Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN

TENTANG DESA BENGKALA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. AULIA ULFAH NIM : 05011381823099


2. ADRIAN MAHADIKA NIM : 05011381823099
3. FRILLIA ROMASTA ARITONANG NIM : 05011381823147
4. NURUL IZZA RAMADHINI NIM : 05011381823151
5. REZA SAWALUDIN NIM : 05011381823099

PROGRAM STUDI :

AGRIBISNIS A PALEMBANG

ASISTEN DOSEN :

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulilahi robil alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami kelompok 6 dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Desa secara umum dan menurut para ahli................................................
2.2 Deskripsi Desa Bengkala .........................................................................................
2.3 Potensi dan pemberdayaan Desa bengkala................................................................
2.4 Keunikan atau kelebihan Desa Bengkala .................................................................
2.5 Kelemahan Desa Bengkala .......................................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa begkala merupakan salah satu desa yang terletak di kabupaten buleleng, kecamatan
kubutambahan.Desa bengkala dihuni oleh lebih dari 2280 jiwa.Secara umum sektor
utama mata pencaharian yang utama dari Desa bengkala ini yaitu pertanian dan
perkebunan.Namun ada yang menarik untuk ditelusuri dari desa bengkala ini. Ternyata
lebih dari 2 persen penduduk desa ini adalah penderita tuli bisu yang dalam bahasa bali
juga biasa disebut kolok. Artinya lebih dari 47 jiwa di desa bengkala menderita tuli bisu
yang konon telah diderita secara turun temurun sejak lebih dari 70 tahun yang lalu atau
diperkirakan terjadi sekitar tahun 1940 an. Pada awalnya konon hanya ada satu penderita
tuli bisu di desa ini yang diperkirakan menjadi cikal bakal penderita tuli bisu di desa
bengkala ini merupakan titisan makhluk halus yang datang ke desa tersebut dan menjadi
cikal bakal lahirnya keluarga yang hampir seluruh keluarga tersebut menderita kolok.
Dari segi ilmiah penderita kolok yang turun temurun juga dapat disebakan oleh terjadinya
mutasi genetik yang mempunyai sifat resesif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Desa secara umum dan menurut para ahli
2. Deskripsi Desa Bengkala
3. Potensi dan pemberdayaan Desa bengkala
4. Keunikan atau kelebihan Desa Bengkala
5. Kelemahan Desa Bengkala
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian desa secara umum dan menurut para ahli
2. Untuk mengetahui deskripsi atau ciri-ciri desa bengkala
3. Untuk mengetahui potensi dan pemberdayaan di desa bengkala
4. Untuk mengetahui keunikan atau kelebihan desa bengkala
5. Untuk mengetahui kelemahan desa bengkala
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Desa Secara Umum dan Menurut Para Ahli


Desa adalah pembagian wilayah administratif di bawah Kecamatan yang dipimpin
oleh seorang Kepala Desa.Kata “Desa” berasal dari Bahasa Sansekerta yakni “Dhesi” yang
artinya tanah kelahiran.Istilah Dhesi telah digunakan sejak tahun 1114 M yang ketika itu di
Indonesia hanya terdiri beberapa kerajaan saja.

Menurut Para Ahli


1. Bambang Utoyo
Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang
pertanian dan menghasilkan bahan makanan
2. R. Bintarto
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal
balik dengan daerah lain
3. Sutarjo Kartohadikusumo
Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di
bawah camat
4. William Ogburn dan MF Nimkoff
Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.
5. S.D. Misra
Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan
batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are.
6. Paul H Landis
Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan
cirri-ciri sebagai berikut :

1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal


antra ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan
terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum
yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan
alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan
agraris adalah bersifat sambilan.

2.2 Deskripsi atau ciri-ciri Desa Bengkala

Desa Bengkala di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, banyak memiliki


penyandang bisu. Keunikan kampung kolok Bengkala disebut-sebut, hanya bisa
ditandingi oleh sebuah wilayah di San Jose, Kosta Rika, yang juga banyak memiliki
penyandang tuli-bisu. Bedanya, ketulian di San Jose ini terjadi secara progresif. Daya
pendengaran berangsur merosot sejak usia 10 tahun dan lenyap total di usia 30-an tahun.
Kolok merupakan sebutan bagi penyandang tuna rungu dan tuna wicara di Bali pada
umumnya. Karena banyaknya penyandang cacat bawaan itu, Desa Bengkala kemudian
disebut dengan Desa Kolok. Dari sekitar 2.730 warga yang tinggal di desa Bengkala, 40
orang diantaranya mengidap kelainan bisu tuli yang terkumpul di sembilan keluarga. Ini
merupakan angka yang cukup tinggi. Mengingat, normalnya bisu-tuli bawaan hanya
terjadi pada satu dari 10 ribu kelahiran.

Untuk berkomunikasi antar sesama kolok, mereka menciptakan gaya bahasa isyarat
tersendiri yang tidak seperti bahasa tubuh baku untuk penderita bisu tuli. Praktis, hanya
mereka yang menderita kekolokan yang memahami ekspresi dan gerak tubuh mereka saat
berkomunikasi. Bahasa isyarat mereka jauh lebih sederhana. Misalnya, untuk menyebut
makan, mereka cukup mengarahkan jemari tangan ke arah perut. Untuk lapar, cukup
dengan memegang perut.

Disamping itu, hubungan antar warga yang normal tidak menderita kecacatan dengan
warga lainnya yang kolok juga tidak ada masalah dan selalu harmonis. Desa itu punya
lima banjar, yakni Punduh Jero, Tihing, Basta, Asem, Kutuh, dan Coblong, yang selalu
ramai dengan bahasa isyarat. Di lima banjar itu pula kesembilan keluarga kolok tersebar.
Menurut I Ketut Kantha, seorang warga desa yang ikut menaungi sebuah paguyuban
penderita kolok, di desanya juga terdapat sekolah yang dikhususkan untuk warganya yang
menderita cacat kolok.

“Kami punya sekolah khusus tingkat SD untuk anak-anak kolok yang namanya
sekolah inklusi. Sekolah itu berada di satu lingkungan sekolah dasar umum dan mereka
berinteraksi dengan anak-anak normal lainnya. Hanya saja, kami menempatkan siswa
kolok di ruang khusus untuk mereka,” jelas Kantha.

Kolok di desa Bengkala tersebut menjadi sebuah fenomena yang sudah ada sejak
ratusan tahun silam. Menurut Kantha, kondisi desa Bengkala, mirip dengan penduduk San
Jose di Kosta Rika, yang daya pendengarannya berangsur merosot hingga akhirnya hilang
sama sekali. Sekaligus, Desa Bengkala menempati urutan kedua penderita kolok setelah
penduduk San Jose.

Karena kehidupan yang sudah menyatu antara penderita kolok dengan warga yang
lain, mereka akhirnya menyatu dalam perkawinan. Dari situ, generasi kolok umumnya
diwariskan secara turun temurun.

Seperti I Made Pinda yang seluruh keluarganya menderita bisu tuli. Meski seolah
tidak ada keturunan yang lahir normal dan sehat, Pinda mengaku kolok yang sudah
mendarah daging itu menjadi sebuah aib. Bahkan bukan cuma Made Pinda saja, kedua
orangtua dan dua saudara kandungnya juga ditakdirkan tuli dan bisu. Tiga mantan
istrinya, dua anak dan kedua saudara ipar Pinda juga orang kolok.

“Ini takdir yang tak perlu disesali. Kami semua hidup bahagia dan tidak ada masalah
dengan warga lain yang hidup normal. Kami juga bisa hidup normal dengan bekerja
seperti yang lain,” kata pria 50 tahun ini dalam bahasa isyarat.

Tapi diluar itu, menurut Kantha, ada juga yang tidak mewariskan kolok meski ada
satu keluarga yang menderita bisu tuli. Menurutnya, salah satu warga disana bernama
Kadek Srisari yang menikah dengan orang kolok bernama I Wayan Ngarda tidak
membenihkan keturunan yang kolok. Pasangan ini ternyata memiliki dua putra dan putri
dengan pendengaran normal serta mampu berbicara.

“Nah, itulah yang sampai saat ini kami belum tahu. Kalau bilang ada cerita mitos, ya
kami juga percaya. Tapi diluar itu, banyak peneliti bahkan dari luar negeri datang kemari
untuk mencari jawaban dari fenomena di desa kami.

Artinya, keanehan ini bisa dijelaskan secara ilmu pengetahuan. Tapi, sampai sekarang
pun belum ada jawaban yang benar-benar bisa membuka misteri yang ada,” ungkap pria
yang juga berprofesi sebagai pemandu wisata ini.

2.3 Potensi dan Pemberdayaan Desa Bengkala


Berdasarkan letak geografis, Desa Bengkala merupakan daerah yang sangat
berpotensi sebagai desa pariwisata yang menjadi idola bagi para pecinta kesenian.
Mayoritas penduduk Desa Bengkala bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
Hasil pertanian dan perkebunan yang banyak di jumpai di Desa Bengkala antara lain ubi,
jagung, kacang tanah. sedangkan dalam bidang peternakan,hewan ternak yang seringkali
dipelihara oleh masyarakat adalah sapi, babi,dan ayam. selain bermata pencaharian
sebagai petani dan peternak, beberapa masyarakat di Desa Bengkala yang bekerja sebagai
wirausahawan dan pegawai negeri maupun swasta.

Para penyandang tuli bisu di desa ini kemudian tergabung ke dalam sebuah kelompok
kesenian serta dibina dan difasilitasi untuk dapat berkarya seperti warga desa yang lain.
Hal ini terbukti dari berkembangnya sebuah karya seni yang sukses menjadi ciri khas
Desa Bengkala yaitu Tari Janger Kolok. Seringkali Tari Janger Kolok mendapat tawaran
untuk tampil dalam berbagai acara. Seperti hiburan dalam acara pernikahan, mengisi
acara ulang tahun desa bahkan sempat turut serta mengisi acara pawai kesenian di
Buleleng.

Tari Janger Kolok merupakan sebuah tarian janger yang khusus ditarikan oleh para
penyandang tuli bisu di desa ini. Biasanya tarian ini terdiri dari belasan orang laki-laki
dan dua orang perempuan. Satu orang laki-laki akan menjadi pemandu dengan membawa
gupek / kendang. Tujuan terciptanya tarian ini adalah untuk memberikan kesempatan
yang sama kepada penduduk penyandang tuli bisu agar dapat memiliki rasa kepercayaan
diri untuk tampil di depan umum seperti penari Bali pada umumnya. Selain itu, tarian ini
merupakan hasil modifikasi dari tarian janger yang sudah umum dipentaskan dengan
menggunakan suara yang berasal dari nyanyian para penarinya.

Keberadaan penduduk yang menyandang tuli bisu lambat laun menjadi daya tarik
tersendiri bagi Desa Bengkala. Dibandingkan wisatawan lokal, lebih banyak wisatawan
mancanegara yang merasa terpanggil untuk mengetahui pola perilaku masyarakat Desa
Bengkala khususnya penduduk penyandang tuli bisu. Walaupun jumlahnya minoritas,
pola interaksi penyandang tuli bisu yang menggunakan isyarat tangan dalam
berkomunikasi telah menjadi hal umum untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan antarmasyarakat yang tidak menyandang tuli bisu pun lebih sering menggunakan
bahasa isyarat dalam berkomunikasi.
Hal ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi Desa
Bengkala. Pasalnya, keunikan bahasa isyarat lokal yang digunakan penyandang tuli bisu
di desa ini merupakan hasil dari kebiasaan masyarakat dalam mengekspresikan suatu hal.
Pakem yang digunakan berbeda dengan sign languange atau bahasa isyarat nasional
maupun internasional. Hal ini kemudian mengundang perhatian wisatawan untuk
mempelajari penggunaan bahasa isyarat lokal bagi penyandang tuli bisu di Desa
Bengkala. Tidak jarang Desa Bengkala kemudian dijadikan sebagai pusat penelitian oleh
beberapa lembaga baik yang berasal dari Bali, Indonesia maupun kancah internasional.

2.4 Keunikan dan Kelebihan Desa Bengkala


Orang-orang kolok di Bengkala kebanyakan adalah rajin bekerja.Bahkan, banyak di
antara mereka yang bekerja di sawah, memelihara sapi, serta sejumlah pekerjaan lainnya.
Tidak hanya itu.Mereka, juga memiliki kelompok kerja."Di samping memiliki pekerjaan
sendiri, mereka memiliki kelompok kerja yang mereka lakukan bersama. Kelompok kerja
mereka ada yang mengoordinasi,"
Beberapa kelompok kerja tersebut, antara lain, kelompok gali kubur dan kelompok
tukang potong kayu.Selain itu, ada kelompok warga bisu-tuli yang piawai menari janger.
Kelompok mereka punya jadwal berlatih dan diberi nama grup tari Janger Kolok. Semua
personel grup itu mengalami bisu-tuli.
Yang menarik, karena semua penarinya bisu-tuli, mereka tak bisa mendengar suara
musik yang ditabuh untuk mengiringi tariannya.Agar gerakannya sesuai dengan alunan
musik, mereka melihat aba-aba tangan dari penabuh gendang.Meski demikian, dengan
segala keterbatasan tersebut, mereka tak bisa dianggap remeh. Hingga kini, mereka sering
diundang untuk tampil di pesta hotel-hotel berbintang lima di Bali.
Karena kelebihan itulah, warga kolok di Desa Bengkala mendapat perlakuan
istimewa.Mereka diberi kebebasan untuk tidak ikut gotong-royong hingga kewajiban
yang berkaitan dengan upacara adat maupun keagamaan.Walaupun diberi kebebasan,
mereka enggan diam. Mereka tetap beraktivitas layaknya warga normal.
"Mereka memang kami bebaskan dari beberapa kewajiban.Meski demikian, mereka
tetap melaksanakan kewajiban tersebut. Itulah yang membuat mereka memiliki tempat
tersendiri di hati kami walau dengan segala keterbatasan yang dimiliki,"
Keunikan lain warga bisu-tuli di Desa Bengkala adalah cara mereka berkomunikasi.
Mereka punya bahasa sendiri yang berbeda dari bahasa isyarat standar internasional.
Bahasa isyarat mereka jauh lebih sederhana.Misalnya, untuk menyebut makan, mereka
cukup mengarahkan jemari tangan ke arah perut.Untuk lapar, cukup dengan memegang
perut.

2.5 Kelemahan Desa Bengkala


Untuk pendidikan, aparat desa mendirikan sekolah khusus bagi mereka sejak 19 Juli
2007. Sekolah itu bekerja sama dengan SDN 2 Bengkala. "Hingga kini total ada enam siswa
kolok yang tersebar di kelas satu hingga lima.
Munculnya kelas inklusi yang menghadirkan siswa kolok dari desa setempat membuat
sekolah itu pun mau tidak mau harus mempersiapkan guru yang memang mengerti bahasa
siswa khusus tersebut.Tujuannya, transfer ilmu bisa terjadi dari guru ke murid. Guru
pendamping itu sekaligus dibutuhkan untuk mengetahui persis psikologis para siswa kolok.
Terkait proses awal siswa-siswa kolok itu bisa bergabung dengan siswa normal lainnya di
kelas, termasuk hambatan yang kerap muncul, awalnya mereka memang mendapatkan
pendidikan tersendiri .Tujuannya, mempersiapkan siswa kolok tersebut beradaptasi saat
bersama siswa normal. Lama isolasi bergantung siswa kolok dalam merespons materi yang
diberikan tutor. "Paling lama setahun. Setelah itu, mereka sudah bisa digabung dan masuk
dalam kelas normal .

Lebih lanjut, Kanta menyatakan, sebenarnya siswa kolok dalam keseharian sering
bersama siswa normal.Tapi, jika sudah di kelas, mereka terkesan canggung. Cara lain agar
para siswa kolok mau bersekolah adalah memberinya uang saku Rp 6 ribu.

Sebab, jika tidak diberi uang saku, mereka tidak mau bersekolah.Mereka rata-rata datang
dari keluarga tidak mampu.Karena itu, tiap hari kami pun memberi mereka uang saku.
Lalu, pelajaran apa yang sulit ditransfer tutor selain PKn, bahasa Inggris dan matematika
merupakan pelajaran yang sulit disampaikan. Apalagi jika sudah masuk ke level lebih tinggi.
Yakni, kelas IV dan kelas V. Contohnya, menjelaskan matematika jenis kelipatan.
"Itu yang sulit. Karena itu, bisa ke sana kemari menjelaskan supaya mereka mengerti.
Apalagi, kadang-kadang mereka memiliki penafsiran kebenaran tersendiri atas apa yang
mereka pikirkan,"

GAMBAR DESA BENGKALA


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dibalik kekurangan masyarakat desa yang tuli dan bisu ternyata banyak kelebihan yang
menjadi daya tarik tersendiri.
Justru dari keunikan desa mereka yang masyarakatnya bisu dan tuli yang membuat desa
mereka lebih dikenal di nasional maupun di mancanegara. Desa ini pun juga sering kali
digunakan sebagai pusat penelititan, banyak juga wisatawan mancanegara yng datang untuk
melihat seni dari desa ini sekaligus memperhatikan pola kehidupan mereka yang unuk yaitu
dengan bahasa isyarat yang mereka ciptakan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://kabarkomik.wordpress.com/2017/05/03/potensi-wisata-desa-tanpa-suara/

https://www.kintamani.id/desa-bengkala-buleleng-mitos-desa-bisu-bali-002890.html

https://blog.misteraladin.com/desa-bengkala-desanya-orang-tuli-di-bali-yang-jadi-
sorotan-dunia/

Anda mungkin juga menyukai