Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Judul:
Nilai Nilai Islam dan Partisipasi Masyarakat Dalam
Mempertahankan Budaya Terempoh di Kabupaten Sintang”
Dibuat untuk memenuhi Tugas Penelitian Matakuliah : Islam
Budaya Borneo.

Disusun oleh:
Nama: Alya Afriani
Nim: 12101054
Kelas: 1B

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LATAR BELAKANG

Tradisi adalah suatu pola kebiasaan sekelompok masyarakat yang dipercaya memiliki nilai
religi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi suatu adat istiadat di suatu daerah.
Bangsa Indonesia dikenal dengan banyaknya suku, ras dan etnik yang berbeda-beda.
Terdapat juga kebudayaan yang dipandang sebagai bagian warisan manusia secara turun-
temurun melalui proses belajar dari para leluhur. Suatu daerah kebudayaan pada mulanya
berkaitan dengan pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru
yang mendesak unsur-unsur lama ke arah pinggir, jika ingin memperoleh unsur-unsur budaya
kuno maka tempat untuk mendapatkannya adalah daerah-daerah terpencil dan masih
tradisional.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan


hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar . Alo selanjutnya menambahkan, norma budaya umumnya berkaitan dengan
standar perilaku yang disepakati demi kepentingan bagaimana setiap orang harus bersikap,
dan pada umumnya aturan-aturan itu biasanya tidak tertulis dan kita pelajari secara tidak
sadar dan lahir dari kebiasaan dan kebudayaan kita yang pada akhirnya menjadi tradisi yang
akan melahirkan nilai-nilai.

Kebudayaan di masyarakat akan turut serta membentuk dan mempengaruhi kepribadian


individu seseorang. Kebudayaan memberikan pengalaman nyata dan menjadi guru terbaik
dalam pembentukan jati diri manusia sebagaimana ungkapan “pengalaman ialah guru
terbaik” menjelaskan bagaimana suatu kebiasaan dapat memberikan kontribusi besar bagi
individu atau kelompok. Kebiasaan yang ada di masyarakat ada yang baik dan buruk, ada
yang dilestarikan dan ada pula yang diganti atau ditinggalkan. Kebiasaan baik cenderung
dijaga sehingga menjadi ciri khas atau kebudayaan suatu komunitas.

Diketahui bahwa kebudayaan itu selalu berubah-ubah. Lebih-lebih jika ada pengaruh dari
luar, maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul
kebudayaan baru. Pengolahan anasir asing oleh kebudayaan yang terpengaruh itulah yang
menentukan corak baru itu dan perkembangan selanjutnya. Demikianlah kebudayaan saat ini
adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan di waktu yang lalu “sekali-kali bukannya
menjadi pengganti, melainkan lanjutan”. Maka untuk mengetahuinya dan mengenalnya,
lebih-lebih untuk dapat menyelaminya benar-benar, perlulah ditinjau dari sejarahnya.
Memang anasir-anasir yang memberi cap atau yang menjadi corak khusus bagi suatu
kebudayaan, hanyalah dapat dititik dalam hubungan sejarah. Bagaimana perkembangan dan
jadinya sesuatu kebudayaan hanyalah dapat ditelaah, jika kebudayaan itu telah mencapai
kebulatan dan bentuk yang nyata.

Berbagai macam tradisi di Kalimantan barat yang mengandung nilai nilai islami masih di
lakukan oleh masyarakat setempat. Terkhusus nya di kabupaten sintang. Salah satu tradisi
yang mengandung nilai nilai keislaman yaitu tradisi TEREMPOH yang berada di Kabupaten
sintang.tradisi masyarakat melayu di Kec. Sintang, Kab. Sintang, Kalimantan Barat yakni
tradisi terempoh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tiga hal, yaitu: Pertama,
bagaimana pelaksanaan tradisi terempoh; kedua, nilai-nilai multikultur tradisi terempoh; dan
ketiga, nilai-nilai pendidikan Islam tradisi terempoh. Kecamatan Sintang memiliki luas
wilayah 277,05 km2 atau 1,28% dari luas wilayah Kabupaten Sintang. Dengan luas tersebut,
Kecamatan Sintang merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil di Kabupaten
Sintang. Jumlah penduduk di Kecamatan Sintang mencapai 65.939 jiwa dengan jumlah laki-
laki 33.464 jiwa dan perempuan 32.475 jiwa (data tahun 2013) .

Tradisi terempoh adalah salah satu khazanah budaya lokal yang menjadi tradisi turun
temurun di masyarakat Melayu Sintang. Tradisi terempoh membentuk pola perilaku dan
membingkai pandangan hidup masyarakat Melayu Sintang dan menjadi simbol kerukunan
antar suku, umat beragama dan etnis pada masyarakat majemuk di Kabupaten Sintang. Dalam
buku Gusti M.F, “Tradisi Terempoh dalam Era Modernisasi” menjelaskan bagaimana prosesi
terempoh memiliki tempatnya dalam masyarakat majemuk di Kecamatan Sintang. Buku itu
membahas tentang motivasi seseorang mengikuti tradisi terempoh, makna tradisi terempoh,
dan nilai yang terkandung dalam tradisi terempoh . Penelitian lain dilakukan oleh Halimatus
sa’diyah tahun 2005 tentang “Budaya Terempoh pada Masyarakat RT. 06/ RW. 02 Kelurahan
Kapuas Kiri Hulu Sintang dalam Perspektif Pendidikan Islam” yang mengkaji tentang
bagaimana pelaksanaan tradisi terempoh dan nilai pendidikan Islam dari tradisi tersebut.
Intinya bahwa tradisi terempoh sejalan dengan nilai-nilai pendidikan Islam, yakni Akidah,
Akhlak dan Syariah . Pada penelitian ini, tradisi terempoh dipandang dari sudut pandang
yang sedikit berbeda, yaitu tentang nilai multikultural dari tradisi trempoh. Pada pelaksanaan
tradisi, penelitian berfokus pada bentuk-bentuk trempoh, sedangkan tentang nilai pendidikan
Islam mengalami pendalaman dari penelitian terdahulu.

B. PENELITIAN TERDAHULU

-Buku, Gusti Muhammad, Tradisi Terempoh dalam Era Modernisasi: Kajian


Tradisi Masyarakat Melayu Sintang-Kalimantan Barat, Sintang: Sultan Nata, 2017.

Kesimpulan: Tradisi terempoh merupakan salah satu khazanah budaya lokal yang menjadi
tradisi turun temurun di warga Melayu Sintang. prosesi terempoh mempunyai tempatnya
dalam warga majemuk di Kecamatan Sintang. Novel itu mangulas tentang motivasi seorang
mengikuti tradisi terempoh, arti tradisi terempoh, serta nilai yang tercantum dalam tradisi
terempoh.

-Dian Findhiani Eka Hadi Lestari, Hermansyah dan Syamsul Kurniawan, Jurna
IAIN Pontianak NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DAN PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI TEREMPOH MELAYU SINTANG (2018)

KESIMPULAN: Tradisi terempoh merupakan kearifan lokal masyarakat Melayu Sintang


yang telah ada sejak jaman dahulu. Disebut kearifan lokal Karena tradisi ini diakui oleh
masyarakat dan terbukti berguna untuk Menguatkan kohesi sosial, meneguhkan jati diri,
mengurai masalah bersama, Dan memajukan budaya adalah wujud kearifan lokal (dalam
fikih dikenal Dengan al-‘urf)

-Syamsul Kurniawan, “Serapah dalam Masyarakat Melayu Kampung Saigon Kota


Pontianak”, dalam Jurnal Religi, Vol. IX, No. 1, 2013, hlm. 96-119

KESIMPULAN: Terempoh dilakukan untuk menyambung tali silaturahmi dan


Mempertahankan adat istiadat yang dalam prosesinya kental dengan nilai-nilai Islam. Pelaku
tradisi ini ialah orang Melayu. Syamsul Kurniawan Menjelaskan, apapun etnisnya, ketika ia
menganut agama Islam, meskipun ia Beretnis Jawa, Sunda, Bugis, Dayak bahkan Tionghoa,
ia dapat disebut Melayu.

-Halimatussa’diah, “Budaya Terempoh pada Masyarakat Rt. 06/Rw. 02, Kelurahan


Kapuas Kiri Hulu, Sintang dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Skripsi tidak diterbitkan,
Pontianak: IAIN Pontianak, 2005.

KESIMPULAN : Penelitian yang dilakukan oleh Halimatus sa’diyah tahun 2005 tentang
“Budaya Terempoh pada Masyarakat RT. 06/ RW. 02 Kelurahan Kapuas Kiri Hulu Sintang
dalam Perspektif Pendidikan Islam” yang mengkaji Tentang bagaimana pelaksanaan tradisi
terempoh dan nilai pendidikan Islam Dari tradisi tersebut. Intinya bahwa tradisi terempoh
sejalan dengan nilai-nilai Pendidikan Islam, yakni Akidah, Akhlak dan Syariah.

-Ropita Dewi Sartika, Saefur Rochmat, Zulkarnain , The Values of Character


Education in “Terempoh” Silaturahmi Tradition of Malay Society in Sintang City ,(Vol 4
No 2 2021)

Kesimpulan: Tradisi Terempoh merupakan tradisi turun temurun masyarakat Melayu


Sintang. Tradisi ini masih dilakukan sampai sekarang. Tradisi Terempoh biasanya dilakukan
pada saat Idul Fitri dan Idul Adha sebagai tradisi berkumpulnya masyarakat Melayu Sintang.
Meskipun merupakan tradisi yang panjang, Tradisi Terempoh ini mengandung nilai-nilai
karakter yang bila diterapkan dengan baik dalam pendidikan akan memberikan banyak
pelajaran dan manfaat bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat.
C. TEORI TRADISI DAN BUDAYA

 PENGERTIAN TRADISI
Tradisi dipahami sebagai segala sesuatu yang turun temurun dari nenek moyang.
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan yang
bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi nilainilai
budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan, dan kemudian
menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala
konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau
perbuatan manusia dalam kehidupan sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi,
diartikan sebagai kepercayaan dengan cara turun menurun yang dapat dipelihara1

Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaankebiasaan.


Tradisi tersebut bukanlah suatu yang tidak dapat diubah, tradisi justru dipadukan
dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam
Keseluruhannya. Karena manusia yang membuat tradisi maka manusia juga yang
dapat menerimanya, menolaknya dan mengubahnya.4 Tradisi juga dapat dikatakan
sebagai suatu kebiasaan yang turun menurun dalam sebuah masyarakat, dengan
sifatnya yang luas, tradisi bisa meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga tidak
mudah disisihkan
Dengan perincian yang tepat dan diperlakukan serupa atau mirip, karena tradisi bukan
obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup
pula.2

1
Atik Catur Budiati (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA (PDF). Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Hlm. 35. ISBN 978-979-068-219-1.
2
Serafica Gischa. "Perbedaan Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat". Kompas.com. Diakses tanggal 5 November
2021
Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan sejarah
masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan keyakinan dan
sebagainya, maupun proses penyerahan atau penerusannya pada generasi berikutnya.
Sering proses penerusan tejadi tanpa dipertanyakan sama sekali, khususnya dalam
masyarakat tertutup dimana hal-hal yang telah lazim dianggap benar dan lebih baik
diambil alih begitu saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa suatu tradisi.
Bahasa daerah yang dipakai dengan sendirinya diambil dari sejarahnya yang panjang
tetapi bila tradisi diambil alih sebagai harga mati tanpa pernah dipertanyakan maka
masa sekarang pun menjadi tertutup dan tanpa garis bentuk yang jelas seakan-akan
hubungan dengan masa depan pun menjadi terselumbung. Tradisi lalu menjadi tujuan
dalam dirinya sendiri.

Dalam bahasa Arab tradisi ini dipahami dengan kata turath. Kata turath ini berasal
dari huruf wa ra tha, yang dalam kamus klasik disepandankan dengan kata irth, wirth,
dan mirath. Semuanya merupakan bentuk mas}dar (verbal noun) yang menunjukkan
arti segala yang diwarisi manusia dari kedua orang tuanya baik berupa harta maupun
pangkat atau keningratan.
Penggunaan kata turath tersebut muncul dalam konteks pemikiran Arab sebelum
berkenalan dengan wacana kebangkitan yang melanda sejumlah wilayah Arab sejak
abad ke 19 M. Kata turath dalam bahasa Prancis disebut dengan heritage yang
menunjukkan makna warisan kepercayaan dan adat istiadat bangsa tertentu,
khususnya warisan spiritual.

 PENGERTIAN BUDAYA
Sedangkan budaya, menurut Koentjaraningrat, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah yang berarti budi atau akal. Kebudayaan berhubungan dengan kreasi budi
atau akal manusia. Atas dasar ini, Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai
daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa itu. 3Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya itu sebagai
perkembangan dari kata majemuk budi daya yang berarti daya dari budi. Karena itu
mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya itu daya dari budi yang
berupa cipta, karsa dan rasa sedangkan kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa,
3
Pengertian Budaya Menurut Para Ahli, Jangan Keliru Memaknainya”. Liputan 6. 11 Januari 2019.
dan rasa tersebut. Dalam kata antropologi budaya, tidak diadakan perbedaan arti
antara budaya dan kebudayaan. Disini kata budaya hanya dipakai untuk singkatan saja
dari kata kebudayaan.
Adapun kata culture dalam bahasa Inggris yang artinya sama dengan kebudayaan
berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari sinilah berkembang arti culture sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. 4

Mengenai pengertian budaya para ahli antropologi mendefinisikan sebagai berikut:

a. Menurut M. Harris mengatakan bahwa budaya adalah tradisi dan gaya hidup yang
dipelajari dan didapatkan secara sosial oleh anggota dalam suatu masyarakat,
termasuk cara berpikir, perasaan, dan tindakan yang terpola dan dilakukan
berulang-ulang.

b. Menurut R. Rosaldo mengatakan bahwa budaya memberi makna kepada


pengalaman manusia dengan memilih dari dan mengelola budaya tersebut.
Budaya secara luas mengacu pada bentuk-bentuk melalui apa orang memahami
hidupnya, bukan sekedar mengacu pada opera atau seni dalam museum.

c. Menurut E. T. Hall, budaya adalah media yang dikembangkan manusia untuk


bertahan hidup. Tak ada satu hal pun yang bebas dari pengaruh budaya. Budaya
merupakan dasar dari sebuah bangunan peradaban dan sebuah media yang
melaluinya, kejadian-kejadian dalam kehidupan mengalir.

d. Menurut C. Geertz, budaya adalah pola pemaknaan yang terwujud dalam bentuk-
bentuk simbolis yang ditransmisikan secara historis yang melaluinya orang
berkomunikasi, mengabadikan, dan mengembangkan pengetahuanya Tentang
sikap terhadap hidup.

4
Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Recca Ayu Hapsari (2019). Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar
Mengenal Antropologi. Aura Publisher. Hlm. 76–81. ISBN 978-623-211-107-3.
e. Menurut E.B. Tylor dalam bukunya Primitive Culture mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah satu keseluruhan yang kompleks, yang mengandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
kemampuan lain, serta kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat.

f. Menurut Prof. M.M. Djojodigoeno dalam bukunya Asas-asas Sosiolog


mengatakan bahwa kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi yang berusaha
cipta, karsa dan rasa. Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia
segala hal yang ada dalam pengalamanya, yang meliputi pengalaman lahir dan
batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan. Karsa adalah kerinduan
manusia untuk menginsafi tentang hal sangkan paran. Dari mana manusia sebelum
lahir dan kemana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-norma agama,
kepercayaan. Sedangkan rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga
menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Buah Perkembangan rasa ini
adalah berbagai macam kesenian,

Dari penjelasan para pakar antropologi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya
adalah suatu tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna,
hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep semesta alam, objekobjek
materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi
melalui usaha individu dan kelompok. 5

Dari hasil-hasil budaya manusia dapat dibagi menjadi dua macam kebudayaan,

Yakni:

1. Kebudayaan jasmaniyah (kebudayaan fisik) meliputi benda-benda ciptaan


manusia, misalnya alat-alat perlengkapan hidup.

2. Kemudian kebudayaan rohaniyah (nonmaterial) yaitu semua hasil cipta manusia


yang tidak bisa dilihat dan diraba, seperti religi, ilmu pengetahuan, bahasa, seni.

5
Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Recca Ayu Hapsari (2019). Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar
Mengenal Antropologi. Aura Publisher. Hlm. 76–81. ISBN 978-623-211-107-3.
Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan
dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model sebagai tindakan-tindakan
penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal
dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat
perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Budaya juga berkenaan
dengan sifat-sifat suatu objek materi yang memainkan peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari, seperti model rumah, alat-alat yang digunakan, transportasi dan
lain-lain.

Selain itu budaya merupakan gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu.
Budaya bukanlah sesuatu yang hanya dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki
oleh sebagian orang lainya. Budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan demikian
menjadi suatu faktor pemersatu. Budaya juga merupakan pengetahuan yang dapat
dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari yang juga ada pada anggotaanggota
dalam suatu kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga-lembaga dan artefak-
artefak mereka. Dalam hal ini setiap kelompok budaya menghasilkan jawabanjawaban
khususnya sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup seperti kelahiran,
pertumbuhan, hubungan-hubugan sosial dan bahkan kematian. Ketika orang-orang
menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan ganjil yang mereka temukan di bumi,
kebiasaan hidup sehari-hari timbul.

Manusia menciptakan budaya tidak hanya sebagai suatu mekanisme adaptif Terhadap
lingkungan biologis dan geofisik saja, tetapi juga sebagai alat untuk memberi andil
kepada evolusi sosial. Hal ini bisa dilihat budaya budaya yang ada dalam masyarakat
seperti prosesi kelahiran bayi, nikahan ataupun acara-acara lainya dalam suatu
masyarakat tertentu.

Budaya memiliki suatu tujuan. Budaya membantu untuk mengkategorikan dan


mengklasifikasikan pengalaman. Budaya membantu mendefinisikan diri, dunia, dan
tempat kita di dalamnya. Budaya membantu memahami ruang yang kita tempati.
Suatu tempat hanya asing bagi orang-orang asing, tidak bagi orang yang
menempatinya. Budaya memudahkan kehidupan dengan memberikan solusi-solusi
yang telah disiapkan untuk memecahkan masalah-masalah, dengan menetapkan
polapola hubungan, dan cara-cara memelihara kohesi dan konsensus kelompok.
Banyak cara atau pendekatan yang berlainan untuk menganalisis dan
mengkategorikan suatu budaya agar budaya tersebut lebih mudah dipahami.

B. TEORI NILAI NILAI ISLAM

 PENGERTIAN NILAI
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan
manusia, khususnya mengenai kebaikan dan tindak kebaikan suatu hal, Nilai artinya
sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai adalah
sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak
hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan
sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi. 6Adapun
pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli antara Lain:

1) Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe kepercayaan
yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan

Dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau memiliki dan
dipercayai.

2) Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif mengartikan nilai sebagai
berikut: Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan,

6
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2007, hal. 146-156.
tetapi kita dapat mengalami dan memahami cara langsung kualitas yang terdapat
dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-mata subjektif, melainkan
ada tolok ukur yang pasti terletak pada esensi objek itu. Kedua, nilai sebagai objek
dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang berada dalam kenyataan maupun
pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh
situasi kehidupan.

3) Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yangmelekat pada sesuatu (Sistem
kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia
yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan esensi yang
melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Esensi belum
berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti adanya esensi karena
adanya manusia yang membutuhkan. Hanya saja kebermaknaan esensi tersebut
semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap pemaknaan manusia itu
sendiri. Jadi nilai adalah sesuatu yang dipentingkanmanusia sebagai subyek
menyangkut segala sesuatu baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau
maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.

Segala sesuatu dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah sampai
pada taraf kebermaknaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga sesuatu bernilai
bagi seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain, karena nilai itu sangat penting
dalam kehidupan ini, serta terdapat suatu hubungan yang penting antara subyek
dengan obyek dalam kehidupan ini.

Nilai sebagai daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan
pada tindakan seseorang. Nilai mempunyai dua segi intelektual dan emosional.
Kombinasi kedua dimensi tersebut menentukan sesuatu nilai beserta fungsinya dalam
kehidupan. Bila dalam pemberian makna dan pengabsahan terhadap suatu tindakan,
unsur emosionalnya kecil sekali, sementara unsur intelektualnya lebih dominan,
kombinasi tersebut disebut norma norma atau prinsip. Norma-norma atau prinsip-
prinsip seperti keimanan, keadilan, persaudaraan dan sebagainya baru menjadi nilai-
nilai apabila dilaksanakan dalam pola tingkah laku dan pola berfikir suatu kelompok,
jado norma bersifat universal dan absolut, sedangkan nila-nilai khusus dan relatif bagi
masing-masing kelompok.

Nilai-nilai tidak perlu sama bagi seluruh masyarakat. Dalam masyarakat terdapat
kelompok yang berbeda atas dasar sosio-ekonomis, politik, agama dan etnis masing-
masing mempunyai sistem nilai yang berbeda. Nilai-nilai ditanamkan pada anak didik
dalam suatu proses sosialisasi melalui sumber-sumber yang berbeda.

 Macam-macam nilai

Nilai jika dilihat dari segi pengklasifikasian terbagi menjadi bermacam-macam, diantaranya:

a. Dilihat dari segi komponen utama agama islam sekaligus sebagai nilai
tertinggi dari ajaran agama islam, para ulama membagi nilai menjadi tiga
bagian, yaitu: Nilai Keimanan (Keimanan), Nilai Ibadah (Syari’ah), dan
Akhlak. Penggolongan ini didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad
SAW kepada Malaikat Jibril mengenai arti Iman, Islam, dan Ihsan yang
esensinya sama dengan akidah, syari’ah dan akhlak.

b. Dilihat dari segi Sumbernya maka nilai terbagi menjadi dua, yaitu Nilai
yang turun bersumber dari Allah SWT yang disebut dengan nilai ilahiyyah
dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia sendiri
yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut

Selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan


melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Kemudian didalam analisis teori
nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai pendidikan yaitu:

1) Nilai instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai


untuk sesuatu yang lain.
2) Nilai instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tida untuk sesuatu
yang lain melainkan didalam dan dirinya sendiri.

Nilai instrumental dapat juga dikategorikan sebagai nilai yang.Bersifat relatif dan subjektif ,
dan nilai instrinsik keduanya lebih tinggi daripada nilai instrumental. Sedangkan nilai dilihat
dari segi sifat nilai itu dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:

 Nilai Subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek dan objek. Hal ini sangat
tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek tersebut.
 Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari objek
secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat, seperti nilainkemerdekaan, nilai
kesehatan, nilai nkeselamatan, badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.
 Nilai yang bersifat objektif metafisik yaitu nilai yang ternyata mampu menyusun
kenyataan objektif seperti nilai-nilai agama

E. TEORI PARTISIPASI MASYARAKAT

 PENGERTIAN PARTISIPASI
Berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau
pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental
dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan
emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang
diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut
memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat
kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang
mental serta penentuan kebijaksanaan.7

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan
respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta
mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

Bentuk partisipasi yang nyata yaitu:


7
Finna Rizqinna. 2010. Partisipasi Masyarakat. www.lontar.ui.id. Hal 14
 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi
pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan
 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas
 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program
 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang
dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya
 Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat
atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk
memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang
diikutinya.8
 Pengertian MASYARAKAT

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi
tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena tuntutan kebutuhan dan pengaruh
keyakinan, pikiran, serta ambisi tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan
hukum yang terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu
karena individu-indivu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut9

Menurut antropolog Elman Service, untuk memudahkan mempelajari keanekaragaman


masyarakat, masyarakat dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan peningkatan
ukuran populasi, sentralisasi politik, serta stratifikasi sosial, yaitu: kawanan (band), suku
(tribe), kedatuan (chiefdom), dan negara (state). Jenis masyarakat paling kecil atau kawanan
biasanya hanya terdiri atas beberapa kelompok, banyak diantaranya merupakan kumpulan
dari satu atau beberapa keluarga besar.10

 PARTISIPASI MASYARAKAT

8
Isbandi Rukminto Adi. Revisi 2012. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hal 227,228,229,230,231
9
Sulfan dan Mahmud 2018, hlm. 273
10
Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Recca Ayu Hapsari. Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal
Antropologi. Aura Publisher. Hlm. 52–53. ISBN 978-623-211-107-3.
Partisipasi masyarakat sering kali dianggap sebagai bagian yang tidak terlepas dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.[4] Dengan melihat partisipasi sebagai kesatuan dalam proses
pemberdayaan masyarakat, akan dapat diketahui bahwa akar perkembangan pemikiran
tentang partisipasif dalam pembangunan akan terkait dengan diskursus komunitas.[4] Dimana
salah satu diskursus komunitas adalah asumsi bahwa masyarakat bukanlah sekumpulan orang
yang bodoh, yang hanya bisa maju kalau mereka mendapatkan perintah belaka.[4] Partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif
solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.11

DAFTAR PUSTAKA

- Atik Catur Budiati (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA (PDF). Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. Hlm. 35. ISBN 978-979-068-219-1.

- Serafica Gischa. “Perbedaan Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat”. Kompas.com. Diakses tanggal
5 November 2021

-Pengertian Budaya Menurut Para Ahli, Jangan Keliru Memaknainya”. Liputan 6. 11 Januari 2019.

- Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Recca Ayu Hapsari (2019). Pengantar Antropologi: Sebuah
Ikhtisar Mengenal Antropologi. Aura Publisher. Hlm. 76–81. ISBN 978-623-211-107-3.

- Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2007, hal. 146-156.

- Finna Rizqinna. 2010. Partisipasi Masyarakat. www.lontar.ui.id. Hal 14

- Isbandi Rukminto Adi. Revisi 2012. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 227,228,229,230,231

-Sulfan dan Mahmud 2018, hlm. 273

- Isbandi Rukminto Adi. Revisi 2012. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 227,228,229,230,231

11
Isbandi Rukminto Adi. Revisi 2012. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hal 227,228,229,230,231
DESKRIPSI PENELITIAN

Tradisi Terempoh adalah tradisi masyarakat Melayu Sintang yang menyimbolkan sebagai
rasa syukur menyambut hari kemenangan setelah manjalankan Puasa Ramadhan. Tradisi
sebagai bentuk rasa syukur atas kebesaran Allah SWT . Di mana tradisi ini biasanya di
lakukan masyarakat setempat untuk berkunjung ke rumah rumah warga di dalam satu
kawasan RT12

Sampai sekarang ini masyarakat Melayu Sintang Kalimantan barat masih melakukan tradisi
ini, namun tak semua kawasan daerah tersebut yang melakukan nya. Mayoritas kebanyakan
yang melakukan tradisi ini adalah masyarakat di daerah tepian sungai atau jaraknya dekat
dengan sungai13

Tradisi Terempoh ini adalah tradisi turun menurun yang sudah ada pada zaman nenek
moyang dahulu. Namun ada juga yang berpendapat bahwa tradisi ini lahir sejak adanya
pemekaran wilayah keraton pada tahun 198614

12
Wawancara Tiara innayah hermiati, Masyarakat setempat daerah Sesar, kabupaten sintang
13
Wawancara Dwi tia Astri, Masyarakat Setempat daerah Darma Putra kabupaten sintang
14
Wawancara shafa arifa, masyarakat setempat daerah menyumbung,sintang kalbar
tradisi terempoh digunakan sebagai alat informasi dan komunikasi untuk mengetahui keadaan
sosial setiap warga. Sebagaimana dikatakan Ahmadi bahwa terempoh digunakan untuk saling
berbagi dan untuk mengetahui keadaan hidup tetangga . Dari kegiatan terempoh inilah
dilakukan musyawarah dan mufakat untuk menindak lanjuti keadaan saudara, tetangga, atau
kaum kerabat kita yang sedang dalam kondisi yang membutuhkan bantuan15

Di saat berlangsungnya tradisi terempoh ini masyarakat menyiapkan makanan atau sajian dari
tuan rumah kepada tamunya, sajian ini apa saja dan tak memberatkan dari tuan rumah nya
tersebut.16

Masyarakat yang mengikuti tradisi ini dari orang dewasa Sampai anak anak. Tradisi ini di
ikuti bapak bapak dan ibu ibu kebanyakan. Namun bukan dalam satu waktu biasanya
Terempoh bapak bapak jadwal nya berbeda dengan terempoh ibu ibu 17

Tradisi Terempoh di yakni sebagai media paling utama untuk memperkuat tali persaudaraan
antar sesama masyarakat di karenakan di tradisi ini lah kita dapat berjumpa kerabat,teman,
keluarga,tetangga dan lainlain dari yang sering kita temui dan jarang kita temui18

Tradisi ini tak hanya di ikuti Masyarakat Melayu saja namun dari berbagai suku pun boleh
mengikuti tradisi ini. Tradisi Terempoh ini hanya ada di Kabupaten sintang Kalimantan barat
saja. 19

15
Wawancara Ahmadin, Guru agama dan imam masjid kabupaten sintang
16
Wawancara Ardi, Masyarakat Setempat daerah menyumbung kabupaten sintang
17
Wawancara adzra Nurpadila, Masyarakat menyumbung kab sintang)

18
Wawancara Tiara, masyarakat sesar kabupaten sintang

19
Muhammad fazrisno, masyarakat menyumbung kab sintang)

Anda mungkin juga menyukai