Anda di halaman 1dari 19

Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521

Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215


https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

KEARIFAN LOKAL HINDU KAHARINGAN


(Pandangan Ketuhanan, Ritual dan Etika)
Oleh
Pranata1, Sulandra2
Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya1,2
e-mail: ppranata165@gmail.com1, sulandra20202@gmail.com2

ABSTRAK
Kearifan lokal adalah kebijaksanaan suatu daerah tertentu yang diwariskan secara
turun temurun untuk dihayati, dipelajari dan dijalankan dalam kehidupannya. Kitab Suci
umat Hindu Kaharingan Panaturan merupakan pedoman yang menjadi dasar pegangan
bagi umatNya didalam menjalankan kehidupannya, kitab suci Panaturan memuat 63 Pasal
dan 2951 ayat. Kitab inilah sebagai sumber utama ajaran ketuhanan, etika dan upacara
yang dilaksanakan oleh keturunan Raja Bunu di dunia, selain ayat-ayat dalam tawur,
kandayu, dan pepatah-pepatah kuno yang sudah turun temurun diwariskan. Dalam
penyebutan Tuhan maka Ranying Hatalla ini menyesuaikan dengan tugas dan fungsinya
yakni Ranying Hatalla bersifat abstrak sebagai simbol yang tidak bisa tergambarkan awal
dari segala kejadian, Ranying Hatalla Langit Raja Tuntung Matan Andau Tuhan Tambing
Kabanteran Bulan memberikan keterangan proses kemahakuasaan, Ranying Hatalla
Langit Raja Tuntung Matan Andau Tuhan Tambing Kabanteran Bulan Jatha Balawang
Bulau Kanaruhan Bapager Hintan hal ini IA sebagai proses penciptaan. Pelaksanan ritual
dibagi dalam ritual kelahiran, ritual dikehidupan dan ritual kematian.
Kata Kunci: Kaharingan, Ketuhanan, Ritual, Etika

I. PENDAHULUAN tersebut merupakan sumber kebudayaan


Bangsa Indonesia yang terdiri bangsa Indonesia yaitu corak ragam adat
dari ribuan suku tentunya banyak sekali istiadat dan tradisi itu adalah
memiliki adat, budaya, ritual, bahasa mengambarkan kekayaan budaya dan
yang berbeda-beda pula. Terkhusus di menjadi modal bagi pengembangan
pulau Borneo (Kalimantan) suku-suku budaya bangsa secara keseluruhan.
Dayak sangat banyak, kebudayaan- Dengan adanya keanekaragaman ini
kebudayaannya pun beragam, walaupun bukan berarti terpisah pisah melainkan
banyak kesamaan dan kemiripan; keragaman ini akan menambah khasanah
perbedaan yang nyata dari faktor bahasa budaya bangsa sebagai benteng
yang berbeda-beda namun uniknya menghadapi segala pengaruh negatif
mereka hidup secara damai, walaupun yang dapat mengancam bangsa ini.
dalam satu rumah beda bahasa bahkan Kebudayaan Indonesia bukanlah
beda agama tidak masalah. suatu yang sama, melainkan sesuatu
Keanekaragaman adat istiadat dan tradisi yang terjadi dari berbagai unsur suku
31
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

bangsa. Diketahui bahwa unsur sejarah filsafat, etika, ritual serta nilai-nilainya
yang menentukan perkembangan sebagai bekal bagi generasi penerus agar
kebudayaan Indonesia itu terbagi dalam agama Hindu Kaharingan tetap eksis
lima lapis yaitu, (1) Kebudayaan didalam menghadapi tantangan didunia
Indonesia asli, (2) Kebudayaan India, (3) yang menglobal. Kearifan lokal atau
Kebudayaan Islam, (4) Kebudayaan local genius yang ada di Hindu
Modern dan (5) Kebudayaan Bhineka Kaharingan tentunya harus selalu dijaga
Tunggal Ika. (Alisyahbana, 1982:7) dan dilestarikan sebagai wujud bakti
Agama Hindu di nusantara, dengan untuk dipertahankan dan diteruskan
kerajaan Hindu yang besar berdiri di kepada generasi-generasi berikutnya
Kalimantan, Sumatra dan Jawa antara demi kemajuan agama Hindu
abad ke 5 sampai abad ke 13 sempat Kaharingan.
menguasai nusantara, seperti kerajaan Kearifan lokal memiliki
Sriwijaya di Sumatra, kerajaan hubungan yang erat dengan kebudayaan
Majapahit di Jawa, kerajaan Kutai di tradisional pada suatu daerah,
Kalimantan. Tentunya memberikan merupakan suatu pandangan hidup yang
dampak yang besar terhadap peradaban berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
Bangsa Indonesia. masyarakat lokal dalam menjawab
Kalimantan Tengah yang berbagai tantangan untuk memenuhi
merupakan bagian dari bangsa Indonesia kebutuhan dan mempertahankan
yang dihuni oleh berbagai suku, ras, eksistensinya. Pada umumnya etika dan
golongan dan agama, memiliki sebuah nilai moral yang terkandung dalam
agama leluhur yang di anut oleh kearifan lokal diajarkan turun temurun
masyarakat suku Dayak yang pada diwariskan dari generasi ke generasi
mulanya disebut sebagai agama Helu melalui sastra lisan (antara lain dalam
(Dahulu), agama ngaju (karena dipeluk bentuk pepatah dan peribahasa folklore),
oleh suku dayak ngaju), selanjutnya pada dan manuskrip. Kearifan lokal
zaman Zending pada awal tahun 1930 masyarakat sudah ada dalam kehidupan
disebut agama Haiden dan sejak jaman masyarakat semenjak zaman dahulu
penjajahan jepang barulah muncul mulai zaman prasejarah hingga saat ini,
sebutan Kaharingan (setelah integrasi kearifan lokal merupakan perilaku
menjadi Hindu Kaharingan). Di dalam positif manusia dalam berhubungan
ajaran agama Hindu Kaharingan banyak dengan alam dan lingkungan sekitarnya
sekali yang harus di gali baik dari yang dapat berumber dari nilai-nilai
32
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

agama, adat istiadat, petuah nenek peristiwa yang terjadi di tempat tertentu,
moyang atau budaya setempat. sesuai dengan pikiran mereka. Penelitian
Kearifan lokal yang ada di Hindu Callaghan (2008:43) menyatakan by
Kaharingan tentunya banyak sekali yang connecting local issue toscientific
harus digali, dalam tulisan ini dalam inquiry can provide students the
mengali kearifan lokal Hindu opportunity to apply facts fromtheir
Kaharingan pandangan ketuhanan, ritual book to real life situation, they
dan etika. willbecome more environmentally aware
of their world. Bagaimana
II. PEMBAHASAN menghubungkan isu lokal dengan inkuiri
A. Pengertian Kearifan Lokal dapat memberikan kesempatan kepada
Kearifan lokal masyarakat sudah peserta didik didalam menerapkan fakta
ada dalam kehidupan masyarakat dari buku mereka hingga situasi
semenjak zaman dahulu mulai zaman kehidupan nyata, mereka akan menjadi
prasejarah hingga saat ini, kearifan lokal lebih sadar lingkungan akan dunia
(Local Wisdom) yang merupakan mereka. Sedangkan menurut KBBI
warisan nenek moyang dalam khasanah (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
tata nilai kehidupan bermasyarakat yang kearifan artinya bijaksana, kecendekiaan
menyatu dalam bentuk kepercayaan, sedangkan lokal arinya setempat jadi
budaya, dan adat istiadat. Kearifan lokal yang dimaksud dengan kearifan lokal
merupakan perilaku positif manusia adalah suatu kebijaksanaan setempat
dalam berhubungan dengan alam dan yang tertanam dan dipatuhi oleh
lingkungan sekitarnya yang dapat masyarakatnya. (KBBI, edisi Ketiga,
berumber dari nilai-nilai agama, adat 65).
istiadat, petuah nenek moyang atau Berdasarkan dari paparan
budaya setempat. pengertian kearifan lokal diatas, maka
Kearifan lokal adalah semua dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal
bentuk pengetahuan, keyakinan, adalah kebijaksanaan suatu daerah
pemahaman atau wawasan serta adat tertentu yang diwariskan secara turun
kebiasaan atau etika yang menuntun temurun untuk dihayati, dipelajari dan
perilaku manusia dalam komunitas dijalankan dalam kehidupannya.
ekologis. Menurut Ridwan (2007:24)
sebagai usaha manusia untuk bertindak B. Hindu Kaharingan
dan memperlakukan sesuatu, suatu
33
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

Kepercayaan lokal yang berbagai segi pelaksanaan keagamaanya


berkembang di tanah Dayak bumi (Ritualnya) baik dari segi upacara
borneo sejak jaman dahulu di kenal kelahiran, dalam kehidupan maupun
berbagai macam nama, ada acara kematian. Kaharingan dalam setiap
menyebutnya dengan Ngaju, Helu, pelaksanaan upacaranya selalu
Agama Heiden, Agama Fredenken, bersentuhan dengan api, air, beras, dupa,
penyembah berhala, aninisme dan bunga sama dengan agama Hindu
sebagainya. Tekanan hidup melanda disetiap upacara ritualnya.
seluruh aspek kehidupan, disamping Kaharingan menurut Riwut
penjajah tidak kurang pula bahwa ada (2003:478) menjelaskan bahwa kata
orang-orang dari bangsa kita sendiri Kaharingan berasal dari kata
yang dengan sadar digunakan oleh “Haring”yang berarti “Hidup”, dan
bangsa penjajah bangsa lain dengan Kaharingan ada tidak mulai pada zaman
membungkus diri di dalam “Misi Suci“ tertentu, Kaharingan telah ada sejak awal
menghancurkan kebudayaan Dayak penciptaan yang dilakukan Ranying
Agama Helu tersebut. Kalau ada Hatalla, atau dengan kata lain
kegiatan Keagamaan tiwah, timbul isu Kaharingan ada sejak adanya kehidupan
Kayau yaitu potong kepala manusia yang itu sendiri. Selanjutnya Kata Kaharingan
digunakan sebagai tumbal pelaksanaan berarti “dengan sendirinya” (by itself).
tiwah atau tidak dapat kerajaan sorga Namun dalam Kitab Panaturan dan tutur
karena “ Ragi-Usang“, difitnah ritual kata Kaharingan berarti Kehidupan
menyembah kayu, batu, patung, berhala (Koentjaraningrat, 2004;137).
dll. Penilaian negatif, agama kafir, Kaharingan berasal dari bahasa
aninisme, Freedenker, polyestheisme, Sangiang yaitu bahasa Dayak Kuna yang
dan tidak jarang menimbulkan berasal dari kata”Haring” yang berarti
perlawanan. Sepenggal sejarah ini yang hidup dalam kuasa Tuhan (Pranata,
menyebabkan terjadi integasi 2009;56). Selanjutnya kata Kaharingan
Kaharingan dan Hindu sehingga menjadi berasal dari bahasa Sangiang dari akar
Hindu Kaharingan tahun 1980. Kenapa kata “Haring” yang artinya “Hidup” atau
integasi dengan Hindu ? bukan dengan kehidupan. Mendapat awalan “Ka” dan
yang lain ? hal ini berdasarkan kesadaran Akhiran “An”. Jadi kata Kaharingan
bahwa Kaharingan ya Hindu itu sendiri berarti sesuatu yang menjadi sumber
yang tidak bisa dipungkiri lagi, kehidupan atau sumber segala yang
kaharingan identik dengan Hindu dari hidup (Buhol Dkk.2016:2).
34
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

Setelah memalui proses yang


panjang dengan berbagai penyebutan C. Asfek Ketuhanan dalam Hindu
dan istilah tentang agama yang ada di Kaharingan
pulau borneo, maka pada tahun 1950 Kitab Suci umat Hindu
diadakan kongres SKDI (Serikat Kaharingan dikenal dengan Panaturan.
Kaharingan Dayak Indonesia) organisasi Panaturan adalah pedoman yang menjadi
politik yang berkedudukan di Tangkahen dasar pegangan bagi umatNya didalam
dan sejak saat itu disepakti bersama menjalankan kehidupannya bagi umat
menyebut nama agama yang di anut Kaharingan, dalam kitab suci Panaturan
yaitu Agama Kaharingan memuat 63 Pasal dan 2951 ayat. (Pranata
(Pranata.2006:8). Setelah perjalanan dkk.2009:57)
yang panjang untuk mendapatkan Hindu Kaharingan mengenal
pengakuan dari pemerintah Republik Tuhan sebagai Ranying Hatalla, sebagai
Indonesia, maka pada tahun 1980, mana tertuang dalam Kitab Suci
keluarlah Surat Keputusan nomor: Panaturan Pasal 1 ayat 3:
H/37/SK/1980 tanggal 19 April 1980 “ Aku tuh Ranying Hatalla ije
dari Dirjen Bimas Hindu Kementerian paling kuasae, Tamparan taluh
Agama Republik Indonesia, tentang handiai, tuntang kahapuse,
pengukuhan Majelis Besar Alim Ulama Tuntang kalawa jetuh iete kalawa
Kaharingan menjadi Majelis Besar pambelum,Ije inanggareKU
Agama Hindu Kaharingan yang berpusat gangguranan area bagare Hintan
di Palangka Raya. Inilah cikal bakal Kaharingan
integrasi Kaharingan dengan Hindu Artinya
sehingga dikenal dengan Hindu Aku Inilah Ranying Hatalla yang
Kaharingan. maha kuasa,
Jadi Hindu Kaharingan adalah Awal dan akhir segala kejadian,
agama yang tidak dimulai pada zaman Dan cahaya kemulianKu yang
tertentu yang berasal dari dari Bahasa terang dan bersih dan suci adalah
Sangiang dari kata Haring yang berarti cahaya kehidupan
kehidupan, Kaharingan adalah agama Dan Aku sebut Ia Hintan
yang dijadikan sebagai sumber Kaharingan.
kehidupan yang mengalirkan air suci (MB-AHK, 2009:7)
kehidupan yang hidup dalam kuasa
Ranying Hatalla Langit.
35
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

Berdasarkan pada ayat Kitab Dalam fungsinya sebagai


Suci Panaturan di atas, awal dari pemelihara, maka Ranying Hatalla
segalanya hanyalah Ranying Hatalla, langit, dengan kemahakuasaanya,
yang menciptakan semuanya yang ada di melalui para Raja, Kameluh atau
alam semesta, yang awalnya gelap tanpa utusannya, dapat diklasifikasikan dalam
adanya satu mahlukpun, yang ada hanya hal:
Ranying Hatalla dengan cahaya 1. Raja Tungal Sangumang Nyaring
kemuliaanNya yang di sebut Hintan Embang Bakuwu Hanyi
Kaharingan sebagai cahaya Kehidupan. Manisfestasi Ranying Hatalla ini,
Dalam struktur ketuhanan dalam bertugas sebagai pelantara hubungan
tugas dan fungsinya maka dapat manusia di dunia dengan Ranying
diklasifikasikan kedalam tiga hal pokok. Hatalla. Dimana dalam setiap
Dalam hal penyebutan maka Ranying pelaksanaan upacara ritual keagamaan
Hatalla ini menyesuaikan dengan tugas umat Hindu Kaharingan, maka yang
dan fungsinya yakni Ranying Hatalla menjadi pelantara hubungan dengan
bersifat abstrak sebagai simbol yang Ranying Hatalla haruslah melalui Raja
tidak bisa tergambarkan awal dari segala Tunggal Sangumang Nyaring Emban
kejadian, kemudian berlanjut menjadi Bakuwu Hanyi, dan dimediasi dengan
Ranying Hatalla Langit Raja Tuntung Behas Parei Manyangen Tingang
Matan Andau Tuhan Tambing sebagai media penghubungnya
Kabanteran Bulan hal ini memberikan (Panaturan Pasal 36 ayat 1). Maka dari
keterangan proses penciptaan bahwa IA itu dalam setiap pelaksanaan upacara
telah memberikan sumber kehidupan ritual umat Hindu Kaharingan, dari
berupa matahari dan bulan, selanjutnya upacara terkecil sampai upacara
Ranying Hatalla Langit Raja Tuntung tersebesar selalu menggunakan beras
Matan Andau Tuhan Tambing atau Behas Parei Manyangen Tingang.
Kabanteran Bulan Jatha Balawang Bulau 2. Raja Uju Hakanduang Kanaruhan
Kanaruhan Bapager Hintan hal ini IA Hanya Basakati
sebagai proses penciptaan dan Raja Uju Hakanduang
kemahakuasaan karena pada saat Kanaruhan Hanya Basakati, merupakan
penciptaan alam semesta selalu bersama tujuh manisfestasi Ranying Hatalla yang
Jatha Balawang Bulau Kanaruhan berfungsi sebagai penghubung antara
Bapager Hintan. (Pranata. 2005:93). Ranying Hatalla dengan para Raja atau
kameluh yang telah diciptakan oleh
36
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

Ranying Hatalla. Yang bertugas untuk menjadikan menjadi utuh atau hidup,
menjaga dan memelihara kelangsungan sehingga disebut Kanaruhan Hanya
kehidupan umat manusia sebagai unsur Basakati (Tiwi.2017:133).
material. Ketujuh manisfestasi tersebut 3. Raja Angking Penyang dan Putir
yaitu: 1) Raja Janjulung Tatu Riwut Selung Tamanang
(Penguasa atau yang mengatur angin Manisfestasi Ranying Hatalla ini
atau udara mewakili unsur angkasa atau bertugas dan berfungsi untuk
ether); 2) Gambalan Raja Tanggara melengkapi keperluan sandang dan
(Penguasa atau yang mengatur angin pangan umat manusia di dunia. Dalam
atau udara mewakili unsur Kitab suci Panaturan Pasal 38 ayat 5-7,
Angkasa/ether); 3) Sangkariang Nyaru dimana pada saat setelah pelaksaan
Menteng (Penguasa atau yang mengatur Tiwah Suntu, maka keturunan Raja
Kilat, Guntur, api atau panas mewakili Bunu yang diturunkan ke Pantai danum
unsur api); 4) Raja Tuntung Tahaseng kalunen telah kehabisan bekal
(Penguasa atau yang mengatur nafas makanannya, dimana behas parei
kehidupan mewakili unsur udara atau manyangen tingang yang diminta oleh
angin); 5)Tamanang Tarai Bulan mereka dari lalang tabangap langit sudah
(Penguasa atau yang mengatur air habis, maka Ranying Hatalla
sebagai sumber kehidupan mewakili memerintahkan Raja Angking Penyang
unsur air); 6) Raja Sapanipas (Penguasa dan Putir Selung Tamanang turun
yang mengatur segala kekurangan menjadikan Kambang Garing
manusia yang dimiliki unsur tanah); 7) Nganderang Sukah Lumpung Mantan
Raja Mise Andau (Penguasa yang Andau menjadi “Parei Manyangen
bertugas untuk mengatur waktu/hari bagi Tingang, Pulut Lumpung Penyang”, dan
kehidupan manusia, mewakili unsur mengantarkan ke Pantai Danum
tanah). Kalunen, dengan menggunakan
Didalam pelaksanaan tugasnya Palangka Bulau Lambayung Nyahu.
sebagai manisfestasi Ranying Hatalla Pada saat Raja Angking Penyang dan
dari ketujuh unsur tersebut menjadi dasar Putir Selung Tamanang menjadikan
terbentuknya jiwa dan raga manusia, Behas Manyangen Tingang, Ranying
yaitu Kuku, Daging, Darah, Kulit, Urat, Hatalla berfirman “ Agar keturunan Raja
Tulang dan Sumsum. Kemudian Bunu mengetahuinya, tugasmu Behas
ditambah satu unsur tunggal Ranying Manyangen Tingang, selain engkau
Hatalla yaitu Hambaruan atau Roh yang sebagai penyambung hidup mereka,
37
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

engkau pula untuk penghubung Pantai mengajar tentang tatacara pelaksanaan


Danum Kalunen menuju Aku Ranying Hanteran, sampai kepada pelaksanaan
Hatalla. (Pranata, 2005:52). upacara Tiwah. 4) Raja Garing
4. Ongko Jalayan dan Bawi Ayah Hatungku, Nyai Endas Bulau Lisan
Manisfestasi Ranying Hatalla Tingang, Nyai Inai Mangut, tugasnya
sebagai Ongko Jalayan dan Bawi Ayah mangajarkan tentang segala sarana dan
bertugas untuk mengajarkan kembali perlengkapan upacara serta mengajarkan
anak esun Raja Bunu atau manusia di tentang tata cara upacara perkawinan,
Pantai danum kalunen yang sudah kelahiran dan upacara lainnya dalam
melupakan ajaran dari Ranying Hatalla kehidupan.
pada saat pelaksanaan Tiwah Suntu di Manisfestasi Ranying Hatalla
Lewu Bukit Batu Nindan Tarung. Ajaran sebagai Pelebur sesuai dengan tugas dan
yang diturunkan adalah berupa fungsinya diemban oleh Raja Sangen
pelaksanaan ritual Balian dari tingkat dan Raja Sangiang. Dalam kitab suci
yang terkecil sampai yang paling besar Panaturan Pasal 29 ayat 5 menyatakan:
juga mengajarkan tentang etika dalam Tinai, kuan Ranying Hatalla, ela bitim
pergaulan hidup. Klasifikasi Bawi Ayah Ngumpang basuule huang nahingan
yang turun mengajar umat manusia pahariwut raweiKu, Tarantang aim dia
dibagi kedalam beberapa kelompok memen bewei, aluh Ewen te puna bagin
yaitu: 1) Raja Tunggal matei, te kareh tege panarantang
Sangumang, Raja Mantir Mamaluhing Tambun paharim ije dia tau matei, ije
Bungai, Raja Rawing Tempun Telun, akan haduanan ewen te kareh buli Aku
tugasnya yaitu mengajar tata cara Balian (MB-AHK. 2009:83)
mulai dari Balian Tantulak Dahiang Dijelaskan bahwa apabila tiba
Baya, Balian Manyaki, Balian saatnya yang telah diatur dan ditetapkan
Mambuhul, Balian Balaku Untung dan oleh Ranying Hatalla, bahwa anak
tata cara upacara lainnya. 2) Raja keturunan Raja Bunu akan menemui
Duhung Mama Tandang, tugasnya jalan kematian kembali kepada Ranying
mengajar anak esun Raja Bunu tentang Hatalla maka yang akan memperoses
tata cara Balian Tantulak Ambun Rutas kembalinya melalui anak keturunan Raja
Matei dan tata cara upacara lainnya yang Sangen dan Raja Sangiang.
berhubungan dengan upacara kematian. Selanjutnya dalam ritual
3) Raja Linga Rawing Tempun kematian umat Hindu Kaharingan yang
Telun dan Hamparung, tugasnya nantinya mempunyai tugas untuk
38
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

mengantarkan roh dari liau haring melambangkan bahwa Langit


kaharingan ke tempat tingalnya Katambuan sebagai langit sebagai
sementara di Lewu Bukit Nalian Lanting tempat umat manusia untuk hidup dan
yaitu Raja Duhung Mama Tandang. berlindung yang juga dibawah langit
Tetapi sebelum diantar ke Lewu Bukit inilah telah memberikan nafas
Nalian Lanting terlebih dahulu liau kehidupan kepada umat manusia. Petak
haring kaharingan sementara berada Tapajakan melambangkan bahwa tanah
Bukit Pasahan Raung (Kuburan) yang atau bumi ini yang sudah diciptakan
bertugas untuk menjaga disana sebagai Ranying Hatalla langit adalah tanah yang
manisfestasi dari Ranying Hatalla Langit subur dan berguna untuk kehidupan
yaitu Raja Entai Nyahu dan Kameluh manusia harus dijaga dan dipergunakan
Tantan Dandayu. Dalam hal menerima sebaik-baiknya untuk kemakmuran umat
badan kasar dan halus manusia yang manusia. Nyalung kapanduian juga
meninggal dunia maka yang ditugaskan melambangkan air sebagai sumber
untuk menerimanya yaitu Tinggi kehidupan, air untuk membersihkan diri
Tingang Mama Hanyi Bungai Sawang manusia dari segala kotoran agar
Bengkui Pangganti Balu. manusia selalu suci dalam menjalani
Aspek Keimanan, umat Hindu kehidupan ini. Dan selanjutnya kalata
Kaharingan menyakini lima pengakuan Kapadudukan sebagai simbol tempat
iman yang disebut dengan lime sarahan yang kokoh untuk menampung semua
yaitu: yang ada dibumi ini simbol dari alam
Ikei Mengaku Tuntang Percaya: semesta. (Tiwi, 2017:99-105)
1. Ranying Hatalla Katamparan Sebagai pedoman umat Hindu
2. Langit Katambuan Kaharingan yaitu Panaturan yang berisi
3. Petak Tapajakan 63 Pasal 2951 Ayat. Panaturan berasal
4. Nyalung Kapanduian bahasa Sangiang yaitu dari kata
5. Kalata Kadadukan “Naturan” yang berarti menuturkan atau
Dengan lima kepercayaan iman mensilsilahkan. Yang kemudian
ini yang pertama Ranying Hatalla mendapat awalan Pa menjadi Panaturan
Katamparan melambangkan tentang yang artinya kitab yang menuturkan atau
keyakinan dan kepercayaan umat Hindu mensilsilahkan tentang penciptaan alam
Kaharingan yang percaya kepada semesta beserta isinya, para malaikat dan
Ranying Hatalla, Sang Hyang Widhi, fungsinya bagi umat manusia, tata aturan
Tuhan Yang Maha Esa. Juga dikehidupan manusia serta tata cara
39
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

ritual umat Hindu Kaharingan (Pranata, dari yang terkecil sampai yang terbesar,
Dkk, 2009:57) dari upacara bayi dalam kandungan,
Didalam melaksanakan kelahiran sampai pada kematian. Hal ini
kewajiban untuk mengagungkan tertuang dalam kitab suci umat Hindu
Ranying Hatalla Langit maka Kaharingan yaitu Panaturan pasal 41
dilaksanakan persembahyang basarah Bawi Ayah Hadurut Bara Lewu Telu
yang berarti Basalumpuk Asin Ranying Nanturung Pantai Danum Kalunen, Ayat
Hatalla. Dalam kegiatan basarah tersebut 4:
dilengkapi dengan perlengkapan sarana Raja Uju Hakanduang
dan prasarana yaitu: 1) Sangku yang Janjaruman peteh, Tuntang Auh
berisi Beras, Giling Pinang, Rokok, bara Ranying Hatalla, ije
Dandang Tingang, Hiasan bunga- manyahuan uluh lewu telu
bungaan, 2) Parapen/Dupa , 3) Air, 4) manatap manyadia arep ewen
Undus/Minyak, 5) Telur Ayam Uka hadurut nanturung pantai
Kampung, 6) Behas Hambaruan, 7. danum kalunen,Majar buyut
Tampung Tawar, 8. Benang Lapik entah Raja Bunu, Sama kilau
Sangku Ranying Hatalla ije jadi nyahuan
Adapun susunan persembahyang Raja Uju Hakanduang Malalus
Basarah yaitu kakare gawi ketika tiwah suntu
1. Manggaru Sangku Tambak Raja Intu lewu bukit batu nindan
2. Doa Tamparan Basarah tarung taharep raja bunu.
3. Ngandayu Manyarah Sangku Tambak
Raja Artinya
4. Mambasa Panaturan
5. Ngandayu Mantang Kayu Erang Raja Uju Hakanduang
6. Pandehen memberitahukan firman Dari
7. Ngandayu Parawei Ranying Hatalla memerintahkan
8. Doa Penutup mereka di lewu telu
9. Mambuwur Behas Hambaruan mempersiapkan dan
menyediakan diri mereka,
D. Upacara Ritual Supaya turun menuju pantai
Dalam ajaran agama Hindu danum kalunen, Agar mengajar
Kaharingan sangat identik dengan anak cucu Raja Bunu
pelaksanaan upacara ritual keagamaan Sebagaimana Ranying Hatalla
40
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

berfirman memerintahkan Raja pada saat pelaksanaan Tiwah Suntu dan


Uju Hakanduang Melaksanakan sebelum Raja Bunu di turunkan untuk
beberapa upacara Sewaktu mengisi pantai danum kalunen (bumi).
pelaksanaan Tiwah Suntu Di
Lewu Bukit Batu Nindan Tarung A. Dalam upacara kelahiran
di hadapan Raja Bunu. Pelaksanaan ritual kelahiran
menurut agama Hindu Kaharingan
Selanjutnya ayat 6: memiliki suatu rangkaian seperti:
Ketun majar ewen nampara bara 1. Setelah diketahui bahwa istri
gawi ije pangkakurik sampai mengandung maka haruslah untuk
gawi ije pangkahaie melaksanakan upacara mangantung
Kilau ampin ketun ije manarima hajat mandehen niat kepada Ranying
ajar bara Ranying Hatalla Hatalla Jatha Balawang Bulau
Huang taharep raja bunu (mangantung sahur) untuk berjanji
Huang lewu bukit batu nindan kepada Ranying Hatalla untuk selalu
tarung hemben huran dilindungi dan mendapatkan anak
laki-laki serta mendapatkan kasih
Artinya sayang.
2. Setelah tiba saatnya genap 3 bulan
Kalian mengajar mereka mulai langit mengandung anaknya diadakan
dari upacara yang terkecil sampai upacara Paleteng kalangkang sawang
upacara yang terbesar, manyadiri, untuk kandungan istrinya.
Sebagaimana kalian telah 3. Selanjutnya tepat 7 bulan langit
menerima ajaran dari Ranying diadakan upacara manyaki ehet
Hatalla istrinya dan menyiapkan sanguhan
Dihadapan Raja Bunu manak yaitu tempat melahirkan untuk
Di Lewu Bukit Batu Nindan istrinya.
Tarung dahulu 4. Tepat 9 bulan sembilan hari maka bayi
(MB-AHK,2017:137-138) lahir dengan selamat diadakan korban
Berdasaran dari pasal 41 ayat 4 suci upacara maluput hajat niat.
dan 6 tersebut sudah tersirat bahwa 5. Upacara nahunan yaitu ritual
pelaksanaan upacara-upacara ritual pemberian nama bagi bayi.
agama Hindu Kaharingan adalah
bersumber pada firman Ranying Hatalla B. Dalam upacara Kehidupan
41
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

1. Ritual manenung yaitu upacara atau pada saat membuka suatu areal
untuk memohon petunjuk dan baru, agar tempat tersebut terhindar
arahan; dari hal-hal tidak baik.
2. Ritual manajah antang yaitu upacara 11. Ritual pakanan batu yaitu upacara
untuk memohon petunjuk yang dilaksanakan untuk
3. Ritual manyadiri yaitu upacara mensucikan peralatan berladang,
untuk menghilangkan hal hal yang biasanya dilaksanakan setelah panen
tidak baik atau pirasat tidak baik padi.
yang didapat melalui mimpi; 12. Ritual mambayar hajat yaitu upacara
4. Ritual mangantung sahur yaitu untuk membayar Hajat atau janji
upacara untuk memohon penyertaan yang telah disampaikan dalam ritual
Sahur Parapah untuk harapan kita Manggantung Sahur
biar dikabulkan; 13. Ritual hinting pali yaitu suatu ritual
5. Ritual lunuk hapangkaja panting yg bertujuan untuk membuat suatu
(Perkawinan) batasan atau halangan bahwa
6. Ritual balian balaku untung aseng tempat tersebut untuk sementara
panjang, balian ini berguna untuk waktu tidak boleh dilakukan
memohon kepada Ranying Hatalla aktivitas tertentu
agar memberikan anugrahnya 14. Ritual mambaleh bunu yaitu ritual
berupa kesehatan dan rejeki untuk melaksanakan pembalasan
7. Ritual balian mambuhul yaitu balian atas kematian manusia akibat dari
yang bertujuan untuk kecelakaan yang dialami
menghilangkan firasat buruk 15. Ritual pakanan pali yaitu upacara
8. Ritual balian maubah tipeng yaitu yang bertujuan agar dalam
upacara yang bertujuan untuk pelaksanaan upacara ritual tidak ada
memohon merubah Tipeng (waktu ganguan dan berjalan dengan baik.
ajal) manusia.
9. Ritual mamapas lewu yaitu C. Upacara Kematian
membersihkan kampung atau Prosesi kematian menurut
wilayah tertentu akibat dari berbagai agama Hindu Kaharingan adalah sakral
peristiwa yang tidak baik atau dan dilaksanakan dengan berbagai
negative; upacara, pada saat umat Hindu
10. Ritual manyanggar yaitu upacara Kaharingan ada yang meninggal dunia,
untuk membersihkan suatu tempat maka ada duka yang mendalam yang
42
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

dirasakan oleh mereka keluarga yang yaitu tempat almarhum dibaringkan


ditinggalkan serta mendapatkan suatu yang dibuat dari kayu, dibawah kayu
kesialan dalam hidup. Untuk melepaskan disusun Gong. Setelah dibaringkan arah
kesedihan dan kesialan tersebut maka dari almarhum kalau Laki-laki
diadakan suatu rangakaian upacara: menghadap Matahari terbit dan
1. Manggetu aseng perempuan menghadap matahari
Pada saat liau haring kaharingan tengelam. Di tengah dada liau haring
manggetu aseng, sudah ada cirri-ciri kaharingan ditabur beras merah kuning,
akan meninggal dunia, maka liau haring rokok, giling pinang dan uang. Ditangan
kaharingan harus di papah atau liau haring kaharingan disimpan uang,
dipangku, jangan sampai ia meninggal selanjutnya dimulut liau haring
sendiri, setelah itu manukiy (teriakan kaharingan dipasang lilis lamiang bua
khas Dayak) di telinganya, agar liau garing belum, di mata ditutup
haring kaharingan tidak tuli, serta initih menggunakan uang logam, di atas kepala
hapan garantung 5 kali kalau perempuan disimpan piring putih sebagai tantalai
dan 7 kali kalau laki-laki. balau disertai dengan sisir dan minyak
2. Mampandaui Liau undus. Juga dibuatkan sangku berisi
Setelah liau haring kaharingan beras dan hampatung karuhei untuk ikut
meninggal dunia, maka wajib untuk mamali, dan di sana ada satu orang
dimandikan, untuk membersihkan dari anggota keluarga yang duduk mamali.
segala kotoran dan dosa. Dalam prosesi 4. Muluh raung
mampandui liau ini dimandikan dengan Membuat tabala atau raung
sabun sampai bersih dan rambutnya dengan mengorbankan korban suci
disisir, setelah itu di pasangkan pakaian berupa 1 ekor ayam, darahnya digunakan
yang bagus dan layak. Proses untuk manyaki kayu yang dipakai,
memandikan biasanya adalah orang setelah selesai maka tabala atau raung
yang terdekat dengan almarhum, dengan dibawa masuk ke dalam rumah, dengan
iringan doa suci. membunyikan gong, selanjutnya tabala
3. Mambujur liau atau raung itu di buatkan saluang
Setelah prosesi mampandui liau, (pengikat) dari rotan, serta di baji dari
dilanjutkan dengan mambujur liau, kayu dan tabala atau raung tersebut
dimana almarhum yang meninggal dilukis dengan berbagai bagai lukisan
tersebut dibaringkan di tempat khusus khas suku dayak, yang mengambarkan
yang telah disiapkan, yaitu talatai, talatai kehidupannya.
43
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

5. Namean hantu, manyaluh raung dilanjutkan dengan mambelum


Setelah manyaluh raung selesai, (menghidupkan) dan membelep
pada saat akan memasukan liau haring (mematikan) sumbu lampu minyak,
kaharingan ke dalam tabala atau raung, maka ritual penguburan selesai.
sebelumnya liau haring kaharingan 7. Tantulak ambun rutas matei
inunding (dilukis atau dicoret) Setelah 3 hari setalah acara ritual
menggunakan jarenang dan dicampur penguburan, dilanjutkan dengan ritual
kikis emas perak di jidat, belakang tantulak ambun rutas matei. Tujuan dari
telapak tangan dan belakang kaki. ritual ini yaitu untuk membuang segala
Setalah itu tabala atau raung di papas sial atau hal-hal yang negatip akibat dari
atau dibersihkan dengan tangkawang adanya kamatian tersebut. Serta
papas diiringi dengan doa-doa suci. menghantarkan liau haring kaharingan
Setelah itu dilakukan , manyaluh raung ke bukit nalian lanting dibawa oleh Raja
atau menjadikan tabala atau raung Duhung Mama Tandang. Bukan lagi
tersebut dirubah menjadi banama bulau berada di bukit pasahan raung.
pahalendang tanjung anjung rabia 8. Tiwah
pahalingei luwuk. Ritual Tiwah dilaksanakan
6. Penguburan sebagai puncak dari ritual kamatian
Beberapa hari liau haring menurut agama Hindu Kaharingan.
kaharingan berada di rumah, tiba saatnya Tujuan dari ritual Tiwah adalah untuk
hari penguburan diadakan upacara mengantarkan liau haring kaharingan
dipimpin oleh basir. Basir mengadakan menuju ke lewu tatau dia rumpang
ritual manawur behas campur darah tulang rundung nasih kamalesu uhat.
babi, menabur ke dalam liang kubur Rangkaian dalam pelaksanaan ritual
diiringi doa suci, juga menabur beras Tiwahmeliputi:
bahandang bahenda, sipa ruku. Setelah 1. Persiapan ritual Tiwah
selesai maka tabala atau raung baru - Basara/pertemuan keluarga pelaksana
diturunkan, di sertai dengan menabur tiwah
beras biasa diringin dengan doa suci - Diadakan ritual manenung untuk
menyampaikan kepada Raja Entai mencari mencari waktu pelaksanaan
Nyahu dan Kameluh Tantan Dandayu yang baik dan siapa yang akan
yang bertugas untuk menunggu Bukit melaksanakan ritual tersebut.
Pasahan Raung (Kuburan). Setelah itu
liang kubur langsung ditutup,
44
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

- Baramu paramuan balai nyahu (balai - Balian Ngarahang Tulang dan


ngandang garantung) dan pasah memasukan tulang ke Sandung
kanihi - Balian Nyakean dan Balian tantulak
- Mampendeng Balai Nyahu, Pasah basin bari juhu
Kanihi 4. Acara akhir ritual Tiwah
2. Pelaksanaan ritual Tiwah - Kangkahem
- Baramu paramun Tiwah palus - Patandak
nyababulu - Maneneng katambung
- Muluh gandang pendeng sankairaya 5. Balian balaku untung/pabuli sangiang
- Berangkat Meminjam Basir dan - Balian tantulak lapik gawi
Handepang Telun - Manampa palangka dan rahan
- Balian ba ampar-ampar lamiang
- Manenung mangau sahur Basir dan - Tabuh balaku untung atau nelun
Handepang Telun sekaligus Sahur saling
Tiwah - Pabuli sangiang palus pabuli banama
- Rapat Laluh Lasang di balai nyahu - Mampelum mampeleb sumbu
- Balian baramu, nyalupu paramun - Mengantarkan Basir dan Handepang
Tiwah Telun kembali ketempatnya
- Balian mangkang huma upun gawi, (MD-AHK Palangka Raya, 2018:5)
dan sekaligus huma anggota Tiwah, Setelah itu seluruh peserta ritual
mapan sandung, pendeng Sapundu, Tiwah melaksanakan pantangan/pali dan
palus mapan Sapundu larangan dalam pelaksanaan ritual tiwah.
- Mungkar Tulang, Balian untuk
sandung baru E. Etika dalam Hindu Kaharingan
- Anggota Tiwah mandawen dan Hindu Kaharingan memiliki
malawas konsep etika yang bertujuan untuk
- Mukei peteng dawen, mendirikan menghargai tata nilai yang sudah
sapundu, membuat pandung bawui, diajarkan oleh Ranying Hatalla di pantai
mauntai Sapi/kerbau danum sangiang untuk keturunan Raja
3. Acara Puncak Tabuh Bunu di pantai danum kalunen. Kitab
- Munduk hanteran suci Panaturan Pasal 41 ayat 40.
- Basir munduk Tutang tinai Bawi Ayah
- Nyaharap Tulang memindah tulang maningak Majar panakan utus
mendekati sandung Raja Bunu, Bara ampin kare
45
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

kutak pander, hadat basa Budi melakukan kesalahan untuk


basara, maja marusik kula bitie, mengorbankan hewan korban berupa
Uras mahapan hadat basara ije ayam, babi, sapi kerbau, yang darahnya
bahalap digunakan untuk sarana penyucian
terhadap lingkungan, agar lingkungan
Artinya kembali bersih dan suci.
Didalam kitab suci Panaturan
Setelah itu Bawi Ayah Pasal 41 ayat 44 mengungkapkan
menasehati, “Awi te puna ela sama sinde utus
Mengajar anak keturunan Raja panakan Raja Bunu,
Bunu, Mulai dari tatacara Mawi gawi sala-papa, sala hurui-
berbicara, bertingkah laku Sopan rinting,
santun, tata cara bertamu ke sala kutak pander tingkah
tempat keluarga Semuanya harus lalangae umba kula bitie,
memakai tingkah laku yang baik keleh belum buah-buah Tau-tau
(MB-AHK.2017:145) mahaga Karen petak danum,
taluh ije belum hunjun petak
Berdasarkan dari apa yang tuntang kare taluh ije belum
difirmankan oleh Ranying Hatalla huang danum,
melalui manisfestasinya Bawi Ayah taluh ije jadi inyadia awi Ranying
yang telah menasehati dan mengajarkan Hatalla akan pantai danum
hal-hal yang baik kepada umat manusia kalunen
di dunia, maka wajib untuk dijalankan
oleh umat manusia. Kalau ada yang artinya
melakukan kesalahan tersebut, maka
akan dikenakan denda berupa singer Oleh karena itu jangan ada anak
yang disesuikan dengan tingkat keturunan Raja Bunu
kesalahannya. melakukan hal-hal yang tidak
Kalau ada yang melakukan baik, baik mengenai kesalahan
kesalahan yang menyebabkan pali silsilah, salah pembicaraan,
(Pantangan) atau tulah suhu seperti tingkah laku, perbuatan terhadap
perkawinan salah silsilah, dianggap akan sesama mereka dalam keluarga,
merusak lingkungan maka wajib sebaikanya hidup rukun,
hukumnya pihak keluarga yang memelihara dengan baik tanah
46
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

dan air dalam lingkungan 1. Kayu Gamalang Nyahu, (Pohon yang


masing-masing, begitu pula menegakkan hukum-hukum Tuhan)
terhadap mahluk dan tumbuh dipegang oleh Rohaniawan;
tumbuhan yang hidup diatas 2. Kayu Pampang Seribu (Pohon
bumi dan didalam air, yang telah kehidupan kekuatan, pengetahuan
disediakan oleh Ranying Hatalla tentang alam semesta), dipegang oleh
bagi kehidupan di pantai danum kaum Cendikiawan;
kalunen 3. Kayu Erang Tingang, (pohon
(MB-AHK. 2017:146). kehidupan yang menjaga
keseimbangan dan kedamaian)
Sangat jelas bukan hanya sesama dipegang oleh kaum adat.
manusia yang difirmankan Ranying Ketiga pohon kehidupan ini,
Hatalla Langit, melainkan juga kepada tidak dapat dipisahkan dalam tata
semua mahluk hidup yang bernyawa di kehidupan masyarakat Dayak (Hindu
alam semesta yang telah diciptakan Kaharingan) dimana ketiganya mengatur
Ranying Hatalla untuk manusia di dunia. hubungan dengan Ranying Hatalla
Ingin menciptakan suasana kedamaian Langit; dengan alam semesta dan sesama
dan ketentraman antara sesama mahluk manusia.
dan juga terhadap alam dimana manusia Konsep hidup didalam
hidup sebagai salah satu elemen alam menjalankan kehidupan untuk
semesta raya dipersepsikan dalam kebersamaan dalam filosofis Hindu
filsafat “ Garing Hatungku Tungket Kaharingan dapat diuraikan dari
Langit”. Ajaran ini ini dirumuskan beberapa kalimat pedoman hidup yang
sebagai 3 (tiga) hal yang menyebabkan diwariskan turun temurun seperti:
manusia dapat mencapai : “ Ranying Hatalla Katamparan” yang
Kesejahteraan, Kebahagian dan berarti umat Hindu Kaharingan sangat
Kedamaian. Garing Hatungku Tungket yakin dan percaya kepada
Langit, secara harfiah dapat diartikan : Kemahakuasaan Tuhan.
Tiga Tungku Penyangga Langit, “ Penyang Hinje Simpei Paturung Umba
merupakan Tiga Pohon Hayat (Batang Tamburak” yang berarti mempererat
Kayu Pambelum) yang menyangga persatuan dan kesatuan dalam satu
Kehidupan, yaitu : ikatan, untuk mencapai tujuan bersama.
“Kangkalu Penang Mambangun Betang
Panjang Huma Hai Palataran Lumbah”
47
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

yang berarti bersama sama bersatu padu III. SIMPULAN


dengan kekuatan bersama mambangun Kearifan lokal Hindu Kaharingan
tempat untuk berlindung dari segala yang memiliki hubungan yang erat
macam rintangan dan hambatan tanpa dengan adat dan budaya setempat,
membedakan apapun. merupakan suatu pandangan hidup yang
“Hatamuei Lingu Nalatai, Hapangaja berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
Karendem Malepang” yang berarti masyarakat lokal dalam menjawab
berdiskusilah tentang banyak hal, berbagai tantangan untuk memenuhi
bersilahturahmi untuk mempererat kebutuhan dan mempertahankan
persaudaraan eksistensinya. Khusus dalam ajaran
“ Ela Buli Mangetu Hinting Bunu agama Hindu Kaharingan tentunya
Panjang, Isen Mulang Manetes Rantai memiliki berbagai aspek baik aspek
Kamara Ambu” yang berarti jangan ketuhanan, ritual dan etika yang akan
dulu pulang sebelum bias memutus diimflementasi oleh pemeluk agama
segala kesialan atau kegagalan dalam Hindu Kaharingan di dalam menjalani
kehidupan, Pantang Mundur sebelum kehidupannya. Pandangan ketuhanan
mampu memotong rantai kebodohan, dalam ajaran agama Hindu Kaharingan
kemiskinan dan kemelaratan. yang tertuang dalam kitab suci Panaturan
Begitu juga seperti dalam pasal 1 ayat 3 yang mengungkapkan
pelaksanaan basarah (persembahyangan) tentang penegasan terhadap Tuhan dan
didalam Kandayu Parawei tertuang segala kemahakuasaannya. Dalam
pesan moral kepada umat Hindu struktur ketuhanan dalam tugas dan
Kaharingan di ayat 6 yang berbunyi: fungsinya maka dapat diklasifikasikan
“ Peteh Mandehen Ranying kedalam tiga hal pokok. Ranying Hatalla
Hatalla Umba kalunen ije I bersifat abstrak sebagai simbol yang
nampa Nyuang Petak Nguntep tidak bisa tergambarkan awal dari segala
Dunia Ela Mangawi Taluh je kejadian, kemudian berlanjut menjadi
papa” (MB-AHK.2011:47) Ranying Hatalla Langit Raja Tuntung
Firman Ranying Hatalla yang sangat Matan Andau Tuhan Tambing
kuat kepada umat manusia yang telah Kabanteran Bulan hal ini memberikan
diciptakannya, isilah dunia ini, dan keterangan proses penciptaan bahwa IA
jangan melakukan perbuatan yang tidak telah memberikan sumber kehidupan
baik. berupa matahari dan bulan, selanjutnya
Ranying Hatalla Langit Raja Tuntung
48
Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu e-ISSN : 2685-9521
Volume 19 Nomor 1 Tahun 2021 p-ISSN : 2089-8215
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Dharma-duta

Matan Andau Tuhan Tambing a Teacher. Panhandle Area


Educational Consortium. Florida
Kabanteran Bulan Jatha Balawang Bulau
Kanaruhan Bapager Hintan hal ini IA Etika, Tiwi, 2017, Penuturan Simbolik
Konsep Panca Sradha Dalam Kitab
sebagai proses penciptaan dan
Suci Panaturan, Tangerang
kemahakuasaan karena pada saat AN1MAGE
penciptaan alam semesta selalu bersama
Koentjoroningrat, 2004, Manusia dan
Jatha Balawang Bulau Kanaruhan Kebudayaan di Indonesia,
Jakarta. Djambatan
Bapager Hintan.
Agama Hindu Kaharingan sangat MB-AHK, 2009. PANATURAN,
Denpasar, Widya Dharma
identik dengan pelaksanaan upacara
MD-AHK, 2018, Buku Petunjuk
ritual keagamaan dari yang terkecil Upacara Tiwah, Palangka Raya
Pranata, 2005. Materi Kuliah Theologi
sampai yang terbesar, dari upacara bayi
Hindu Kaharingan, Palangka
dalam kandungan, kelahiran sampai Raya, STAHN-TP
Pranata, Dkk, 2009, Upacara Ritual
pada kematian. Hal ini tertuang dalam
Perkawinan Agama Hindu
kitab suci umat Hindu Kaharingan yaitu Kaharingan, Paramita, Surabaya
Rahyono, FX, 2009, Kearifan budaya
Panaturan pasal 41.
dalam kata, Jakarta, Wedatama
Konsep etika yang bertujuan Widya Sastra
Riwut, Tjilik, 1979, Kalimantan
untuk menghargai tata nilai yang sudah
Membangun, Jakarta, PT.
diajarkan oleh Ranying Hatalla di pantai Jayakarta Agung Offset
Riwut, Nila, 2003, Maneser Panatau
danum sangiang untuk keturunan Raja
Tatu Hiang,Yogyakarta, Pusaka
Bunu di pantai danum kalunen. Kitab Lima
suci Panaturan Pasal 41 ayat 40, 44.
Ridwan,N.A.2007. Landasan
KeilmuanKearifan Lokal.jurnal
Studi Islam dan Budaya.Vol
DAFTAR PUSTAKA 5,No.1.(27-28)

Alisjahbana, S.Takdir, 1982. Sunaryo dan Laxman, 2003, Peranan


Perkembangan Sejarah pengetahuan ekologi local dalam
Kebudayaan Indonesia Dilihat system Agroforestry, Bogor,
dari jurusan nilai-nilai , Jakarta. World Agroforestry Center
Dian Rakyat (ICRAF) Southeast Asian
Buhol, Dkk, 2016, Panaturan, Sebagai Regional
Pedoman Hidup Umat Hindu
Kaharingan, Palangka Raya.
STAHN-TP

Callaghan, Margy. 2008. Connecting


local issues to scientific inquiry;
Oyster Research and its impact on
49

Anda mungkin juga menyukai