Anda di halaman 1dari 6

1. kebudayaan bersifat adaptif dan maladaptif.

Kebudayaan suatu masyarakat tidak bersifat stagnan, melainkan mengalami


perkembangan. Perkembangan dari kebudayaan ini menunjukan bahwa kebudayaan
tersebut berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya. Hal ini
dikarenakan cara-cara bagaimana suatu masyarakat berpikir dan bertindak pada
dasarnya merupakan respons terhadap kebutuhan hidupnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kebudayaan itu bersifat adaptif.

Akan terapi tidak semua bentu-bentuk penyesuaian berkontribusi positif terhadap


pertahannya suatu masyarakat. Walaupun pada umumnya suatu masyarakat berusaha
mengubah cara berpikir dan berperilakunya adalah untuk kebaikan mereka, tetapi
ternyata apa yang mereka perkirakan tersebut tidak tercapai. Inilah yang disebut
dengan maladaptif, yaitu suatu masyarakat yang berusaha mengembangkan unsur
kebudayaan tertentu ternyata malah melakukan menyesuaian yang salah.

2. kebudayaan bersifat relatif.


Kebudayaan bersifat relatif atau disebut sebagai relativisme budaya bermaksud suatu
kebudayaan berhubungan erat dengan lingkungan atau keadaan. Dalam kaitannya ia
berkaitan dengan etnocentrisme kebudayan itu pemikiran yang menganggap budaya
bangsa sendiri yang terbaik. Selain itu, ia juga berkaitan dengan xenocentrisme
kebudayaan yang lebih mengagung-agungkan kebudayaan bangsa lain. Relativisme
budaya adalah prinsip bahwa kepercayaan dan aktivitas setiap orang harus dipahami
menurut budaya orang itu sendiri.

3. kebudayaan bersifat universal


Kebudayaan universal adalah unsur- unsur kebudayaan terbesar dalam suatu kerangka
kebudayaan yang dapat dijumpai pada setiap kelompok pergaulan hidup manusia.
Kebudayaan universal mencari jawaban atas permasalahan yang ada dimasyarakat
secara rasionalitas melihat dan menjangkau ke depan demi perkembangan masyarakat
majemuk Indonesia.

Unsur Kebudayaan Universal


1. Sistem Kepercayaan (Religi)
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena
kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa. Pada sistem religi dalam
kerangka kebudayaan suatu masyarakat memiliki 3 unsur utama, yaitu:
a. Sistem keyakinan
b. Sistem upacara keagamaan
c. Umat yang menganut religi tersebut

2. Sistem Pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda
sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula.

3. Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia


Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang-barang dan sesuatu
yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengan
makhluk hidup yang lain. Contoh peralatan dan perlengkapan hidup manusia adalah
sebagai berikut :
a. Alat-alat produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Makan
e. Alat penyala api
f. Pakaian
g. Tempat berlindung dan perumahan

4. Mata Pencaharian dan Sistem-sistem Ekonomi


Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan
selalu ingin lebih. Contoh mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi adalah
Berburu dan meramu, Beternak, Bercocok tanam diladang, Menangkap ikan.

5. Sistem Organisasi Kemasyarakatan


Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai
makhluk hidup yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan
masing-masing antar individu sehingga timbul rasa untuk berorganisasi dan bersatu.

6. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang
dijadikan bahasa Universal seperti bahasa Inggris.

7. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat
memuaskan. Macam-macam kesenian adalah sebagai berikut:
a. Seni verbal/ seni lisan/ folklore
b. Seni music
c. Seni patung
1. Apakah makna sumber hukum? sumber hukum apa yang paling dominan (penting)  di
Indonesia yang mengikuti sistem hukum eropa kontinental (civil law system)?

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Yang dimaksud dengan
segala sesuatu yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor
yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, dari mana hukum itu
dapat ditemukan.

Dalam sistem hukum Civil Law berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaan, dan
yurisprudensi. Negara indonesia penganut Hukum Eropa Kontinental menempatkan
konstitusi pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundang-undangan. Semua aturan
berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan
Kaisar Justinianus abad VI sebelum masehi.
Pada putusan pengadilan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
menjadi keputusan pengadilan yang bersifal fleksibel tergantung hakim yang memutuskan
berdasarkan fakta yang ada.
Contohnya UUD 45, Tap MPR, UU atau Perpu, Peraturan Pemerintah, Perpres, MA, dan
lain-lain. Tidak menganut sistem juri karena negara tersebut menganut paham bahwa orang
awam yang tidak tahu hukum tidak bisa ikut adil atau menentukan nasib seseorang. Putusan
hakim yang menentukan berdasarkan fakta sumber dan saksi-saksi yang mendukung.
Memiliki sistem perjanjian yang disebut the receipt rule, yaitu perjanjian terbentuk ketika
penerimaan terhadap suatu penawaran sampai ke pemberi tawaran.

2. Dalam memutuskan perkara apakah hakim boleh menggunakan hukum tidak tertulis,
jelaskan.
Abintoro Prakoso mengatakan dalam bukunya. Apabila ternyata dalam peraturan
perundang-undangan tidak ada ketentuannya atau jawabannya, maka barulah mencari
dalam hukum kebiasaan atau kearifan lokal. Hukum kebiasaan adalah hukum yang
tidak tertulis, untuk menemukannya adalah dengan cara menanyakan kepada tokoh
masyarakat atau warganya yang dianggap mengetahui tentang kebiasaaan masyarakat
setempat.

Dapat dikatakan bahwa hakim boleh menjadikan hukum tidak tertulis sebagai dasar
untuk mengadili, hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 50 ayat (1) UU
Kekuasaan Kehakiman, yaitu:
 
‘’Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat
pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber
hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili’’
 
Maka dari itu, hakim sebagai penegak hukum dan keadilan memiliki kekuatan untuk
menggunakan hukum tidak tertulis sebagai dasar memutus.
1. Gambar diatas termasuk dalam konsep Looking Glass Sels yaitu teori yang
menjelaskan keberadaan apa yang disebut "cermin" dalam masyarakat yang
mencerminkan siapa kita. Faktanya, kita membentuk citra kita sendiri berdasarkan
pandangan kita terhadap orang lain. Tiga poin penting untuk membahas teori ini
adalah: penampilan kita di depan orang lain, penilaian orang lain atas penampilan
kita, dan perasaan selanjutnya seperti rasa malu, harga diri, dan prestise dan masih
banyak lagi.
2. Iya, saya pernah mengalaminya dan sampai sekarang masih mengalaminya.
3. Terkadang saya berpikiran bahwa postur tubuh saya sekarang cukup ideal jika
dilihat dari kesesuaian tinggi badan dan berat badan tapi adakalannya saat berkaca
nimbul pemikiran wah badan saya kok gemuk banget ya, kok pendek banget sih
dan dari situlah nimbul perasaan tidak percaya diri terhadap diri sendiri yang kita
punya. pandangan terhadap orang lain juga sangat beragam ada yang berpendapat
bahwa badan saya sangat gemuk dan kurang bagus, dilain sisi ada juga yang
beranggapan bahwa badan saya sudah sangat ideal. dan sebaliknya jika saya
menganggap postur badan saya kurus disitulah anggapan orang lain sangat
berbeda.

Yang kedua dilihat dari kulit, menurut saya kulit saya sangat hitam dan kusam
tetapi anggapan oranglain yang melihat saya bahwa saya sudah sangat putih dan
bersih.

Dan dilihat dari tinggi badan, anggapan saya tinggi badan saya kurang tetapi
menurut orang disekitar saya badan saya sudah sangat tinggi. (pemikiran saya,
tinggi badan seseorang bisa ditentuin tinggi atau rendahnya dilihat dari siapa ia
dibandingkan dan disamakan)

Kaitan dari poin no.1 adalah dari pengalaman yang saya berikan sudah termasuk
bentuk pandangan atau pencerminan orang lain terhadap diri kita yang dapat
membentuk citra diri sesuai dengan pandangan orang lain.
Mengapa terjadi pluralisme dalam Hukum Perdata di Indonesia dan bagaimanakah
kedudukan KUHPerdata setelah Indonesia merdeka?, jelaskan!.

Sejarah perjalanan hukum Indonesa menjelaskan bahwa Belanda sebagai negara penjajah
berupaya untuk menerapkan hukum-hukumnya diantaranya dalam bidang hukum perdata,
sehingga pada tanggal 1 Mei 1848 BW diberlakukan di Indonesia dengan berdasarkan asas
konkordansi, yaitu asas kesamaan hukum yang berlaku di daerah jajahan dengan hukum yang
berlaku di Belanda. Sehingga BW diberlaku bagi golongan Eropa, golongan Timur Asing,
dan bagi golongan Bumi Putera yaitu rakyat Indonesia Asli berlaku hukum perdata adat atau
hukum adat.

Keadaan pluralisme hukum perdata ini berlaku dalam masyarakat pada saat itu sehingga
terjadi dualisme hukum, yaitu perbedaan hukum yang berlaku untuk golongan orang yang
berbeda-beda dalam suatu negara. Hukum perdata yang beraneka ragam itu, karena berlaku
bermacam-macam sistem hukum perdata, yaitu hukum perdata Eropa (Barat), hukum perdata
Timur asing dan hukum perdata adat (hukum adat), yang semuanya berlaku resmi bagi
golongan-golongan penduduk di Hindia Belanda (Indonesia). Keadaan demikian merupakan
pluralime dalam hukum perdata

‘’Sesudah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, hukum perdata Barat
dalam BW masih tetap berlaku berdasarkan pada ketentuan Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945. Dan untuk menyesuaikan dengan suasana nasional, maka
BW peninggalan penjajah itu berganti nama menjadi Kitab Undang-undang
Hukum Perdata. Dan sampai sekarang ini masih tetap dan terus berlaku sebagai
salah satu sumber hukum perdata di Indonesia. Disamping berlaku hukum perdata
Barat tersebut, ternyata juga berlaku hukum perdata lainnya, yaitu hukum perdata
adat dan hukum perdata Islam dalam masyarakat Indonesia.’’

Adapun faktor yang menyebabkan terjadi pluralisme dalam hukum perdata di Indonesia
adalah faktor golongan penduduk. Dimana setelah proklamasi kemerdekaan, sejak
berlakunya UU Darurat No. 1 Tahun 1951 ketentuan pasal 163 IS jo Pasal 75 RR secara
formal tidak berlaku lagi. Akan tetapi di bidang hukum perdata, faktor golongan penduduk
masih tetap memainkan peranan.

Faktor agama dalam pluralisme hukum perdata telah ikut juga mempertajam penerapan
pluralistik hukum perdata, karena ada perbedaan penerapan hukum bagi penduduk yang
berbeda agama. Dimana bagi mereka yang beragama Islam dapat diterapkan hukum perdata
Islam, sedang bagi golongan Bumiputera yang non Islam diterapkan hukum adat. Dengan
demikian secara teoritis kepada golongan Bumiputera berlaku hukum adat, tetapi inkonkreto
penerapan hukum adat pada saat sekarang hanya diterapkan kepada golongan Bumiputera
yang non-Islam. Sedang kepada mereka yang beragama Islam, diperlakukan hukum perdata
Islam sebagaimana yang diatur dalam Komplilasi Hukum Islam.

‘’Kembali lagi, Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, KUHP dan KUHPer
tersebut masih berlaku di Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan
Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD”) yang menyatakan bahwa: “Segala badan
negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.” Maka KUHP dan KUHPer
sebagai Undang-Undang sampai saat ini masih berlaku di Indonesia, selama
belum digantikan oleh undang-undang baru.’’

Berdasarkan pengaturan Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011, maka sebenarnya tidak


terdapat suatu masalah mengenai kedudukan KUHP dan KUHPer dalam hierarki
peraturan perundang-undangan. Karena KUHP dan KUHPer sampai saat ini masih
dinyatakan berlaku sebagai undang-undang. Karena itu, KUHP dan KUHPer
berkedudukan sebagai Undang-Undang sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf c
UU 12/2011.

Anda mungkin juga menyukai