Aluh-aluh dengan jalan darat, menggunakan bus kecil yang sudah
disediakan oleh pihak kampus. Untuk sampai di Desa Pulantan, kami harus melewati Sungai
Barito dulu, yang mana memerlukan waktu kurang lebih 3-5 menit dari Dermaga Aluh-aluh
ke Dermaga Desa Pulantan. Kejadian tersebut membuat perasaan saya campur aduk. Ada
perasaan senang dan takut. Senang karena saya akan memulai masa-masa KKN di desa
orang, dan takut karena harus menyeberangi Sungai Barito sambil membawa banyak barang
pribadi dengan alat transportasi kelotok. Tiba di Dermaga Desa Pulantan, saya harus
menempuh jarak 1 km jalan lagi untuk menuju tempat tinggal kami nanti dengan motor yang
dibantu oleh warga disana.

Akses jalan untuk menuju ke Desa Pulantan sangat sulit dan panjang. Memerlukan tenaga
yang kuat untuk sampai desa tersebut. Jika tidak melalui jalan air untuk sampai ke Desa
Pulantan, jalan darat juga bisa dilalui, akan tetapi akses jalannya juga cukup sulit dan tidak
memungkinkan karena harus melewati Jembatan Besi yang mana jembatan tersebut hanya
bisa dilalui oleh satu motor saja. Masyarakat sana sering menyebutnya jembatan goyang,
gantung, dan jembatan kematian. Karena, jembatan tersebut sangat bergoyang dan jika dua
motor sekaligus naik, maka akan sangat cukup sulit dilalui, memerlukan keberanian untuk
melalui jembatan itu.

Awal kedatangan, kami yang beranggota 6 orang disambut oleh aparat desa disana.
Masyarakat disana sangat terbuka dengan kehadiran kami. Selama 31 hari ber-KKN, banyak
cerita yang didapatkan. 31 hari mendapatkan pengalaman baru, teman baru, keluarga baru,
watak dan sifat baru, perilaku baru, serta suasana baru. Semuanya serba baru.

Desa ini tidak memiliki adat, tetapi desa ini punya kesenian yang masih dilestarikan dan
masih ditampilkan dalam acara. Keseniannya adalah Sinoman Hadrah. Setiap ada acara
pernikahan atau perkawinan warga desa, pasti tarian sinoman hadrah selalu ditampilkan.
Selain itu, jika salah satu warga ada yang akan menikah dan kabar tersebut sudah tersebar,
mereka akan saling bergotong royong dalam hal persiapan pernikahan. Mereka akan
menyiapkan tenda, panggung, dan sebagainya, satu minggu sebelum acara dimulai. Lalu,
setiap kali kami ikut gotong royong, kami selalu disuguhkan makanan dengan menu yang
sama setiap harinya, yaitu iwak kering, sayur santan waluh, nasi dan air putih. Bagi kami
pengalaman tersebut menarik, mulai dari tarian sinoman hadrah yang sangat jarang sekali
kami lihat di kota hingga menu makanan yang sama disajikan setiap hari. Pengalaman
tersebut baru pertama kali saya temui.

Selain tentang menariknya acara pernikahan di desa ini, masyarakat desa Pulantan juga
memiliki bakat di bidang olahraga. Mereka selalu latihan dayung dan mengikuti lomba
dayung. Ternyata di kecamatan aluh-aluh sendiri terkenal dengan kegiatan lomba jukungnya.

Selama ber-KKN disana kami melakukan kegiatan-kegiatan seperti pada minggu pertama,
kami memutuskan untuk survey dan keliling-keliling desa. Desa ini memiliki dua wilayah,
yaitu wilayah Desa Pulantan Luar dan Desa Pulantan Dalam. Untuk tempat tinggal, kami
tinggal di Balai Desa yang tempatnya di wilayah Desa Pulantan Dalam. Pada minggu kedua,
kami mulai membantu-bantu tenaga pendidik di desa ini dengan mengajar dan mendampingi
anak-anak Tk Paud setiap hari. Minggu ketiga, kami berpindah haluan lagi untuk
membantu-bantu dan mendampingi anak-anak sekolah dasar setiap hari senin-rabu.
Kemudian, minggu keempat, kami mulai melaksanakan lomba-lomba bagi warga desa
dengan tujuan untuk meramaikan dan menghibur warga desa disana.

Selain itu, pengalaman yang baru pertama kali saya alami selama ber-KKN di sana ialah saya
dan teman-teman harus menimba air setiap hari di sumur belakang posko. Jika tidak menimba
air kami semua harus numpang mandi, MCK, dan sebagainya di masjid atau dirumah warga.
Akses air bersih di desa ini cukup sulit, jika kita tidak mau menggunakan air sungai, kita
harus memesan air ledeng (bersih) dulu dengan harga 4.000 per jerigen nya.

Satu hal yang saya sayangkan adalah desa ini memiliki masalah lingkungan sampah yang
kurang baik. Meskipun ada pohon-pohon besar dan banyak, tetapi untuk hal sederhana saja
seperti membuang sampah masih kurang baik. Kami sudah berusaha mencontohkan
bagaimana membuang sampah pada tempatnya, tapi sayang masih banyak yang belum
tergerak. Memang di desa ini tidak memiliki tempat pembuangan sampah akhir, tetapi sangat
disayangkan saja jika tidak ada yang memperhatikannya.

Itulah cerita singkat dan gambaran tentang desa Pulantan. Semoga essay singkat ini dapat
dijadikan referensi bagi teman-teman yang nantinya akan ber-KKN di sana dan bisa
memecahkan beberapa masalah disana serta dapat menjalankan program-program yang lain
untuk dilaksanakan. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai