Anda di halaman 1dari 13

TRADISI USABA GUMANG MASYARAKAT DUSUN PENINJOAN ,

KECAMATAN NARMADA , KABUPATEN LOMBOK BARAT

Disusun oleh :

NI KADEK DWI PUTRI APRISCA SETIANI

19101088

S1 PARIWISATA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan
restu dan anugrah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “
TRADISI USABA GUMANG MASYARAKAT DUSUN PENINJOAN ,
KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT “ ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini , adalah untuk memenuhi


tugas ujian tengah semester dari bapak Agusman, M.Pd. pada bidang studi
Pariwisata Budaya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Agusman, M.Pd, selaku


dosen di bidang studi Pariwisata Budaya yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi ilmu serta membantu saya didalam proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya nantikan demi
sempurnanya makalah ini.

Narmada , 21 Januari 2022

Penulis

Ni Kadek Dwi Putri Aprisca Setiani


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3. Tujuan Pembahasan............................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Usaba Gumang ......................................................................... 6

2.2. Sejarah Usaba Gumang di Dusun Peninjoan ...................................... 7

2.2. Rangkaian acara tradisi pelaksanaan Usaba Gumang ....................... 8

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 12

3.2. Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tradisi bagi umat hindu merupakan sarana untuk menerapkan dan


mewujudkan ajaran agama Hindu. Keharmonisan dan keindahan yang
berkesinambungan diwujudkan serta dihadirkan didalam kehidupan sehari-hari
seperti berbakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa , bersahabat terhadap
sesama dan mencintai alam lingkungan berdasarkan yajna , yaitu berkorban secara
tulus ikhlas. Praktik seperti inilah yang sudah , sedang dan seharusnya
dilaksanakan secara berkelanjutan pada hari-hari yang akan datang untuk
mengajegkan kebudayaan Hindu. Tradisi dalam kebudayaan agama Hindu tidak
bisa dipisahkan didalam pelaksanaannya atau saling berkaitan. Karena
pelaksanaan agama Hindu tercermin didalam budayanya.

Budaya yang kaitannya sangat erat dengan agama Hindu sangat beraneka
ragam yang dilaksanakan secara turun-temurun antara lain seperti tradisi Usaba
Gumang yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada
, Kabupaten Lombok Barat.

Dari sekian banyak tradisi yang ada di Lombok , penulis sangat tertarik
dengan tradisi Usaba Gumang yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun
Peninjoan , Kecamatan Narmada , Kabupaten Lombok Barat.

Usaba gumang , merupakan tradisi yang berasal dari daerah Bali , tepatnya
Desa Bugbug , Kecamatan Karangasem , Bali. Usaba Gumang merupakan tradisi
turun – temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Peninjoan. Peninjoan
merupakan salah satu desa yang terletak di Dusun Peninjoan , Kecamatan
Narmada , Kabupaten Lombok Barat. Dusun Peninjoan memiliki sebuah tradisi
yang begitu kental akan nilai budaya serta kerukunan antar masyarakatnya.
Masyarakat Dusun Peninjoan sendiri , sangat menjunjung tinggi adat istiadat
maupun budaya warisan dari leluhurnya. Hal tersebut terbukti dengan adanya
salah satu tradisi yang dikenal dengan sebutan “ Usaba Gumang “. Usaba gumang
dilaksanakan pada setiap tahun dan diderah Lombok diadakan atau dilaksanakan
hanya di Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada , Kabupaten Lombok Barat.
Didalam pelaksanaan usaba gumang , juga terdapat sebuah ciri khas khusus yaitu ,
adanya pementasan tari rejang dan juga tari aci abuang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Usaba Gumang di Dusun Peninjoan ?
2. Bagaimana rangkaian tradisi Usaba Gumang ?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui sejarah Usaba Gumang di Dusun Peninjoan
2. Untuk mengetahui rangkaian tradisi Usaba Gumang
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Usaba Gumang

Menurut I Wayan Terang Pawaka konon , Pura Gumang berawal dari


Bukit Byaha yang terletak disebuah gili yang disebut Gili Byaha. Dari sinilah
Batara Gede Gumang yang saat itu bernama Betara Gede Sakti yang bertempat
tiggal di Pura Bukit Uluwatu dan mempersunting putri Batara Gede di Bukit
Byaha yang bernama Dewa Ayu Mas. Kemudian beliau menuju Bukit Gumang
dan mendirikan Pura sebagai tempat menetap atau tempat tinggal beliau, yang
selanjutnya bernama Betara Gede Gumang.

Desa Pekraman Bugbug merupakan salah satu Desa Pekraman di


Kabupaten Karangasem , yang mempunyai banyak hari raya seperti halnya Desa
Pekraman lain di Bali. Salah satu hari raya di Desa tersebut yaitu Aci atau Usaba
yang paling unik dan terbesar di wilayahnya adalah Aci atau Usaba Gumang itu
sendiri. Dalam Lontar Pangaci - aci Desa Pekraman Bugbug disebutkan , Usaba
Gumang adalah Aci yang bertempat di Bukit Juru atau Bukit Gumang yang
terletak di daerah Sanghyang Ambu. Dewa atau Betara Lingsir yang menetap
dibukit tersebut , beliau mempunyai 4 keturunan 1 putra dan 3 Putri ,
diantarannya adalah :

1. Ida Betara Gede Manik


2. Ida Betari Ayu Made
3. Ida Betari Ayu Nyoman
4. Ida Betari Ayu Ketut

Diantara saudarinya Ida Betari Ayu Nyoman memiliki kecantikan yang


begitu memikat sehingga karena kecantikannya maka Ida Betara Gede Puseh jatuh
cinta kepadanya. Tetapi justru beliau jatuh cinta kepada Ida Betara Gede Pasisi
dari Desa Jasri. Hal itulah yang membuat Betara Gede Puseh murka sehingga Ida
Betara Gede Puseh memohon restu kepada Ida Betara di Luhur Gunung Agung
agar Ida Betari Ayu Nyoman dilempari dengan sebuah batu sakti tepat mengenai
kaki Ida Betari Ayu Nyoman.

Perselisihan pun terjadi hingga melibatkan empat desa. Perseteruan empat


desa yang masih satu leluhur ini tak berlangsung lama dikarenakan warga Bugbug
sebagai saudara tertua bersikap bijak. Maka untuk meredam kekecewaan Betara
Gede Puseh maka Ida Betari Ayu Made dinikahkan dengan Betara Gede Puseh.

2.2. Sejarah Usaba Gumang di Dusun Peninjoan

Usaba gumang , merupakan tradisi yang sampai saat ini masih


dilaksanakan oleh masyarakat di Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada ,
Kabupaten Lombok Barat. Usaba gumang , merupakan tradisi yang berasal dari
daerah Bali , tepatnya Desa Bugbug , Kecamatan Karangasem , Bali. Diceritakan
bahwa , tradisi usaba gumang merupakan rekrontuksi dari legenda perseteruan
Desa Bugbug , Babandem , Jasri dan Ngis. Putri ketiga Bhatara Gede Sakti dan
Dewa Ayu Mas akan dilamar pemuda Desa Babandem. Namun sayangnya , sang
putri sudah terlebih dahulu dilamar pemuda Desa Jasri. Perselisihan pun terjadi
hingga melibatkan empat desa. Perseteruan empat desa yang masih satu leluhur
ini tak berlangsung lama dikarenakan warga Bugbug sebagai saudara tertua
bersikap bijak.

Dikisahkan , dahulu penduduk asli Dusun Peninjaoan mayoritasnya


merupakan penduduk yang berasal dari Desa Bugbug Kabupaten Karangasem
Bali , yang telah merantau sekitar 200 ( dua ratus tahun lalu ) . Dan wilayah ini (
Dusun Peninjoan ) merupakan wilayah yang sebagian besarnya berupa
pegunungan dengan suhu yang sangat dingin , serta lahan pertaniannya yang
sangat subur. Lambat laun , jumlah penduduk Dusun Peninjoan bertambah banyak
dan tingkat pendapatan petani di dusun ini semakin meningkat , hal tersebut
sangat dirasakan oleh penduduk yang pertama kali menduduki Dusun Peninjoan.
Lama - kelamaan penduduk yang mendiami wilayah Dusun Peninjauan semakin
bertambah. Dikarenakan jarak antara Bali dan Lombok sangatlah jauh , maka dari
itu masyarakat Peninjauan membawa tradisi adat istiadat leluhur mereka yang
berasal dari Bali Bugbug tersebut untuk dilaksanakan di Dusun Peninjoan , salah
satunya yaitu tradisi “ Usaba Gumang “. Dan sampai saat ini tradisi tersebut
masih dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Peninjoan di setiap tahunnya ,
tepatnya pada sasih kalima sekitar bulan November ( berpegangan pada beteng
kajeng ). Dan salah satu ciri khas dari upacara “ Usaba Gumang ” ini ialah ,
adanya pementasan tari rejang dan aci abuang. Tari rejang dan aci abuang ini ,
nantinya akan dipentaskan baik oleh teruna ( pemuda ) atau pun teruni ( pemudi
) asli Bali Bugbug yang berada di Dusun Peninjoan. Tari Rejang dan abuang ,
merupakan tarian yang dikeramatkan atau disakralkan oleh seluruh umat hindu.
Tarian ini biasanya dilaksanakan pada saat pujawali ataupun usaba , baik itu di
Bali maupun di Lombok. Dan salah satu desa di Lombok yang selalu
melaksanakan tari rejang dan aci abuang ini pada saat pujawali atau usaba ialah
Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada , Kabupaten Lombok Barat.

2.3. Rangkaian pelaksanaan tradisi usaba gumang

Dalam hal rangkaian ritual usaba gumang ini , penulis menguraikan


rangkaian acara puncak dari usaba gumang itu sendiri. Berikut rincian dari
rangkaian acara usaba gumang yang diadakan di Dusun Peninjoan , Kecamatan
Narmada , Kabupaten Lombok Barat :

 Ngeringgit
Memiliki pengertian yang digunakan saat masyarakat dusun Peninjoan
membuat hiasan – hiasan yang nantinya akan digunakan pada saat “ usaba
gumang “ berlangsung. Biasanya hiasan tersebut dibuat dari janur , dan
sebagainya.

 Mendak tamu
Memiliki pengertian sebagai penjemputan seorang tamu.

 Ngayahin tamu
Memiliki pengertian yang digunakan disaat akan menjamu tamu yang
datang.

 Mendak Bhatara
Mendak bhatara , memiliki pengertian atau makna sebagai permohonan
atas kehadiran-Nya , melalui doa atau mantra bahkan dapat disertai puja
yang dilantunkan oleh masyarakat umat Hindu. Jadi memiliki pengertian
sebagai permohonan kepada bhatara agar hadir pada saat itu juga.

 Njulukan Jempane ( perjalanan menuju pantai )


Memiliki makna atau pengertian menuju ke pantai , namun hal ini hanya
istilah saja , kenyataannya prosesi ini diadakan atau dilakukan di sebuah
sawah.

 Nebengin
Memiliki pengertian menghadiri atau menyaksikan sebuah acara yang
didasari dari kesadaran dari diri sendiri.

 Aci canang sari


Merupakan tarian yang memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur ,
bhakti serta ungkapan terimakasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa karena selama ini telah memberikan perlindungan kepada
masyarakat yang ada di Dusun Peninjoan.

 Ngayahin nyaik
Memiliki pengertian atau makna ketika teruna – teruni akan menjamu
tamu yang akan melangsungkan proses nyaik.

 Nyaik
Merupakan tradisi yang sangat melekat pada pada keyakinan suku bali di
Dusun Peninjoan ini , tradisi ini digambarkan dengan makan bersama
yang makanannya nanti akan beralaskan daun pisang serta dibentuk
memanjang. Tradisi ini juga menggambarkan kerukunan serta
keharmonisan antar umat Hindu khususnya di umat Hindu yang sedang
berkumpul di Dusun Peninjoan.

 Bulan – bulan kuning


Sebuah proses penanaman benih disertai gamelan atau music tradisional ,
biasanya menjadi rangkaian terakhir dari Usaba Gumang.

 Ngarya kosumsi
Memiliki pengetian menyiapkan bahan makanan yang akan diolah menjadi
makanan siap saji yang nantinya akan di sajikan.

 Aci rejang
Memiliki makna sebagai kerahajengan dan ditarikan oleh teruni (wanita)
yang masih dianggap suci , belum menikah. Hasil wawancara dengan I
Made Kukuh Redana (selaku perangkat adat Dusun Peninjoan , sebagai
salah satu narasumber) pementasan tari Rejang sebanyak tiga kali putaran
mengandung makna pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Maha Tunggal
dalam perwujudan Tri Murti , gerakan kepala menunduk mengandung
makna simbol sifat-sifat Satwika, gerakan tangan kanan merupakan makna
simbol dari sifat-sifat rajasika dan tangan kiri mengandung makna simbol
dari sifat-sifat Tamasika. Pementasan Aci Rejang sebanyak 5 kali putaran
mengandung makna pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
perwujudan Panca Dewata , dan pementasan yang tari Rejang sebanyak 11
kali pada saat Rahinan Ngelukar Usaba merupakan perwujudan
permohonan keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
perwujudan Eka Dasa Dewata yaitu Iswara , Brahma , Mahadewa , Wisnu,
Siwa, Mahesora, Rudra, Sangkara, Swayambhu, Siwa.

 Aci abuang
Penari Aci Abuang dalam pementasannya dilengkapi dengan senjata (
keris ) yang menyelip di bagian punggung menurut pendapat I Nengah
Karta Pati (selaku tetua yang dituakan di Dusun Peninjoan , sebagai salah
satu narasumber) mengatakan bahwa keris yang menyelip di punggung
mengandung makna simbol dari pertanda jenis kelamin laki-laki yang
dipergunakan sebagai kekuatan purusa. Gerakan diakhir tarian dikenal
dengan melancis adalah simbol dari para Dewata dan raksasa
memperebutkan amrtha dari pemutaran gunung Mandara Giri.

 Mekemit
Merupakan rangkaian acara yang memiliki arti tinggal atau menginap di
suatu daerah atau tempat berlangsungnya acara ( biasanya digunakan
untuk istilah ketika seseorang akan menginap atau menetap selama
beberapa malam di sebuah pura).
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Usaba gumang merupakan tradisi yang sampai saat ini masih dilaksanakan
oleh masyarakat di Dusun Peninjoan , Kecamatan Narmada , Kabupaten
Lombok Barat. Merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun dan
berasal dari daerah Bali , tepatnya Desa Bugbug , Kecamatan Karangasem ,
Bali. Penduduk asli Dusun Peninjaoan mayoritasnya merupakan penduduk
yang berasal dari Desa Bugbug Kabupaten Karangasem Bali , yang telah
merantau sekitar 200 ( dua ratus tahun lalu ) . Dikarenakan jarak antara Bali
dan Lombok sangatlah jauh , maka dari itu masyarakat Peninjauan membawa
tradisi adat istiadat leluhur mereka yang berasal dari Bali Bugbug tersebut
untuk dilaksanakan di Dusun Peninjoan , salah satunya yaitu tradisi “ Usaba
Gumang “. Dan sampai saat ini tradisi tersebut masih dilaksanakan oleh
masyarakat Dusun Peninjoan di setiap tahunnya , tepatnya pada sasih
kalima sekitar bulan November ( berpegangan pada beteng kajeng ).

3.2. SARAN

Saya selaku penulis berharap , bahwa kedepannya pemerintah dapat lebih


membantu atau mendukung suatu tradisi lokal yang berada di daerah
terdekatnya. Contoh kecilnya saja yaitu , membantu didalam hal keamanan
maupun perizinan ketika nanti Dusun Peninjoan melaksanakan usaba gumang.
Pemerintah juga diharapkan agar sesekali meluangkan waktu agar dapat ikut
serta didalam pelestarian tradisi yang ada di Dusun Peninjoan ini , dengan cara
turun langsung atau ikut serta disaat usaba gumang sedang berlangsung ,
melalui hal tersebut saya rasa pemerintah akan dapat mengambil nilai – nilai
atau makna yang terkandung didalam tradisi usaba gumang tersebut secara
nyata dan jelas. Dan ketika pemerintah turut hadir didalam pelaksanaan suatu
tradisi , maka secara tidak langsung pemerintah juga ikut melestarikan tradisi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://khususprank.blogspot.com/2014/06/makalah-tradisi-makepung-di-
jembrana.html

https://adalah.co.id/tradisi/

Anda mungkin juga menyukai