Oleh :
I Wayan Trisna Mahardika, dan Cecep Darmawan
E-Mail : wayantrisna69@gmail.com
Program Magister Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia
Jl. Dr Setiabudi No. 229, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
ABSTRACT
This research aims to see the civic culture on the culture and local wisdom of Bali Aga people
in Trunyan, as well as to find how to preserve that. The method which used is qualitative with
ethnography approach. The result shows that there is civic culture in the culture and local
wisdom of Bali Aga people. That is found on culture of Ngayah, Paruman, Mepasah, and
Barong Brutuk also in the value of local wisdom called Menyama Braya. The result also
shows the preservation is run naturally along with belief in their ancestors and the bond
between people and tradition.
20
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
mendalam kemana arah yang akan dituju untuk menggali budaya kewarganegaraan
oleh perubahan sosial budaya masyarakat yang ada dalam budaya dan kearifan lokal
Indonesia, khususnya masyarakat Bali Aga masyarakat Bali Aga di desa Trunyan,
di desa Trunyan. Hal ini mengingat pola dengan harapan nantinya dapat dijadikan
kehidupan masyarakat di Bali pada umunya acuan atau tambahan pengetahuan untuk
yang telah beralih pada perilaku hedonis memahami pentingnya nilai-nilai budaya
dan liberal. Pergaulan generasi muda yang dan kearifan lokal dalam mewujudkan
kian memperihatinkan menjadi salah satu karakter bangsa yang baik.
kekhawatiran yang ditakutkan dapat
mengubah atau menggerus nilai-nilai 1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan
kebaikan yang telah tumbuh dan Penelitian
berkembang dalam masyarakat Trunyan. Berdasarkan penjabaran latar
Derasnya arus globalisasi yang belakang penelitian di atas, maka fokus
diperparah dengan pariwisata yang tidak yang menjadi rumusan masalah secara
terkendali adalah masalah utama yang umum yaitu : “Bagaimana Civic Culture
pelan namun pasti dapat mendegradasi yang Terkandung dalam Nilai-Nilai
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang Budaya dan Kearifan Lokal Masyarakat
ada pada masyarakat Bali Aga di desa Bali Aga Desa Trunyan?”. Agar penelitian
Trunyan. Desa Trunyan yang sudah ini lebih terfokus pada pokok permaslahan,
menjadi bagian dari eksploitasi pariwisata maka masalah umum tersebut dijabarkan
di Bali, mestinya mendapat perhatian dalam sub-sub masalah yang sekaligus
khusus baik dari pemerintah, ahli, maupun menjadi pertanyaan penelitian yaitu sebagi
masyarakat. Karena sebagai desa dengan berikut :
warisan sejarah dan budaya yang 1. Bagaimana deskripsi kebudayaan dan
merupakan warisan leluhur, sudah menjadi kearifan lokal masyarakat Bali Aga
kewajiban bersama dalam menjaganya. Desa Trunyan?
Yang peneliti takutkan adalah tidak 2. Bagaimana civic culture yang
disadarinya dampak negatif dari pertemuan terkandung dalam nilai-nilai budaya
budaya yang dibawa wisatawan dan kearifan lokal masyarakat Bali
mancanegara. Tanpa kemampuan untuk Aga desa Trunyan?
memilah mana yang baik dan buruk, tentu 3. Bagaimana kendala dan upaya dalam
akan dapat menggerus budaya lokal itu melestarikan nilai-nilai kearifan lokal
sendiri. masyarakat Bali Aga desa Trunyan?
Masih rendahnya pemahaman, Berdasarkan rumusan masalah
komitmen, dan kesadaran tentang tersebut, maka tujuan umum dari penelitian
pentingnya pelestarian kearifan lokal pada ini adalah untuk mengidentifikasi : “Civic
masyarakat Bali Aga desa Trunyan juga Culture dalam Nilai-Nilai Budaya dan
dapat membawa budaya dan kearifan lokal Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga di
pada kepunahan. Hal ini tidak hanya Desa Trunyan”. Berdasarkan rumusan
berlaku bagi masyarakat setempat, tapi juga masalah juga penelitian ini diarahkan untuk
bagi pemerintah dan masyarakat Bali pada mencapai beberapa tujuan khusus sebagai
umunya. Kesadaran akan pentingnya nilai- berikut :
nilai kearifan lokal maupun budaya sebagai 1. Mendeskripsikan kebudayaan dan
kekayaan budaya Nasional mestinya dapat kearifan lokal masyarakat Bali Aga
memberikan manfaat baik bagi keberadaan Desa Trunyan
kearifan lokal atau budaya yang 2. Mengidentifikasi civic culture yang
dimaksudkan. Penelitian ini bermaksud terkandung dalam nilai-nilai budaya
21
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
23
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
untuk melakukan diskusi mengenai Pancering Jagat dengan istrinya Ratu Ayu
masalah tersebut, termasuk juga membahas Dalem Pingit Dasar. Terdapat nilai-nilai
hal-hal seperti gotong-royong, bersihbersih yang menjadi bagian bangsa Indonesia
desa, piodalan (upacara), dan lain meliputi nilai ke-Tuhanan, kepercayaan,
sebagainya. Oleh karena dilakukan secara tanggung jawab, gotong royong, serta
rutin, maka paruman juga dijadikan sebagai kebersamaan yang terjalin antar penduduk
ajang silaturahmi bagi masyarakat desa desa Trunyan. Dalam budaya Barong
Trunyan. Brutuk, masyarakat desa Trunyan saling
Ngayah adalah bentuk kegiatan sosial bahu membahu dalam menjalankannya.
masyarakat Bali Aga di desa Trunyan yang Diperlukan kesabaran dan tanggungjawab
dilakukan secara bersamasama dan yang amat tinggi utamanya bagi taruna atau
sukarela tanpa mengharapkan imbalan atau pemuda yang terpilih untuk memerankan
bayaran. Terdapat sejumlah kewajiban Barong Brutuk.
yang harus dipenuhi atau dijalani oleh Menyama braya memiliki makna
masyarakat sebagai salah satu wujud plural, yakni menghargai perbedaan dan
tanggung jawab sosial. menempatkan orang lain sebagai keluarga.
Kewajibankewajiban ini dapat dibedakan Menyama braya bagi masyarakat Trunyan
menjadi tiga, yaitu kewajiban religius selain sebagai kearifan lokal yang menjadi
terutama Pura tempat persembahyangan landasan moral dalam membangun relasi
(pengayah pura), kewajiban yang berkaitan sosial, juga merupakan kekayaan utama
dengan kegiatan sosiokultural banjar adat dalam hidup dan sebagai jalan untuk
(pengayah banjar adat) dan kewajiban menggapai kedamaian dan keharmonisan.
berupa dedikasi dan loyalitas pada adat dan Dengan berpikir positif akan terwujud
desa. Bekerja menurut pandangan tindakan harmonis, apabila tiap jiwa
masyarakat Trunyan adalah bekerja yang mampu berpikir positif maka akan
sesuai dengan kewajibann dan dharma atau ditemukan kehidupan yang harmoni, sesuai
kebaikan, bekerja yang tidak hanya dengan aturan nilai-nilai etika dan moral.
berfokus pada hasil yang diharapkan. Hal ini tentu tidak akan berjalan dengan
Barong Brutuk adalah sebuah tarian baik tanpa adanya kesadaran yang luar
sakral yang masih ajeg hingga saat ini di biasa dari masyarkat itu sendiri. Dan jika
desa Trunyan. Tarian ini biasa ditarikan dihubungkan dengan civic culture atau
ketika hari odalan atau upacara di Pura budaya kewarganegaraan sudah barang
Ratu Pancering Jagat. Tarian ini ditarikan tentu masyarakat Bali Aga desa Trunyan
oleh penari pria yang diambil dari anggota telah menunjukkan sikap saling
pemuda atau biasa disebut sekaa teruna. menghormati, kekeluargaan, dan cinta
Sebelum diselenggarakannya tarian sakral damai.
itu, para taruna harus melewati proses Jika dikaitkan dengan nilai-nilai
sakral atau penyucian diri selama 42 hari. fundamental yang terkandung dalam dasar
Barong Brutuk, adalah tarian Barong yang negara, maka budaya dan kearifan lokal
sangat kuno dan hanya ada di Desa masyarakat Bali Aga desa Trunyan ,
Trunyan yang sejak ratusan tahun lalu mengandung nilai-nilai kepercayaan seperti
dihuni oleh warga Bali Aga. Tarian ini yang ada dalam Pancasila yaitu nilai-nilai
menggambarkan kehidupan para leluhur ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
masyarakat setempat. Barong Brutuk ini kerakyatan dan keadilan sosial. Sama
adalah unen-unen (anak buah) dari leluhur halnya dengan yang terjadi di desa
orang Trunyan, yakni Ratu Sakti Trunyan, masyarakat menerapkan
kebudayaannya dalam kehidupan seharihari
27
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
yang secara tidak langsung berarti telah mencerminkan nilai-nilai civic culture,
menerapkan nilai-nilai Pancasila ke dalam serta memiliki keyakinan dan pemahaman
kehidupan sehari-sehari melalui yang baik mengenai budaya lokalnya dan
kebudayaan. mewujudkan warga negara yang cerdas dan
Hal ini sesuai dengan teori fungsional baik (smart and good citizen). Menjadikan
dari Mallinowski dalam (Koentjaraningrat, budaya lokal sebagai sarana pengembangan
2009, hlm:171) yang menjelaskan bahwa pedoman etik terutama bagi masyarakat
segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya Bali dan bangsa Indonesia pada umumnya
bermaksud memuaskan suatu rangkaian karena mengandung nilainilai Pancasila
dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang menjadi faktor penting dalam
yang berhubungan dengan seluruh pengembangan budaya kewarganegaraan
kehidupannya. Berdasarkan teori ini atau civic culture.
budaya masyarakat Bali Aga di desa
Trunyan melalui setiap budaya yang 2.2. Pelestarian Budaya dan Kearifan
meliputi Mepasah, Ngayah, Paruman dan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa
Barong Brutuk dapat berfungsi dalam Trunyan
kehidupan masyarakat yang menyangkut Memahami budaya dan menjadikan
tuntutan hidup bagi masyarakat Bali Aga di budaya sebagai warna
desa Trunyan. keseharian merupakan tanggung
Mangacu pada teori Winataputra jawab para pengusung budaya itu sendiri.
(2012:57) yang menjelaskan civic culture Seperti budaya Bali Aga yang terdapat di
sebagai “budaya yang menopang desa Trunyan, maka yang
kewarganegaraan yang berisikan bertanggungjawab melestarikannya adalah
seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan orang Bali Aga desa Trunyan sendiri.
secara efektif dalam representasi Pelaksanaan upacara-upacara adat
kebudayaan untuk tujuan pembentukan merupakan kewajiban bagi masyarakat
identitas warga negara”. Dalam konteks Trunyan yang secara tidak langsung
civic culture, kebudayaan masyarakat Bali mereka telah ikut andil dalam pelestarian
Aga di desa Trunyan memiliki nilai-nilai kebudayaannya sendiri. Sistem
yang ditandai dengan adanya sikap warga kepercayaan yang tertanam sejak dahulu
negara berupa : nilai religius atau menjadikan upacara-upacara tersebut
keTuhanan, tanggung jawab, saling sebagai sebuah kewajiban dan keharusan.
menghormati, persaudaraan, kepedulian Apabila tidak dilaksanakan maka
masyarakat meyakini hal tersebut dapat
sosial, musyawarah atau demokrasi, gotong
menimbulkan kageringan (malapetaka)
royong, partisipasi, solidaritas dan peduli
bagi yang tidak menjalankannya.
lingkungan. Senada dengan pendapat
Masyarakat desa Trunyan telah
Winataputra (2012:62) bahwa unsur dari
melakukan upayanya dalam proses
budaya kewarganegaraan (civic culture)
pelestarian kebudayaan dan kearifan lokal
adalah civic virtue atau kebajikan atau
yang mereka miliki. Pelestarian dilakukan
akhlak kewarganegaraan yang mencakup
dengan cara melakukan setiap
keterlibatan aktif warga negara, hubungan
upacaraupacara adat, pemebrian sanksi bagi
kesejajaran/egaliter, saling percaya dan
pelanggaran, penanaman sejak dini pada
toleran, kehidupan yang kooperatif, dan
generasi muda, truna truni atau muda mudi
semangat kemasyarakatan.
yang ikut secara langsung dalam kegiatan
Melalui budaya dan kearifan lokal,
adat, mewariskan kearifan lokal dan
masyarakat Bali Aga desa Trunyan dapat
budaya pada anak-anak, membentengi diri
menjadi warga negara yang lebih baik dan
28
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
dari wisatawan yang datang serta peran dihubungkan dengan kearifan lokal yang
pemerintah yang juga tidak kalah penting. ada di desa Trunyan maka akan sangat
Bantuan pemerintah dalam hal ini sangat penting adanya untuk menggali,
berguna bagi keberlangsungan budaya dan mewacanakan, serta menganalisis kearifan
kearifan lokal masyarakat Bali Aga di desa lokal masyarakat Bali Aga utamanya yang
Trunyan. Penyuluhan akan pentingnya menyangkut dharma, tat twam asi dan
kebudayaan dan kearifan lokal sebagai konsep menyama braya yang menjadi
identitas dan jati diri masyarakat desa bagian dari kearifan lokal masyarakat Bali
Trunyan akan berpengaruh pada upaya Aga di desa Trunyan.
mereka dalam pelestariannya. Masyarakat Pelestarian budaya dan kearifan lokal
trunyan sebenarnya sudah sangat dijiwai menuntut peran generasi muda yang aktif.
oleh kebudayaan dan kearifan lokal yang Akan tetapi yang peneliti dapatkan bahwa
mereka miliki. Hal ini dibuktikan oleh generasi muda di desa Trunyan masih
kuatnya adat dan karakter orang Bali Aga kurang kreatif dalam hal ini. Jika di desa
di desa Trunyan. lain muda mudi biasa melakukan kegiatan
Dalam jurnal yang dikarang oleh sperti pasraman, kegiatan ini tidak peneliti
Christeward Alus (2014), dijelaskan temukan di desa Trunyan. Padahal hal ini
tentang pelestarian budaya yang menuntut sangat penting dalam membantu jalannya
peran aktif dari lembaga dan pemangku pelestarian budaya terlebih lagi akan sangat
desa yang harus bekerjasama dengan membantu ketika pelaksanaan upacara.
dengan masyarakat dalam mempertahankan Kegiatan ini biasanya digunakan untuk
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. mengajarkan muda mudi tentang budaya
Berarti akan perlu adanya kreatifitas yang ada di desanya, meliputi belajar
masyarakat, dan akan lebih baik apabila tetabuhan, membuat sarana dan prasarana
ada singkronisasi program antara lembaga penting dalam upacara, atau belajar
adat dengan pemerintah daerah dalam mekidung (pupuh ginada, ginanti,
kegiatan upaya pelestarian budaya dan pakangraras dll) yang akan selalu ada di
kearifan lokal. Begitu pula dengan apa setiap upacara adat khususnya di pura.
yang seharusnya dilakukan masyarakat Dengan menguatnya identitas
Bali Aga di desa Trunyan. Masyarakat, kelokalan kita, maka warisan budaya dapat
pemuda, lembaga desa dan pemerintah berdialektika dengan identitas kosmopolit
harus lebih aktif dalam memberikan yang sifatnya lebih universal di era
fasilitas pelestarian budaya dan kearifan globalisasi saat ini. Maka kita akan
lokal. mempunyai fondasi yang kokoh atau posisi
Sartini (2004:118) menambahkan tawar untuk bersaing dengan identitas dan
bahwa ada banyak peluang untuk ragam kebudayaan yang ditawarkan oleh
pengembangan wacana kearifan lokal globalisasi (Al Mudra, 2008). Oleh karena
Nusantara. Di samping itu kearifan lokal itu, kesadaran masyarakat Bali Aga desa
dapat didekati dari nilai-nilai yang Trunyan akan nilai-nilai kearifan lokal
berkembang di dalamnya seperti nilai yang terkandung di dalam budayanya,
religius, nilai etis, estetis, intelektual atau merupakan modal sosial yang kuat dan
bahkan nilai lain seperti ekonomi, perlu dipertahankan. Dibutuhkan perhatian
teknologi dan lainnya. Maka kekayaan khusus dari berbagai pihak terutama
kearifan lokal menjadi lahan yang cukup pemuda dan lembaga adat desa Trunyan
subur untuk digali, diwacanakan dan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
dianalisis mengingat faktor perkembangan agar budaya dan kearifan lokal yang
budaya terjadi dengan begitu pesatnya. Jika menjadi identitas desa Trunyan tetep
29
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
terpelihara dengan baik dan dapat memerlukan tintak lanjut yang lebih
diwariskan kepada generasi selanjutnya. jauh.
30
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
31
HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418
Civic Culture Dalam Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Trunyan
I Wayan Trisna Mahardika, Cecep Darmawan
Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia
32