Anda di halaman 1dari 13

DAYA TARIK WISATAWAN DENGAN KEUNIKAN DIDESA ADAT

PANGLIPURAN YANG BERPELUANG SEBAGAI DESA WISATA


BEBASIS KERAKYATAN
Disusun guna memenuhi pelaporan Study Pengalaman Lapangan (SPL) pada sks
Study Ekskursi, Dosen pembimbing lapangan : Hary Mulyadi., S.H., M.H

Disusun Oleh
Ema Utamisari ( 2021090101)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM ( FSH )
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
Jl. Raya Kalibeber KM 03, Mojotengah, Wonosobo Jawa Tengah 56351
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
LAPORAN STUDI PENGALAMAN LAPANGAN
(SPL)
Disusun Oleh : Ema Utamisari
NIM : 2021090101
Program Studi : Ilmu Hukum
Lokasi Penelitian : Desa Adat Penglipuran, Bali

Wonosobo …..Desember 2021

Kaprodi Ilmu Hukum Pembimbing

Ika Setyorini, S.H,. M.H Hary Mulyadi., S.H., M.H


NIDN.0616017601 NIDN. 0623117001
Mengetahui
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Herman Sujarwo, S.H. M.H.


NIDN. 0611078104

Abstrak
Berbeda dengan kebanyakan Desa pada umumnya, Desa panglipuran mliki
daya tarikya sendiri sebagai salah satu destinasi di Pulau Bali. Desa Panglipuran
memiliki banyak keunikanya sendiri yang sama sekali tidak dimiliki Desa – desa
lain pada umumnya. Ditambah dengan banyaknya nilai – nilai budaya lokalnya
dan merupakan objek wisata yang sering dikunjungi Wisatawan, serta
masyarakat disana bisa menegmbangkan sistem kelembagaan dan hukum yang
selaras dengan suasana Didesa Panglipuran, masyaratkatnya pun mampu
memanfaatkan sumber daya alam disekitar yang menambah daya tarik tersendiri
bagi wisatawan. Sebagai desa adat, masyarakat Desa Penglipuran amat
memegang tegas tradisi nenek moyang yang sudah berumur ratusan tahun.
Mereka juga masih menerapkan dua hukum tradisional dalam bermasyarakat,
yakni awig-awig dan drestha. Kemampuan dalam mempertahankan tradisi
membuat Desa Penglipuran begitu unik.
Kata Kunci : Desa Panglipuran, Wisatawan, Kemasyarakatan, Budaya
Lokal, Desa Adat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Berkembangnya dunia pariwisata memang memberikan sebuah kontribusi
terhadap daerah Bali. Dengan dukungan beberapa faktor pendukung budaya,
Sumber daya Manusia – nya serta kerharmoniasan masyarakatnya. Sebagai
contoh yakni Desa Adat Panglipuran merupakan desa wisata yeng memliki
kepedulian terhadap terhadap lingkungan. Desa yang terletak 45 KM dari
kota Denpasar ini merupakan salah satu Desa kuno di Bali, yang mempunyai
ciri – ciri berupa pranata sosial seperti masyarakat Bali Aga, atau lebih
dikenal desa yang tidak mengenal sistem kasta, yang dianut oleh desa
sekitarnya, karena keunikan budaya pemda setempat pun menetapkan sebagai
desa wisata yang menawarkan pesona pedasaan yang sangat asri.1

Desa panlipuran merupakan desa yang potensial sekaligus desa yang


masih menjaga kelestariannya dan desa pariwisata yang berpeluang menajdi
desa berbasis kerakyatan. Yang memiliki keunikan yang dilihat dari bebagai
sisi lingkungan, tradisi serta hubungan sosial yang berbasis pariwisata
kerakyatan sebagai pembangun pariwisata yang berkelanjutan. Dengan
dijadikannya desa pariwisata sangat mempengarui terhadap pelestarian
lingkungan yang ada di Desa Panglipuran, sebab pariwisata juga pemerintah
setempat merehabilitasi tempat – tempat peninggalan nenek moyang mereka,
tak hanya peninggalan juga, masyarakatnya pun terdorong untuk melestarikan
sumber alam yang terdapat di Desa Panglipuran dan membuat masyarakatnya
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sumber
daya alamnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apa keunikan yang terdapat di desa adat panglipuran ?
2. Bagaimana peluang desa adat panglipuran agar menjadi daya tarik
wisatawan sebagai desa pariwisata yang berbasis kerakyatan ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui keunikan – keunikan desa adat panglipuran yang
berpeluang sebagai desa pariwisata dengan basis kerakyatan.
2. Untuk mengetahui sektor daya tarik wisatawan didesa adat panglipuran
yang berpeluang sebagai desa pariwisata yang berbasis kerakyatan.

1
Adi Putra Nyoman. (2004). Desa Wisata Penglipuran : Menuju Pemberdayaan Warga
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian
Penelitian yang dilakaukan secara langsung dilakukan dilapangan ini
bersifat deskriptif, yuridis, sosiologis dan data fakta fakta yang bersifat
objektif, sember data dalam penelitian ini meliputi data primer dan skunder.
a) Data Primer adalah data yang didiperoleh saat melakukan kegiatan SPL
didesa panglipuran melalui wawancara dengan masyarakat setempat dan
pengurus desa setempat
b) Data Skunder adalah data penelitian yang diambil dari jurnal, buku atau
sumber penelitian yang bersifat sama dengan jurnal ini.

B. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA


Dalam mengumpukan data di jurnal ini metode yang digunakan Deskriptif
Qualitatif 2. Metode ini yakni menggali informasi dari objek penelitian yakni
dari para pengurus Desa Adat Panglipuran, masyarakat dan tokoh tokoh adat.
Untuk mendapatkan informasi yang digali dengan dilakukannya wawancara
langsung dengan para tokoh dan pengurus desa setempat mengenai pelunag
desa menjadi desa pariwisata yang berbasis kerakyatan. Kemudian hasil
penarian data langsung diolah secara kualitaif dan dijabarkan bentuk deskritif.
Kemudian disusun dengan menggunakan beberapa metode antara lain :
a) Teknik Wawancara
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud
untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif
yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan
bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal
yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain.3.

b) Studi Pustaka
Suatu studi yang digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan
data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di
perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah,
dsb.4

c) Teknik Survei

2
Brent W. Ritchie, Peter Burns and Catherine; 2005
3
Menurut Banister dkk. (dalam Poerwandari, 1998)
4
Mardalis:1999
penelitian kuantiatif. Dalam penelitian survei, peneliti menanyakan
ke beberapa orang (responden) tentang keyakinan, pendapat,
karakteristik suatu obyek dan perilaku yang telah lalu atau sekarang.
Metode Penelitian survei berkenan dengan pertanyaan tentang
keyakinan dan perilaku dirinya sendiri.5

d) Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi di bidang pengetahuan, pemberian atau
pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar, kutipan, kliping,
dan bahan referensi laninnya6.

C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Kunjungan Studi Pengalaman Lapangan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 16 November 2021
Jam : 09.00 – 12.00
Tempat : Desa Adat Panglipuran

D. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Jurnal Ini adalah mengurai keunikan – keunikan dari desa
palinglipuran,suatu desa panlipuran yang berpeluang menjadi desa wisata
berbasis kerakyatan. Didalam jurnal ini menjelaskan sejarah desa, tata ruang
desa, oreganisasi desa serta masih banyak lagi.

1. SEPERTI APA KEUNIKAN YANG TERDAPAT DI DESA ADAT


PANGLIPURAN
a. SEJARAH DESA PANGLIPURAN
Desa Adat Penglipuran merupakan pecahan dari Desa Buyung
Gede, Kintamani, yang konon ceritanya pada saat pemerintahan Raja
Istri di Bangli, tenaga penduduk Desa Buyung Gede sangat
dibutuhkan untuk membantu dalam mengangkat bade, karena tenaga
penduduk Desa Bayung Gede sangat kuat sekali (Bayu Gede = tenaga
kuat atau besar). Karena letak Desa Bayung Gede dengan Kota Bangli
sangat jauh kurang lebih 25 KM, maka dipindahkanlah beberapa
penduduk Desa Bayung Gede ke sekitar Desa Kubu yaitu di Desa
Penglipuran yang sekarang ini7. Dulu Desa Penglipuran disebut Desa
Kubu Bayung, artinya orang Bayung yang terletak di Desa
Kubu.Kata Penglipuran berasal dari kata pengeling yangberarti ingat
atau mengingat, dan kata pura yang berarti tempat tinggal atau tanah
leluhur,yang kalau digabungkan menjadi pengeling pura lantas
5
Neuman W Lawrence (2003) 
6
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
7
Dinas Pariwisata Provinsi Bali. (2004). Statistik Pariwisata Bali
menjadi Penglipuran yang artinya ingat kepada tanah leluhur tempat
asalnya yaitu Bayung Gede. Sehingga letak, susunan, bentuk
rumahnya dan kedudukan pura di Bayung Gede hampir sama dengan
Desa Penglipuran. Kemudian ada yang menyebutkan bahwa kata
penglipuran berasal dari kata penglipur lara artinya tempat
menghibur/penghibur. Konon pada jaman kerajaan dahulu jikaraja
dalam keadaan susah atau sedih beliau datang ke desa ini untuk
bersenang-senang untuk menghibur diri.

b. Tata Ruang Desa Panglipuran


Tri mandala adalah sistem yang dianut didesa panglipuran :
1. Nista Mandala yaitu Kuburan ditempatkan disebelah paling
selatan , sebelah timurnya ada pura dalem pelapuhan, dan
sebelah baratnya ada pura dalem pingit.
2. Madya Mandala yaitu pemukiman yang dibagi dua jejer yakni
jejer timut dan jejer barat dan ditengahnya adalah sebagai jalan
utama desa
3. Utama Mandala yaitu bagian paling atas disebelah desa yan
terletak di penataran bisa disebut juga Pura bale agung / pura
puseh.

c. Organisasi Didesa Panglipuran


Anggota atau Warga Desa Adat Penglipuran terdiri dari:
1. Warga Desa Pengayah Arep sebanyak 76 orang tidak pernah
bertambah dan berkurang.
2. Warga Desa Pengayah Roban, bisa bertambah dan berkurang.
3. Warga Desa Pengayah Daha Truna, bisa bertambah dan
berkurang.
4. Sistem organisasinya, menganut sistem Ulu apad artinya
a. Ulu = puncak atau kepala, apad = menarik, jadi Ulu Apad
artinya yang di puncak atau kepala menarik yang di bawah
yang susunannya adalah sebagai berikut:
b. Nomor 1 dan 2 disebut Jro Kebayan, nomor 3 dan 4
disebut Jro Bahu, nomor 5 dan 6 disebut Jro Singgukan,
nomor 7 dan 8 disebut Jro Balung, nomor 9 dan 10 disebut
Jro Cacar, nomor 11 dan 12 disebut Jro Pati. Kesemuanya
itu disebut Kancan Roras dan dari nomor 13-76 disebut
Palitan.

d. KEUNIKAN DIDESA PANGLIPURAN


1. Rumah adat Penglipuran terdiri dari :
a. Disebelah utara ada dapur yang sekaligus dipakai tempat
tidur oleh orang-orang sudah tua.
b. Disebelah selatannya ada Bale Saka 6, tempat upacara adat
seperti Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya dan upacara
lainnya.
c. Disebelah barat ada bangunan tempat tidur dan tempat
keluarga berkumpul, bangunannya telah mengalami
modernisasi sesuai dengan perkembangan jaman.
d. Disebelah timur tempat sanggah atau merajan.

2. Warga Desa Adat Penglipuran mempunyai pantangan berpoligami


(memadu) atau mempunyai istri lebih dari satu, sampai saat ini
tidak ada yang berani melanggarnya. Jika ada yang berani
melanggarnya, mereka akan dikucilkan dan ditempatkan pada
sebuah karang yang disebut karang memadu, yang tempatnya di
sebelah selatan desa, dan tidak boleh lewat parapatan desa serta
tidak boleh sembahyang di pura.

3. Antara keluarga yang satu dengan yang lainnya terdapat pintu


keluar menuju tetangganya tanpa harus keluar melalui angkul-
angkul. Jika ingin berkunjung ke tetangga masuk dari keluarga
yang paling utara dapat tembus sampai ke keluarga yang paling
selatan dansebaliknya.

4. Antara tetangga terjadi saling pinjam meminjam capcapan / atap


rumahnya lewat ketetangga sebelahnya dan selanjutnya, tetapi tak
terjadi masalah, yang jarang dijumpai di desa lainnya di Bali.

5. Penjagaan kebersihan lingkungan dijaga dengan sistem tanggung


jawab masing-masing Pengayah Arep, dengan mengingat bagian
masing-masing yang dilaksanakan minimal setiap tanggal 1 dan
15 harus mencukur rumput, jika tidak akan didenda sesuai dengan
awig-awig.

6. Sejak dikeluarkannya SK Bupati No. 115 tanggal 29 April 1993,


maka secara resmi Desa Penglipuran dijadikan Desa Wisata.
Adapun potensi yang dimiliki Desa Penglipuran8
adalah sebagai berikut :
a. Adatnya yang unik, serta tingginya frekwensi upacara adat
keagamaan.
b. Penampilan fisik Desa Adat juga sangat unik dan indah,
dimana jalan utama desa berupa jalan sempit yang lurus dan
8
Adi Putra Nyoman. (2004). Desa Wisata Penglipuran : Menuju Pemberdayaan Warga
berundag-undag, dan diujung utara jalan tersebut terdapat Pura
Penataran yang megah dan indah, sedangkan diujung selatan
jalannterdapat terdapat kuburan dan sebuah tugu pahlawan
(pariwisata sejarah). Atap rumah yang terbuat dari bambu,
tembok pekarangan dan angkul-angkul yang masih
menerapkan pola lama, yang berjejer sepanjang jalan linier
dari utara ke selatan, memperlihatkan kebersamaan dan
keteraturan masyarakat penglipuran. Angkulangkul itu
menjadi semacam trade mark bagi Desa Penglipuran.
c. Potensi yang lain yaitu adanya hutan bambu yang cukup luas,
dengan 15 macam jenis bambu yang dapat dijadikan jalur bush
walking, dengan luas areal sekitar 75 Ha yang mengelilingi
pemukiman penduduk.

2. PELUANG DESA ADAT PANGLIPURAN AGAR MENJADI DAYA


TARIK WISATAWAN SEBAGAI DESA PARIWISATA YANG
BERBASIS KERAKYATAN
Desa Panglipuran memanglah bagus peluangnya untuk terus
dikembangkang sebagai desa wisata yang berbasis kerakyatan seperti yang
sudah dijelaskan diatas, karena masyarakat keterlibatan masyarakatnya
dengan berbagai peraturan adatnya yang dituangkan dalam Awig – Awig
Desa.
Adapun beberapa sisi yang berperan dalam mendukung peluang
Desa Panglipuran menjadi Desa Pariwisata Yang berbasis kerakyatan,
seperi : dari sisi ekonomi, Pengembangan Lingkungan, Keatifan
Masyarakatnya. Bebicara sisi ekonomi desa panglipuran, masyarakat Desa
panglipuran tdak serta merta mendapatkan langsung manfaat dari
pariwisata tetapi mereka untuk mendapatkan manfaat dari desa pariwisata
dengan menjual cindera mata khas mereka kepada wisatawan yang datang,
namun ada sektor manfaat yang tidak langsung seperti karcis untuk
memasuki desa panglipuran tersebut nantinya hasil karcis tersebut akan
digunakan untuk keperluan Desa panglipuran, dan dampaknya menjadi
pendapatan desa panglipuran dan kabupaten Bangli.

Berbicara Desa Panglipuran yang sudah masuk nominasi sebagai


desa terbersih sedunia, juga menjadi daya tarik wisatawan, suatu aspek
yang menjadi potensi dapat kita lihat dari tertatanya lingkungan pedesaan
yang sudah ditata sedemikina rupa sehingga begitu asri jika dipandang,
sebagai contoh dari permukimannya, kawasan sucinya, dan tegalannya
yang terus di pertahankan. Kemudian didukung dengan masyarakatnya
yang terus menjaga kebersihan lingkungan. Ini dicerminkan dengan
kebiasaan masyarakat setempat yang mencukur rumput setiap tangal 1 dan
tangal 15 setiap bulanny, yang telah diatur dalam Awig – awig. Dan saya
berpendapat bahwa desa panglipuran merupakan desa pariwisata yang
berbasis kemasyarakatan. Pengaruh positif dalam pengembangan dan
perencanaan desa panglipuran sangat berpengaruh positif terhadap
lingkungan yang tertata bersig asri, rapih, indah serta lestari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Salah Satu desa kuno yang berada di pulau bali dengan berbagai
keunikannya budaya yakni Desa Panglipuran dengan dukungan alamnya yang
asri menjadikan ditetapkannya menjadi desa wisata setelah dikeluarkannya
SK bupati nomor 115 tanggal 29 April 1993 9. Dengan keunikan yang dimiliki
Desa Panglipuran menjadikan suatu destinasi wisata yang wajib dikunjungi
oleh para wisatawan, desa yang berpeluang menjadi desa wisata yang
berbasis kerakyatan. Sebagai desa wisata yang didukung masyarakatnya
dengan kesadaran menjaga dan melestarikan lingkungannya. Sebagai sistem
untuk menangani lingkungannya yang terdapat dalam bentuk peraturan desa
atau biasa disebut Awig – awig. Di desa ini banyak menunjukan sikap positif
dari masyarakatnya agar terlihar indah, bebas polusi udara dan pencemaran
limbah keluarganya.

B. SARAN
Peluang besar yang dimiliki desa panglipuran sebagai desa wisata yang
berbasis kerayakyatan, hendaknya pemerintah setempat memberikan sikap
postifi kepada masyarakatnya dengan memberikan solialisasi tentang
pengembangan pariwisatanya yang bekelanjutan dengan basis kerakyatan,
yang berwawasan lingkungan, serta untuk meningkatkan kemampuan
masyarakatnya agar dapat berkomunikasi antar lintas budaya. Untuk lebih
majunya Desa Panglipuran agar warnya selalu terlibat dalam proses
perencanaan, pelakasanaan, pengawasan dan menikmati sehingga timbul rasa
tanggung jawab dan rasa memiliki, dan dibentuknya komunitas guide local
dari masyarakay desa panglipuran untuk memandu wisatawan yang
berkunjung, disini peran pemerintah setempat sangatlah penting untuk
mendidik dan membina, untuk menjadi guide local yang handal, karena
diambil dari daerahnya jadi lebih tau menau potensi budaya yang ada
didaerahnya.

9
Pemerintah Propinsi Tinggkat I Bali. (1992). Inventarisasi Obyek-Obyek Wisata Di Bali : Dinas
Pariwisata
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.pnb.ac.id/index.php/SOSHUM/article/view/345 Diakses pada 2
Desember 2021
https://www.researchgate.net/publication/
326674797_SISTEM_KEPERCAYAAN_MASYARAKAT_DESA_PENGLIPU
RAN_BANGLI_THE_BELIEF_SYSTEM_OF_PENGLIPURAN_VELLAGE_S
OCIETY_BANGLI Diakses pada 2 Desember 2021

http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/sosiologireflektif/article/view/1960
Diakses pada 2 Desember 2021
Tutur Pemimpin desa adat Panglipuran
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwihk
5_1_df0AhXZS2wGHYjPB7MQFnoECBcQAQ&url=http%3A%2F
%2Fejournal.undwi.ac.id%2Findex.php%2Fanala%2Farticle%2Fdownload
%2F482%2F447&usg=AOvVaw2XQoaYmYImAugvkVW6NwXv Diakses pada
3 Desember 2021
Desa Penglipuran sebagai objek wisata di Bangli – Bali (balitoursclub.net)
Diakses pada 3 Desember 2021
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/
management/article/view/5112 Diakses pada 3 Desember 2021
http://beritamagelang.id/studi-wisata-pengembangan-desa-adat-
penglipuran-bali Diakses pada 3 Desember 2021
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Dinas Pariwisata Provinsi Bali. (2004). Statistik Pariwisata Bali
Pemerintah Propinsi Tinggkat I Bali. (1992). Inventarisasi Obyek-Obyek Wisata
Di Bali : Dinas Pariwisata
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai