Anda di halaman 1dari 11

NAMA : NURKHOTIMAH

NIM : 031065941

JURUSAN : ADMINISTRASI NEGARA

TUGAS.1ADMINISTRASI KEUANGAN 02

1. Sebut dan jelaskan mengenai sumber-sumber penerimaan negara menurut teori !


2. Buatlah tulisan mengenai sumber-sumber pendapatan negara Indonesia saat ini berdasar
pada data APBN. Tulisan tersebut merupakan tulisan anda sendiri, dengan melihat data
pokok APBN terkini yang diterbitkan oleh Kementrian Keuangan.

(Dapat disertakan juga dengan data pendapatan negara beserta nominalnya)


1. Buatlah tulisan mengenai jenis-jenis belanja negara Indonesia saat ini berdasar pada data
APBN. Anda dapat merinci belanja negara tersebut berdasar pada 3 klasifikasi yaitu  : 1)
Klasifikasi fungsi, 2) Klasifikasi Jenis Belanja, 3) Klasifikasi Organisasi.

Tulisan tersebut merupakan tulisan anda sendiri, dengan melihat data pokok APBN terkini yang
diterbitkan oleh Kementrian Keuangan.
(Dapat disertakan juga dengan data belanja negara beserta nominalnya)
Petunjuk dalam mengerjakan soal :
Dalam menjawab soal ini, silahkan pergunakan BMP ADPU 4333 Administrasi Keuangan, dan juga
gunakan data pokok APBN terbaru.
Data pokok APBN terdapat dalam lapiran nota keuangan. Silahkan anda unduh nota keuangan pada
tahun ini dari kementrian keuangan. Data pokok APBN terdapat dalam lampiran dari nota keuangan
ini. Nota Keuangan diterbitkan setiap tahun oleh Kementrian Keuangan
JAWABAN

1. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa
pendapatan negara adalah semua penerimaan yang berasal dari penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak serta penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri. Dari
penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa sumber pendapatan negara berasal dari tiga sektor
yaitu: pajak, non pajak dan hibah. Tiga sumber ini yang jadi lumbung penerimaan kas
negara. Sumber pendapatan negara yang berasal dari pajak dibagi dalam tujuh sektor yaitu
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak
Bumi dan Bangunan, Pajak Ekspor, Pajak Perdagangan Internasional serta Bea Masuk dan
Cukai. Besaran tarif pajak sudah ditentukan oleh undang–undang perpajakan yang berlaku.
Umumnya pajak mulai dikenakan saat seseorang sudah memiliki penghasilan dengan
besaran tertentu.

Adapun sumber pendapatan negara non-pajak terdiri dari keuntungan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), pengelolaan sumber daya alam, pinjaman, barang sitaan, percetakan uang
atau sumbangan. Berikut beberapa contohnya:

1. Sumber penerimaan dari barang–barang yang dikuasai atau milik pemerintah. Barang-
barang yang dikuasai negara ini kemudian disewakan kepada pihak swasta. Kemudian,
biaya sewanya akan dimasukkan ke dalam kas negara sebagai salah satu sumber pendapatan
negara.

2. Perusahaan yang melakukan monopoli dan oligopoli ekonomi. Seperti disebutkan, salah
satu sumber pendapatan negara non-pajak adalah keuntungan Badan Usaha Milik Negara.
Perusahaan negara biasanya bersifat monopoli dan berskala besar. Keuntungan dari BUMN
ini menjadi pendapatan negara yang disisihkan untuk pembiayaan negara itu sendiri.

3. Harta terlantar adalah harta peninggalan yang dianggap terlantar atau tidak ada
seorangpun yang mengajukan klaim atasnya. Maka dalam hal ini negara berhak
mengumumkan, jika tidak ada ahli waris yang mendatangi dan mengambil haknya dalam
kurun waktu yang ditentukan, harta tersebut menjadi milik negara.

4. Denda yang dijatuhkan untuk kepentingan umum. Denda yang dimaksud adalah hukuman
berupa sitaan atau pembayaran yang telah disepakati besarannya. Untuk barang sitaan
biasanya akan dilelang untuk kemudian hasilnya masuk dalam kas negara.

5. Retribusi dan iuran lainnya. Retribusi sendiri adalah pungutan yang berkaitan dengan jasa
Negara. Menurut Undang–Undang Nomor 19 Tahun 1997, yang disebut sebagai objek
retribusi adalah jasa umum atau jasa untuk kepentingan dan pemanfaatan umum, jasa usaha
dan perizinan tertentu.

Sumber pendapatan negara yang ketiga adalah hibah.

Hibah adalah pemberian yang diberikan kepada pemerintah tapi bukan bersifat
pinjaman. Hibah sifatnya sukarela dan diberikan tanpa ada kontrak khusus. Dana bantuan
yang didapat biasanya diperuntukkan bagi pembiayaan pembangunan. Di samping itu,
penerimaan yang berasal dari luar negeri juga bisa berupa pinjaman program atau pinjaman
proyek dengan jangka waktu tertentu.
SUMBER SUMBER PENDAPATAN NEGARA

Sumber sumber pendapatan Negara dalam masih didominasi oleh penerimaan perpajakan
dengan kontribusi rata-rata sekitar 75,0 persen. Sedangkan, penyumbang pendapatan negara
lainnya adalah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan penerimaan hibah. Kinerja pendapatan
negara tidak terlepas dari perkembangan perekonomian global maupun domestik. Kegiatan
ekonomi dalam negeri juga ikut berperan dalam pencapaian pendapatan negara. Pendapatan negara
yang bersumber dari penerimaan perpajakan sangat dipengaruhi perkembangan aktivitas ekonomi
dan kebijakan perpajakan. Fluktuasi dalam kegiatan usaha dan struktur perpajakan berdampak pada
kinerja penerimaan perpajakan.
Sementara PNBP terutama diperoleh dari pemanfaatan sumber daya alam (SDA),
penyelenggaraan layanan, serta pendapatan atas pengelolaan aset-aset yang dimiliki oleh
Pemerintah. Perkembangan PNBP dipengaruhi banyak faktor antara lain meliputi tingkat
produksi atau jumlah pelayanan, tingkat harga atau tarif, sistem administrasi, dan kebijakan
Pemerintah. Selain itu, dalam optimalisasi PNBP, Pemerintah juga harus mempertimbangkan faktor-
faktor lain seperti kelestarian lingkungan, keberlangsungan dunia usaha, daya beli masyarakat, dan
kualitas pelayanan.

Penerimaan hibah, Pemerintah lebih mengutamakan penerimaan hibah untuk mendanai


kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas kementerian/lembaga (K/L) dan memberikan nilai tambah
dalam pembangunan nasional yang mengutamakan penerimaan hibah yang tidak memerlukan
Rupiah Murni Pendamping (RMP).

Sementara itu, pendapatan negara dalam APBN 2020 ditargetkan sebesar Rp2.233.196,7
miliar atau tumbuh hingga 10,0 persen dibandingkan perkiraan realisasi (outlook) APBN tahun
2019. Pertumbuhan pendapatan negara tersebut terutama berasal dari penerimaan perpajakan yang
diperkirakan tumbuh 13,5 persen dari outlook APBN tahun 2019. Pertumbuhan penerimaan
perpajakan di tahun 2020 tidak terlepas dari langkah-langkah Pemerintah dalam melakukan
optimalisasi penerimaan perpajakan seperti peningkatan tingkat kepatuhan wajib pajak, program
Penertiban Impor, Cukai, Ekspor Berisiko Tinggi (PICE- BT), joint program, perbaikan
administrasi perpajakan, penyetaraan level playing field, implementasi keterbukaan informasi
perpajakan (Automatic Exchange of Information/ AEoI) serta optimaliasasi penggalian potensi
perpajakan. Sebaliknya, PNBP dalam APBN tahun 2020 diperkirakan tumbuh negatif sebesar 5,0
persen dari outlook APBN tahun 2019. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh penurunan penerimaan
SDA, penurunan pendapatan dari kekayaan negara dipisahkan terutama pendapatan dari kekayaan
negara dipisahkan lainnya, dan penurunan pada PNBP lainnya.
Dalam rangka mencapai target penerimaan perpajakan dalam APBN 2020 dan memperkuat
peranan perpajakan dalam mendukung perekonomian dan pembangunan, Pemerintah menerapkan
beberapa kebijakan umum di bidang perpajakan, yaitu
(a) memberikan insentif perpajakan untuk meningkatkan investasi, daya saing dan kualitas
SDM;
(b) melakukan optimalisasi penerimaan perpajakan melalui perbaikan administrasi dan
peningkatan kepatuhan perpajakan; dan
(c) melakukan penyelarasan peraturan dengan kesepakatan internasional.
Jika di lihat dari tabel berikut jenis penerimaan negara memang masih di dominasi
pendapatan berasal dari pajak.
Tabel 1

POSTUR APBN 2020

(triliun rupiah)
2019 2020

Uraian
APBN Outlook APBN

A. PENDAPATAN NEGARA 2.165,1 2.030,8 2.233,2

I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 2.164,7 2.029,4 2.232,7

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.786,4 1.643,1 1.865,7

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 378,3 386,3 367,0

II. PENERIMAAN HIBAH 0,4 1,3 0,5

B. BELANJA NEGARA 2.461,1 2.341,6 2.540,4

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.634,3 1.527,2 1.683,5

1. Belanja K/L 855,4 854,9 909,6

2. Belanja Non K/L 778,9 672,2 773,9

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 826,8 814,4 856,9

1. Transfer ke Daerah 756,8 744,6 784,9

2. Dana Desa 70,0 69,8 72,0

C. KESEIMBANGAN PRIMER (20,1) (34,7) (12,0)


D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (296,0) (310,8) (307,2)

% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB (1,84) (1,93) (1,76)

E. PEMBIAYAAN ANGGARAN 296,0 310,8 307,2

I. PEMBIAYAAN UTANG 359,3 373,9 351,9

II. PEMBIAYAAN INVESTASI (75,9) (75,8) (74,2)

III. PEMBERIAN PINJAMAN (2,4) (2,3) 5,2

IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN 0,0 0,0 (0,6)

V. PEMBIAYAAN LAINNYA 15,0 15,0 25,0

Sumber Nota Keuangan besreta apbn 2020 kementrian Keungan

Jadi sangat tepat langkah langkah pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menekan
pemasukan pajak. Salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan fiscal. Kebijakan Fiskal adalah
salah satu kebijakan ekonomi yang dicanangkan suatu negara untuk mengelola serta mengarahkan
perekonomian ke kondisi yang lebih kondusif. Cara yang ditonjolkan dari kebijakan ekonomi ini
adalah dengan mengubah maupun memperbarui pengelolaan pendapatan dan pengeluaran negara.
Inti dari kebijakan fiskal adalah sebagai upaya pengelolaan dana yang diterima dari pajak untuk
memenuhi keperluan masyarakat dalam skala yang lebih luas. Dengan begitu, tujuan dari strategi
ini dapat tercapai sesuai dengan harapan. Seperti tersedianya fasilitas publik dan pelayanan
kesehatan yang mumpuni. Contoh Kebijakan Fiskal yang Pernah Diterapkan Pemerintahan
Indonesia , salah satunya adalah Tax Amnesty pemerintah mencanangkan program amnesti pajak
di tahun 2017 lalu. Banyaknya laporan penunggakan pajak dan individu yang tidak melaporkan
jumlah kekayaan kala itu membuat pemerintah memutuskan untuk meluncurkan program tax
amnesty.  Dihilangkannya sanksi administrasi, pidana, dan juga denda keterlambatan pembayaran
pajak mampu membuat pemasukkan negara meningkat hingga 130 triliun Rupiah.
JENIS-JENIS BELANJA NEGARA INDONESIA
Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat
dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Belanja negara sangat
berperan penting dalam usaha mencapai kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu sudah seharusnya
rakyat mengawasi belanja negara dalam penyelenggaraan tugas pemerintah agar dapat digunakan
secara optimal untuk melayani rakyat dalam usaha mewujudkan masyarakat yang makmur dan
sejahtera sesuai yang diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk mengawasi belanja negara, maka
masyarakat juga perlu tahu apa saja jenis-jenis belanja negara yang berasal dari uang mereka sendiri
yang dipungut oleh pemerintah melalui berbagai cara yang ditentukan oleh Undang-undang dan
peraturan-peraturan.
GRAFIK 3.1 PERKEMBANGAN BELANJA NEGARA, 2015–2020

triliun rupiah persen

3.000
10,2 8,5
7,7 5,8
3,2 10
1,6

856,9
2.000 814,4
757,8
-10
742,0
623,1 710,3

1.000
1.683,5 -30
1.455,3 1.527,2
1.183,3 1.154,0 1.265,4

0 -50
2015 2016 2017 2018 Outlook 2019 APBN 2020

Belanja Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah dan Dana Desa Pertumbuhan

Sumber Nota Keuangan besreta apbn 2020 kementrian Keungan


Sumber: Kementerian Keuangan

Meskipun secara nominal jumlah belanja semakin meningkat setiap tahunnya, namun bila
dilihat dari persentasenya terhadap PDB volume belanja negara cenderung tetap berada pada
kisaran 14–15 persen. Dengan porsi belanja negara terhadap PDB yang relatif kecil tersebut,
pemanfaatan belanja negara harus dilaksanakan seoptimal mungkin agar dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya. Untuk itu, Pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas belanja
negara melalui penguatan belanja yang efektif (spending better).
Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menetapkan
klasifikasi jenis belanja negara terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Iain-Iain dan Belanja Daerah. Penjelasan mengenai
jenis-jenis belanja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau
barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah di dalam maupun di luar negeri baik
kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang
belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal.
belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
Belanja Pegawai dipergunakan untuk:
a. Belanja Gaji dan Tunjangan yang melekat pada pembayaran Gaji Pegawai Negeri
meliputi PNS dan TNI/POLRI;
b. Belanja Gaji Dokter Pegawai Tidak Tetap;
c. Belanja Gaji dan Tunjangan yang melekat pada Pembayaran Gaji Pejabat Negara;
d. Belanja Uang Makan PNS;
e. Belanja Uang Lauk Pauk TNI/POLRI;
f. Belanja Uang Tunggu dan Pensiun Pegawai Negeri dan Pejabat Negara yang
disalurkan melalui PT. Taspen dan PT. ASABRI;
g. Belanja Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri yang disalurkan melalui PT. ASKES
h. Belanja Uang Lembur PNS;
i. Belanja Pegawai Honorer yang diangkat dalam rangka mendukung tugas pokok dan
fungsi unit organisasi pemerintah;
j. Pembayaran Tunjangan Sosial bagi Pegawai Negeri melalui unit
organisasi/Lembaga/Badan tertentu;
k. Pembayaran uang vakasi;
l. Pembayaran tunjangan khusus merupakan pembayaran kompensasi kepada Pegawai
Negeri yang besarannya ditetapkan oleh Presiden/Menteri Keuangan;
m. Belanja pegawai transito merupakan alokasi anggaran belanja pegawai yang
direncanakan akan ditarik/dicairkan namun database pegawai pada Kementerian
Negara/Lembaga berkenaan menurut peraturan perundang-undangan belum dapat
direkam pada Aplikasi Belanja Pegawai Satuan Kerja (Satker) karena belum
ditetapkan sebagai Pegawai Negeri pada Satker berkenaan; dan
n. Pembayaran untuk Uang Duka Wafat/Tewas yang besarannya ditetapkan
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Dikecualikan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau
kegiatan yang mempunyai output dalam kategori belanja barang.

2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa
yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini
terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan
dan belanja perjalanan dinas.
Belanja Barang dipergunakan untuk:
A. Belanja Barang Operasional merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai yang
dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu satuan kerja dan umumnya
pelayanan yang bersifat internal.Jenis pengeluaran terdiri dari antara lain:

  a.Belanja keperluan perkantoran;


  b.Belanja pengadaan bahan makanan;
  c.Belanja penambah daya tahan tubuh;
  d.Belanja bahan;
  e.Belanja pengiriman surat dinas;
  f.Honor yang terkait dengan operasional Satker;
  g.Belanja langganan daya dan jasa (ditafsirkan sebagai Listrik, Telepon, dan Air) termasuk atas
rumah dinas yang tidak berpenghuni;
  h. Belanja biaya pemeliharaan gedung dan bangunan (ditafsirkan sebagai gedung operasional
sehari-hari berikut halaman gedung operasional);
  i. Belanja biaya pemeliharaan peralatan dan mesin (ditafsirkan sebagai pemeliharaan aset yang
terkait dengan pelaksanaan operasional Satker sehari-hari) tidak termasuk biaya pemeliharaan
yang dikapitalisasi;
  j. Belanja sewa gedung operasional sehari-hari satuan kerja; dan
  k. Belanja barang operasional lainnya yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
lainnya.
B. Belanja Barang Non Operasional merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai
dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja suatu satuan kerja dan umumnya pelayanan
yang bersifat eksternal.
  Jenis pengeluaran terdiri antara lain:
  a. Honor yang terkait dengan output kegiatan;
  b. Belanja operasional terkait dengan penyelenggaraan administrasi kegiatan di luar kantor, antara
lain biaya paket rapat/pertemuan, ATK, uang saku, uang transportasi lokal, biaya sewa
peralatan yang mendukung penyelenggaraan kegiatan berkenaan;

  c. Belanja jasa konsultan;


  d. Belanja sewa yang dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja;
  e. Belanja jasa profesi;
  f. Belanja biaya pemeliharaan non kapitalisasi yang dikaitkan dengan target kinerja;
  g.Belanja jasa;
  h.Belanja perjalanan;
  i.Belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi;
  j.Belanja barang penunjang kegiatan tugas pembantuan;
  k.Belanja barang fisik lain tugas pembantuan; dan
  l.Belanja barang non operasional lainnya terkait dengan penetapan target kinerja tahun yang
direncanakan.
C. Belanja barang Badan Layanan Umum (BLU) merupakan pengeluaran anggaran belanja
operasional BLU termasuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai BLU.

D. Belanja barang untuk masyarakat atau entitas lain merupakan pengeluaran anggaran belanja negara
untuk pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat atau entitas lain
yang tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam kriteria kegiatan bantuan sosial .

3. Belanja Modal

Pengeluaran anggaran yang digunakan, dalam rangka


memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta
melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut
dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu
satuan kerja bukan untuk dijual.
Belanja modal dipergunakan untuk antara lain:
a. Belanja modal tanah

Seluruh pengeluaran untuk pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama,


pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah serta
pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak dan
kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi sampai tanah tersebut siap
digunakan/dipakai.

b. Belanja modal peralatan dan mesin


Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya
untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

c. Belanja modal gedung dan bangunan

Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara kontraktual sampai dengan gedung
dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya
pengurusan IMB, notaris, dan pajak (kontraktual).

Dalam belanja ini termasuk biaya untuk perencanaan dan pengawasan yang terkait dengan
perolehan gedung dan bangunan.
d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan
Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai
meliputi biaya perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai
jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam belanja ini termasuk biaya
untuk penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat, menambah nilai aset,
dan di atas batas minimal nilai kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan.

e. Belanja modal lainnya


Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal untuk
pengadaan/pembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam
perkiraan kriteria belanja modal Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan,
Jaringan (Jalan, Irigasi dan lain-lain). Termasuk dalam belanja modal ini: kontrak sewa
beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-barang kesenian (art pieces), barang-
barang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan ternak, buku-buku dan
jurnal ilmiah sepanjang tidak dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan kepada
masyarakat. Termasuk dalam belanja modal ini adalah belanja modal non fisik yang
besaran jumlah kuantitasnya dapat teridentifikasi dan terukur.
f. Belanja modal Badan Layanan Umum (BLU)
Pengeluaran untuk pengadaan/perolehan/pembelian aset yang dipergunakan dalam
rangka penyelenggaraan operasional BLU.

4. Pembayaran Bunga Utang


Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang
dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. Jenis belanja ini khusus
digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
5. Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada perusahaan negara,
lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor atau
mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat
dijangkau masyarkat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada
masyarakat melalui BUMN/BUMD dan pemsahaan swasta.
6. Hibah
Pengeluaranpemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa, bersifat tidak
wajib yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus
menerus kepada pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi
kemayarakatan serta organisasi intemasional.
7. Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat
dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah
bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk uang/ barang atau jasa kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus
menerus dan selektif.
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
9. Belanja Daerah (Transfer Ke Daerah)
Bagian belanja pemerintah pusat berupa pembagian dana APBN kepada pemerintah daerah
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang besarnya berdasarkan perhitungan-perhitungan
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan.
Belanja daerah terbagi atas dua kelompok besar yaitu Dana Perimbangan, merupakan
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana bagi hasil, dana alokasi umum
dan dana alokasi khusus yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah, dan Dana Otonomi
Khusus dan Penyesuaian, merupakan Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah
berupa dana otonomi khusus dan dana penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan pemerintah
daerah.

Referensi
~ Nota Keuangan besreta apbn 2020 kementrian Keungan
~ http://www.jdih.kemenkeu.go.id/

Anda mungkin juga menyukai