Anda di halaman 1dari 19

DESA PENGLIPURAN

Kelas XII IPS 2


Nama anggota kelompok :
 Azzafa Arandy (07)
 Eva Yuniar A (13)
 Nico Ferdynand V (21)
 Rahma Dewi Agustina (24)
 Yuan Septya R (33)
Daftar Isi

Daftar isi………………………………………………………………………..ii
Daftar gambar……………………………………………………………...….iv
Kata Pengantar…………………………………………………………..…….v
Bab I Pendahuluan………...…………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………1
1.3 Tujuan…………………………………………………………….…..2
1.4 Manfaat……………………………………………………………….2
Bab II Pembahasan…………………………………………………….……..3
2.1 Desa Penglipuran……………………………………………………..3
2.2 Kondisi Lingkungan dan Ekonomi…………………………………...3
2.3 Adat Istiadat…………………………………………………………..4
2.4 UMKM……………………………………………………………….5
2.4.1 Desa Adat Penglipuran Bali sebagai Objek Wisata di Bali…..…….5
2.4.2 Loloh Cemcem Minuman Tradisional Beerkhasiat Khas
Bangli Bali……………..…………………………………………...6
2.4.3 Hal Menarik di Desa Adat Penglipuran Bangli………………….....7
2.5 Teknologi…………………………………………………………......8
2.6 Potensi Budaya……………………..………………………………...8
2.6.1 Memiliki Ritual Keagamaan yang terus Dilakukan di Pura
Leluhur Penglipuran……………………………………………..…9
2.6.2 Penglipuran Village Festival………………………………...……..9
2.7 Lembaga Sosial……………………………………………………..10
2.8 Manfaat Lahan atau Wisata Unggulan Desa……………………......10
2.8.1 Hutan Bambu yang jadi Pelindung Desa……………….…………10
2.8.2 Tata Ruang Desa Berkonsep Tri Mandala………………………...11
Bab III Penutup……………………………………………………….…….12
3.1 Kesimpulan………………...………………………………………..12
3.2 Kritik dan Saran………………………………………………….….12
Daftar Pustaka………………………………………………………………..14
Daftar gambar
Gambar 1.1 Desa Penglipuran…………………………………..………………3
Gambar 1.2 Upacara Ritual Ngerebeg atau Ngelawang………………………...4
Gambar 1.3 Pura Penataran Desa Penglipuran………………………………….5
Gambar 1.4 Angkul-angkul Rumah di Desa Penglipuran………………………6
Gambar 1.5 Loloh Cemcem Khas Bali………………………………………….7
Gambar 1.6 Monumen Taman Pahlawan……………………………………….7
Gambar 1.7 Ritual Hari Raya Siswaratri yang Dirayakan Umat Hindu………...9
Gambar 1.8 Tari Condong……………………………………………………..10
Gambar 1.9 Hutan Bambu Penglipuran………………………………………..11
Gambar 1.10 Tata Ruang Desa………………………………………………...11

Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok pelajaran geografi bab interaksi
spasial antara desa dengan kota, dengan judul DESA
PENGLIPURAN
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Ana Yuliana, S.pd
selaku guru Geografi yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
yang membantu dalam mengumpulkan data data dan materi yang
dibutuhkan dalam pengerjaan tugas.
Kami menyadari bahwa dalam pengerjaannya masih jauh dari kata
sempurna, hal tersebut dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala keritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Malang, 23 September 2022

Penulis
v
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada zaman dahulu, raja Bangli memerintahkan warganya di
Bayung Gede untuk mengerjakan proyek di Desa Kubu. Setelah itu,
mereka diberikan tanah yang kemudian diberi nama Desa Bayung
Gede. Setelah lama tinggal di Kubu, lama kelamaan namanya berubah
menjadi Desa Penglipuran.
Penglipuran berasal dari kata penglipur yang maknanya adalah
menghibur atau menyenangkan orang. Sedangkan Eling artinya ingat
dan Pura yang dalam makna luas artinya adalah tanah leluhur.
diharapkan masyarakat disini dalam membangun tatanan desanya
selalu mengingat keberadaan tanah leluhurnya yang ada di Bayung
Gede.
Penglipuran merupakan salah satu desa adat dari Kabupaten
Bangli, Provinsi Bali, Indonesia. Desa ini terkenal sebagai salah satu
destinasi wisata di Bali karena masyarakatnya yang masih
menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali dalam
kehidupan sehari-hari. Arsitektur bangunan dan pengolahan lahan
masih mengikuti konsep Tri Hita Karana, filosofi masyarakat Bali
mengenai keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia ,dan
lingkungannya. Mereka berhasil membangun pariwisata yang
menguntungkan seluruh masyarakatnya tanpa menghilangkan budaya
dan tradisi mereka.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan laporan sebagai
berikut.
1. Mengapa desa Penglipuran termasuk dalam desa Swasembada?
2. Bagaimana kondisi lingkungan dan perekonomian di Desa Penglipuran?
3. Adat istiadat apakah yang masih berkembang dikalangan masyarakat
Desa Penglipuran?
4. Bagaimana bentuk usaha masyarakat Desa Penglipuran dalam mengelola
desanya agar dapat memberikan keuntungan bagi mereka?
1
5. Sebagai masyarakat yang cenderung masih mengikuti budaya lokal,
apakah masyarakat dapat menerima adanya perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi?
6. Potensi apa yang masih dikembangkan oleh masyarakat sekitar?
7. Apakah ada lembaga sosial di Desa Penglipuran?
8. Bagaimana cara masyarakat memanfaatkan potensi lahan yang ada?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan terkait Desa Penglipuran berdasarkan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Mengetahui alasan menggapa Desa Penglipuran dikelompokan pada Desa
Swasembada
2. Memaparkan keadaan lingkungan dan keseimbangan antara ekonomi dan
masyarakat yang ada
3. Meperkenalkan budaya yang melekat dengan desa tersebut
4. Memberikan inspirasi dalam pemanfaatan desanya
5. Memberiksn informasi bahwa masyarakat yang masih menujung tinggi
nilai budaya juga tetap mengikuti perkembangan zaman
6. Memberitahukan cara pemanfaatan potensi yang ada
7. Menunjukkan stuktur sosial yang ada
8. Menginformasikan ara pemanfaatan potensi lahan yang ada

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan informasi
kepada penulis, peneliti dan peneliti selanjutnya. Dalam pemanfaatan lahan,
pontensi budaya, dan pengolahan lahan untuk meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat. Laporan ini juga akan memberikan penjelasan yang lebih rinci
mengenai budaya dan adat istiadat Desa Penglipuran yang mungkin belum
diketahui oleh masyarakat awam.

2
Bab II
Pembahasan

2.1 Desa Penglipuran


Desa Penglipuran dapat dikategorikan sebagai Desa Swasembada, hal ini
dikarenakan Desa Penglipuran telah memenuhi kriteria dan aspek aspek yang
mencakup Desa Swasembada, salah satu contohnya adalah masyarakat desa ini
sudah bisa memanfaatkan potensi sumber daya yang ada menjadi sumber
penghasilan yang menguntungkan. Tak hanya itu banyak faktor faktor yang
menjadikan Desa Penglipuran dapat dikategorikan menjadi Desa Swasembada.
Penjelasan lebih lanjutnya sebagai berikut.

2.2Kondisi Lingkungan dan Ekonomi


Jumlah penduduk Desa Wisata Penglipuran per januari 2021 adalah 1.111
orang, dengan jumlah KK 277. Mata pencaharian masayarakat Desa
Penglipuran adalah sebagai seorang Pengrajin, Pedagang souvenir, Kuliner,
Pertanian, Pengelola home stay, Karyawan, PNS, Pemandu wisata, dan pelaku
pariwisata lainnya. masyarakat desa wisata penglipuran menganut agama
Hindu, menjunjung tinggi adat istiadat, nilai gotong royong, kekeluargaan,
kearifan lokal yang berlandaskan konsep Tri Hitha karana.
Kehidupan bermasyarakat warga Desa Penglipuran dapat dikatakan
stabil. Struktur sosial yang jelas dengan lingkungan yang baik dan mendukung
serta banyaknya lapangan pekerjaan yang ada di Desa Penglipuran membuat
mayoritas masyarakat memiliki pekerjaan tetap dan jarang ada yang
menggangur. Hal ini merupakan alasan kuat menggapa perekonomian Desa
Penglipuran relatif stabil.

Gambar 1.1 Desa Penglipuran


3
2.3 Adat Istiadat
Selain dikenal sebagai desa terbersih ketiga di dunia versi majalah
internasional Boombastic, desa ini juga terkenal karena masyarakatnya yang
masih melestarikan budaya tradisional hingga akhirnya disebut sebagai desa
adat. Dimulai dari kesamarataan kasta masyarakat yang tinggal di sana. Seluruh
penduduk desa berasal dari kasta Sudra, jadi tidak ada yang lebih tinggi ataupun
rendah. Namun, mereka tetap melakukan pemilihan ketua adat yang dilakukan
setiap lima tahun sekali.
Setiap ada warga yang meninggal, Desa Penglipuran akan memakamkan
jenazah di kuburan desa. Walaupun mayoritas penduduk beragama Hindu, akan
tetapi bagi masyarakat Desa Penglipuran adanya Upacara Ngaben (pembakaran
jenazah) hanya dilakukan untuk mengantarkan roh orang-orang yang sudah
meninggal kepada Sang Pencipta. Dan setiap ada warga desa yang meninggal,
maka satu ekor sapi akan disembelih sebagai korban suci. Cara memakamkan
jenazahpun juga bisa dibilang cukup unik, karena dibedakan berdasarkan jenis
kelamin. Jenazah laki-laki akan dimakamkan dengan posisi tengkurap dan
jenazah wanita diletakkan dengan posisi tengadah.
Warga laki-laki di Desa Penglipuran juga dilarang memiliki istri lebih
dari satu. Jika ada yang melanggar, maka dia akan dikucilkan dari pemukiman
warga. Tempat pengucilannya bernama Karang Memadu. Hingga saat ini, tidak
ada satupun warga yang berani melanggar aturan itu dan mayoritas penduduk
desa ini akan menikah dengan sesama warga desa.
Desa Penglipuran juga mempunyai acara adat sendiri yang disebut
Ngerebeg atau Ngelawang. Ngerbeg ini pada umumnya memiliki makna
memberikan keselamatan kepada setiap warga dengan menyucikan desa dari
hal-hal yang negatif dan memohon kepada Tuhan agar terhindar dari wabah dan
kemalangan. Tradisi Ngrebeg ini dilakukan saat Hari Raya Galungan dan Buda
Kliwon Pahang. Perayaan dilakukan dengan membawa barong sakral yang
disimpan di dalam Pura Penataran Desa menuju setiap rumah-rumah penduduk.

Gambar 1.2 Upacara Ritual Ngerebeg atau Ngelawang


4
2.4 UMKM
2.4.1 Desa Adat Penglipuran Bangli Sebagai Objek Wisata Di Bali
Keberadaan desa adat Penglipuran sebagai objek Wisata di Bali, memang
tidak terbantahkan lagi, banyak wisatawan yang membaca informasi tentang
desa tradisional Penglipuran kemudian menjadi tertarik dan merubah rute tour
di Bali mereka untuk berkunjung ke desa ini. Apalagi letaknya strategis dan
mudah dijangkau, berdekatan dengan tempat wisata lainya di kawasan
pariwisata Bangli seperti objek wisata Kintamani, Pura Kehen dan air terjun
Tukad Cepung, sehingga sering dikemas menjadi paket tour di Bali.
Letak Desa Penglipuran Bangli dari Denpasar butuh sekitar 90 menit naik
mobil. Lokasinya sekitar 700 meter di atas permukaan laut, sehingga kawasan
ini terasa lebih sejuk, alam di sekitarnya terlihat hijau.

Gambar 1.3 Pura Penataran Desa Penglipuran

Terdapat pula sebuah jalan yang membelah pemukiman desa adat


Penglipuran menjadi dua bagian, pada setiap rumahnya memiliki setidaknya
sebuah bangunan tradisional yang terbuat dari bamboo baik itu dinding atau
atap, luas tanah masing-masing rumah sama, begitu juga dengan ketinggian
bangunannya.
Pintu depan masuk halaman (angkul-angkul) beratapkan bambu juga,
beberapa pintu dan pagar halaman masih berbahan tanah liat terlihat begitu
natural, walaupun sudah banyak yang merubahnya dari bahan berbeda. Setiap
angkul-angkul (pintu masuk rumah), berisi nama dari pemilik rumah tersebut.

5
Gambar 1.4 Angkul-angkul Rumah di Desa Penglipuran

Sebagai objek wisata di Bali dan sekaligus desa wisata pada komplek
pemukiman ini terdapat sebuah homestay, tempat merasakan ketenangan,
keheningan serta kenyamanan sebuah desa tradisional dengan kearifan lokal dan
penduduknya yang ramah maka desa tradisional Penglipuran bisa menjadi
tempat sesuai untuk bermalam, merasakan atmosfer alam anti mainstream.

2.4.2 Loloh Cemcem Minuman Tradisional Berkhasiat Khas Bangli


Bali
Loloh Cemcem dapat dikatakan sebagai jamu. Pada umumnya jamu
terasa pahit jika dikonsumsi tetapi tidak untuk Loloh Cemcem karena Loloh
Cemcem memiliki enam rasa yang unik dan tentunya sangat enak di lidah.
Loloh yang bahan utamanya daun cemcem atau daun kloncing ini, tidak hanya
untuk menghilangkan dahaga, tetapi juga memiliki khasiat yang baik untuk
pencernaan dan menurunkan tekanan darah. lLoloh Cemcem memiliki sedikit
aroma tumbuhan, dan rasanya sangat unik. Rasanya asam, manis, asin, dan
sedikit pahit. Minuman ini mantap diminum dalam keadaan dingin dan
langsung memberi sensasi segar.
Rasa asam dari Loloh Cemcem didapat dari komposisi amarind alias buah
asam. Kemudian rasa manis dan asin didapat dari komposisi gula juga garam.
Sedangkan rasa pahit didapat dari daun cemcem. Loloh Cemcem dikemas
dalam botol kemasan air mineral ukuran 600 ml. Rata-rata Loloh Cemcem
ukuran tersebut dibanderol Rp 5.000. Minuman ini dapat dengan mudah dibeli
di warung makan yang menjual makanan khas Bali. Minuman ini dikirim ke
segenap penjuru Bali, bahkan keluar daerah.

6
Gambar 1.5 Loloh Cemcem Khas Bali

2.4.3 Hal Menarik Di Desa Adat Penglipuran Bangli


Desa wisata di Bali ini berhawa sejuk, luas desa ini sekitar 112 hektar.
Yang terdiri dari pemukiman penduduk, hutan bambu, tegalan, sekolah, parkir
kendaraan dan berbagai fasilitas umum lainnya. Daya tarik desa tradisional di
Kabupaten Bangli ini melengkapi daftar tempat wisata tradisional di pulau
Dewata Bali.
Yang menarik di Desa adat Penglipuran Bangli tidak hanya bentuk
pemukimannya saja tetapi hutan bambu yang terletak di sebelah Utara di
belakang pura desa, menebang pohon bambu harus melalui ijin tetua desa.
Hutan bambu tersebut menjadi tempat rekreasi menarik juga, tempatnya rindang
dan sejuk, cocok untuk bersantai maupun berfoto-foto.

Gambar 1.6 Monumen Taman Pahlawan

7
Monumen Taman Pahlawan terdapat di ujung sebelah Selatan Desa
Penglipuran, bisa menjadi tempat edukasi bagi anak-anak sekolah. Selain itu
ada namanya karang memadu, jika ada warga yang melakukan poligami, maka
orang (keluarga) tersebut akan dikucilkan di tempat ini, sehingga akan merasa
beban moral, tradisi yang menghormati wanita dengan aturan melarang
poligami. Sedangkan jika ketahuan mencuri, maka si pencuri diwajibkan
melakukan sesajian dengan persembahan 5 ekor ayam dengan bulu berbeda
pada 4 pura leluhur penduduk setempat dan ini akan memberikan efek rasa malu
kepada si pelaku.

2.4 Teknologi
Teknologi di Desa Penglipuran sudah berkebang pesat. Ternyata di des
aini sudah teraliri listrik dan juga banyak yang sudah menggunakan peralatan
elektronik seperti TV, kulkas, lampu listrik dan peralatan elektronik lainnya.
Akan tetapi masyarakat desa adat Penglipuran tidak menggubah sedikitpun
arsitektur desa baik ornament rumah maupun hal lainnya. Akan tetapi
masyarakat desa adat Penglipuran tidak mengubah sedikitpun arsitektur desa
baik ornament rumah maupun hal lainnya desanya tetap pada budaya dan
adatnya yang masih asli. Akan tetapi pada desanya terlihat kabel listrik yang
menggaantung pada sudut sudut rumah, dan tiang listrik yang berdiri kokoh.
Desa Penglipuran merupakan desa yang terbuka dengan teknologi yang
ada, seperti handphone, gadget maupun televisi. Masyarakat Desa Penglipuran
juga cenderung modern dan tidak gaptek pada perkembangan teknologi yang
ada. Dibuktikannya perkembangan teknologi di Desa Penglipuran dengan
adanya perubahan teknologi dan perkembangan teknologi dari alat alat manual
seperti pada pembuatan minuman khas dari desa adat Penglipuran yaitu sari
kunyit dan minuman cem cem yang dulu menggunakan alat tumbuk yang
menggunakan tenaga manusia yaitu tangan sebagai alat penggerak dan
penumbuk, yang kemudian dialih fungsikan menggunakan dengan mesin yang
sudah modern seperti mesin giling atau blender.

2.6 Potensi budaya


Indonesia memiliki kekayaan keragaman budaya. Kekayaan dan
keragaman budaya itu terbentuk melalui proses panjang interaksi antarsuku di
Indonesia maupun hasil persinggungan dengan budaya bangsa lain. Keragaman
budaya Indonesia sangat potensial untuk meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat. Salah satu contohnya adalah Desa Penglipuran yang mampu
memanfaatkan dan mengembangkan potensi budaya yang ada di desanya.

8
2.6.1 Memiliki Ritual Keagamaan yang Terus Dilakukan di Pura
Luhur Penglipuran
Seperti desa adat lainnya di Bali, Desa Penglipuran juga memiliki ritual
keagamaan yang terus dijalankan hingga saat ini. Salah satu ritual besarnya
adalah Ngusaba yang biasa dilakukan untuk menyambut Hari Raya Nyepi.
Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat di sana juga akan datang ke Pura
Penataran untuk bersembahyang. Ritual ini terus dilakukan karena sudah
diajarkan oleh para tetua adat dan merupakan ajaran yang diwariskan oleh para
leluhur.

Gambar 1.7 Ritual Hari Raya


Siswaratri yang Dirayakan
Umat Hindu
2.6.2 Penglipuran Village Festival
Pesona lain yang ditawarkan oleh Desa Penglipuran adalah sebuah
festival budaya yang disebut Penglipuran Village Festival. Acara ini biasanya
diselenggarakan di akhir tahun dengan rangkaian kegiatan yang beragam, mulai
dari parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan
berbagai lomba lainnya. Setiap agenda ini diadakan, biasanya jumlah wisatawan
akan membludak untuk menyaksikan berbagai kegiatan yang memamerkan seni
dan budaya khas Bali. Dengan segala keindahan alam, keunikan budaya, dan
tradisi adat yang masih kental, tentu Sobat Pesona akan puas saat berkeliling di
Desa Penglipuran

9
Gambar 1.8 Tari Condong

2.7 Lembaga Sosial


Organisasi sosial masyarakat Desa Penglipuran terbagi menjadi dua, yaitu
Lembaga Desa Pakraman dan Lembaga Dinas Lingkungan Penglipuran.
Lembaga Desa Pakraman disusun dalam satu kepemimpinan yaitu Prajuru
(Pengurus) Desa Adat Penglipuran. Prajuru Desa Adat dibedakan menjadi dua
bagian, yakni Prajuru Desa Adat yang terdiri dari kelian adat, dua orang
penyarikan dua seka-seka.
Prajuru Ulu Apad terdiri atas dua belas orang yang disebut Jero Kancan
Roras, meliputi dua Jero Bayan (Jero Bayan Mucuk dan Jero Bayan Nyoman),
dua orang Jero Bahu, dua orang Jero Singgukan, dua orang Jero Cacar, dua
orang Jero Balung, dan dua orang Jerong Pati. Sedangkan Lembaga Dinas
Lingkungan di Penglipuran terdiri atas Camat, Lurah, Bandesa Adat, Kepala
Lingkungan, dan Jero Kubayan

2.8 Manfaat Lahan atau Wisata Unggulan Desa


2.8.1 Hutan Bambu yang jadi Pelindung Desa
Khususnya di Desa Penglipuran akan semakin bertambah dengan hutan
bambu yang luasnya mencapai 45 hektare atau sekitar 40 persen dari luas
keseluruhan Desa Penglipuran. Hutan bambu yang mengelilingi desa ini terus
dijaga dan dilestarikan sampai saat ini sebagai bentuk pelestarian warisan dari
para leluhur dan wujud nyata dalam  menjaga keseimbangan antara manusia dan
alam. Masyarakat setempat juga percaya, bahwa hutan bambu ini adalah bagian
dari awal sejarah keberadaan mereka. Selain itu, hutan bambu ini juga  bukan
hanya berfungsi untuk memperindah saja, namun juga memiliki fungsi sebagai
kawasan resapan air. Itulah mengapa, hutan bambu ini juga kerap disebut
sebagai hutan pelindung desa

10

Gambar 1.9 Hutan


Bambu Penglipuran
2.8.2 Tata Ruang Desa Berkonsep Tri Mandala

Gambar 1.10 Tata


Ruang Desa
Desa ini dibangun
dengan Konsep Tri
Mandala, di mana tata
ruang desa dibagi
menjadi tiga wilayah yakni Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista
Mandala. Pembagian wilayah tersebut diurutkan dari wilayah paling utara
hingga paling selatan. Di wilayah utara, ada Utama Mandala. Wilayah ini
merupakan tempat suci atau tempat para dewa. Di sini pula lah tempat
beribadah didirikan. Di bagian tengah, ada zona yang disebut sebagai Madya
Mandala. Zona tengah merupakan pemukiman penduduk, di mana rumah-rumah
penduduk dibangun berbanjar di sepanjang jalan utama. Sedangkan,  wilayah
paling selatan disebut dengan Nista Mandala. Tempat ini adalah zona khusus
untuk pemakaman penduduk.

11

Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Desa Penglipuran merupakan desa Swasembada modern yang dapat
memberikan inspirasi bagi desa lainnya. Solidaritas dan kerjasama antar
masyarakat mampu menjadikan Desa Penglipuran diakui oleh majalah
internasional sebagai desa terbersih ke tiga didunia. Hal ini merupakan
pencapaian yang luar biasa bagi Desa Penglipuran. Tak hanya itu di era
globalisasi yang merajalela ini masyarakat Desa Penglipuran masih bisa
mempertahankan budaya mereka, bahkan mereka dapat melestarikan budayanya
dengan memperkenalkan budaya mereka ke masyarakat lokal maupun
mancanegara.

Penglipuran Village Festival merupakan langkah bagus yang diambil oleh


Desa Penglipuran dalam melestarikan budayanya. Di event ini mereka juga
dapat memperjual belikan makanan dan minuman khas Penglipuran, serta
cendera mata dan berbagai hasil kerajinan lainnya. Penglipuran juga berhasil
mengelola lahan yang ada menjadi sebuah tempat wisata yang menarik. Hal
tersebut dapat meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat Desa Penglipuran.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Desa Penglipuran adalah Desa Swasembada modern yang berhasil dan


dapar memberikan inspirasi

2. Adat istiadat di Desa Penglipuran masih sangat kental dan terus


dilestarikan

3. Masyarakat Desa Penglipuran bisa mengelola lahan dan sumber daya


yang ada menjadi hal yang bernilai ekonomis dan mampu mendongkrak
kondisi perekonomian masyarakat

3.2 Kritik dan Saran


Demi mendorong kemajuan Desa Penglipuran, pemerintah setempat
harus turut andil dalam mengembangkan desa tersebut. Selain itu masyarakat
juga harus mulai mengembangkan kerja samanya dengan para investor atau
mengusaha yang dapat mendukung perkembangan desa tersebut. Promosi juga
harus dilakukan agar Desa Penglipuran dapat lebih dikenal lagi oleh banyak
orang. Masyarakat juga harus mulai memanfaatkan teknologi yang ada dalam
melestarikan budayanya agar desa menjadi lebih maju dan tidak ketinggalan
zaman.

12

Dalam menghadapi perkembangan zaman yang sangat cepat, terdapat


beberapa kritik dan saran yang dapat diberikan :

1. Pihak pemerintah setempat harus mulai turut andil dalam melestarikan


budaya setempat dan memberikan wadah agar masyarakat bisa lebih
berkembang

2. Mulai bekerja sama dengan para investor untuk memajukan dan


mengembangkan Desa Penglipuran

3. Melakukan promosi baik secara langsung maupun melalui media masa


13

DAFTAR PUSTAKA
10.09.2022, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Desa_Penglipuran

https://m.kumparan.com/kumparantravel/menyingkap-cara-hidup-
masyarakat-desa-penglipuran-yang-unik-1sQhTds9x1E/1

12.09.2022, https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/intip-yuk-daya-tarik-
yang-ditawarkan-desa-penglipuran-bali

https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/penglipuran

https://www.researchgate.net/publication/343104084_Aplikasi_Au
gmented_Reality_Pengenalan_Bangunan_Adat_Desa_Penglipuran
https://docplayer.info/99347344-Potensi-desa-wisata-penglipuran-
bangli-dilihat-melalui-kacamata-wisatawan.html

https://journal.actual-insight.com/index.php/konstruksi-sosial/articl
e/view/132

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jgg/article/view/8014

https://bali.tribunnews.com/amp/2019/11/20/mengenal-desa-adat-
penglipuran-sejarah-ritual-tradisional-dan-konsep-filosofi-
masyarakat-bali?page=4

13.09.2022, https://www.balitoursclub.net/hutan-bambu-di-desa-penglipuran/

https://www.balitoursclub.net/hutan-bambu-di-desa-penglipuran/

https://kumparan.com/kumparantravel/menyingkap-cara-hidup-
masyarakat-desa-penglipuran-yang-unik-1sQhTds9x1E

26.09.2022, http://ininamanyablogkita.blogspot.com/2016/07/normal-0-false-
false-false-in-x-none-x.html?m=1

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F
%2Fblue.kumparan.com

https://ksmtour.com/wisata-kuliner/kuliner-bali/loloh-cemcem-
minuman tradisional-berkhasiat-khas-bangli-bali.html

14

Anda mungkin juga menyukai