Anda di halaman 1dari 20

PERSPEKTIF NILAI-NILAI ISLAM TERHADAP KEGIATAN

TABUIK PADA KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT


PARIAMAN

Disusun oleh :
Caroline Febrylia
NIM. 23051100146

Dosen Pengampuh :
Koja Iswanto, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023
PERSPEKTIF NILAI-NILAI ISLAM TERHADAP
KEGIATAN TABUIK PADA KEHIDUPAN SOSIAL
MASYARAKAT PARIAMAN

Koja Iswanto, M. Pd., Caroline Febrylia


Kojaiswanto15@gmail.com, carolinefebryliaaa@gmail.com
Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah & Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang
2023

A. Pendahuluan
Pada dasarnya manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak
bisa dipisahkan, secara tidak langsung manusia menciptakan kebudayaan.
Sekelompok manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya,
menjadi sebuah masyarakat. Lalu masyarakat melahirkan, menciptakan dan
mengembangkan kebudayaan: tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan,
sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa adanya manusia. Kebudayaan dapat
diartikan ciptaan manusia yang terjadi dalam kehidupan, hal itu terus
berlangsung dan belum berhenti pada titik tertentu. Ketika suatu kebudayaan
dalam kehidupan manusia telah berhenti di satu titik dan tidak berkembang
lagi, maka hal itu disebut dengan peradaban.1
Indonesia adalah negara yang penuh dengan keragaman dalam hal
suku, budaya, ras, agama, bahasa dan adat istiadat. Budaya merupakan salah
satu daya tarik pariwisata di era sekarang ini dan sedang digalakkan oleh
Pemerintah untuk memajukan pendapatan nasional. Kearifan lokal dijadikan
sebagai pedoman hidup, ilmu, dan rencana kehidupan untuk melakukan

1
Febri Rachmad Arifian, Kebudyaan Tabuik Sebagai Upacara Adat Di Kota Pariaman
Sumatera Barat, Jurnal Integrasi Dan harmoni Inovatid Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 1, No.6, 2021,
hlm.726
kegiatan lokal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah dalam hal
memenuhi kepentingan mereka.
Kearifan lokal adalah identitas atau ciri khas budaya di suatu
lingkungan yang masih dipraktikkan oleh masyarakat setempat, yang semula
bersumber dari nilai-nilai luhur yang telah membudaya. Dapat disimpulkan
bahwa kearifan lokal merupakan hasil dari proses adaptasi yang telah turun
temurun sejak lama di lingkungan tempat tinggal penduduk dan dijadikan
sebagai sistem nilai kehidupan dan akan diwariskan secara turun temurun.2
Agama Islam memiliki konsepsi keyakinan, aturan-aturan, norma-
norma atau etik yang memang harus diyakini dan dilaksanakan secara
konsekuen. Nilai-nilai agama Islam pada hakekatnya merupakan kumpulan
dari pinsip-prinsip hidup, juga berupa ajaran-ajaran tentang bagaimana
manusia seharusnya menjalankan kehidupan. Di mana satu prinsip dengan
prinsip lainnya saling keterkaitan membentuk satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Nilai juga merupakan suatu gagasan atau konsep tentang
apa yang dipikirkan seseorang dan dianggap penting dalam kehidupannya.
Nilai juga merupakan suatu patokan yang dan prinsip-prinsip untuk
menimbang atau menilai sesuatu tentang hal baik dan buruk, berguna atau sia-
sia,terpuji atau tercela. Artinya bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh
masing-masing orang akan menjadi sebuah patokan baik dan buruk.3
Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berhubungan
dengan agama islam, salah satunya adalah tabuik yang berasal dari kota
Pariaman Sumatera Barat. Sumatera barat adalah salah satu provinsi di
Indonesia yang terletak di pulau Sumatera. Sumatera Barat memiliki ibu kota
yaitu kota Padang. Sumatera Barat memiliki keindahan yang sangat luar
biasa, terutama pada keindahan bahari. Sumatera Barat meiliki wisata bahari
yang sangat indah dan membentang luas, selain wisata bahari Sumatera Barat
juga terkenal akan ksebudayaannya. Salah satu kebudayaan Sumatera Barat

2
Awan Hadijah, et.al., Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Melestarikan Tradisi Hoyak
Tabuik Di Kota Pariaman Sumatera Barat, Mateandrau, Vol. 2, No.1, 2023, hlm.2
3
Niken Ristianah, Internalisasi Nilai-nilai Perspektif Sosial Kemasyarakatan, Darajat,
Vol.3, No.1, Maret 2020, hlm.1-2
adalah tradisi Tabuik dari kota Pariaman. Pariaman adalah salah satu kota di
Sumatera Barat yang sangat kental akan unsur keislamannya sehingga
terdapat kebudayaan islam bernama tabuik. Tabuik adalah salah satu budaya
islam masyarakat suku Minangkabau atau lebih tepatnya kota Pariaman.
Menurut penduduk Sumatera Barat khusunya di daerah padang pariaman,
tabuik merupakan suatu tradisi atau upacara untuk memperingati kematian
cucu Nabi Muhammad SAW. Yaitu Husein bin Ali. Tradisi tabuik sudah
dilaksanakan oleh masyarakat Pariaman sejak dua abad yang lalu dan masih
terus dijalankan hingga saat ini.4
Tabuik, adalah suatu warisan budaya berbentuk ritual upacara yang
berkembang di Pariaman sejak sekitar dua abad yang lalu. Tabuik merupakan
upacara atau perayaan mengenang kematian Husain, tetapi kemudian
berkembang menjadi pertunjukan budaya khas Pariaman setelah masuknya
unsur-unsur budaya Minangkabau.5
Tabuik ini merupakan suatu upacara keagamaan di kota Pariaman,
Mengenai upacara keagamaan, Suyono mengatakan, bahwa upacara
keagamaan adalah upacara suci yang dianggap keramat yang berhubungan
dengan kepentingan-kepentingan dari rangkaian peristiwa dalam sistem
agama berdasarkan keyakinan pada setiap ajaran yang ada di dalamnya
Batasan terhadap hal dimaksud didasari oleh pemahaman bahwa di dalam
sistem keyakinan dan sistem ritus dan upacara lebih banyak berisi ajaran-
ajaran bagi kehidupan manusia. Dalam ajaran-ajaran itulah terkandung nilai-
nilai yang dihayati dan dijadikan pedoman hidup masyarakat pendukungnya. 6
Tradisi upacara Tabuik yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampai
dengan tanggal 10 Muharram setiap tahunnya memiliki unsur keimanan
(agama) dan nilai-nilai budaya masyarakat pendukungnya. Upacara ini

4
Inda Vislina, Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora, Vol.2, No.2,
Juni 2023, hlm.235
5
Ali Rahman., Zuwardi, Tradisi Batabuik: Pergulatan Antara Nilai Religius Dengan
Komodifikasi pariwisata Dalam Masyarakat Pariaman Di Sumatera Barat, Kontekstualita,
Vol.37, No.2, 2022, hlm.141
6
Refisrul, Upacara Tabuik: Ritual Keagamaan pada Masyarakat Pariaman, Jurnal
Penelitian Sejarah dan Budaya, Vol.2, No.2, November 2016, hlm.531
dilakukan oleh masyarakat pesisir barat Sumatera yaitu Bengkulu, Maulaboh,
Barus, Natal dan Pariaman. Saat ini, tradisi (upacara) ini hanya dilakukan dan
disukai oleh masyarakat Pariaman dan Bengkulu. Upacara Tabuik digelar
untuk memperingati syahidnya Husein bin Abi Thalib (cucu Nabi
Muhammad) di Padang Karbala yang ditandai dengan peti mati Tabuik yang
melambangkan jenazah Husein. Upacara tersebut merupakan personifikasi
dari sejarah Perang Karbala, yaitu pertempuran antara Husein bin Abi Thalib
dengan Yazid bin Muawiyah, raja Syam, pada bulan Muharram tahun 61 H di
negara-negara Arab.7
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis memilih judul Perspektif
Nilai-nilai Islam Terhadap Kegiatan Tabuik Pada Masyarakat
Pariaman, dan bertujuan untuk Mengetahui apa itu Kegiatan Tabuik dan
Perspektif Nilai-nilai Islam pada Masyarakat Pariaman. Artikel ini ditulis
mengunakan jenis metode penelitian keperpustakaan (Library Research),
dengan menggunakan literatur baik berupa buku, jurnal, artikel, catatan
maupun hasil penelitian dari penelitian terdahulu sesuai dengan topik
pembahasan pada artikel ini.

B. Pembahasan
1. Pengertian Perspektif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perspektif diartikan
sebagai sudat pandang atau pandangan. Pengertian diatas dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan perspektif adalah dimana sesuatu itu
dipandang dari sudat pandang tertentu untuk dapat diketahui atau tidak
mengetahui semua yang akan diamati.8
Menurut Oxford Advanced American Dictionary, perspektif bisa
didefinisikan sebagai cara berpikir dan sikap tertentu tentang sesuatu,

7
Dira Rahma Anisa, Tradisi Upacara tabuik Masyarakat Pariaman Sebagai Sumber
Belajar Sejarah Lokal, Skripsi Pendidikan Sejarah, (Jambi : Perpustakaan Universitas Jambi,
2023), hlm.2
8
Miftahudi, Perspektif Masyarakat tentang Anak Ynag Putus Sekolah Tingkat SMA Di
Dusun Sinar Maju Desa Karya Tunggal Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan,
Skripsi Pendidikan Agama Islam, (Lampung : IAIN Metro, 2017), hlm.15
kemampuan untuk memikirkan masalah dan suatu keputusan dengan cara
yang masuk akal tanpa membesar-besarkan kepentingannya, dalam hal
ini yaitu mengenai anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif.9

2. Pengertian Nilai-nilai Islam


Nilai (value) merupakan bagian penting dari pengalaman yang
memengaruhi perilaku individu. Nilai meliputi sikap individu, sebagai
standart bagi tindakan dan keyakinan(belief). Nilai menjadi pedoman
atau prinsip umum yang memandu tindakan, dan nilai juga menjadi
kriteria bagi pemberian sanksi atau ganjaran bagi perilaku yang di pilih.1
Dalam Islam, nilai agama bersumber dan berakar dari keimanan terhadap
ke-Esaan Tuhan. Semua nilai dalam kehidupan manusia berakar dari
keimanan terhadap keesaan Tuhan yang menjadi dasar agama.10
Menurut Marno & Trio nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah
kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana
seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini. 11 Selarang
dengan hal tersebut, Hakim menyatakan bahwa dalam agama Islam nilai
agama mencakup aqidah, ibadah dan akhlak.12
Nilai-nilai keagamaan merupakan segala perilaku yang dasarnya
adalah nilai-nilai Islami. Nilai-nilai Islami yang hendak di bentuk atau
diwujudkan bertujuan untuk mentransfer nilai-nilai agama agar
penghayatan dan pengamalan ajaran agama berjalan dengan baik di
tengah-tengah masyarakat.13
Istilah nilai-nilai keagamaan bila diartikan menurut tinjauan
bahasa, kata nilai berarti kadar, ukuran, mutu, potensi atau hal-hal

9
Jesslin., Farida kurniawati., Perspektif Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Di Sekolah Inklusif, Jurnal Pendidikan Inklusi, Vol.3, No.2, 2020, hlm.74
10
Niken Ristianah, Internalisasi Nilai-nilai Perspektif Sosial Kemasyarakatan, Darajat,
Vol.3, No.1, Maret 2020, hlm.1
11
Alfitriani Siregar, Imelda Darmayanti Manurang, Aplikasi M-Learning Pada Dongle
Melalui Nilai-nilai Islam, Intiqad, Vol.13, No.1 Juni 2021, hlm.42
12
Nina Fitriah Ardiansari., Dimyati., Identifikasi Nilai Agama Islam Pada Anak Usia
Dini, Jurnal Obsesi, Vol.6, No.1, 2022, hlm.421
13
Niken Ristianah, Internalisasi Nilai-nilai Perspektif Sosial Kemasyarakatan, Darajat,
Vol.3, No.1, Maret 2020, hlm.3
penting berkaitan dengan suatu benda. Jadi bila mendasarkan arti kata
tersebut dapat diambil pengertian secara umum, bahwa yang dimaksud
dengan nilai-nilai keagamaan adalah hal-hal penting yang menyimpan
kadar, mutu, dan potensi yang terkandung dalam ajaran atau syari’at
agama. Spranger berpendapat mengenai Nilai Agama, bahwa nilai agama
adalah salah satu macam-macam nilai yang mendasari perbuatan
seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu
dipandang benar menutut ajaran agama. Nilai agama atau norma adalah
peraturan hidup yang harus diterima sebagai perintah-perintah, larangan-
larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah SWT.14
Ada macam-macam nilai Islam menurut Marno dan Triyo
diantaranya mencakup nilai etnik insani dibagi atas;
a. Nilai ilahiyah ubudiyah.
Termasuk nilai yang berisi keimanan seseorang kepada Allah
dan nilai ini akan mewarnai semua aspek kehidupan, atau yang
mempengaruhi nilai-nilai lain.
b. Nilai-nilai ilahiyah muamalah
yaitu nilai-nilai terapan yang bersumber dari wahyu, dan
sudah mulai jelas pembidangan aspek-aspek hidup, yang mencakup
politik, ekonomi, social, individu, rasional, estetika dan lainnya.
c. Nilai-nilai insani yaitu meliputi tujuh nilai yang di atas.15

3. Kegiatan Tabuik
Kata tabuik berasa dari bahasa Arab, taubat, kemudian dalam
bahasa Pariaman sesuai dengan dialeknya menjadi tabuik Berdasarkan
asal usul kata itu pula dapat dipahami bahwa tabuik adalah sebuah proses
sejarah penapakan Islam di wilayah Pariaman dan sekitarnya. Dimensi

14
Tantri Maris, Analisis Nilai-nilai Keagamaan Dalam Kehidupan Eks Duta Di Kayu
Agung OKI, Skripsi Komunikasi Penyiaran Islam, (Palembang : Perpustakaan UIN Raden Fatah
Palembang, 2023), hlm.23.
15
Alfitriani Siregar, Imelda Darmayanti Manurang, Aplikasi M-Learning Pada Dongle
Melalui Nilai-nilai Islam, Intiqad, Vol.13, No.1 Juni 2021, hlm.45
kata ini muncul sebagai apresiasi dari ritualisasi yang terjadi di dalam
dunia politik Islam, yakni terbunuhnya Husein, cucu Nabi Muhammad
SAW oleh pasukan Yazid bin Muawiyah dalam sebuah perang politik di
Karbala pada tahun 861 M. Dalam proses penyelenggaraan kematian ini,
diberlakukan berbagai ritual untuk mengungkapkan rasa duka dan
kesedihan. Peristiwa itu terjadi sekitar 1-10 Muharram, 6, 7, 8, 9, 10, 11
tidak masuk.16
Tabut sendiri berarti peti mati dalam bahasa Arab. Peti mati,
menurut orang Mesir kuno, adalah peti mati tempat jenazah diletakkan.
Biasanya terbuat dari kayu atau batu, peti mati tersebut memiliki desain
relief yang mewakili kesedihan rakyat Mesir dan keyakinan mereka akan
kehidupan di luar dunia ini. Dalam KBBI, tabuik adalah peti bambu yang
diberi hiasan kertas dan diarak pada tanggal 10 Muharram, peringatan
wafatnya Husein bin Ali.17
Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang terjadi pada masa yang
lama, yang merupakan sebuah norma, atran, ataupun kaidah-kaidah yang
ditinggalkan oleh masyarakat terdahulu. Tradisi dapat berubah sesuai
dengan tingkah laku manusia dan pola kehidupan keseluruhan
manusianya. Tradisi mencerminkan kebiasaan para pendukungnya yang
telah ada secara turun-temurun dan diwariskan pada generasi selanjutnya.
Tabuik dapat disebut sebagai warisan budaya yang tetap eksis hingga
saat ini. Warisan budaya merupakan hasil kebudayaan pada masa lalu
yang diwariskan secara turun temurun. Indonesia adalah salah satu
negara dengan berbagai macam suku bangsa, bahasa daerah, dan agama.
Dalam bentuk praktik ritual yang telah ada di Pariaman selama dua abad,
Tabuik merupakan salah satu warisan budaya.18

16
Tantri Mariska, Analisis Nilai-nilai Keagamaan Dalam Kehidupan Eks Duta Di Kayu
Agung OKI, Skripsi Komunikasi Penyiaran Islam, (Palembang : Perpustakaan UIN Raden Fatah
Palembang, 2023), hlm.23. t.d.
17
Inda Vislina, Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora, Vol.2, No.2,
Juni 2023, hlm.237
18
Inda Vislina, Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora, Vol.2, No.2,
Juni 2023, hlm.237
Tabuik memiliki prosesi dalam pelaksanaannya adalah ritual-
ritual dalam pesta tabuik meliputi, maambiak tanah (mengambil tanah),
manabang batang pisang (menebang batang pisang), maatam (ekspresi
kesedihan), maradai, maarak panja atau jari (mengarak jari-jari), maarak
sorban (mengarak sorban), Tabuik naiak pangkek (Tabuik naik pangkat),
pesta hoyak Tabuik (tanggal 10 muharam), mambuang Tabuik
(membuang Tabuik). Perayaan Tabuik ini hanya dilaksanakan di Kota
Pariaman yang berada di pesisir pantai Sumatera Barat. Perayaaan ini
diselanggarakan dari pusat Kota Pariaman hingga Pantai Gandoriah.
Tradisi ini sudah seharusnya dilestarikan dan tetap dijaga kaidah-kaidah
Islam yang terdapat pada tradisi Tabuik ini.19

4. Pelaksanaan Tabuik
a. Pra Tabuik
Persiapan adalah hal pertama yang perlu dilakukan untuk
memastikan acara berjalan dengan lancar. Pra tabuik adalah kegiatan
awal sebelum dilaksanakannya tabuik yaitu pembentukan panitia dan
musyawarah untuk mempersiapkan acara tabuik. upacara adat tabuik
berlangsung selama kurang lebih 15 hari, dimulai tanggal 1
Muharram dan berakhir pada tanggal 10 Muharram.Upacara tradisi
tabuik biasanya dibarengi dengan agenda lainnya seperti tabligh
akbar dan seminar mengenai tabuik. Akademisi seperti Buya Duski
Samad yang mengajar agama dan menulis buku Sejarah Tabuik,
Asril Muchthar dari perspektif budaya, dan sejarawan Khanizar
Chan diundang untuk mengajar masyarakat tentang tabuik dalam
seminar tabuik. Kegiatan pra tabuik dilaksanakan jauh sbelum
tanggal 1 Muharram. Menghimpun pemangku adat, pelaku, dan
pihak lain yang mampu melaksanakan tradisi tabuik mengawali
kegiatan pra tabuik. Kemudian semua pihak tersebut melakukan

Kharina Nisa, et.al., Apresiasi Siswa SLTA Kota Pariaman Terhadap Tradisi Tabuik,
19

JRMK, Vol.1, No.2, Mei 2019, hlm.77


musyawarh mengenai pelaksanaan tabuik yang akan digelar,
meliputi: tahapan prosesi, masalah teknis, pengumpulan dana, dan
pembagian kerja. Hal tersebut diperlukan agar tradisi upacara tabuik
dapat kondusif.20

b. Pembuatan Tabuik
Menurut catatan Asril (Asril, 2002: 66-67), terdapat beberapa
tahapan dalam membuat tabuik, yaitu:
1) Maambiak tanah
Prosesi yang dikenal sebagai Maambiak Tanah, atau
"mengambil tanah", menggambarkan pemindahan jenazah
Husein bin Ali dari tanah dan pengangkutan selanjutnya ke
sungai. Prosesi maambiak tanah dilakukan berbarengan oleh
tabuik pasa dan tabuik subarang. Tabuik subarang mengambil
tanah di sungai Batang Piaman, sedangkan tabuik pasa
mengambil tanah dari sungai Galombang kecil. Sebelum
tahapan maambiak tanah kedua kelompok membuat daraga.
Daraga merupakan sebuah benda berbentuk segi empat yang
dipagari oleh bambu dan dikelilingi dengan kain putih, daraga
tersebut diibaratkan sebagai makam. Pada saat prosesi
maambiak tanah diiringi lantunan dari gandang tasa dan iring
iringan oleh warga. Setelah tanah diambil dari sungai kemuian
tanah diletakkan di belanga, dan ditutupi oleh kain putih
kemudian diletakkan di Daraga. Prosesi ini harus dilakukan
sebelum memasuki waktu magrib.

2) Manabang Batang Pisang


Manabang Batang Pisang merupakan prosesi
menenbang dan memotong batang pisang. Prosesi ini

20
Inda Vislina, Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora, Vol.2, No.2,
Juni 2023, hlm.239
dilaksanakan berbarengan antara kelompok tabuik pasa dan
tabuik subarang. Prosesi ini menggambarkan tajamnya pedang
Husein dalam berperang, tetapi dapat juga menggambarkan
sebagai saat-saat Husein bin Ali di bunuh dengan cara sadis oleh
pasukan Yazid. Puncak dari prosesi ini adalah terjadinya konflik
yang akan membuat kedua kelompok tabuik yaitu tabuik pasa
dan tabuik subarang berselisihbahkan hingga becakak
(berkelahi). Perselisihan ini akan berakhir saat itu juga dan tidak
akan berlanjut pada hari-hari berikutnya karena perselisihan
tersebut merupakan bagian dari prosesi ini. Perselisihan ini
biasanya diiringi oleh ansambel gandang tasa dengan ritme
yang cepat, emnghentak, dan suara keras yang membuat
semangat antar kelompok tabuik semakin memanas.

3) Maradai
Maradai adalah arak-arakan untuk menarik simpati
terbuka untuk memberikan harta atau apapun yang dapat
membantu kelancaran pawai adat tabuik.

4) Maatam
Maatam adalah prosesi penurunan jari-jari dari rumah
tabuik dan kemudian dibawa mengitari makam Husein bin Ali.
Prosesi ini menggambarakan jari-jari Husein yang berserakan
pada saat perang di Karbala yang kemudian dikumpulkan
disuatu tempat. Prosesi ini juga menggambarkan kesedihan
Husein pada saat perang di Karbala. Prosesi ini memiliki arti
meratapi kepergian orang yang telah meninggal. Keturunan
perempuan dari rumah tabuik memimpin prosesi ini. Keturunan
rumah tabuik menjalankan pantangan yang jika dilanggar akan
mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan selama prosesi
ini.
5) Maarak Jari-jari
Prosesi ini dilaksanakan pada malam hari setelah prosesi
maatam. Prosesi ini merupakan prosesi mengarak jari-jari yang
dilakukan oleh masing-masing kelompok tabuik yaitu tabuik
pasa dan tabuik subarang. Pawai ini dilakukan di ruang masing-
masing tandan tabuik. Prosesi diawali dengan penyerahan panja,
yaitu kubah yang terbuat dari bambu dan plastik. Setelah itu,
lilin dinyalakan dan gambar jari yang patah dicetak di atas
kertas. Gandang tasa dimainkan pada saat prosesi maarak jari.

6) Maarak Sorban
Prosesi orang yang memakai sorban (penutup kepala)
untuk menghormati penemuan sorban Hussein dikenal sebagai
maarak sorban. Prosesi ini dilaksanakan pada malam hari yang
diiringi oleh arak-arakan juga diiringii oleh gandang tasa.
Biasanya pada prosesi ini juga terjadi perselisihan antar
kelompok tabuik, prosesi ini memiliki makna mendorong
semangat dan kebenaran.

7) Tabuik Naiak Pangkek


Tahapan penyatuan badan tabuik yang dibuat terpisah
adalah prosesi ini. Pada puncak upacara, prosesi ini biasanya
dilakukan pada pagi hari. Prosesi selanjutnya adalah
menampilkan tabuik yang telah digabungkan setelah tubuh
mereka disatukan.21

21
Inda Vislina, Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora, Vol.2, No.2,
Juni 2023, hlm.239-240
c. Pembuangan tabuik
Puncak dari upacara tabuik ini adalah membuang tabuik ke
laut. Sebelum ritual pembuangan tabuik dilakukan prosesi
sebelumnya adalah mengarak tabuik atau biasa disebut dengan hoyak
tabuik. Prosesi ini merupakan prosesi yang paling dinanti oleh para
wisatawan khusunya masyarakat Pariaman. Hoyak Tabuik
merupakan prosesi dimana tabuik pasa dan tabuik subarang diarak
keliling kampung dengan sajian atraksi seperti merebahkan,
memutar, menggoyahkan dan melarikan tabuik. Pada prosesi Hoyak
Tabuik terjadi perselisihan yang terjadi antara tabuik pasa dan tabuik
subarang. Awal mula adanya berselisih ini dikarenakan tabuik di
pisah antara tabuik pasa dan tabuik subarang.22
Sambil menyebut "Hoyak Husen" dan "sosoh", Hoyak
Tabuik diiringi dengan iringan gandang tasa. Seruan ini diulang-
ulang selama tabuik hoyak berlangsung. Di Pantai Gondariah, tabuik
akan dibuang dengan prosesi tabuik. Sesaat sebelum hari gelap,
tabuik dilempar ke pantai. Pada saat Tabuik Passa dan Tabuik
Subarang dilempar ke laut, banyak orang yang mengambil potongan
dari tabuik tersebut.Mereka beranggapan bahwa dengan mengambil
potongan tabuik tersebut maka akan mendapat keuntungan di hidup
mereka, bahkan beberapa dari mereka menjadikan
potonganpotongan tabuik tersebut sebagai penglaris dagangan
mereka. Disinilah terjadinya pergeseran makna pada tradisi upacara
tabuik ini. Pembungan tabuik ini dimaknai sebagai pembuangan
massalah bukan sebagai unsur syirik seperti yang dipercayai oleh
masyarakat setempat.23

22
Ihsan., et.al., Struktur Dramatisasi Basatisasi Basalisiah Trilogi Ritual Tabuik
Pariaman. Jurnal Kajian Seni, Vol.7, No.2, 2021, hlm.238
23
Inda Vislina, Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora, Vol.2, No.2,
Juni 2023, hlm.240
5. Kehidupan Sosial Masyarakat Dalam Melestarikan Tabuik
Kehidupan sosial adalah kehidupan yang di dalamnya terdapat
unsur-unsur sosial/kemasyarakatan. Sebuah kehidupan disebut sebagai
kehidupan sosial jika di sana ada interaksi dan komunikasi antara
individu satu dengan individu lainnya sehingga muncul kebutuhan hidup
Bersama. Kehidupan sosial menurut Durkheim dapat dibagi menjadi dua
tipe, kehidupan sosial Organik/modern dan Mekanik/tradisional. Tulisan
ini terfokus pada kehidupan sosial masyarakat Suku Laut yang cenderung
menunjukkan karakteristik masyarakat mekanik yang hidup di Pulau
Senang, Desa Temiang. Adapun karakteristik masyarakat tradisional
menurut Koentjaraningrat dalam seperti perilaku homogen,
kekeluargaan, perilaku berorientasi pada tradisi dan status, isolasi sosial
sehingga statis, kesatuan dan keutuhan kultural, banyak ritual dan nilai-
nilai sakral dan kolektivisme. Pada tulisan kali ini akan dideskripsikan
tentang kehidupan sosial dan budaya masyarakat Suku Laut yang
berangsur-angsur berubah dalam hal praktik-praktik religi, kehidupan
yang tidak lagi terisolasi total, mulai mengenal Pendidikan dan institusi
kesehatan.24
Kehidupan sosial tidak lepas dengan kepercayaan masyarakatnya.
Kepercayaan masyarakat, merupakan sistem keyakinan dari suatu
masyarakat yang mengandung segala keyakinan serta bayangan
masyarakat yang bersangkutan tentang bentuk dunia, alam, tentang
wujud dari alam gaib (supernatural), hidup, maut yang dilaksanakan
dengan atau tanpa serangkaian ritus dan upacara yang sarat dengan nilai,
norma, dan ajaran yang dihayati dan dikembangkan oleh masyarakat itu
sendiri. Kepercayaan masyarakat pada dasarnya merupakan religi “lokal’
yang menurut Koentjaraningrat meliputi unsur-unsur yaitu Emosi
Keagamaan, Sistem Keyakinan, Sistem Ritus dan Upacara, Alat-alat fisik
yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan, dan Kelompok

24
Marisa Elsera, Kehidupan Sosial Dan Budaya Suku Laut Di Pulau Senang, Kabupaten
Lingga, Jurnal Masyarakat Maritim, Vol.6, No.1, 2022, hlm.3
keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan
mengaktifkan religi berikut sistem upacara-upacara keagamaannya.
Kelima unsur tersebut saling berhubungan erat, satu dengan lainnya
menjadi satu kesatuan yang terintergrasi.
Kepercayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, dengan
sendirinya menjadi bagian dari sistem nilai budaya yang dianut oleh
masyarakat yang bersangkutan. Sistem nilai budaya merupakan tingkat
yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat, terdiri dari
konsepsikonsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian warga
masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bermakna
dalam hidup yang biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi
kelakuan manusia, sistem tata kelakuan lain yang tingkatnya lebih
konkrit (seperti aturanaturan khusus, hukum dan norma), semuanya juga
berpedoman pada sistem nilai budaya.25

6. Perspektif Nilai-nilai Islam Pada Kegiatan Tabuik Dalam


Kehidupan Sosial Masyarakat Pariaman
Segi nilai agama dapat kita lihat dalam bentuk hubungan baik
antar sesama warga (hablunminal-nas). Dengan adanya tradisi hoyak
tabuik ini akan mempererat hubungan antar sesama manusia khususnya
dengan sesama warga desa.26
Tabuik adalah sebuah gaya hidup dan cerminan sikap masyarakat
Pariaman. Makna dan nilai yang terkandung di dalam upacara tabuik
menjadi panutan bagi masyarakat Pariaman.27 Tradisi tabuik ini sangat
unik karena mayoritas masyarakat Pariaman menganut islam sunni.

25
Refisrul, Upacara Tabuik: Ritual Keagamaan pada Masyarakat Pariaman, Jurnal
Penelitian Sejarah dan Budaya, Vol.2, No.2, November 2016, hlm.532
26
Awan Hadijah, et.al., Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Melestarikan Tradisi Hoyak
Tabuik Di Kota Pariaman Sumatera Barat, Mateandrau, Vol. 2, No.1, 2023, hlm.350
27
Fadri Zainal, Tabuik: Local Wisdom As An Alternative For Supressing The Impact Of
Structural Cange In Pariaman, Alfuad Journal, Vol.3, No.1, 2019, hlm.99
Tradisi ini hanya dilakukan oleh masyarakat Pariaman yang bermayoritas
penganut mahzab Syafi’i yang dibawa oleh Syekh Burhanuddin.28
Dalam bentuk praktik ritual yang telah ada di Pariaman selama
dua abad, Tabuik merupakan salah satu warisan budaya. Setelah
masuknya unsur budaya Minang, Tabuik berkembang menjadi wisata
budaya.29 Tabuik adalah perayaan atau upacara untuk mengenang Husein
bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW yang gugur dalam perang Karbala,
namun setelah masuknya unsur budaya Minangkabau tabuik berkembang
menjadi pertunjukan budaya yang menjadi ciri khas Pariaman.30
Unsur-unsur yang ada pada Tabuk seperti; bungo salapan,
tonggak atam, tonggak serak, jantuang-jantuang, pasu-pasu, dan ula
gerang yang total berjumlah delapan dan merupakan gambaran
perpaduan antara adat dan agama, sehingga nilai-nilai yang ada pada
dalam Tabuik masih tidak jauh dalam nilai-nilai agama. Adapun
kaitannya dengan ajaran agama Islam nilai-nilai adat yang ada pada
Tabuik yaitu, aturan adat nanampek mencakup perilaku bertutur kata
dalam masyarakat Pariaman seperti; kato mandata, kato mandaki, kato
malereang, dan kato manurun. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan
upacara Tabuik unsur-unsur yang ada dan terlibat dalam upacara ninil
mamak, alim ulama, cadiak pandai (cerdik pandai), unsur tokoh
masyarakat lainnya, pemuda, urang sumando, dan anak-anak sehingga
diperlukan mempedomani kato nan ampek.
Kato nan ampek yaitu yang dimaksud “kata yang empat” dapat
dikaitkan pada agama dengan beberapa hal yaitu berpedoman pada dasar
hukum yang empat; Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qias (wajib, sunat,
mubah, dan makruh). Bahkan dapat dikaitkan dengan empat pemimpin

28
Nelri Nanda, The Procession Of Hoyak Tabuik: A Tourism Urgency And education
Values In Pariaman City, Jurnal Oenelitian Pendidikan Indonesia, Vol.4, No.2, 2019, hlm.144-145
29
Rahman, Zuwardi, Tradisi Batabuik: Pergulatan Antara Nilai Religius Dengan
Komodifikasi Pariwisata Dalam Masyarakat Pariaman Di Sumatera Selatan, Vol.36, No.2, 2022,
hlm.141
30
Inda Vislina, Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora, Vol.2, No.2,
Juni 2023, hlm.237
umat Islam setelah Nabi Muhammad S.A.W, yang disebut dengan
Khulafaurrasyidin yaitu; Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Kemudian empat mazhab imam yaitu,
Hanafi, Hanbali, Syafi’I, dan Maliki. Selain prinsip-prinsip yang telah
dijelaskan, adapula prinsip yang ditekankan alam beribadah yaitu
syari’at, tarikat, hakikat, dan makrifat.31
Upacara Tabuik ini merupakan suatu simbol bentuk ekspresi rasa
duka mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu
Nabi Muhammad SAW yang tewas secara tidak wajar pada peperangan
di Pada Karbala.32

C. Kesimpulan
Upacara tabuik sebagai suatu upacara tradisional yang dilakukan oleh
masyarakat Pariaman di Sumatera Barat. Adanya upacara ini berkaitan
dengan kisah terbunuhnya cucu Nabi Muhammadyakni Husein bin Abi
Thalib di Padang Karbela oleh tentara Yazid bin Muawiyah pada tahun 61 H.
Pelaksanaan upacara tabuik merefleksikan kesedihan atas kematian Imam
Husein dan kekejaman tentara Yazid, dibentuk dalam rangkaian upacara
tabuik yang dikenal juga dengan istilah batabuik setiap tahun pada tanggal 1-
10 Muharam. Bagi masyarakat Pariaman, upacara tabuik merupakan warisan
budaya yang tetap dipelihara hingga sekarang, dan menjadi andalan di bidang
pariwisata bagi pemerintah dan masyarakat setempat.
Upacara tradisi tabuik ini juga memiliki nilai sosial, agama, dan seni.
Nilai sosial yang terkandung dalam tradisi tabuik adalah brntuk kerja sama
antar masyarakat dalam menyukseskan tradisi tabuik ini, mulai dari tahapan
musyawarah, membuat tabuik, hingga saat pelaksanaan tabuik. Kemudian
nilai agama yang terkandung pada tabuik adalah terdapat pada kato nan

31
Febri Rachmad Arifian, Kebudyaan Tabuik Sebagai Upacara Adat Di Kota Pariaman
Sumatera Barat, Jurnal Integrasi Dan harmoni Inovatid Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 1, No.6, 2021,
hlm.730
32
M.A. Dalmenda., Novi Elian, Makna Tradisi Tabuik Oleh Masyarakat kota Pariaman
(Studi Deskriptif Interaksionisme Simbolik), Jurnal Antopologi, Vol.18, No.2, Desember 2016,
hlm.145
ampek (kata yang empat) yaitu kato mendaki, kato menurun, dan kato
mendatar.
DAFTAR PUSTAKA
Adiansari, Nina Fitriah., Dimyati. 2022. Identifikasi Nilai Agama Islam Pada
Anak Usia Dini, Jurnal Obsesi, Vol.6, No.1, 2022.
Anisa, Dira Rahma. 2023. Tradisi Upacara tabuik Masyarakat Pariaman Sebagai
Sumber Belajar Sejarah Lokal, Skripsi Pendidikan Sejarah. Jambi :
Perpustakaan Universitas Jambi.
Arifin, Febri Rachmad. 2021. Kebudyaan Tabuik Sebagai Upacara Adat Di Kota
Pariaman Sumatera Barat, Jurnal Integrasi Dan harmoni Inovatid Ilmu-
Ilmu Sosial, Vol. 1, No.6, 2021.
Dalmenda., E, Novi. 2016. Makna Tradisi Tabuik Oleh Masyarakat kota
Pariaman (Studi Deskriptif Interaksionisme Simbolik), Jurnal Antopologi,
Vol.18, No.2, Desember 2016.
Elsera, Marisa. 2022. Kehidupan Sosial Dan Budaya Suku Laut Di Pulau Senang,
Kabupaten Lingga, Jurnal Masyarakat Maritim, Vol.6, No.1, 2022.
Hadijah, Awan., et.al. 2023. Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Melestarikan
Tradisi Hoyak Tabuik Di Kota Pariaman Sumatera Barat, Mateandrau,
Vol. 2, No.1, 2023.
Ihsan., et.al. 2021. Struktur Dramatisasi Basatisasi Basalisiah Trilogi Ritual
Tabuik Pariaman. Jurnal Kajian Seni, Vol.7, No.2, 2021.
Jesslin., K, Farida. 2020. Perspektif Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus Di Sekolah Inklusif, Jurnal Pendidikan Inklusi, Vol.3, No.2, 2020.
Mariska, Tantri. 2023. Analisis Nilai-nilai Keagamaan Dalam Kehidupan Eks
Duta Di Kayu Agung OKI, Skripsi Komunikasi Penyiaran Islam,
(Palembang : Perpustakaan UIN Raden Fatah Palembang).
Miftahudi. 2017. Perspektif Masyarakat tentang Anak Ynag Putus Sekolah
Tingkat SMA Di Dusun Sinar Maju Desa Karya Tunggal Kecamatan
Katibung Kabupaten Lampung Selatan, Skripsi Pendidikan Agama Islam,
(Lampung : IAIN Metro)
Nanda, Nelri. 2019. The Procession Of Hoyak Tabuik: A Tourism Urgency And
education Values In Pariaman City, Jurnal Oenelitian Pendidikan
Indonesia, Vol.4, No.2, 2019.
Nisa, Kharina., et.al. 2019. Apresiasi Siswa SLTA Kota Pariaman Terhadap
Tradisi Tabuik, JRMK, Vol.1, No.2, Mei 2019.
Rahman, Ali., Zuwardi. 2022. Tradisi Batabuik: Pergulatan Antara Nilai Religius
Dengan Komodifikasi pariwisata Dalam Masyarakat Pariaman Di
Sumatera Barat, Kontekstualita, Vol.37, No.2, 2022.
Rahman, Zuwardi. 2022. Tradisi Batabuik: Pergulatan Antara Nilai Religius
Dengan Komodifikasi Pariwisata Dalam Masyarakat Pariaman Di
Sumatera Selatan, Vol.36, No.2, 2022.
Refisrul. 2016. Upacara Tabuik: Ritual Keagamaan pada Masyarakat Pariaman,
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, Vol.2, No.2, November 2016.
Ristianah, Niken. 2020. Internalisasi Nilai-nilai Perspektif Sosial
Kemasyarakatan, Darajat, Vol.3, No.1, Maret 2020.
Siregar, Alfitriani., Manurang, Imelda Darmayanti. 2021. Aplikasi M-Learning
Pada Dongle Melalui Nilai-nilai Islam, Intiqad, Vol.13, No.1 Juni 2021.
Vislina, Inda. 2023. Tabuik, Warisan Budaya islam Sumatera Barat, Sosmaniora,
Vol.2, No.2, Juni 2023.
Zainal, Fadri Zainal. 2019. Tabuik: Local Wisdom As An Alternative For
Supressing The Impact Of Structural Cange In Pariaman, Alfuad Journal,
Vol.3, No.1, 2019.

Anda mungkin juga menyukai