Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : YANTI APRILLIA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042409938

Tanggal Lahir : TELADAN,25-04-2000

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4212 / Pengantar Ilmu Politik

Kode/Nama Program StudI : 50 / ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 16 / PEKANBARU

Hari/Tanggal UAS THE : SENIN, 27 DESEMBER 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama Mahasiswa : YANTI APRILLIA

NIM : 042409938

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4212 / Pengantar Ilmu Politik

Fakultas : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ( FISIP)

Program Studi : 50 / ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UPBJJ-UT : 16 /PEKANBARU

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Duri, 27 DESEMBER, 2021


Yang Membuat Pernyataan

YANTI APRILLIA
JAWABAN

1. HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila. Yang artinya Hak
Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada
Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus memperhatikan
garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia,
melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya,
melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak
ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.

Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita tidak
memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari
manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik
Indonesia,yakni:
1. Undang –Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
3. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu


dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :
1. Hak-hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.
2. Hak-hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu, hak
untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan
partai politik.
4. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan ( rights of legal equality).

5. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights).


Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan
kebudayaan.
6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
(procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,
penggeledahan, dan peradilan.
Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan dalam Piagam Hak
Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998.
PANDANGAN DAN SIKAP BANGSA INDONESIA TERHADAP HAK ASASI
MANUSIA

Dalam Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998,


dijelaskan bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati
dianugerahi hak dasar yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya.
Dengan hak asasi tersebut, manusia
dapat mengembangkan diri pribadi, peranan, dan sumbangannya bagi
kesejahteraan hidup manusia. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga negara, dalam mengembangkan diri, berperan dan memberikan
sumbangan bagi kesejahteraan hidup manusia, ditentukan oleh pandangan
hidup dan kepribadian bangsa.
Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan
martabat makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran
mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan juga makhluk sosial,
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Bangsa Indonesia menghormati setiap upaya suatu bangsa untuk
menjabarkan dan mengatur hak asasi manusia sesuai dengan sistem nilai dan
pandangan hidup masing-masing. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi dan
menerapkan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa.
Sejarah dunia mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan
kesenjangan sosial yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif
atas dasar etnik, ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis
kelamin, dan status sosial lainnya. Menyadari bahwa perdamaian dunia serta
kesejahteraan merupakan dambaan umat manusia, maka hal-hal yang
menimbulkan penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan serta yang dapat
menurunkan harkat dan martabat manusia harus ditanggulangi oleh setiap
bangsa.
Bangsa Indonesia, dalam perjalanan sejarahnya mengalami kesengsaraan
dan penderitaan yang disebabkan oleh penjajahan. Oleh sebab itu Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kemerdekaan adalah
hak segala bangsa dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Bangsa Indonesia
bertekad ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial yang pada hakikatnya merupakan
kewajiban setiap bangsa, sehingga bangsa Indonesia berpandangan bahwa
hak asasi manusia tidak terpisahkan dengan kewajibannya. Selain itu dalam
TAP ini juga dijelaskan tentang landasan tentang HAM, yaitu, bahwa:
Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai hak asasi
manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai
luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945, dan Bangsa Indonesia sebagai anggota Peserikatan Bangsa-
Bangsa mempunyai tanggung jawab untuk menghormati Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) dan berbagai
instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia. (TAP MPR RI
Nomor XVII/MPR/1998).
Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia sejak awal perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia sudah menuntut dihormatinya hak asasi
manusia. Hal tersebut terlihat jelas dalam tonggak-tonggak sejarah
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia melawan penjajahan sebagai
berikut :
1. Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, yang diawali dengan lahirnya
berbagai pergerakan kemerdekaan pada awal abad 20, menunjukkan
kebangkitan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan
bangsa lain.
2. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, membuktikan bahwa
bangsa Indonesia menyadari haknya sebagai satu bangsa yang bertanah
air satu dan menjunjung satu bahasa persatuan Indonesia.
3. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
merupakan puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
diikuti dengan penetapan Undang-Undang Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 yang
dalam Pembukaannya mengamanatkan : “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh karena itu
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Undang-Undang Dasar 1945
menetapkan aturan dasar yang sangat pokok, termasuk hak asasi
manusia.
4. Rumusan hak asasi manusia dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia
secara eksplisit juga telah dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Serikat dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
Kedua konstitusi tersebut mencantumkan secara rinci ketentuan-
ketentuan mengenai hak asasi manusia. Dalam sidang Konstituante
upaya untuk merumuskan naskah tentang hak asasi manusia juga telah
dilakukan.
5. Dengan tekad melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni
dan konsekuen, maka pada Sidang Umum MPRS tahun 1966 telah
ditetapkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Sementara Nomor XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan
Panitia Ad Hoc untuk menyiapkan Dokumen Rancangan Piagam Hak
Asasi Manusia dan Hak-hak serta Kewajiban Warga Negara.
Berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS tanggal 6 Maret 1967 Nomor
24/B/1967, hasil kerja Panitia Ad Hoc diterima untuk dibahas pada
persidangan berikutnya. Namun pada Sidang Umum MPRS tahun 1968
Rancangan Piagam tersebut tidak dibahas karena Sidang lebih
mengutamakan membahas masalah mendesak yang berkaitan dengan
rehabilitasi dan konsolidasi nasional setelah terjadi tragedi nasional
berupa pemberontakan G-30-S/PKI pada tahun 1965, dan menata
kembali kehidupan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
6. Terbentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 50 Tahun 1993, yang mendapat tanggapan positif masyarakat menunjukkan
besarnya perhatian bangsa Indonesia terhadap masalah penegakan hak asasi manusia,
sehingga lebih mendorong bangsa Indonesia untuk segera merumuskan hak asasi manusia
menurut sudut pandang bangsa Indonesia.
7. Kemajuan mengenai perumusan tentang hak asasi manusia tercapai ketika Sidang
Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1998 telah tercantum
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara secara lebih rinci.
2. * Budaya politik parokial atau parochial political culture. Yang dimaksud dengan budaya
politik parokial adalah tingkat keikutsertaan masyarakat yang ada di daerah tertentu itu
sangat sedikit, atau sangat rendah. Dalam artikel diatas menyatakan bahwa budaya politik
dikuasai oleh kaum elit sehingga rakyat yang miskin tidak bisa berbuat apa2 mereka
mengikutin peraturan budaya politik yang dikuasai atau dikendalikan oleh kaum elit
tersebut.

 Budaya politik kaula atau subject political culture. Yang dimaksud dengan budaya
politik kaula ini adalah tingkat keikutsertaan masyarakat masih pasif. Dalam artikel
diatas menyatakan Dalam budaya politik ini, masyakatnya sudah lebih maju, tapi
pemikirannya masih pasif atau kurang memiliki semangat untuk mengikuti budaya ini.

 Budaya politik partisipan atau participant political culture. Yang dimaksud dengan
budaya politik partisipan ini adalah tingkat kesadaran masyarakat untuk berbudaya
politik sudah sangat tinggi. Dalam Artikel Diatas menyatakan bahwa Masyarakat ini
sudah menyadari bahwa peran mereka dalam pelaksanaan budaya politik sangat
dibutuhkan dan mereka berusaha untuk memenuhinya.

3. * Partisipasi Politik Melembaga


Dalam artikel diatas Ada banyak lembaga politik dinegri ini, seperti lembaga kepresidenan ,
dan wakilnya, kementrian , MPR, DPR,DPD,DPRD, gubenur, bupati partai politik dan lain
sebagainya.setiap warga negara indonesia berhak menjadi anggota dari semua lembaga
politik asal dapat memenuhin persyaratan yang berlaku.dalam proses ini terlibat dalam hal
pemilu agar warga negara indonesia ikut serta dalam partisipasi agar tidak terjadi kericuhan
saat pemilihan lembaga tersebut.
 Partisipasi Politik yang Tidak Melembaga
Dalam Artikel diatas dalam pemilihan menjadi anggota lembaga politik harus sesuai
kriteria dan memenuhi persyaratan namun dimasa sekarang ini, banyak rakyat yang
gerah dengan dunia politik karena kelakuan oknum –oknum tertentu. Oleh karena itu
penting bagi kita untuk aktif dalam dunia politik agar kita bisa memperbaiki bangsa ini
dengan tangan kita sendiri. Di ujung kecewanya, mereka yang ditolak itu banyak yang
menghimpun massa untuk mengadakan demokrasi,pawai, aksi damai, rapat umum dan
mimbar bebas. Pelaksanaan beberapa kegiatan tersebut juga diatur dalam undang-
undang No.9 tahun 1998

4. Indonesia sejak tahun 1998 mencanangkan reformasi pemerintahan secara fundamental,


gradual dan berkelanjutan secara konstitusional dalam bidang politik, hukum, administrasi
publik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menuju pemerintahan yang baik
atau good governance. Dalam reformasi pemerintahan membutuhkan birokrasi pemerintahan
selaku penyelenggara Negara yang mengedepankan kompetensi, profesi dan etika dalam
kehidupan berbangsa dengan mengedepankan prinsip kejujuran, amanah, keteladanan,
disiplin, etos kerja, kemandirian, toleransi, rasa malu, sportivitas, menjaga kehormatan serta
martabat bangsa.

Bergulirnya era reformasi, berbagai isu ataupun pemikiran dilontarkan para pakar
berkaitan dengan bagaimana mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance),
di antaranya dilakukan melalui reformasi birokrasi. Upaya tersebut secara bertahap
dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/
Kota).Secara empiris birokrasi identik dengan aparatur pemerintah yang mempunyai tiga
dimensi yaitu organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen. Dalam pemerintahan,
dimensi itu dikenal kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan, yang merupakan unsur-
unsur administrasi negara; kiranya dimensi tersebut dapat ditambah dengan kultur mind set.
Konsep birokrasi Max Weber yang legal rasional, diaktualisasikan di Indonesia dengan
berbagai kekurangan dan kelebihan seperti terlihat dari perilaku birokrasi. Perilaku birokrasi
timbul manakala terjadi interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik
birokrasi; apalagi dengan berbagai isu yang berkembang dan penegakan hukum saat ini yang
berkaitan dengan patologi birokrasi.
Eksistensi birokrasi dalam menyelenggarakan kepemerintahan menghadapi tantangan
untuk menyikapi perubahan baik secara internal dan eksternal, sehingga memerlukan
reformasi birokrasi pemerintahan. Reformasi birokrasi pemerintahan dalam menyikapi
perubahan lingkungan strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan. Reformasi birokrasi
pemerintahan melalui reorientasi, revitalisasi, rekonstruksi dan refungsionalisasi
berdasarkan paradigma baru birokrasi pemerintahan yang berfokus pada perubahan
“bureaucracy, mindset, and transforming behaviour” sesuai dengan landasan nilai, sistem,
struktur, dan kultur pemerintahan negara. Mengingat birokrasi pemerintahan sebagai
transformasi kepentingan negara dan masyarakat, mempunyai kedudukan strategis dan
dominan dalam sistem administrasi negara sebagai wahana mencapai tujuan pemerintahan
negara. Dominannya posisi, peran dan fungsi birokrasi pemerintahan dalam kehidupan suatu
pemerintahan negara menuntut birokrasi pemerintahan yang mampu mengemban landasan
nilai kultural, misi, struktur, fungsi dan menjalankan aktivitas yang menjadi
tanggungjawabnya atas dasar orientasi perilaku pelayanan dan kinerja secara efektif dan
efisien secara profesional dan proporsional dalam sistem administrasi pemerintahan suatu
negara.

Dalam era reformasi pemerintahan menuju pemerintahan yang demokratis sebagai


pembaharuan administrasi public atau reformasi birokrasi, dihadapkan dengan kendala yang
bersumber pada birokrasi politik dan pemerintahan yang berdampak pada fenomena
penyelenggaraan pemerintahan yang belum berorientasi pada agent of social dalam proses
kebijakan publik dan pelayanan publik yang berfokus pada kepentingan publik. Dalam
berbagai forum Media informasi TV dan Koran, forum diskusi ilmiah di kampus dan
pembicaraan LSM dan lain-lain dapat disaksikan, membaca dan melihat
retorika berbagai problematik kasus korupsi, kolusi dan nepotisme dalam bidang politik,
hukum, ekonomi dan pemerintahan oleh oknum anggota DPR, Kepala Daerah dan
DPRD dan kasus terbaru terkait di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan lain
sebagainya. Fenomena ini mempunyai relevansi dengan gejala nilai, etika dan moral
penyelenggara pemerintahan sebagai manifestasi “penyakit birokrasi patologis” dan
berkenaan erat perilaku birokrasi pemerintahan. Proses penetapan dan implementasi
kebijakan dan pelayanan publik dan civil cenderung berdampak fenomena
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan agama dalam penyelenggaraan
pemerintahan sehingga menimbulkan permasalahan pemerintahan yang tidak terlepas dari
fungsi birokrasi pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai