Anda di halaman 1dari 12

HUMANIKA Vol. 23 No.

1 (2016) ISSN 1412-9418


Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

CIVIC CULTURE DALAM NILAI-NILAI BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL


MASYARAKAT BALI AGA DESA TRUNYAN

Oleh :
I Wayan Trisna Mahardika, dan Cecep Darmawan
E-Mail : wayantrisna69@gmail.com
Program Magister Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia
Jl. Dr Setiabudi No. 229, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

ABSTRACT

This research aims to see the civic culture on the culture and local wisdom of Bali Aga people
in Trunyan, as well as to find how to preserve that. The method which used is qualitative with
ethnography approach. The result shows that there is civic culture in the culture and local
wisdom of Bali Aga people. That is found on culture of Ngayah, Paruman, Mepasah, and
Barong Brutuk also in the value of local wisdom called Menyama Braya. The result also
shows the preservation is run naturally along with belief in their ancestors and the bond
between people and tradition.

Keywords : Civic Culture, Culture, Local Wisdom, Bali Aga.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang kepribadian bangsa yang memang patut
dilestarikan guna menangkal pengaruh-
Trunyan sebagai desa Bali Aga,
pengaruh negatif dari luar.
memiliki berbagai budaya dan kearifan
Pengembangan dan pelestarian nilai-
lokal yang unik, inilah yang membuat
nilai budaya serta kearifan lokal, dapat
perbedaaan desa Bali Aga khususnya desa
mengarah pada salah satu bidang ilmu
Trunyan dengan desa-desa lain yang ada di
yang mengkaji kearifan lokal atau budaya
Bali. Dalam hubungannya dengan
daerah yang terdapat didalam
menjaga, memajukan, dan melestarikan
warganegara, yaitu civic culture atau
kebudayaan daerah, telah diatur dalam
budaya kewarganegaraan. Menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Winataputra (2012:57) civic culture
Indonesia Tahun 1945 pada pasal 32 ayat 1
merupakan “budaya yang menopang
dan 2 yaitu: 1) Negara memajukan
kewarganegaraan yang berisikan
kebudayaan nasional Indonesia ditengah
seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan
peradaban dunia dengan menjamin
secara efektif dalam representasi
kebebasan masyarakat dalam memelihara
kebudayaan untuk tujuan pembentukan
dan mengembangkan budayanya. 2)
identitas warganegara”. Kearifan lokal
Negara menghormati dan memelihara
yang tumbuh dan berkembang dalam
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
masyarakat Bali Aga di desa Trunyan
nasional. Jelaslah bahwa negara Indonesia
merupakan bagian dari jati diri bangsa,
menjamin dan mendukung keberadaan
karakter dan budaya nasional.
budaya daerah yang menjadi bagian dari
Sebagai bagian dari masyarakat
budaya nasional. Budaya atau kearifan
Indonesia khususnya Bali, peneliti
lokal merupakan cerimnan dari
merasakan kerisauan yang amat mendalam
20
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

kemana arah yang akan dituju oleh dan kearifan lokal masyarakat Bali Aga di
perubahan sosial budaya masyarakat desa Trunyan, dengan harapan nantinya
Indonesia, khususnya masyarakat Bali Aga dapat dijadikan acuan atau tambahan
di desa Trunyan. Hal ini mengingat pola pengetahuan untuk memahami pentingnya
kehidupan masyarakat di Bali pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam
umunya yang telah beralih pada perilaku mewujudkan karakter bangsa yang baik.
hedonis dan liberal. Pergaulan generasi
muda yang kian memperihatinkan menjadi 1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan
salah satu kekhawatiran yang ditakutkan Penelitian
dapat mengubah atau menggerus nilai-nilai Berdasarkan penjabaran latar
kebaikan yang telah tumbuh dan belakang penelitian di atas, maka fokus
berkembang dalam masyarakat Trunyan. yang menjadi rumusan masalah secara
Derasnya arus globalisasi yang umum yaitu : “Bagaimana Civic Culture
diperparah dengan pariwisata yang tidak yang Terkandung dalam Nilai-Nilai
terkendali adalah masalah utama yang Budaya dan Kearifan Lokal Masyarakat
pelan namun pasti dapat mendegradasi Bali Aga Desa Trunyan?”. Agar penelitian
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang ini lebih terfokus pada pokok permaslahan,
ada pada masyarakat Bali Aga di desa maka masalah umum tersebut dijabarkan
Trunyan. Desa Trunyan yang sudah dalam sub-sub masalah yang sekaligus
menjadi bagian dari eksploitasi pariwisata menjadi pertanyaan penelitian yaitu sebagi
di Bali, mestinya mendapat perhatian berikut :
khusus baik dari pemerintah, ahli, maupun 1. Bagaimana deskripsi kebudayaan
masyarakat. Karena sebagai desa dengan dan kearifan lokal masyarakat Bali
warisan sejarah dan budaya yang Aga Desa Trunyan?
merupakan warisan leluhur, sudah menjadi 2. Bagaimana civic culture yang
kewajiban bersama dalam menjaganya. terkandung dalam nilai-nilai budaya
Yang peneliti takutkan adalah tidak dan kearifan lokal masyarakat Bali
disadarinya dampak negatif dari pertemuan Aga desa Trunyan?
budaya yang dibawa wisatawan 3. Bagaimana kendala dan upaya dalam
mancanegara. Tanpa kemampuan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal
memilah mana yang baik dan buruk, tentu masyarakat Bali Aga desa Trunyan?
akan dapat menggerus budaya lokal itu Berdasarkan rumusan masalah
sendiri. tersebut, maka tujuan umum dari penelitian
Masih rendahnya pemahaman, ini adalah untuk mengidentifikasi : “Civic
komitmen, dan kesadaran tentang Culture dalam Nilai-Nilai Budaya dan
pentingnya pelestarian kearifan lokal pada Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga di
masyarakat Bali Aga desa Trunyan juga Desa Trunyan”. Berdasarkan rumusan
dapat membawa budaya dan kearifan lokal masalah juga penelitian ini diarahkan
pada kepunahan. Hal ini tidak hanya untuk mencapai beberapa tujuan khusus
berlaku bagi masyarakat setempat, tapi sebagai berikut :
juga bagi pemerintah dan masyarakat Bali 1. Mendeskripsikan kebudayaan dan
pada umunya. Kesadaran akan pentingnya kearifan lokal masyarakat Bali Aga
nilai-nilai kearifan lokal maupun budaya Desa Trunyan
sebagai kekayaan budaya Nasional 2. Mengidentifikasi civic culture yang
mestinya dapat memberikan manfaat baik terkandung dalam nilai-nilai
bagi keberadaan kearifan lokal atau budaya budaya dan kearifan lokal
yang dimaksudkan. Penelitian ini masyarakat Bali Aga desa Trunyan,
bermaksud untuk menggali budaya serta
kewarganegaraan yang ada dalam budaya
21
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

3. Mengidentifikasi kendala dan ilmiah yang alamiah diperoleh melalui


upaya dalam melestarikan nilai- kegiatan penelitian yang menggunakan
nilai kearifan lokal masyarakat Bali prosedur penelitian kualitatif melalui
Aga desa Trunyan. penafsiran mendalam terhadap fenomena
alamiah.
1.3. Metode Penelitian Sedangkan etnografi dapat
membahas tentang suku bangsa atau suatu
Peneliti menggunakan pendekatan
masyarakat, yaitu mengenai kebudayaan
kualitatif dengan etografi sebagai metode
lokal suku atau masyarakat tersebut.
penelitian. Hal ini disebabkan karena
Etnografi akan menggali lebih jauh makna
kualitatif dapat menggali lebih dalam
dari setiap budaya dan kearifan lokal yang
mengenai permasalahan manusia sebagai
ada di desa Trunyan. Etnografi juga dapat
instrumen penelitian. Metode wawancara,
mendeskripsikan secara detail teori-teori
observasi dan dokumentasi, juga teknik
penduduk asli yang telah diuji dalam
teknik analisisnya, merupakan ekstensi
situasi kehidupan aktual selama beberapa
dari prilaku manusia, seperti
generasi. Spradley (2006:18) menjelaskan
mendengarkan , melihat, bicara,
bahwa etnografi dapat menunjukkan
berinteraksi dan bertanya. Penelitian
berbagai peristiwa budaya dan bagaimana
kualitatif adalah penelitian yang berguna
orang dengan perspektif berbeda
untuk memperoleh penemuan penemuan
berinteraksi. Maka akan sangat tepat jika
yang tidak terduga sebelumnya dan
penelitian ini diarahkan dengan metode
membangun kerangka teoritis baru.
etnografi mengingat fokus kajian dari
Dengan demikian, pendekatan kualitatif
penelitian ini adalah budaya dan kearifan
merupakan pendekatan naturalistik karena
lokal di desa Trunyan sebagai salah satu
situasi di lapangan yang apa adanya dan
desa Bali Aga.
tidak dimanipulasi. Sugiyono (2009:15)
Penelitian ini diarahkan untuk
menjelaslkan bahwa Metode penelitian
menggali atau mendeskripsikan kearifan
kualitatif adalah metode yang berlandaskan
lokal yang ada di Desa Trunyan, jadi
pada filsafat postpositivisme, digunakan
metode yang paling cocok adalah metode
untuk meneliti pada kondisi obyek yang
penelitian etnografi. Creswell (2010:294)
alamiah, (sebagai lawan eksperimen)
menjelaskan tujuan penelitian etnografi
dimana penelitian adalah sebagai
adalah memperoleh gambaran umum
instrumen kunci, pengembalian sampel
mengenai subjek penelitian. Penelitian ini
sumber data dilakukan secara purposive
menekankan aspek pemotretan
dan snowball.
pengalaman individu-individu sehari-hari
Dalam penelitian ini, peneliti
dengan cara mengobservasi dan
berharap dapat memperoleh informasi dan
mewawancarai mereka. Penelitian ini
data yang akurat dalam proses penelitian.
melibatkan wawancara mendalam dan
Alasan lain mengapa peneliti memilih
observasi secara terus menerus pada
pendekatan kualitatif adalah karena data
partisipan dalam situasi tertentu.
yang akan diperoleh dari proses penelitian
Demikian juga halnya dengan
ini nantinya lebih banyak menyangkut
Muchtar, S.A. (2015:102) yang
perbuatan dan ungkapan kata-kata dari
menjelaskan bawha inti etnografi ialah
responden yang sebisa mungkin bersifat
mencoba memahami makna perbuatan dan
alamiah tanpa adanya rekayasa atau
kejadian bagi orang yang bersangkutan
manilpulasi serta pengaruh dari luar guna
menurut kebudayaan dan pandangan
mendapatkan kebenaran ilmiah yang
mereka. Kebudayaan antara lain kelakuan,
alamiah. Sebagaimana dijelaskan oleh
artifak atau benda-benda yang dibuat,
Muchtar,S.A. (2015:5) bahwa kebenaran
hanya berupa semacam permukaan telaga
22
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

yang dalam dan mengandung aspek dan lokal, serta adat istiadat yang ada di tiap-
pengetahuan kultural yang luas. tiap daerah di Indonesia. Pengetahuan
Ditegaskan lagi bahwa pengetahuan ini, tentang civic culture akan sangat berguna
yang biasanya tersembunyi bagi orang ditengah heterogenitas masyarakat
luar, sangat fundamental untuk Indonisa sebagai pedoman kehidupan
menginterpretasikan kelakuan dari bersama. Menurut Winataputra (2012:57)
seseorang. civic culture merupakan “budaya yang
Dari pemaparan diatas, dapat menopang kewarganegaraan yang
disimpulkan bahwa dalam penelitian berisikan seperangkat ide-ide yang dapat
etnografi, peneliti berusaha untuk diwujudkan secara efektif dalam
mempelajari suatu kelompok budaya representasi kebudayaan untuk tujuan
selama periode waktu tertentu dengan pembentukan identitas warganegara”.
mengumpulkan data melalui observasi. Aspek sosial-kultural dalam bangsa
Proses penelitian bisa fleksibel dan ini telah mewujudkan integritas bangsa
berkembang secara kontekstual sesuai yang beragam dan bermacam-macam,
dengan realita yang ditemui di lapangan. diantaranya terdiri dari budaya-budaya dan
Etnografi adalah uraian dan penafsiran etnisitas nasional. Dengan demikian hal itu
suatu budaya atau sistem kelompok sosial. dapat berubah menjadi budaya yang dapat
peneliti menguji kelompok tersebut dan merekatkan perbedaan sebagai salah satu
mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan alternatif untuk membangun aspek
cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses pendidikan, perekonomian, dan
dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai kesejahteraan masyarakat, untuk
proses, etnografi melibatkan pengamatan mewujudkan persatuan bangsa Indonesia.
yang cukup panjang terhadap suatu Aspek sosial-kultural yang beranekaragam
kelompok, dimana dalam pengamatan itu perlu didasari dan diwarnai dengan
tersebut peneliti terlibat dalam keseharian nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi
hidup responden atau melalui wawancara negara Indonesia yakni Pancasila, agar
satu persatu dengan anggota kelompok dapat diupayakan menjadi budaya
tersebut. Peneliti mempelajari arti atau nasional. Konsep inilah yang lebih dikenal
makna dari setiap perilaku, bahasa, dan sebagai budaya kewarganegaraan atau
interaksi dalam kelompok. Penelitian civic culture. Winataputra dan
etnografi dalam hal ini berfungsi untuk Budimansyah (2012:233) mengemukakan
mengkonsepsi nilai-nilai budaya dan bahwa Civic Culture .. a set of ideas that
kearifan lokal masyarakat Bali Aga di desa can be embodied effectively in cultural
Trunyan sebagai pusat pembudayaan, representation for the perpose of shaping
mengkaji dan menyajikan pengalaman civic identities atau seperangkat ide-ide
terbaik tentang interaksi, relasi dan situasi yang dapat diwujudkan secara efektif
sosial budaya, praktek sosial budaya, dalam representasi kebudayaan untuk
organisasi adat, serta nilai-nilai di membentuk identitas warga negara.
masyarakat yang menjadi bagian dari civic Civic culture berada dalam domain
culture yang terdapat dalam kehidupan sosial kultural yang berorientasi pada
masyarakat Bali Aga di desa Trunyan. pembentukan kualitas personal-individual
warga negara. Civic culture bersifat
1.4. Kerangka teori psikososial yang perangkat gagasan atau
set of ideas. Civic culture berkenaan
Civic culture sangat erat kaitannya
dengan proses adaptasi psikososial
dengan identitas bangsa. Identitas bangsa
individu dari kaitan budaya komuniter
dalam hal ini dimaksudkan sebagai
(keluarga, suku, masyarakat lokal) dalam
identitas yang terkait budaya, kearifan
sebuah ikatan kewarganegaraan. Maka dari
23
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

itu, adalah sebuah anugerah jika sebuah a. Menciptakan keamanan dan


bangsa memiliki kekayaan budaya yang kedamaian hidup.
beragam adanya seperti Indonesia. Suku b. Memperlancar proses
bangsa yang memiliki karakteristiknya pembangunan nasional.
masing-masing akan memiliki karakternya c. Memupuk rasa persatuan dan
sendiri yang dibingkai dalam harmoni kesatuan bangsa.
kebhinekaan. Civic culture dalam konteks d. Menciptakan ketertiban hidup
bangsa Indonesia, menggambarkan dalam masyarakat.
karakter warga negara Indonesia seperti e. Menciptakan ketenangan dan
layaknya yang tertuang dalam nilai-nilai kebahagiaan hidup dalam
Pancasila. bermasyarakat.
Secara umum Effendi dan Sapriya Dengan mengacu pada penjelasan di
(2004:76) menegaskan sifat dan perilaku atas, dapat disimpulkan bahwa yang
warga negara yang baik dan bertanggung menjadi ciri atau karakteristik budaya
jawab ditandai oleh beberapa ciri, yakni: kewarganegaraan (civic culture) dalam
a. Menyadari akan kedudukannya konteks bangsa Indonesia yaitu: nilai-nilai
sebagai warga negara. dalam warga negara, sikap dan perilaku
b. Memahami aturan atau hukum warga negara yang mencerminkan
yang berlaku terhadap dirinya di Pancasila, civic virtue atau akhal
setiap lingkungan kehidupan. kewarganegaraan, adanya budaya yang
c. Memahami dan menyadari menopang kewarganegaraan (berisikan
kewajiban dan hak-haknya seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan
sebagai warga negara. secara efektif dalam representasi
d. Melaksanakan kewajibannya kewarganegaraan untuk tujuan
sebagai warga negara dengan pembentukan identias warga negara), serta
penuh keikhlasan dan rasa berkenaan dengan proses adaptasi
tanggung jawab. psikososial individu dari budaya
e. Menghindari sikap dan perilaku komuniter.
yang menimbulkan konflik antar Keberadaan identitas suatu bangsa
sesama. tidak terlepas dari kebudayaan daerahnya
f. Menumbuhkan sikap mau masing-masing. Dimana budaya
bekerjasama dengan sesama merupakan salah satu unsur penting dalam
warga negara untuk membangun identitas suatu bangsa. Identitas bangsa
kehidupan berbangsa dan Indonesia yang merupakan salah satu
bernegara. negara kepulauan tentu mengakui
perbedaan tiap daerah yang berupa budaya,
Sifat dan perilaku warga negara yang bahasa, adat, kesenian dan lain sebagainya
baik dan bertanggung jawab memberikan sebagai unsur pembentuk identitas
manfaat bagi kehidupan bermasyarakat, nasional. Kebudayaan yang berasal dari
berbangsa, dan bernegara. Sebaliknya, sifat setiap daerah secara utuh menjadi bagian
dan perilaku warga negara yang buruk dan dari budaya nasional yang turut
tidak bertanggung jawab dapat membentuk kepribadian warga negara.
menimbulkan kerugian bagi kehidupan Dalam hal ini fungsi kebudayaan adalah
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. sebagai pembentuk karakter masyarakat.
Beberapa manfaat dari sifat dan perilaku Dengan banyaknya daerah yang ada di
warga negara yang baik dan bertanggung Indonesia, tentu menjadikan negara ini
jawab dalam kehidupan bermasyarakat, sangat kaya akan budaya dan masyarakat
berbangsa, dan bernegara diantaranya daaerahnya yang dirangkul menjadi satu
(Effendi dan Sapriya, 2004:76): dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Suku
24
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

bangsa seperti yang dijelaskan oleh digunakan sebagai pegangan hidup.


Koentjaraningrat (2009:215) merupakan Jelaslah bahwa kearifan lokal dalam
“…suatu golongan manusia yang terikat praktiknya akan mewujudkan sebuah
oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan karakter dari masyarakat dan berujung
kebudayaan”. Hal ini berarti masyarakat pada nilai-nilai karakter bangsa. Karena
yang digolongkan dalam kesatuan atau bagaimanpun, jika ditelaah lebih jauh
suatu suku bangsa tertu, memiliki maka nilai-nilai yang terkandung
kesamaan atau kesatuan dalam hal budya. didalamnya juga memiliki makna yang
Suku bangsa sangat terikat oleh kesamaan lebih luas dan universal. Contohnya saja
budaya, bahasa, dan adat istiadat yang kearifan lokal Tri Hita Karana yang ada
merupakan bagian dari masyarakat itu dan menjadi panutan hidup bagi
sendiri. masyarakat Bali. Didalamnya terakandung
Kearifan lokal adalah sistem nilai- nilai-nilai kebaikan yang memberikan
nilai yang berisikan pengetahuan, gagasan, nasihat untuk selalu menjaga hubungan
kepercayaan yang menjadi nilai utama yang baik antara manusia dengan
dalam suatu masyarakat tertentu. Kearifan sesamanya, manusia dengan Tuhan, serta
lokal dikenal jiga dengan istilah local manusia dengan alam atau lingkungannya.
wisdom yang jika merujuk pada pada Kedudukan kearifan lokal penting
pengertian kearifan lokal secara etimologi dalam kehidupan bermasyarakat,
terdiri dari dua kata, dimana kearifan berbangsa dan bernegara. Hal ini karena
berarti kebijaksanaan (wisdom) dan lokal kearifan lokal merupakan kekuatan yang
(local) memiliki arti setempat. Dengan mampu bertahan terhadap unsur-unsur
demikian dapat dipahami bahwa kearifan yang datang dari luar dan mampu
lokal merupakan suatu usaha manusia berkembang pada masa-masa mendatang.
dengan menggunakan akal budinya Hilang atau musnahnya kearifan lokal di
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap masyarakat berarti pula memudarnya
terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa kepribadian masyarakat. Jika kearifan
yang terjadi dalam ruang tertentu (Nuraeni lokal mampu bertahan dan berkembang,
& Alfan, 2013:68). Dalam disiplin ilmu hal itu juga menunjukkan kuatnya
antropologi, kearifan lokal dikenal dengan kepribadian masyarakat tersebut. Hal
istilah local genius, yakni keseluruhan demikian menjadi penting untuk
karakteristik budaya masyarakat dalam mempertahankan dan mengembangkan
gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan- learifan lokal pada seluruh aspek
pandangan setempat yang bersifat kehidupan masyarakat yang mencakup
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, gaya hidup, pola dan sikap, persepsi
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat, serta orientasi nilai
masyarakatnya. masyarakat.
Kearifan lokal terbentuk sebagai Kearifan lokal dapat disimpulkan
keunggulan budaya masyarakat setempat sebagai kepribadian, identitas kultural
maupun kondisi geografis dalam arti luas. masyarakat yang berupa nilai, norma,
Kearifan lokal merupakan produk budaya etika, kepercayaan, adat-istiadat dan aturan
masa lalu yang patut secara terus-menerus khusus yang telah teruji kemampuannya
dijadikan pegangan hidup. Meskipun sehingga dapat bertahan secara
bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung terusmenerus. Kearifan lokal pada
di dalamnya dianggap sangat universal prinsipnya benilai baik dan merupakan
(Gobyah, dalam Sartini, 2004:112). keunggulan budaya masyarakat setempat
Kearifan lokal diartikan sebagai salah satu dan berkaitan dengan kondisi geografis
unsur kebudayaan yang unggul dalam secara luas. Oleh karena hakikat kearifan
suatu masyarakat dan menjadi ciri serta lokal yang demikian maka ia akan
25
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

merefleksikan kondisi budaya Nusantara mayat agar tidak tercium. Berdasarkan


yang Bhineka Tunggal Ika. Kearifan lokal wawancara, observasi dan dokumentasi
berisikan pengetahuan dimana yang telah dilakukan peneliti, upacara ini
pengetahuan-pengetahuan tersebut muncul dipercaya memiliki makna yang sama
dari proses belajar, adaptasi, pengalaman dengan upacara ngaben pada umumnya di
bahkan beberapa diantanya berasal dari Bali. Tujuannya adalah untuk
cerita-cerita, legenda, nyanyian-nyanyian, mengembalikan atman (roh) pada sang
ritual-rritual, maupun norma-norma atau pencipta dan dihormati sebagai leluhur.
hukum adat setempat yang berisikan nilai- Mepasah melalui beberapa tahapan yang
nilai kearifan dan menjadi simbol atau ciri melibatkan sesajen dan seluruh masyarakat
khas sebuah budaya atau masyarakat desa Trunyan terutama yang laki-laki
setempat. Kemudian pada akhirnya nilai- dalam proses kegiatannya.
nilai yang dipegang masyarakat sebagai Paruman adalah sebuah kegiatan
suatu kebaikan ini, dijadikan sebagai acuan musyawarah secara adat yang dilakukan
untuk menjalani kehidupannya dalam oleh masyarakat Trunyan. Paruman
berbagai aspek. Dengan kata lain, kearifan merupakan bentuk musyawarah yang
lokal adalah roh yang menjiwai budaya sangat demokratis, karena setiap warga di
masyarakat tertentu. Seperti yang desa Trunyan memiliki hak suara yang
dijelaskan pula oleh Gobyah (Sartini, sama sehingga keputusan yang di ambil
2004:57) bahwa kearifan lokal (local dapat memuaskan diri setiap orang untuk
wisdom) adalah “kebenaran yang telah mencapai kebahagiaan dan kesentosaan
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. bagi seluruh masyarakat. Paruman di desa
Kearifan lokal adalah perpaduan antara trunyan diadakan rutin setiap 15 hari
nilai-nilai budaya dengan nilai-nilai sekali, tepatnya pada bulan purnama dan
kepercayaan”. saat bulan mati (tilem) sesuai perhitungan
kalender bali. Selain melakukan
II. HASIL DAN PEMBAHASAN musyawarah, paruman juga dilakukan
2.1. Deskripsi Budaya dan Kearifan untuk pemberian sanksi pada pelanggaran
lokal Masyarakat Bali Aga desa aturan atau hukum adat setempat, baik itu
Trunyan serta Civic Culture yang berupa pedosaan (denda) maupun sanksi
Terkandung di Dalamnya. sosial yang lain dimana sanksi yang paling
Hasil penelitian menunjukkan keras adalah dikeluarkan dari desa.
beberapa budaya dan kearifan lokal yang Paruman inilah yang dijadikan media
dimiliki masyarakat Bali Aga di desa untuk melakukan diskusi mengenai
Trunyan serta hubungannya dengan masalah tersebut, termasuk juga membahas
budaya kewarganegaraan atau civic hal-hal seperti gotong-royong, bersih-
culture. Budaya yang dimaksud yaitu bersih desa, piodalan (upacara), dan lain
mepasah, paruman, ngayah, dan barong sebagainya. Oleh karena dilakukan secara
brutuk. Sedangkan kearifan lokal rutin, maka paruman juga dijadikan
masyarakat Bali Aga di desa Trunyan sebagai ajang silaturahmi bagi masyarakat
adalah konsep menyama braya. desa Trunyan.
Mepasah merupakan upacara Ngayah adalah bentuk kegiatan
kematian yang amat unik. Upacara sosial masyarakat Bali Aga di desa
kematian di Desa Trunyan sedikit berbeda Trunyan yang dilakukan secara bersama-
dengan daerah-daerah pada umumnya yang sama dan sukarela tanpa mengharapkan
terdapat di Bali. Mayat diletakkan diatas imbalan atau bayaran. Terdapat sejumlah
tanah yang arealnya sudah dibatasi dan di kewajiban yang harus dipenuhi atau
areal tersebut terdapat sebuah pohon taru dijalani oleh masyarakat sebagai salah satu
menyan yang seakan-akan menyegel aroma wujud tanggung jawab sosial. Kewajiban-
26
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

kewajiban ini dapat dibedakan menjadi sosial, juga merupakan kekayaan utama
tiga, yaitu kewajiban religius terutama dalam hidup dan sebagai jalan untuk
Pura tempat persembahyangan (pengayah menggapai kedamaian dan keharmonisan.
pura), kewajiban yang berkaitan dengan Dengan berpikir positif akan terwujud
kegiatan sosiokultural banjar adat tindakan harmonis, apabila tiap jiwa
(pengayah banjar adat) dan kewajiban mampu berpikir positif maka akan
berupa dedikasi dan loyalitas pada adat dan ditemukan kehidupan yang harmoni, sesuai
desa. Bekerja menurut pandangan dengan aturan nilai-nilai etika dan moral.
masyarakat Trunyan adalah bekerja yang Hal ini tentu tidak akan berjalan dengan
sesuai dengan kewajibann dan dharma baik tanpa adanya kesadaran yang luar
atau kebaikan, bekerja yang tidak hanya biasa dari masyarkat itu sendiri. Dan jika
berfokus pada hasil yang diharapkan. dihubungkan dengan civic culture atau
Barong Brutuk adalah sebuah tarian budaya kewarganegaraan sudah barang
sakral yang masih ajeg hingga saat ini di tentu masyarakat Bali Aga desa Trunyan
desa Trunyan. Tarian ini biasa ditarikan telah menunjukkan sikap saling
ketika hari odalan atau upacara di Pura menghormati, kekeluargaan, dan cinta
Ratu Pancering Jagat. Tarian ini ditarikan damai.
oleh penari pria yang diambil dari anggota Jika dikaitkan dengan nilai-nilai
pemuda atau biasa disebut sekaa teruna. fundamental yang terkandung dalam dasar
Sebelum diselenggarakannya tarian sakral negara, maka budaya dan kearifan lokal
itu, para taruna harus melewati proses masyarakat Bali Aga desa Trunyan ,
sakral atau penyucian diri selama 42 hari. mengandung nilai-nilai kepercayaan
Barong Brutuk, adalah tarian Barong yang seperti yang ada dalam Pancasila yaitu
sangat kuno dan hanya ada di Desa nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
Trunyan yang sejak ratusan tahun lalu persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial.
dihuni oleh warga Bali Aga. Tarian ini Sama halnya dengan yang terjadi di desa
menggambarkan kehidupan para leluhur Trunyan, masyarakat menerapkan
masyarakat setempat. Barong Brutuk ini kebudayaannya dalam kehidupan sehari-
adalah unen-unen (anak buah) dari leluhur hari yang secara tidak langsung berarti
orang Trunyan, yakni Ratu Sakti telah menerapkan nilai-nilai Pancasila ke
Pancering Jagat dengan istrinya Ratu Ayu dalam kehidupan sehari-sehari melalui
Dalem Pingit Dasar. Terdapat nilai-nilai kebudayaan.
yang menjadi bagian bangsa Indonesia Hal ini sesuai dengan teori
meliputi nilai ke-Tuhanan, kepercayaan, fungsional dari Mallinowski dalam
tanggung jawab, gotong royong, serta (Koentjaraningrat, 2009, hlm:171) yang
kebersamaan yang terjalin antar penduduk menjelaskan bahwa segala aktivitas
desa Trunyan. Dalam budaya Barong kebudayaan itu sebenarnya bermaksud
Brutuk, masyarakat desa Trunyan saling memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah
bahu membahu dalam menjalankannya. kebutuhan naluri manusia yang
Diperlukan kesabaran dan tanggungjawab berhubungan dengan seluruh
yang amat tinggi utamanya bagi taruna kehidupannya. Berdasarkan teori ini
atau pemuda yang terpilih untuk budaya masyarakat Bali Aga di desa
memerankan Barong Brutuk. Trunyan melalui setiap budaya yang
Menyama braya memiliki makna meliputi Mepasah, Ngayah, Paruman dan
plural, yakni menghargai perbedaan dan Barong Brutuk dapat berfungsi dalam
menempatkan orang lain sebagai keluarga. kehidupan masyarakat yang menyangkut
Menyama braya bagi masyarakat Trunyan tuntutan hidup bagi masyarakat Bali Aga di
selain sebagai kearifan lokal yang menjadi desa Trunyan.
landasan moral dalam membangun relasi
27
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

Mangacu pada teori Winataputra Trunyan, maka yang bertanggungjawab


(2012:57) yang menjelaskan civic culture melestarikannya adalah orang Bali Aga
sebagai “budaya yang menopang desa Trunyan sendiri. Pelaksanaan
kewarganegaraan yang berisikan upacara-upacara adat merupakan
seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan kewajiban bagi masyarakat Trunyan yang
secara efektif dalam representasi secara tidak langsung mereka telah ikut
kebudayaan untuk tujuan pembentukan andil dalam pelestarian kebudayaannya
identitas warga negara”. Dalam konteks sendiri. Sistem kepercayaan yang tertanam
civic culture, kebudayaan masyarakat Bali sejak dahulu menjadikan upacara-upacara
Aga di desa Trunyan memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sebuah kewajiban dan
yang ditandai dengan adanya sikap warga keharusan. Apabila tidak dilaksanakan
negara berupa : nilai religius atau ke- maka masyarakat meyakini hal tersebut
Tuhanan, tanggung jawab, saling dapat menimbulkan kageringan
menghormati, persaudaraan, kepedulian (malapetaka) bagi yang tidak
sosial, musyawarah atau demokrasi, menjalankannya.
gotong royong, partisipasi, solidaritas dan Masyarakat desa Trunyan telah
peduli lingkungan. Senada dengan melakukan upayanya dalam proses
pendapat Winataputra (2012:62) bahwa pelestarian kebudayaan dan kearifan lokal
unsur dari budaya kewarganegaraan (civic yang mereka miliki. Pelestarian dilakukan
culture) adalah civic virtue atau kebajikan dengan cara melakukan setiap upacara-
atau akhlak kewarganegaraan yang upacara adat, pemebrian sanksi bagi
mencakup keterlibatan aktif warga negara, pelanggaran, penanaman sejak dini pada
hubungan kesejajaran/egaliter, saling generasi muda, truna truni atau muda mudi
percaya dan toleran, kehidupan yang yang ikut secara langsung dalam kegiatan
kooperatif, dan semangat kemasyarakatan. adat, mewariskan kearifan lokal dan
Melalui budaya dan kearifan lokal, budaya pada anak-anak, membentengi diri
masyarakat Bali Aga desa Trunyan dapat dari wisatawan yang datang serta peran
menjadi warga negara yang lebih baik dan pemerintah yang juga tidak kalah penting.
mencerminkan nilai-nilai civic culture, Bantuan pemerintah dalam hal ini sangat
serta memiliki keyakinan dan pemahaman berguna bagi keberlangsungan budaya dan
yang baik mengenai budaya lokalnya dan kearifan lokal masyarakat Bali Aga di desa
mewujudkan warga negara yang cerdas Trunyan. Penyuluhan akan pentingnya
dan baik (smart and good citizen). kebudayaan dan kearifan lokal sebagai
Menjadikan budaya lokal sebagai sarana identitas dan jati diri masyarakat desa
pengembangan pedoman etik terutama Trunyan akan berpengaruh pada upaya
bagi masyarakat Bali dan bangsa Indonesia mereka dalam pelestariannya. Masyarakat
pada umumnya karena mengandung nilai- trunyan sebenarnya sudah sangat dijiwai
nilai Pancasila yang menjadi faktor penting oleh kebudayaan dan kearifan lokal yang
dalam pengembangan budaya mereka miliki. Hal ini dibuktikan oleh
kewarganegaraan atau civic culture. kuatnya adat dan karakter orang Bali Aga
di desa Trunyan.
2.2. Pelestarian Budaya dan Kearifan Dalam jurnal yang dikarang oleh
Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Christeward Alus (2014), dijelaskan
Trunyan tentang pelestarian budaya yang menuntut
Memahami budaya dan menjadikan peran aktif dari lembaga dan pemangku
budaya sebagai warna keseharian desa yang harus bekerjasama dengan
merupakan tanggung jawab para dengan masyarakat dalam
pengusung budaya itu sendiri. Seperti mempertahankan nilai-nilai budaya dan
budaya Bali Aga yang terdapat di desa kearifan lokal. Berarti akan perlu adanya
28
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

kreatifitas masyarakat, dan akan lebih baik belajar mekidung (pupuh ginada, ginanti,
apabila ada singkronisasi program antara pakangraras dll) yang akan selalu ada di
lembaga adat dengan pemerintah daerah setiap upacara adat khususnya di pura.
dalam kegiatan upaya pelestarian budaya Dengan menguatnya identitas
dan kearifan lokal. Begitu pula dengan apa kelokalan kita, maka warisan budaya dapat
yang seharusnya dilakukan masyarakat berdialektika dengan identitas kosmopolit
Bali Aga di desa Trunyan. Masyarakat, yang sifatnya lebih universal di era
pemuda, lembaga desa dan pemerintah globalisasi saat ini. Maka kita akan
harus lebih aktif dalam memberikan mempunyai fondasi yang kokoh atau posisi
fasilitas pelestarian budaya dan kearifan tawar untuk bersaing dengan identitas dan
lokal. ragam kebudayaan yang ditawarkan oleh
Sartini (2004:118) menambahkan globalisasi (Al Mudra, 2008). Oleh karena
bahwa ada banyak peluang untuk itu, kesadaran masyarakat Bali Aga desa
pengembangan wacana kearifan lokal Trunyan akan nilai-nilai kearifan lokal
Nusantara. Di samping itu kearifan lokal yang terkandung di dalam budayanya,
dapat didekati dari nilai-nilai yang merupakan modal sosial yang kuat dan
berkembang di dalamnya seperti nilai perlu dipertahankan. Dibutuhkan perhatian
religius, nilai etis, estetis, intelektual atau khusus dari berbagai pihak terutama
bahkan nilai lain seperti ekonomi, pemuda dan lembaga adat desa Trunyan
teknologi dan lainnya. Maka kekayaan dalam meningkatkan kesadaran
kearifan lokal menjadi lahan yang cukup masyarakat agar budaya dan kearifan lokal
subur untuk digali, diwacanakan dan yang menjadi identitas desa Trunyan tetep
dianalisis mengingat faktor perkembangan terpelihara dengan baik dan dapat
budaya terjadi dengan begitu pesatnya. diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Jika dihubungkan dengan kearifan lokal
yang ada di desa Trunyan maka akan III. SIMPULAN DAN SARAN
sangat penting adanya untuk menggali, 3.1. Simpulan
mewacanakan, serta menganalisis kearifan Berdasarkan sejumlah temuan yang
lokal masyarakat Bali Aga utamanya yang telah dibahas sebelumnya, maka peneliti
menyangkut dharma, tat twam asi dan dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai
konsep menyama braya yang menjadi berikut.
bagian dari kearifan lokal masyarakat Bali 1. Kebudayaan yang terdapat dalam
Aga di desa Trunyan. masyarakat Bali Aga di desa Trunyan
Pelestarian budaya dan kearifan lokal terdiri dari Mepasah, Ngayah,
menuntut peran generasi muda yang aktif. Paruman, dan Barong Brutuk.
Akan tetapi yang peneliti dapatkan bahwa Sedangkan nilai-nilai kearifan lokal
generasi muda di desa Trunyan masih yang terdapat di dalamnya adalah
kurang kreatif dalam hal ini. Jika di desa konsep menyama braya. Ini merupakan
lain muda mudi biasa melakukan kegiatan konsep inti yang berpengaruh besar
sperti pasraman, kegiatan ini tidak peneliti terhadap keahidupan sosial masyarakat
temukan di desa Trunyan. Padahal hal ini Bali Aga di desa Trunyan yang
sangat penting dalam membantu jalannya menganggap semua orang adalah
pelestarian budaya terlebih lagi akan saudara. Dari sanalah dapat dijelaskan
sangat membantu ketika pelaksanaan prilaku warga negara yang baik.
upacara. Kegiatan ini biasanya digunakan 2. Dalam konteks civic cuture, kehidupan
untuk mengajarkan muda mudi tentang masyarakat ditandai dengan sikap yang
budaya yang ada di desanya, meliputi menunjukkan nilai-nilai religius, cinta
belajar tetabuhan, membuat sarana dan lingkungan, tanggung jawab, saling
prasarana penting dalam upacara, atau menghormati, persaudaraan, kepedulian
29
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

sosial, demokrasi, gotong royong, tersebut merupakan bagian dari


partisipasi, solidaritas, peduli kekayaan nasional bangsa Indonesia.
lingkungan. Menjadikannya dasar dan pegangan
3. Pelestarian budaya dan kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari, oleh
berlangsung secara alamiah mengikuti karena itu diperlukan sinergi antara
keterikatan masyarakat yang sangat pemuda, lembaga desa adat, sesepuh
kuat dengan adat dan kepercayaan. adat, serta seluruh masyarakat Bali Aga
Namun upaya pelestarian belumlah di desa Trunyan.
maksimal tanpa adanya kegiatan yang 2. Budaya dan kearifan lokal adalah
dikhususkan untuk pelestarian budaya bagian dari budaya kewarganegaraan
dan kearifan lokal di desa Trunyan atau civic culture, oleh karenanya
seperti pasraman atau kegiatan lainnya. pemahaman dan pengaplikasiannya
Inilah yang menjadi kendala dalam sangat penting dalam menguatkan
pelestarian budaya dan kearifan lokal di karakter kebangsaan. Dengan
desa Trunyan, generasi muda sebagai pemahaman dan keteguhan dalam
penerus hendaknya memiliki peran aktif pengaplikasiannya, maka akan
dalam menjaga dan melestarikan membuat masyarakat menjadi warga
budaya. Sedangkan upaya untuk negara yang baik dan cerdas (smart and
menanggulangi hal tersebut belum good citizenship).
maksimal, sehingga memerlukan tintak 3. Terakhir adalah diperlukannya sebuah
lanjut yang lebih jauh. kegiatan yang dikhususkan untuk
pelestarian budaya dan kearifan lokal di
3.2. Saran desa Trunyan. Kegiatan seperti
Berdasarkan pada kesimpulan di pasraman dapat menjadi tempat dan
atas, peneliti memberikan beberapa media bagi generasi muda untuk belajar
rekomendasi yang ditujukan pada mengenai budaya mereka sendiri
masyarakat, pemerintah, serta penelitian khususnya yang berkaitan dengan
selanjutnya untuk memperhatikan hal-hal upacara-upacara adat. Maka dari itu
sebagi berikut : diperlukan peran aktif dan sinergi dari
1. Masyarakat Bali Aga di desa Trunyan pemuda, tokoh-tokoh desa, serta
diharapkan dapat memahai nilai-nilai pemerintah dalam menyediakan wahana
budaya dan kearifan lokalnya sendiri, atau media pelestarian budaya
terlebih lagi mengerti bahwa hal masyarakat Bali Aga di desa Trunyan.

30
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan

DAFTAR PUSTAKA

Al Mudra M, (2008). Warisan Budaya dan


Makna Pelestariannya. Makalah Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal
seminar Budaya dan Busana Melayu Nusantara Sebuah Kajian Filsafati.
Kalimantan Barat, diambil dari Jurnal Filsafat, XXXVII (2), hlm.
www. mahyudinalmudra.com. 111-120

Alus, Christeward. (2014). Peran Lembaga Spradley. James. P. (2006). Metode


Adat dalam Pelestarian Kearifan Etnografi. Diterjemahkan dari The
Lokal Suku Sahu di Desa Balisoan Ethnographic Interview. Penerbit:
Kecamatan Sahu Kabupaten Tiara Wacana: Yogyakarta
Halmahera Barat. Jurnal Acta
Diurna, III (4), hlm 1-16 Sugiyono. (2009). Metodelogi Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Bandung : Alfabeta
Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Karakter Bangsa. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Bandung: Widya Aksara Press Indonesia Tahun 1945 pada pasal 32
ayat 1 dan 2
Creswell, Jhon W. (2010). Reseacrh
Design Pendekatan Kualitatif, Winataputra, U. S. (2012). Pendidikan
Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Kewarganegaraan dalam Perspektif
pustaka pelajar. Pendidikan untuk Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa (Gagasan,
Danandjaja, J. (1989). Kebudayaan Petani Instrumentasi, dan Praksis).
Desa Trunyan di Bali. Jakarta:UI- Bandung: Widya Aksara Press
Press
Winataputra, U. S. (2012). Pendidikan
Effendi, R. dan Sapriya. (2004). Makna Kewarganegaraan dalam Perspektif
dan Tanggung Jawab Sebagai Internasional (Konteks, Teori, dan
Warga Negara. Direktorat Jendral Profil Pembelajaran). Bandung :
Pendidikan Dasar dan Menengah Widya Aksara Press
Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Winataputra, U. S. dan Budimansyah. D.
(2007). Civic Education: Konteks,
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Landasan, Bahan Ajar dan Kultur
Atropologi. Jakarta : Rineka Cipta Kelas. Bandung: Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan
Muchtar, Suwarma.A. (2015). Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas
Penelitian Kualitatif. Bandung: Pendidikan Indonesia
Gelar Pustaka Mandiri
Catatan : Naskah ini layak untuk
Nuraeni, H. G. dan Muhammad A. (2013). diterbitkan, dengan beberapa
Studi Budaya di Indonesia. Bandung: perbaikan redaksional.
CV Pustaka Setia

31

Anda mungkin juga menyukai