Disusun oleh :
19101088
S1 PARIWISATA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan
restu dan anugrah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “
TRADISI USABA GUMANG MASYARAKAT DUSUN PENINJOAN ,
KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT “ ini tepat
pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi ilmu serta membantu saya didalam proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya nantikan demi
sempurnanya makalah ini.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Budaya yang kaitannya sangat erat dengan agama Hindu sangat beraneka
ragam yang dilaksanakan secara turun-temurun antara lain seperti tradisi Usaba
Gumang yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada
, Kabupaten Lombok Barat.
Dari sekian banyak tradisi yang ada di Lombok , penulis sangat tertarik
dengan tradisi Usaba Gumang yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun
Peninjoan , Kecamatan Narmada , Kabupaten Lombok Barat.
Usaba gumang , merupakan tradisi yang berasal dari daerah Bali , tepatnya
Desa Bugbug , Kecamatan Karangasem , Bali. Usaba Gumang merupakan tradisi
turun – temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Peninjoan. Peninjoan
merupakan salah satu desa yang terletak di Dusun Peninjoan , Kecamatan
Narmada , Kabupaten Lombok Barat. Dusun Peninjoan memiliki sebuah tradisi
yang begitu kental akan nilai budaya serta kerukunan antar masyarakatnya.
Masyarakat Dusun Peninjoan sendiri , sangat menjunjung tinggi adat istiadat
maupun budaya warisan dari leluhurnya. Hal tersebut terbukti dengan adanya
salah satu tradisi yang dikenal dengan sebutan “ Usaba Gumang “. Usaba gumang
dilaksanakan pada setiap tahun dan diderah Lombok diadakan atau dilaksanakan
hanya di Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada , Kabupaten Lombok Barat.
Didalam pelaksanaan usaba gumang , juga terdapat sebuah ciri khas khusus yaitu ,
adanya pementasan tari rejang dan juga tari aci abuang.
PEMBAHASAN
Ngeringgit
Memiliki pengertian yang digunakan saat masyarakat dusun Peninjoan
membuat hiasan – hiasan yang nantinya akan digunakan pada saat “ usaba
gumang “ berlangsung. Biasanya hiasan tersebut dibuat dari janur , dan
sebagainya.
Mendak tamu
Memiliki pengertian sebagai penjemputan seorang tamu.
Ngayahin tamu
Memiliki pengertian yang digunakan disaat akan menjamu tamu yang
datang.
Mendak Bhatara
Mendak bhatara , memiliki pengertian atau makna sebagai permohonan
atas kehadiran-Nya , melalui doa atau mantra bahkan dapat disertai puja
yang dilantunkan oleh masyarakat umat Hindu. Jadi memiliki pengertian
sebagai permohonan kepada bhatara agar hadir pada saat itu juga.
Nebengin
Memiliki pengertian menghadiri atau menyaksikan sebuah acara yang
didasari dari kesadaran dari diri sendiri.
Ngayahin nyaik
Memiliki pengertian atau makna ketika teruna – teruni akan menjamu
tamu yang akan melangsungkan proses nyaik.
Nyaik
Merupakan tradisi yang sangat melekat pada pada keyakinan suku bali di
Dusun Peninjoan ini , tradisi ini digambarkan dengan makan bersama
yang makanannya nanti akan beralaskan daun pisang serta dibentuk
memanjang. Tradisi ini juga menggambarkan kerukunan serta
keharmonisan antar umat Hindu khususnya di umat Hindu yang sedang
berkumpul di Dusun Peninjoan.
Ngarya kosumsi
Memiliki pengetian menyiapkan bahan makanan yang akan diolah menjadi
makanan siap saji yang nantinya akan di sajikan.
Aci rejang
Memiliki makna sebagai kerahajengan dan ditarikan oleh teruni (wanita)
yang masih dianggap suci , belum menikah. Hasil wawancara dengan I
Made Kukuh Redana (selaku perangkat adat Dusun Peninjoan , sebagai
salah satu narasumber) pementasan tari Rejang sebanyak tiga kali putaran
mengandung makna pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Maha Tunggal
dalam perwujudan Tri Murti , gerakan kepala menunduk mengandung
makna simbol sifat-sifat Satwika, gerakan tangan kanan merupakan makna
simbol dari sifat-sifat rajasika dan tangan kiri mengandung makna simbol
dari sifat-sifat Tamasika. Pementasan Aci Rejang sebanyak 5 kali putaran
mengandung makna pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
perwujudan Panca Dewata , dan pementasan yang tari Rejang sebanyak 11
kali pada saat Rahinan Ngelukar Usaba merupakan perwujudan
permohonan keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
perwujudan Eka Dasa Dewata yaitu Iswara , Brahma , Mahadewa , Wisnu,
Siwa, Mahesora, Rudra, Sangkara, Swayambhu, Siwa.
Aci abuang
Penari Aci Abuang dalam pementasannya dilengkapi dengan senjata (
keris ) yang menyelip di bagian punggung menurut pendapat I Nengah
Karta Pati (selaku tetua yang dituakan di Dusun Peninjoan , sebagai salah
satu narasumber) mengatakan bahwa keris yang menyelip di punggung
mengandung makna simbol dari pertanda jenis kelamin laki-laki yang
dipergunakan sebagai kekuatan purusa. Gerakan diakhir tarian dikenal
dengan melancis adalah simbol dari para Dewata dan raksasa
memperebutkan amrtha dari pemutaran gunung Mandara Giri.
Mekemit
Merupakan rangkaian acara yang memiliki arti tinggal atau menginap di
suatu daerah atau tempat berlangsungnya acara ( biasanya digunakan
untuk istilah ketika seseorang akan menginap atau menetap selama
beberapa malam di sebuah pura).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Usaba gumang merupakan tradisi yang sampai saat ini masih dilaksanakan
oleh masyarakat di Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada , Kabupaten
Lombok Barat. Merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun dan
berasal dari daerah Bali , tepatnya Desa Bugbug , Kecamatan Karangasem ,
Bali. Penduduk asli Dusun Peninjaoan mayoritasnya merupakan penduduk
yang berasal dari Desa Bugbug Kabupaten Karangasem Bali , yang telah
merantau sekitar 200 ( dua ratus tahun lalu ) . Dikarenakan jarak antara Bali
dan Lombok sangatlah jauh , maka dari itu masyarakat Peninjauan membawa
tradisi adat istiadat leluhur mereka yang berasal dari Bali Bugbug tersebut
untuk dilaksanakan di Dusun Peninjoan , salah satunya yaitu tradisi “ Usaba
Gumang “. Dan sampai saat ini tradisi tersebut masih dilaksanakan oleh
masyarakat Dusun Peninjoan di setiap tahunnya , tepatnya pada sasih
kalima sekitar bulan November ( berpegangan pada beteng kajeng ).
3.2. SARAN
https://khususprank.blogspot.com/2014/06/makalah-tradisi-makepung-di-
jembrana.html
https://adalah.co.id/tradisi/