Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

PERANAN LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN NILAI-NILAI PIIL


PESENGGIRI DI DESA GUNUNG BATIN

(Ayu Ariskha Mutiya, Irawan Suntoro, Hermi Yanzi)

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan Lembaga Adat dalam melestarikan
nilai-nilai piil pesenggiri, secara khusus mendeskripsikan peran Lembaga Adat dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam melestarikan adat budaya lampung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Subjek dalam penelitian ini adalah Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Pemuda di
Desa Gunung Batin Udik. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian adalah peranan lembaga adat dalam melestarikan nilai-nilai piil pesenggiri
dilakukan secara tidak langsung, pemberian pemahaman melalui penyimbang adat dan
menjadi panutan, hambatan yang dihadapai dalam upaya pelestarian ini adalah faktor tempat,
biaya, kesadaran masyarakat, dan partisipasi pemerintah desa serta generasi muda.

Kata Kunci: lembaga adat, pelestarian, piil pesenggiri


ABSTRACT

ROLE OF TRADITIONAL INSTITUTIONS IN PRESERVING THE VALUES PIIL


PESENGGIRI IN GUNUNG BATIN VILLAGE

(Ayu Ariskha Mutiya, Irawan Suntoro, Hermi Yanzi)

The purpose of this study was to describe the role of Customary Institution in preserving the
values of piil pesenggiri, specifically describe the role of Customary Institution in performing
their duties and functions in preserving the indigenous culture of Lampung.

The method used in this research is descriptive qualitative method. Subjects in this study
were the traditional figure, Community Leaders and Youth Leaders in Gunung Batin Udik
Village. Data collection techniques used were interviews, observation and documentation.

Results of the research was the role of traditional institutions in preserving the values piil
pesenggiri indirectly, giving understanding through penyimbang adat and being a role model,
the barriers faced in efforts to conserve this is a factor of the place, fees, public awareness
and participation of village government and the younger generation.

Keywords: traditional institutions, preservation, piil pesenggiri


PENDAHULUAN nengah nyapur (suka bergaul), dan
sakai sambayan (tolong menolong).
Latar Belakang
Masyarakat Lampung khususnya yang
Indonesia terdiri atas berbagai suku berada di pedesaan kebanyakan masih
bangsa dan kebudayaan yang hidup memegang teguh dan
terbesar di sekitar 17.000 gugusan mempertahankann pandangan hidup
pulau, mulai dari kota Sabang di mereka (piil pesenggiri). Pandangan
sebelah Barat, sampai ke kota Marauke ini dijadikan pedoman mereka dalam
di sebelah Timur Irian Jaya. Berbagai bertingkah laku dan kemudian
suku bangsa tersebut terdapat beragam dipraktikkannya dalam kehidupan
kebudayaaan dan adat istiadat. sehari-hari. namun tidak menutup
Kebudayan dan adat istiadat masing- kemungkinan ada sebagian masyarakat
masing daerah memiliki ciri khas yang telah meninggalkannya.
masing-masing yang tidak dapat
dikatakan lebih baik dari kebudayaan Hal ini dikarenakan setiap masyarakat
dan istiadat lainnya. dalam hidupnya pasti akan mengalami
adanya perubahan. Perubahan tersebut
Propinsi Lampung memiliki dapat berupa perubahan secara
keberagaman suku dan budaya. Daerah perlahan-lahan, ada pula perubahan
lampung yang dikenal sebagai daerah yang pengaruhnya terbatas dan luas
penduduknya memiliki keberagaman serta ada yang lambat, tetapi ada
etnik, termasuk daerah yang memiliki perubahan yang berjalan cepat.
kondisi alamiah yang patut disyukuri
dan sekaligus memiliki potensi konflik, Untuk itu perlu adanya pihak-pihak
karena memiliki ciri dan corak yang bertanggung jawab untuk tetap
kehidupan penduduk sebagai mempertahankan pandangan hidup
masyarakat majemuk. Sebagai daerah masyarakat Lampung tersebut. Seperti
yang saat ini diakui kekhasannya, pemerintah, dalam hal ini peran
daerah lampung tampil sebagai salah lembaga adat / tokoh adat sangat
satu daerah yang dianggap berhasil diperlukan untuk mensosialisasikan,
dalam proses integrasi penduduk. mengajarkan, dan mendorong
masyarakan agar tetap
Dalam masyarakat asli Lampung mempertahankan pandangan hidupnya.
terdapat pandangan hidup yang Selain itu juga perlu adanya kesadaran
dijadikan pedoman dalam berperilaku dari masyarakat itu sendiri untuk tetap
dan bertingkahlaku dalam mempertahankan nilai-nilai piil
kehidupannya sehari-hari baik di pesenggiri sebagai pandangan hidup
lingkungan keluarga maupun mereka.
lingkungan masyarakat. Pandangan
hidup merupakan pendapat dan Namun pada kenyataannya di desa
pertimbangan dalam berperilaku yang Gunung Batin Udik hanya beberapa
dianggap baik atau tidak. Pandangan nilai saja dari nilai-nilai piil pesenggiri
hidup masyarakat Lampung adalah Piil yang membudaya di masyarakat,
Pesenggiri yang cenderung terutama generasi muda. Contohnya
mempertahankan harga diri. Piil nilai bejuluk beadek hanya diberikan
pesenggiri memiliki empat unsur yaitu dan dipakai ketika seseorang telah
yang disebut, bejuluk beadek (gelar menikah. Menurut kaum muda nilai
adat), nemui nyimah (sikap pemurah), bejuluk beadek dipandang terlalu
banyak panggilan yang digunakan
untuk memanggil seseorang, ini Peranan Tokoh Adat Marga Terusan
membuat mereka sulit untuk Nunyai disini sangat diperlukan dalam
menghafal nama panggilan masing- upaya pelestarian tradisi lampung
masing orang. terutama nilai-nilai piil pesenggiri
yang merupakan prinsip masyarakat
Peranan Lembaga Adat Marga Terusan lampung. Upaya tersebut dapat
Nunyai pun dinilai kurang begitu andil dilakukan melalui sosialisasi dengan
dalam upaya pelestarian nilai-nilai piil memberikan pemahaman kepada
pesenggiri. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat tentang nilai-nilai piil
kegiatan yang dilakukan lembaga adat pesenggiri dan pentingnya
hanya sebatas dalam acara merwatin mempertahankan nilai-nilai tersebut.
dalam upacara adat. Pemberian
pemahaman atau pengetahuan kepada Mengingat budaya dan tradisi lampung
masyarakat lampung tentang merupakan aset bangsa Indonesia. Jika
pentingnya mempertahanan nilai-nilai tidak dilestarikan maka salah satu
tersebut hanya dilakukan melalu budaya dan tradisi bangsa sebagai
keluarga bukan tokoh adat setempat. bentuk keberagaan dan kemajemukan
Indonesia akan punah. Oleh karena itu
Hal ini terjadi disebabkan karena arus berbagai pihak harus peduli dengan
globalisasi telah mengahadirkan krisis permasalahan ini terutama para tokoh
nilai-nilai piil pesenggiri di masyarakat adat yang terdapat dalam lembaga adat
lampung desa Gunung Batin Udik. serta kaum muda sebagai generasi
Masyarakat yang mulai mengenal penerus untuk tetap mempertahanan
teknologi, belajar mengenal budaya dan melestarikan nilai-nilai piil
lain, dan banyaknya masyarakat desa pesenggiri sebagai prinsip hidup
Gunung Batin yang pergi merantau masyarakat lampung.
sehingga pada saat mereka kembali ke
desa mereka membawa kebudayaan Fokus Penelitian
tempat mereka tinggal sehingga
mereka tidak mengenal nilai-nilai Berdasarkan latar belakang diatas,
tradisi daerah asal mereka. maka fokus masalah dalam penelitian
ini adalah Peranan Lembaga Adat
Adanya pergesaran persepsi oleh Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Piil
masyarakat setempat, seperti piil Pesenggiri di Desa Gunung Batin Udik
pesenggiri lebih diartikan sebagai Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten
harga diri untuk menyombongkan diri. Lampung Tengah Tahun 2015. Sub-
Perbedaan kasta lebih dipentingkan fokus penelitiannya adalah :
dalam kehidupan sehari-hari, interaksi
sosial hanya dilakukan dengan 1. Peranan lembaga adat dalam
masyarakat yang memiliki kasta yang mensosialisasikan tentang nilai-
sama. Sehingga nilai-nilai piil nilai piil pesenggiri.
pesenggiri yang seharusnya menjadi 2. Peranan lembaga adat dalam
pedoman dalam bertingkah laku yang memberikan pemahaman tentang
tidak membeda-bedakan kasta, yang nilai-nilai piil pesenggiri.
seharusnya menjadi pedoman untuk 3. Peranan lembaga adat dalam
membuat masyarkat bersikap menerapkan nilai-nilai piil
kekeluargaan dengan masyarakat lain pesenggiri.
menjadi tidak dilestarikan. 4. Hambatan-hambatan dalam
melestarikan nilai-nilai piil
pesenggiri.
mengacu pada adat istiadat dan hukum
TINJAUAN PUSTAKA adat yang berlaku.

Pengertian Peranan Lembaga Adat Marga Terusan Nunyai


mempunyai tugas dan kewajiban yaitu
Menurut Maurice Duverger, (2010: :
102) bahwa “Peranan adalah atribut a. Menjadi fasilitator dan mediator
sebagai akibat dari status, dan prilaku dalam penyelesaian perselisihan
yang diharapkan oleh anggota-anggota yang menyangkut adat istiadat dan
lain dari masyarakat terhadap kebiasaan masyarakat.
pemegang status, singkatnya, peranan b. Memberdayakan, mengembangkan,
hanyalah sebuah aspek dari status”. dan melestarikan adat istiadat dan
Sedangkan Stoetzel dalam Rafael Raga kebiasaan-kebiasaan masyarakat
Maran, (2007: 50) mengatakan bahwa dalam rangka memperkaya budaya
“Status adalah polla prilaku kolektif daerah sebagai bagian yang tak
yang secara normal bisa diharapkan terpisahkan dari budaya nasional.
oleh seseorang dari orang-orang lain, c. Menciptakan hubungan yang
sedangkan peranan adalah pola prilaku demokratis dan harmonis serta
kolektif yang diharapkan oleh orang obyektif antara Ketua Adat,
lain terhadap seseorang”. Pemangku Adat, Pemuka Adat
dengan Aparat Pemerintah pada
Pengertian Lembaga Adat semua tingkatan pemerintahan di
Kabupaten daerah adat tersebut.
Menurut Peraturan Daerah provinsi d. Membantu kelancaran roda
lampung Nomor 2 Tahun 2008 tentang pemerintahan, pelaksanaan
Pemeliharaan Kebudayaan Lampung, pembangunan dan/atau harta
Lembaga Adat Lampung yaitu kekayaan lembaga adat dengan tetap
organisasi kemasyarakatan yang memperhatikan kepentingan
karena kesejarahan atau asal usulnya masyarakat hukum adat setempat.
memuliakan hukum adat dan e. Memelihara stabilitas nasional yang
mendorong anggota-anggotanya untuk sehat dan dinamis yang dapat
melakukan kegiatan pelestarian serta memberikan peluang yang luas
pengembangan adat budaya Lampung. kepada aparat pemerintah terutama
pemerintah desa/kelurahan dalam
Pengertian lembaga adat menurut pelaksanaan pembangunan yang
Peraturan Menteri Dalam Negeri lebih berkualitas dan pembinaan
Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman masyarakat yang adil dan
Penataan Lembaga Kemasyarakatan, demokratis.
Lembaga Adat adalah Lembaga f. Menciptakan suasana yang dapat
Kemasyarakatan baik yang sengaja menjamin terpeliharanya
dibentuk maupun yang secara wajar kebinekaan masyarakat adat dalam
telah tumbuh dan berkembang di rangka memperkokoh persatuan dan
dalam sejarah masyarakat atau dalam kesatuan bangsa.
suatu masyarakat hukum adat tertentu g. Membina dan melestarikan budaya
dengan wilayah hukum dan hak atas dan adat istiadat serta hubungan
harta kekayaan di dalam hukum adat antar tokoh adat dengan Pemerintah
tersebut, serta berhak dan berwenang Desa dan Lurah.
untuk mengatur, mengurus dan h. Mengayomi adat istiadat
menyelesaikan berbagai permasalahan i. Memberikan saran usul dan
kehidupan yang berkaitan dengan dan pendapat ke berbagai pihak
perorangan, kelompok/lembaga perlawanan rakyat Bali utara terhadap
maupun pemerintah tentang serangan pasukan Majapahit yang
masalah adat dipimpin oleh Arya Damar, dengan
j. Melaksanakan keputusan-keputusan demikian piil pesenggiri bearti
paruman dengan aturan yang di perangai yang tidak keras tidak mau
tetapkan mundur tindakan kekerasan, yang
k. Membantu penyuratan awig-awig lebih-lebih menyangkut
l. Melaksanakan penyuluhan adat tersinggungnya nama baik keturunan
istiadat secara menyeluruh. atau kehormatan pribadi dan kerabat”.

Masyarakat Suku Lampung Hilman Hadikusuma (1989:120-123)


juga mengemukakan mengenai unsur-
Firman Sujadi (2013:7) menyatakan unsur Piil Pesenggiri, sebagai berikut :
bahwa kata lampung sendiri berawal 1. Juluk Adok
dari kata anjal lambung yang berarti Juluk Adok adalah gelar adat,
berasal dari tetinggian, hal ini karena secara etimologi terdiri dari kata
para puyang Bangsa Lampung pertama juluk dan adok yang masing-
kali bermukim menempati dataran masing mempunyai makna. Juluk
tinggi Sekala Brak di Lereng Gunung adalah nama (gelar adat) untuk
Pesagi. wanita dan pria sewaktu yang
bersangkutan masih muda atau
Menurut Hilma Hadikusuma dalam remaja atau belum menikah, dan
bukunya Masyarakat dan Adat Budaya adok bermakna nama panggilan
Lampung (1989:11) menyatakan keluarga seseorang lelaki atau
bahwa generasi awal ulun lampung perempuan yang sudah menikah.
skala bekhak Lampung Barat Masih berhubungan dengan Juluk
penduduknya di huni oleh Buay Tumy Adok adalah Inai dan Amai. Inai
yang di pimpin oleh seorang wanita adalah nama panggilan keluarga
yang bernama Ratu Sekerummong. untuk seseorang perempuan yang
Pada masa itu Buay Tumy dapat sudah menikah, yang diberi pihak
dipengaruhi oleh empat orang keluarga suami atau laki-laki.
pembawa islam. Dari keenam Sedangkan Amai adalah panggilan
kebuayan di atas pada dasarnya empat keluarga untuk seseorang laki-laki
yang menjadi paksi oleh karena empat yang sudah menikah dari pihak
kebuayan ini yang memerintah keluarga istri.
kerajaan Skala Bekhak secara 2. Nemui Nyimah
bersama-sama keempat paksi itu ialah Bentuk kongkrit dari nemui nyimah
Paksi Buay Belenguh di Kenali, Paksi adalah konteks kehidupan
Pernong di Batu Bekhak, Paksi Jalan masyarakat dewasa ini lebih tepat
Duway di Kembahang dan Paksi Buay diterjemahkan sebagai sifat
Nyerupa di Sukau. kepedulian sosial dan rasa setia
kawan.
Pengertian Piil Pesenggiri 3. Nengah Nyappur
Nengah berasal dari kata benda dan
Hilman Hadikusuma (1989:119) menjadi kata kerja “Nengah”
mendefinisikan piil pesenggiri adalah berarti berada ditengah, sedangkan
“Istilah Pi’il Pesenggiri kemungkinan “Nyappur” berasal dari kata benda
berasal dari “Piil” dalam bahasa arab Cappur menjadi kata benda
yang bearti perbuatan atau perangai Nyappur berarti baur atau berbaur,
dan kata “Pesenggiri” yaitu pahlawan secara harafiah diartikan sebagai
sikap suka bergaul, suka bersahabat Kecamayan Terusan Nunyai
dan toleransi. Kabupaten Lampung Tengah.

Negah Nyappur menggambarkan Lokasi Penelitian


bahwa anggota masyarakat
lampung dengan bekal rasa Lokasi penelitian ini adalah di desa
kekeluargaan serta diiringi dengan Gunung Batin Udik Kecamatan
sikap suka bergaul dan bersahabat Terusan Nunyai Kabupaten Lampung
dengan siapa saja tidak Tengah, yang mana di desa ini
membedakan agama dan tingkatan, penduduknya mayoritas adalah
sikap suka bergaul dan bersahabat masyarakat lampung pepadun.
menimbulkan sikap ingin tahu,
mau mendengarkan serta bereaksi Informan dan Unit Analisis
sigab dan tanggap.
4. Sakai Sambayan Dalam penelitian kualitatif, istilah
Sakai bermakna memberi sesuatu sampel disebut dengan informan yaitu
kepada seseorang atau sekelompok orang yang merupakan sumber
orang berbentuk benda dan jasa informasi. Adapun subjek yang
yang bernilai ekonomi, tetapi menjadi informan dalam penulisan ini
mengharapkan balasan. Sedangkan yaitu lembaga adat (tokoh adat), tokoh
sambayan bermakna memberikan masyarakat dan tokoh pemuda. Dalam
sesuatu kepada seseorang atau penentuan informan ini peneliti
kelompok berbentuk benda dan menggunakan teknik purposive
jasa secara atau tidak sampling. Menurut Sugiyono
mengharapkan balasan. Sakai (2013:300), “purposive sampling
sambayan berarti gotong royong adalah teknik pengambilan sumber
dan tolong menolong, artinya data dengan pertimbangan tertentu.”
memahami sakai sambayan pada Pertimbangan tertentu ini, misalnya
hakikatnya adalah menunjukkan orang tersebut yang dianggap paling
rasa partisipasi yang dalam serta tahu tentang apa yang kita harapkan,
solidaritas yang tinggi pada atau mungkin dia sebagai penguasa
masyarakat terhadap sesuatu sehingga akan memudahkan peneliti
kegiatan atau kewajiban yang harus menjelajahi obyek/situasi sosial yang
dilakukan. diteliti.

METODE PENELITIAN Instrument Penelitian

Jenis Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian


ini adalah peneliti itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan metode Instrument atau alat yang dimaksud
deskriptif kualititif karena akan adalah semenjak awal hingga akhir
memberikan gambaran tentang penelitian, peneliti sendiri yang
permasalahan melalui analisis dengan berfungsi penuh atau peneliti sendiri
mengguanakan pendekatan ilmiah yang terlibat aktif dalam penelitian
sesuai dengan keadaan yang yang dilakukan, mulai dari menetapkan
sebenarnya yaitu untuk mengetahui fokus masalah, sumber data analisis
bagaimanakah Peranan Lembaga Adat data, sampai membuat kesimpulan.
dalam melestarikan nilai-nilia piil Selain itu dalam penelitian kualitatif
pesenggiri di Desa Gunung Batin Udik ini, peneliti harus mampu berperan
sebagai peneliti itu sendiri dan sebagai
evaluator. Penelitian ini menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
human instrument.
Sejarah singkat Desa Gunung Batin
Teknik Pengumpulan Data Udik

Kegiatan pengumpulan data yang di Pada awal tahun 1810 sebagian warga
peroleh dari wawancara, observasi, dan pindah ke arah barat yaitu Kampung
dokumentasi tersebut berpedoman Gunung Batin saat ini, tepat pada
pada panduan yang telah disusun waktu Belanda membangun jembatan
berdasarkan aspek yang telah diamati panjang Way Terusan sabelah Timur
yang kemudian secara operasional jembatan yang ada saat ini dan
dituangkan dalam dimensi penelitian membuat umbulan yang tetap diberi
dan indikator-indikator. nama Under Pura (Bahasa Belanda)
adalah penguasa tempat (Wilayah).
Uji Kredibilitas
Pada tahun 1834 Umbulan Under Pura
Terdapat beberapa strategi penelitian diganti dengan nama Gunung Batin,
kualitatif yang dapat dialakukan untuk yang artinya Gunung adalah Tinggi
uji kredibilitas, antara lain: dan Batin adalah Kebatinan. Pada saat
1. Memperpanjang Waktu penggantian nama tersebut pemerintah
2. Triangulasi yang bersifat adat berubah menjadi
pemerintah yang bersifat politik, Tata
Teknik Pengolahan Data Negara yang berpusat di Kota Bumi
dan Palembang (Sumatera Selatan).
Tahap editing adalah tahap memeriksa
kembali data yang berhasil diperoleh Pada tahun 1937 Gunung Batin
dalam rangka menjamin keabsahan menjadi Marga Terusan Nunyai dan
(validitas) untuk kemudian setelah menjadi Marga Terusan
dipersiapkan ke tahap selanjutnya. Nunyai, Kampung Gunung Batin
Tahap tabulasi adalah tahap dipecah menjadi dua, yaitu Gunung
mengelompokkan jawaban-jawaban Batin Udik dan Gunung Batin Ilir.
yang serupa dan teratur dan sistematis. Kemudian pada tahun 1950 lahirlah
Tahap ini dilakukan dengan cara Kampung Gunung Batin Baru.
mengelompokkan data-data yang Sehingga sampai saat ini Kampung
serupa. Tahap intepretasi data yaitu Gunung Batin terpecah Menjadi 3
tahap untuk memberikan penafsiran kampung.
atau penjabaran dari data yang ada
pada tabel untuk dicari maknanya yang Temuan Penelitian
lebih luas dengan menghubungkan
data dengan hasil yang lain, serta hasil Berdasarkan hasil wawancara,
dari dokumentasi yang sudah ada. observasi, dan dokumentasi tentang
peranan lembaga adat dalam
Tujuan Penelitian melestarikan nilai-nilai piil pesenggiri
di Desa Gunung Batin Udik
Tujuan penelitian ini adalah untuk Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten
mendeskripsikan peran Lembaga Adat Lampung Tengah Tahun 2015, peneliti
dalam menerapkan nilai-nilai Piil menemukan hal-hal yang dijelaskan
Pesenggiri di Desa Gunung Batin Udik pada tabel berikut :
Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2015.
Tabel 1.1. Temuan Penelitian Tentang Peranan Lembaga Adat Marga Terusan
Nunyai Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Piil Pesenggiri Di Desa
Gunung Batin Udik

No. Obyek Keunikan


1. Sosialisasi Kegiatan sosialisasi yang
dilakukakn lembaga adat tidak
dilakukan secara langsung, karena
pada umumnya masyarakat sudah
paham tentang piil pesenggiri.
Pengetahuan tersebut didapat
melalui pemahaman dalam
keluarga melalui penyimbang
adat. Namun lembaga adat tidak
memberikan pengawasan dalam
hal pemberian pemahaman yang
dilakukan oleh para penyimbang
adat.
2. Pemahaman Peranan lembaga adat dalam
memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang nilai-nilai piil
pesenggiri dilakukan melalui
pemberian wewenang kepada
lembaga adat untuk memberikan
pemahaman kepada keluarganya
masing-masing. Kegiatan ini
dilakukan karena lembaga adat
belum memiliki tempat untuk
memberikan pemahaman secara
langsung kepada masyarakatnya.
3. Penerapan Peranan lembaga adat dalam
memberikan pemahaman tentang
nilai-nilai piil pesenggiri dilakukan
dengan memberikan contoh dari
nilai-nilai piil pesenggiri itu, seperti
dijelaskan berikut ini :
1. Bejuluk Beadok
Dalam penerapan nilai ini
lembaga adat memberikan contoh
melalui keluarganya masing-
masing. Memberikan gelar atau
panggilan untuk setiap
anggotanya berbeda, disesuaikan
dengan aturan yang berlaku,
pemberian gelar dan panggilan
tersebut memiliki tingkatan dan
memiliki arti.
2. Nengah Nyappur
Kegiatan nengah nyappur
dilakukan lembaga adat dengan
memberikan contoh kepada
masyarakat adatnya, seperti selalu
ikut perkumpulan yang ada di
Desanya, suka berbaur dengan
masyarakatnya tanpa
memberdakan tingkatan sosial
masyarakatnya.
3. Nemui Nyimah
Contoh yang dilakukan lembaga
adat dari nilai ini adalah dengan
bersikap terbuka kepada
masyarakat adat untuk datang
berkunjung ke lembaga adat
maupun ke rumah tokoh adat
tanpa membeda-bedakan, bersikap
ramah, berupaya menjadi tuan
rumah yang baik dan selalu
berkunjung ke rumah
masyarakatnya jika memiliki
kesempatan waktu.
4. Sakai Sambayan
Lembaga adat memberikan contoh
kepada masyarakatnya dengan
mau saling tolong menolong,
membantu masyarakat adatnya
jika ada hajatan atau kegiatan
tertentu tanpa memberikan
perlakuan yang berbeda antara
masyarakatnya.
4. Hambatan-hambatan Hambatan-hambatan yangdihadapai
oleh lembaga adat adalah minimnya
biaya untuk mengadakan kegiatan
upaya pelestarian mengenani adat
budaya lampung seperti nilai-nilai
piil pesenggiri, belum adanya balai
adat (sesat) sebagai tempat kegiatan
adat, kurangnya peranan pemerintah
desa untuk bekerjasama dengan
lembaga adat dalam melaksanakan
kegiatan adat, serta kurangnya
partisipasi para pemuda untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai adat
budaya lampung khususnya nilai-
nilai piil pesenggiri

Pembahasan Lembaga adat Marga Terusan Nunyai di


Desa Gunung Batin Udik sebagai
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, organisasi kemasyarakatan adat sudah
dokumentasi, dan temuan penelitian memberikan peranannya dalam upaya
maka dibuatlah pembahasan terhadap pelestarian dalam hal ini nilai-nilai piil
masing-masing objek penelitian yaitu pesenggiri. Hal ini dibuktikan dengan
sebagai berikut : pemberian wewenang kepada para
penyimbang adat oleh lembaga adat
Peranan lembaga adat dalam (tokoh adat) untuk memberikan
mensosialisasikan nilai-nilai piil pemahaman kepada keluarganya
pesenggiri . masing-masing. Namun tanpa diikuti
pengawan oleh lembaga adat, sehingga
Lembaga Adat Marga Terusan Nunyai yang terjadi adalah pergeseran
Desa Gunung Batin Udik untuk pemahaman oleh masyarakat mengenai
mensosialisasikan nilai-nilai piil nilai-nilai piil pesenggiri.
pesenggiri masih berperan cukup baik.
Upaya tersebut terbukti dengan adanya Peranan lembaga adat dalam
kegiatan rapat rutin. Kegiatan menerapkan nilai-nilai piil pesenggiri
mensosialisasikan tentang nilai-nilai piil
pesenggiri masyarakat dapatkan dari lembaga adat telah menerapkan nilai-
anggota keluarga seperti penyimbang nilai piil pesenggiri pada kehidupan
adat dan orang tua mereka masing- mereka karena mereka merupakan
masing. Masyarakat desa Gunung Batin contoh dan panutan bagi masyarakat
Udik juga mengetahui tentang nilai-nilai adatnya. Lembaga adat berupaya untuk
piil pesenggiri melalui media sosial atau memberikan contoh yang baik kepada
buku-buku yang mereka baca. masyarakat adatnya, diharapkan
masyarakat akan mencontoh apa yang
Peranan lembaga adat dalam lembaga adat lakukan. Hal ini terlihat
memberikan pemahaman tentang dari penerapan nilai-nilai piil
nilai-nilai piil pesenggiri pesenggiri, seperti berpartisipasi dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan ketimpangan sosial yang terjadi di
di masyarakat sakai sambayan, nengah masyarakat saat ini.
nyappur, nemui nyimah dan bejuluk
beadek. Pergeseran persepsi tersebut
dikhawatirkan menimbulkan
Hambatan-hambatan dalam pemahaman yang berbeda dari makna
melestarikan nilai-nilai piil pesenggiri yang sebenarnya, sehingga piil
peesenggiri yang menjadi identitas
Hambatan-hambatan yang dihadapai masyarakat lampung menjadi luntur.
oleh lembaga adat dalam upaya Sedangkan pada prinsipnya makna piil
pelestarian nilai-nilai piil pesenggiri pesenggiri tidak seperti itu, oleh karena
adalah belum adanya balai adat (sesat) itu perlu adanya pemahaman yang benar
sebagai tempat untuk melaksanakan dari masyarakat lampung. Pemahaman
kegiatan yang berkaitan adat, organisasi tersebut diberikan oleh lembaga adat
lembaga adat yang belum berjalan sebagai organisasi yang bertugas
dengan aktif sehingga kegiatan-kegiatan menangani masalah adat, agar tidak
tentang pelestarian adat menjadi tidak terjadi lagi perbedaan persepsi mengenai
terstruktur, kurangnya perhatian dari makna dari piil pesenggiri oleh
lembaga pemerintah desa untuk masyarakat lampung. Masyarakat
memberikan pengawasan atau ikut lampung harus menjunjung tinggi nilai-
dalam kegiatan adat, Kurangnya nilai piil pesenggiri sebagai salah satu
kesadaran dari masyarakat untuk tetap bagian dari kearifan lokal suku lampung.
mempertahankan nilai-nilai adat budaya
lampung khususnya nilai-nilai piil KESIMPULAN DAN SARAN
pesenggiri. Kurangnya biaya untuk
mengadakan kegiatan yang berkaitan Kesimpulan
dengan upaya pelestarian
Berdasarkan hasil penelitian dan
Keunikan Hasil Penelitian pembahasan yang diuraikan dapat
disimpulkan bahwa peranan lembaga
Setelah mendalami adat Abung Siwo adat dalam melestarikan nilai-nilai piil
Mego khususnya Marga Terusan Nunyai pesenggiri di Desa Gunung Batin sudah
dalam upaya pelestarian nilai-nilai piil berperan dengan baik. hanya saja dalam
pesenggiri yang dilakukan oleh lembaga pelaksanaannya kurang terorganisasi dan
adat, terdapat berbagai fenomena yang kurangnya pengawasan dari lembaga
terjadi. Uniknya meski masyarakat desa adat tersebut. Dengan sub-fokus sebagai
Gunung Batin Udik menyadari piil berikut:
pesenggiri merupakan prinsip atau 1. Peranan Lembaga Adat Dalam
pedoman dalam bertingkahlaku, namun Mensosialisasikan Nilai-Nilai Piil
yang terjadi pergeseran persepsi oleh Pesenggiri
sebagian masyarakat mengenai makna Lembaga adat memberikan
piil pesenggiri itu. Hal ini yang sosialisasi melalu rapat rutin yang
menyebabkan penerapan nilai-nilai piil dilakukan dengan lembaga adat dan
pesengggiri menjadi berbeda dengan arti pemberian wewenang kepada
yang sebenarnya. Pergeseran persepsi lembaga adat untuk memberikan
tersebut mengakibatkan adanya sosialisasi kepada anggota keluarga
masing-masing. Namun rapat rutin 4. Hambatan-Hambatan Dalam
tersebut sekarang sudah tidak Melestarikan Nilai-Nilai Piil
dilaksanakan lagi karena lembaga Pesenggiri
adat merasa bahwa nilai-nilai adat Hambatan-hambatan yang dihadapi
budaya lampung khususnya nilai- lembaga adat adalah faktor biaya,
nilai piil pesenggiri akan tetap lestari faktor tempat, serta kurangnya
dilingkungan masyarakat. koordinasi atau kerjasama antara
lembaga adat, pemerintahan desa dan
2. Peranan Lembaga Adat Dalam tokoh pemuda untuk mengadakan
Memberikan Pemahaman Tentang kegiatan yang berkaitan dengan
Nilai-Nilai Piil Pesenggiri pelestarian adat khususnya
Saat ini tokoh-tokoh adat pelestarian nilai-nilai piil pesenggiri.
menjalankan tugas dan perannya
dengan cara memberian wewenang Saran
kepada penyimbang adat untuk
memberikan pemahaman tentang 1. Bagi lembaga adat agar dapat
pentingnya melestarikan nilai-nilai memberikan peranannya sebagai
piil pesenggiri kepada keluarganya organisisasi yang diberikan
masing-masing, namun ini tanpa wewenang mendorong anggota-
diikuti pengawasan oleh lembaga anggota masyarakat adatnya untuk
adat. Masyarakat tahu akan arti dari melakukan kegiayan pelestarian serta
nilai-nilai piil pesenggiri bagi pengembangan adat budaya lampung
kehidupannya, tetapi terjadinya dalam hal ini nilai-nilai piil
pergeseran makna. Kurangnya pesenggiri.
pemahaman masyarakat tentang 2. Bagi masyarakat, agar lebih banyak
nilai-nilai piil pesenggiri disebabkan lagi berpartisipasi dalam pelestarian
karena kurangnya sosialisasi dari setiap adat budaya Lampung,
lembaga adat untuk memberikan khususnya dalam penerapan nilai-
pemahaman langsung kepada nilai piil pesenggiri.
masyarakat. 3. Kepada generasi muda agar
menanamkan rasa cinta terhadap adat
3. Peranan Lembaga Adat Dalam budayanya sendiri dengan tetap
Menerapkan Nilai-Nilai Piil menjaga dan melestarikan adat
Pesenggiri istiadat budaya Lampung dalam hal
Lembaga adat masih berperan dalam ini nilai-nilai piil pesenggiri dalam
melestarikan nilai-nilai piil kehidupan sehari-hari, mempelajari
pesenggiri. Namun dalam kembali adat budaya Lampung
pelaksanaannya lembaga adat hanya sehingga adat Lampung bisa tergali
memberikan contoh kepada dan tetap lestari.
masyarakat sebagai panutan yang 4. Bagi pemerintah khususnya dinas
diharapkan dapat di contoh oleh terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan
masyarakat. Melalui penerapan nilai- Pariwisata lebih memperhatikan
nilai piil pesenggiri, bejulek beadek, kegiatan-kegiatan masyarakat
nemui nyimah, nengah nyappur, dan terutama dalam penerapan nilai-nilai
sakai sambayan. piil pesenggiri dan dapat membantu
secara moril dan materil.
DAFTAR PUSTAKA

Duverger, Maurice. 2010. Sosiologi


Politik. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Hadikusuma, Hilma. 1989. Masyarakat


dan Adat Budaya Lampung. Bandung:
Mandar Maju.

Peraturan Daerah provinsi lampung


Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pemeliharaan Kebudayaan Lampung.
2008. Lampung: Dewan Perwakilan
Daerah Provinsi Lampung dan
Gubernur Lampung.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor


5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan.
2007. Jakarta: Menteri Dalam Negeri.

Rafael Raga Maran. 2007. Pengantar


Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: CV. Alfabet.
Sujadi, Firman. 2013. Lampung Sai
Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Cita Insan
Madani.

Anda mungkin juga menyukai