Anda di halaman 1dari 8

POTENSI EKONOMI DAN WISATA KEARIFAN LOKAL TRADISI LUBUK

LARANGAN DESA LUBUK BERINGIN KABUPATEN BUNGO JAMBI

Oleh:
Arif Fathurrahman Nurza, Rachma Widyana Putri
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Riau

Abstrak : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi ekonomi
dan pariwisata yang dimiliki oleh tradisi Lubuk Larangan, Desa Lubuk Beringin,
Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Jambi. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi kepustakaan dengan mengumpulkan sumber data dan informasi
melalui buku elektronik dan artikel-artikel jurnal penelitian terdahulu. Hasil yang
diperoleh yaitu tradisi Lubuk Larangan yang merupakan kearifan lokal masyarakat
Desa Lubuk Beringin memiliki potensi ekonomi dan pariwisata. Potensi ekonomi dan
pariwisata tradisi Lubuk Larangan dapat dilihat pada saat buka lubuk yang dilakukan
sekitar 1 sampai 2 tahun sekali atau ketika ikan sudah layak untuk dipanen. Pada saat
buka lubuk masyarakat akan memanen ikan dan kemudian dibagi rata, setelah dibagi
rata ikan tersebut dapat dijual kepada para pengunjung. Selain itu, keindahan alam di
sekitar Lubuk Larangan menjadi daya tarik wisata bagi para pengunjung. Hal ini tidak
terlepas dari letak desa lubuk beringin yang berada di bagian hutan lindung Bujang
Raba yang kaya akan potensi alamnya, namun dalam pengelolaannya masih terdapat
kekurangan.

Kata kunci : Ekonomi dan Pariwisata, Kearifan Lokal, Lubuk Larangan, Desa Lubuk
Beringin.

Abstract : This research was conducted with the aim of knowing the economic and
tourism potential of the Lubuk Larangan tradition, Lubuk Beringin Village, Bathin III
Ulu District, Bungo Regency, Jambi. The research method used is literature study by
collecting data and information sources through electronic books and previous
research journal articles.. The results obtained are the Lubuk Larangan tradition which
is the local wisdom of the Lubuk Beringin Village community having economic and
tourism potential. The economic and tourism potential of the Lubuk Larangan tradition
can be seen at the time of opening the lubuk which is carried out about once every 1 to
2 years or when the fish are suitable for harvesting. At the time of opening the lubuk,
the community will harvest the fish and then divide it equally, after dividing the fish
evenly, it can be sold to visitors. In addition, the natural beauty around Lubuk
Larangan is a tourist attraction for visitors. This is inseparable from the location of the
Lubuk Beringin village which is in the Bujang Raba protected forest which is rich in
natural potential, but in its management there are still shortcomings.

Keywords : Economy and tourism, Local Wisdom, Lubuk Larangan, Lubuk Beringin
Village.

1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan banyak suku, tradisi, dan budaya yang
beraneka ragam. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya dengan ciri
khasnya masing-masing, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan
negara yang kaya akan keanekaragaman. Keanekaragaman tersebut membuat Indonesia
dijuluki sebagai negara multikultural. Selain itu, dibalik keanekaragaman yang ada
memiliki potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, salah satunya potensi
ekonomi dan pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman tradisi dan budaya.
Tradisi dan budaya yang ada saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakatnya karena memiliki potensi ekonomi dan pariwisata. Potensi tersebut juga
dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan masyarakat dan menjaga serta
melestarikan alam. Salah satu tradisi yang memiliki potensi tersebut adalah tradisi
lubuk larangan masyarakat Jambi.
Jambi merupakan salah satu provinsi yang terletak di pesisir timur bagian tengah
pulau Sumatera yang memiliki tradisi yang beraneka ragam, salah satunya lubuk
larangan. Lubuk larangan merupakan tradisi masyarakat Jambi yang dilakukan dengan
tujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai. Lubuk larangan adalah tradisi
sekaligus kearifan lokal yang memiliki potensi ekonomi dan pariwisata yang dapat
dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan masyarakat. Kearifan lokal merupakan
pengetahuan dan falsafah kehidupan serta berbagai haluan hidup yang terwujud dalam
segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjawab beragam
permasalahan guna memenuhi kebutuhan hidup (Njatrijani, 2018). Dengan demikian,
dari potensi yang ada tentunya diperlukan pengelolaan yang baik agar dapat bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak tradisi dan budaya
yang memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikelola
dengan baik. Hal ini disebabkan oleh minimnya perhatian dan bantuan dari pemerintah
daerah serta kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai.
Kesadaran akan pentingnya pemanfaatan potensi dari tradisi dan budaya amat
diperlukan dalam menjaga tradisi dan budaya agar tetap lestari serta manfaat yang ada
tetap bisa dirasakan dari generasi ke generasi selanjutnya. Oleh karena itu,
diperlukannya peran pemerintah daerah dalam mengelola dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia agar potensi-potensi dari tradisi dan budaya yang ada dapat
dikelola dengan baik agar memberikan manfaat bagi masyarakat dan kelestarian alam.
Pemanfaatan potensi ekonomi dan pariwisata dari tradisi lubuk larangan akan
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan kelestarian alam apabila dikelola dengan
baik oleh masyarakat dengan bantuan dari pemerintah daerah, dan sangat disayangkan
apabila potensi tersebut diabaikan. Maka dari itu, dalam melihat hal tersebut penulis
tertarik untuk membahas potensi ekonomi dan pariwisata dari tradisi lubuk larangan
masyarakat Jambi dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana potensi ekonomi dan
pariwisata yang dapat dimanfaatkan dari tradisi tersebut sebagai objek penelitian
dengan judul “Potensi Ekonomi dan Pariwisata Kearifan Lokal Tradisi Lubuk Larangan
Desa Lubuk Beringin Kabupaten Bungo Jambi”.

2
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang penulis gunakan untuk mengetahui potensi ekonomi dan
pariwisata dari tradisi lubuk larangan adalah studi kepustakaan (library research).
Penelitian studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengulas literatur berupa buku, artikel penelitian, dan jurnal yang berkaitan dengan
permasalahan yang ingin dikaji (Nazir, 2003 dalam Ummah, 2020). Dengan demikian,
dalam penelitian ini menggunakan buku elektronik, dan artikel-artikel penelitian
terdahulu sebagai sumber data dan informasi untuk membahas potensi lubukekonomi
dan pariwisata tradisi lubuk larangan masyarakat Jambi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Teori Orientasi Nilai Budaya C. Kluckhohn
C. Kluckhohn menyatakan bahwa orientasi nilai merupakan konsepsi umum dan
terstruktur mengenai alam, tempat manusia di dalam alam, hubungan manusia dengan
manusia, dan mengenai yang diinginkan dan yang tidak diinginkan (Marzali, 2014).
Konsep ini mengacu pada konteks hubungan antar manusia dan manusia dengan alam.
Nilai budaya dapat dikatakan sebagai konsep mengenai apa yang dianggap penting dan
berharga dalam kehidupan manusia sehingga dapat menjadi pegangan dalam memandu
kehidupan masyarakat (Asriwandari, 2016 dalam Andini et al., 2022).
Dalam kehidupan masyarakat terdapat suatu kelompok masyarakat yang
memiliki nilai budaya yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan
membentuk suatu sistem nilai budaya yang memiliki fungsi sebagai pegangan dalam
mewujudkan cita-cita budaya yang memandu dan memotivasi masyarakat (Andini et
al., 2022). F. Kluckhohn dan Strodtbeck menguraikan lima masalah utama yang
dihadapi manusia secara umum. Masalah tersebut antara lain tentang sifat asli manusia,
hubungan manusia dan alam, pandangan manusia terhadap waktu, aktivitas, dan
hubungan manusia dengan manusia lainnya (Marzali, 2014).

Kearifan Lokal
Kearifan lokal berasal dari kata local dan wisdom, local memiliki arti lokal dan
wisdom memiliki arti kearifan. Kearifan lokal adalah pengetahuan yang didapatkan dari
pengalaman dan hanya dimiliki oleh sekelompok etnik tertentu (Rahyono dalam
Fajarini, 2014). Kearifan lokal tidak hanya berupa nilai-nilai dan norma budaya, Akan
tetapi juga mencakup segala hal dari buah pikiran atau gagasan (Njatrijani, 2018).
Adanya kearifan lokal adalah hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan kehidupan
masyarakat yang telah memakan waktu yang panjang (Juniarta, 2013 dalam Andini et
al., 2022). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan
pengetahuan yang hanya dimiliki oleh sekelompok masyarakat dari pengalaman hidup
dan telah melalui proses adaptasi dengan lingkungan tempat masyarakat tersebut hidup.
Kearifan lokal memiliki ciri-ciri yang di antaranya, bisa bertahan dari budaya asing;
dapat menyatukan unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan asli; memiliki
kemampuan pengendalian; mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan unsur-unsur
budaya asing dengan budaya yang sudah melekat dengan masyarakat; dapat memberi
pengarahan terhadap perkembangan kebudayaan (Andini et al., 2022). Selain itu,

3
kearifan lokal memiliki fungsi sebagai penanda jati diri masyarakat; sebagai unsur yang
merekatkan (dari segi kohesi) antar masyarakat, agama, dan keyakinan; memberikan
warna kesetiakawanan bagi masyarakat; mengubah cara berpikir dan ikatan timbal balik
individu dan kelompok dengan memposisikannya pada budaya yang mereka miliki
(Sumarmi dan Amirudin, 2014 dalam Sufia, 2016).

Kondisi Masyarakat Desa Lubuk Beringin


Desa lubuk beringin berlokasi di Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo
yang merupakan salah satu wilayah di Jambi yang melakukan tradisi lubuk larangan.
Masyarakat desa lubuk beringin mayoritas bermata pencaharian utama petani dengan
komoditas utamanya adalah padi dan karet. Selain itu, masyarakatnya juga
mengembangkan mata pencaharian musiman yang di antaranya adalah
membudidayakan jernang dan kayu manis, kebun karet campuran, mengumpulkan
sumber daya hutan (kecuali kayu) serta memelihara kambing dan kerbau (Achmad et
al., 2018). Selain itu, masyarakat desa lubuk beringin dalam aktivitas sehari-harinya
sangat bergantung pada sungai batang buat, di mana sungai tersebut menjadi tempat
bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mencuci baju,
menangkap ikan, mengairi sawah serta sebagai tempat dilakukannya tradisi lubuk
larangan (Achmad et al., 2018).

Tradisi Lubuk Larangan


Lubuk larangan ialah kearifan lokal berupa tradisi turun temurun yang dilakukan
dengan tujuan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang dalam hal ini berfokus
pada pelestarian ikan lokal tertentu dalam area aliran sungai. Secara istilah lubuk
larangan berasal dari kata lubuak dan larangan, lubuak artinya bagian dalam sungai dan
larangan artinya peraturan yang melarang suatu tindakan. Dengan demikian, lubuk
larangan merupakan area khusus di aliran sungai yang diurus oleh masyarakat
berdasarkan aturan tertulis maupun tidak tertulis. Tradisi lubuk larangan merupakan
tradisi dalam mengelola ekosistem sungai yang tidak bisa dilepas dari hukum adat yang
berlaku. Adapun beberapa daerah di Jambi yang melakukan lubuk larangan ini ialah
Kabupaten Salorangun dan Bungo (Suryahartati et al., 2020). Selain itu, ikan-ikan yang
terdapat dalam lubuk larangan adalah ikan yang dilindungi, seperti ikan semah.

Gambar 1. Ikan dalam Lubuk Larangan


Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/betauh-
perentak/44-lubuk-larangan/
4
Lubuk larangan dibagi ke dalam tiga area, yaitu area utama, area tengah atau
pembatas, dan area yang dapat dimanfaatkan. Area utama merupakan wilayah yang
digunakan sebagai tempat untuk melindungi ikan-ikan yang terancam punah. Area
tengah atau pembatas merupakan wilayah yang menjadi pembatas antara area utama
dan area yang dapat dimanfaatkan. Pada area ini dilakukan sistem buka dan tutup
berdasarkan peraturan yang sudah disetujui. Sedangkan area yang dapat dimanfaatkan
merupakan wilayah yang kekayaan alamnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Akan
tetapi, dalam pemanfaatannya harus sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
(Kurniasari et al., 2013).
Dalam mengelola tradisi lubuk larangan terdapat hukum adat yang mengatur,
sehingga siapa saja yang melanggarnya akan dikenakan sanksi berdasarkan hukum yang
berlaku. Hukum adat yang menjadi acuan dalam pengelolaan lubuk larangan adalah
Induk undang nan Limo, Pucuk undang nan delapan dan anak undang nan duo belas
yang mengatur kehidupan masyarakat (Suryahartati et al., 2020). Dalam penentuan
lubuk larangan dilakukan dengan musyawarah dan ketika sudah disepakati maka akan
ditentukan area lubuk larangan dan area yang dapat digunakan oleh masyarakat (Faisal
et al., 2016). Selain itu, terdapat beberapa aturan yang diperbolehkan dan yang tidak
boleh untuk dilakukan. Adapun aturan yang dilarang, yaitu membuang sampah
sembarangan di area lubuk larangan, menangkap ikan di area lubuk, menangkap ikan
dengan menggunakan 2 lampu petromak atau lebih, dan menangkap ikan dengan
menggunakan pukat yang lebarnya sama dengan area sungai. Sedangkan aturan yang
diperbolehkan di antaranya, menangkap ikan demi kepentingan desa dan keperluan
obat, menangkap ikan dalam rangka merayakan isra mi’raj dan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW serta berdagang di sekitar area lubuk. Selain itu, panen ikan dalam
tradisi lubuk larangan dilakukan sekitar 1 sampai 2 tahun sekali, namun apabila ikan
sudah dapat dipanen maka tradisi panen ikan lubuk larangan bisa dilakukan
(Suryahartati et al., 2020).

Potensi Ekonomi dan Pariwisata Tradisi Lubuk Larangan Desa Lubuk Beringin
Pemanfaatan potensi ekonomi dan pariwisata dari tradisi lubuk larangan.
Mendengar kata lubuk larangan membuat masyarakat luar daerah menjadi tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang fungsi dan seperti apa itu lubuk larangan. Sehingga hal
ini dapat menjadi daya tarik wisata bagi para pengunjung dari luar daerah yang
penasaran. Desa lubuk beringin merupakan salah satu desa yang memiliki kondisi alam
yang sangat indah dan masih terjaga. Sehingga banyak potensi yang dapat digali dan
dimanfaatkan secara optimal di desa ini, salah satunya potensi ekonomi dan pariwisata.
Potensi ekonomi dan pariwisata tradisi lubuk larangan yang dilakukan oleh
masyarakat desa lubuk beringin terdapat pada saat buka lubuk. Buka lubuk merupakan
saat di mana masyarakat desa lubuk beringin melakukan panen ikan yang ada di area
lubuk yang dalam hal ini adalah area penengah atau tengah. Pada saat dilakukannya
buka lubuk, para pengunjung atau wisatawan dapat melihat proses panen ikan yang
dilakukan oleh masyarakat setempat. Dan hal ini dapat menjadi potensi ekonomi yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat desa, karena ketika para pengunjung datang untuk
melihat tradisi buka lubuk masyarakat dapat menjual berbagai macam dagangannya di

5
sekitar area lubuk, dan ketika masyarakat telah memanen ikan yang kemudian dibagi
secara merata kepada masyarakat, ikan tersebut dapat dijual kepada para pengunjung.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa dari tradisi lubuk larangan masyarakat desa lubuk
beringin memiliki potensi ekonomi dan pariwisata. Potensi pariwisata lubuk larangan
juga dapat dilihat dari wisata alam yang disediakan oleh pemandangan di sekitar area
lubuk yang asri dengan perpaduan dari lubuk larangan yang juga merupakan tempat
pelestarian ikan-ikan yang dilindungi berdasarkan budaya masyarakat sekitar (Ismail,
2021). Dan hal tersebut tidak terlepas dari kondisi desa lubuk beringin yang berada di
area hutan lindung bujang raba yang kaya akan potensi alamnya (Syarif et al., 2021).

Gambar 2. Proses Pembukaan Lubuk Larangan


Sumber :
https://jadesta.kemenparekraf.go.id/atraksi/atra
ksi_pembukaan_lubuk_larangan
Dalam menunjang potensi wisata lubuk larangan pemerintah desa telah
membangun beberapa fasilitas, seperti toilet, parkiran, mushalla, pendopo, dan fasilitas
lainnya. Namun, masih terdapat beberapa kekurangan dalam pengelolaan lubuk
larangan, di antaranya manajemen pengelolaan yang belum maksimal, dan belum
terdapatnya pondok bagi pengunjung yang ingin menginap (Ismail, 2021).

KESIMPULAN
Kearifan lokal adalah pengetahuan yang hanya dimiliki oleh masyarakat tertentu
dan telah melalui proses adaptasi yang panjang dengan kehidupan masyarakat. Tradisi
lubuk larangan merupakan salah satu tradisi masyarakat Jambi yang merupakan
kearifan lokal dalam melestarikan ikan yang dilindungi. Lubuk larangan terbagi ke
dalam tiga area, di antaranya adalah area pelestarian ikan yang dilindungi, area tengah
atau pembatas yang menjadi batas antara area pelestarian ikan dan area yang dapat
dimanfaatkan masyarakat. Tradisi lubuk larangan dilakukan selama 1-2 tahun sekali
dan dimulai ketika buka lubuk dilakukan. Dan hal tersebut memiliki daya tarik
tersendiri dan menjadi potensi ekonomi dan pariwisata dari tradisi lubuk larangan.
Adanya potensi tersebut tidak terlepas dari keadaan desa lubuk beringin yang berada di
area hutan lindung bujang raba yang kaya akan potensi alamnya. Akan tetapi, dalam
pengelolaan lubuk larangan masih terdapat kekurangan.

SARAN
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan, dalam hal pengelolaan potensi lubuk
larangan penulis berharap pemerintah desa dapat berusaha secara maksimal dalam

6
menunjang pengelolaan potensi-potensi yang dimiliki oleh lubuk larangan agar
masyarakat dapat merasakan sepenuhnya manfaat dari potensi yang ada. Pengelolaan
potensi lubuk larangan dapat didukung dengan penambahan fasilitas yang diikuti oleh
peran serta masyarakat dan pemerintah desa dalam pembangunan yang tepat dan
menarik sehingga akan menjadi nilai tambah sebagai tempat wisata selain dari
keindahan dan keasrian alamnya. Melalui pelestarian kearifan lokal sebagai salah satu
budaya daerah dapat meningkatkan daya tarik wisata melalui penambahan infrastruktur
seperti menyediakan tempat berfoto yang memiliki nilai keindahannya sendiri.

DAFTAR RUJUKAN
Achmad, E., Fazriyas, F., & Pratiwi, H. L. (2018). Arahan Tata Ruang Pengelolaan
Hutan Desa Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi. Jurnal Silva Tropika, 2(2), 34–45. https://online-
journal.unja.ac.id/STP/article/view/5233.
Andini, F., Ashaluddin, J., & Resdati. (2022). KEARIFAN LOKAL NELAYAN SUKU
AKIT DI DESA TANJUNG KEDABU KECAMATAN RANGSANG PESISIR
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI. JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI
DAN HUMANIORA, 13(2), 454–461.
Ismail, I. (2021). ANALISIS PENGELOLAAN DESA WISATA BERBASIS
KONSERVASI PERIKANAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN
ASLI DESA (Studi pada lubuk larangan, Desa Lubuk Beringin, Kab.
Bungo) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS JAMBI).
Faisal, M., Muryani, C., & Rindarjono, M. G. (2016). Analisis lubuk larangan sebagai
wisata ekologi berbasiskan kearifan lokal Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Bathin
III Ulu, Bungo, Jambi (Sebagai Pendukung Substansi Materi Pengelolaan Sumber
Daya Alam pada Bidang Studi Geografi di Kelas XI SMA). GeoEco, 2(2), 103–
113.
Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter. SOSIO
DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(2), 123–130.
https://doi.org/10.15408/sd.v1i2.1225.
Marzali, A. (2014). Pergeseran Orientasi Nilai Kultural dan Keagamaan di Indonesia
(Sebuah Esai dalam Rangka Mengenang Almarhum Prof. Koentjaraningrat).
Antropologi Indonesia.
Kurniasari, N., Yulisti, M., & Yuliaty, C. (2013). Lubuk Larangan: Bentuk Perilaku
Ekologis Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Perairan
Umum Daratan (Tipologi Sungai). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan
Perikanan, 8(2), 241–249. https://doi.org/10.15578/jsekp.v8i2.5676.
Njatrijani, R. (2018). Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Kota Semarang. Gema
Keadilan, 5(1), 16–31. https://doi.org/10.14710/gk.2018.3580.
Sufia, R., Sumarmi, S., & Amirudin, A. (2016). Kearifan lokal dalam melestarikan
lingkungan hidup (studi kasus masyarakat adat Desa Kemiren Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi). Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 1(4), 726-731., Y. T. (2020).
Suryahartati, D., Oktaviarni, F., & Windarto. (2020). Pengetahuan Tradisional Dalam

7
Hukum Kekayaan Intelektual (Belajar Ber-Hukum Dari Sebuah Tradisi Lubuk
Larangan Pada Masyarakat Adat Melayu Jambi ) (U. Sulistiyo (ed.)). UNJA
Publisher. https://repository.unja.ac.id/17994/1/bukti kinerja 2020 TK.pdf.
Syarif, A., Armando, Yelianti, U., Suryahartati, D., & Sulistiyo, U. (2021). Penerapan
Manajemen Pohon Buah Asuh Untuk Kemandirian Ekonomi Masyarakat Dusun
Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
Jurnal Karya Abdi, 5(3), 100–109.
Ummah, L. (2020). Studi Kepustakaan Art Therapy Terhadap Perilaku Hiperaktif Anak
Autis. Jurnal Pendidikan Khusus, 15(1), 1–6.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/38/article/view/33746.

Anda mungkin juga menyukai