Anda di halaman 1dari 6

TRADISI BAUSUNG DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI DI

PEMBELAJARAN IPS

Nur Azizah
Email: 2010128220004@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Abstrak
Tradisi bausung merupakan tradisi atau adat istiadat urang Banjar atau yang memiliki
keturunan Banjat kandangan. Perkawinan adat banjar memiliki ciri khas atau yang nampak
jelas terhadap penhormatan kepada pengantin, dengan begitu setiap ada perkawinan kedua
mempelai haru di usung (diangkat) agar posisi kedua pengantin tersebut lebih tinggi darpada
masyarakat yang lainnya. dan juga dalam adat ini pengantin di anggap sebagai rajadan ratu
sehari oleh masyarakat Banjar atau yang biasa disebut urang Banjar. Selain itu kedua
pengantin tersebut tidak dikenankan menginjakkan kaki mereka tersebut ke tanah. Tradisi
bausung ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, karena orang yang melakukan atau
dipercaya sebagai pemandu acara bausung tersebut sudah terlatih dari gerakan silat hingga
menari serta mengangkat kedua mempelai pastinya tidak mudah dilakukan maka begitu
tradisi bausung ini tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Karena tradisi ini tentunya usdah
melakukan berbagai macam pelatihan dan orang yang dipercaya mengangkat kedua
pengantin pun perlu memiliki tenaga yang kuat.

PENDAHULUAN
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang manusia pada dasarnya dengan
bahan kaji seperti bentuk pada fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia. Secara sederhana
antropologi ialah ilmu yang mana mempelajari manusia di dalam suatu masyarakat suku
bangsa dalam mempelajari dan memebangun upaya masyarakat suku bangsa itu sendiri.
Adapula antropologi sosial budaya yang mana manusia merupakan suatu komponen penting
bagi diri manusia itu sendiri dan bagi lingkungan alam sekitarnya. Manusia dan
lingkungannya saling memiliki keterkaitan satu sama lain, hal itupun saling mempengaruhi
antara manusia beserta lingkungannya yang mana dapat dikatakan manusia sebagai makhluk
sosial harus hidup secara berdampingan dan tidak sendiri pastinya manusia hidup selalu
bersama dengan orang lain. Mengapa manusia selalu dikatakan hidup bersama karena
manusia hidup secara kolektif dalam sebuah kesatuan baik itu kesatuan besar ataupun
kesatuan kecil. Dalam hal ini manusia hidup selalu berinteraksi, bertukar pikiran, saling
bekerja sama agar memiliki tujuan untuk hidupnya karena pada semesetinya alam semesta
selalu berputar sesuai dengan hukum alam yang sudah ada.

Budaya merupakan sebuah hasil rekayasa dari manusia itu sendiri untuk dapat
memperbaiki tataan dan meningkatkan taraf hidup manusia itu sendiri yang mana budaya
tersebut baik dari bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, tindaakan-tindakan sosial, kegiatan
ekonomi serta politik dan teknologi pun semuanya didasari oleh budaya yang ada disekitar
kita. Adapun aplikasi perspektif antropologi didalam suatu komunikasi antar budaya yang
mana kita dapat melihat hal tersebut dari sudut pandang antropologi dalam hal itu juga
terdapat nila-nilai budaya. Adapun tradisi perkawinan adat suku banjar yang berdasarkan dari
adat istiadat atau kebiasaan-kebiasaan yang berada di dalam masyarakat banjar tersebut.
Tradisi budaya perkawainan ini merupakan tradisi yang harus dijalani oleh masyarakat banjat
apabila ingin melansungkan perkawinan, tradisi di masyarakat banjar pun berbagai macam
ragam dan bisa dikatakan unik seperti halnya tradisi bausung yang ada di kalimantan selatan.
Bausung merupakan tradisi atau kebudayaan yang ada dikalimantan selatan yang mana
bausung merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan masyarakat banjar pada acara
perkawinan.

TRADISI BAUSUNG DI BANJAR KALIMAN SELATAN

Pada zaman dahulu tradisi bausung pengantin hanya dapat dilakukan oleh kalangan orang-
orang berada atau orang yang memiliki uang yang berlebih bisa dibilang orang yang memiliki
ekonomi tingkat keatas karena pada dasarnya tradisi bausung ini memerlukan biaya yang
cukup besar, dengan begitu keluarga yang dapat melaksanakan perkawinan dengan tradisi
bausung tersebut dapat dikatakan bahwa orang tersebut adalah orang yang berada atau kaya.
Mengapa demikian bausung ini memiliki biaya yang terbilang cukup besar karena bausung
tidak hanya sebuah tradisi biasa akan tetapi bausung tersebut merupakan tradisi yang harus
diiringi dengan berbagai kesenian dan alat musik, seperti halnya tarian japin, hadrah, silat,
panting dan lain sebagainnya, maka dari itu bausung mengeluarkan biaya yang cukup banyak
dan hanya orang-orang dari kalangan bangsawan saja yang dapat melakukan tradisi bausung
tersebut. Seiring berkembangnnya zaman tradisi bausung ini tidak lagi dilakukan oleh
kalangan bangsawan atau kalangan orang berada melainkan tradisi bausung tersebut sudah
menjadi tradisi publik atau dapat dibilang tradisi bausung tersebut sudah menjadi salah satu
bagian dari hiburan di dalam acara pernikahan ataupun perkawinan. Upacara bausung ini
dapat dilakukan oleh seluruh atau semua masyarakat terkhusus bagi mereka yang memang
mencintai tradisi bausung tersebut dan memang tradisi bausung tersebut sudah menjadi
kebiasaan yang turun temurun di kalangan keluarga mereka. Bausung pengantin ini
merupakan sebuah tradisi atau kebudayaan yang terbilang cukup unik yang mana bausung ini
dilakukan dengan cara mengangkat kedua pengantin pria dan pengantin wanitanya keatas
bahu dua orang laki-laki yang sudah terlatih melakukan hal bausung tersebut. Lalu kedua
laki-laki yang mengusung mempelai pria dan mempelai wanita tersebut berjalan dari depan
pintu rumah sampai dengan tempat pemandian pengantin. Yang pastinya kedua laki-laki yang
mengankat kedua pengantin tersebut memiliki tenaga yang kuat dan memiliki kepandaian
dalam bidang silat dan menari. Karena kedua laki-laki yang mengusung kedua mempelai
tersebut akan memperagakan sebuah tarian dan gerakan silat di hadapan tamu undangan
sampai dengan kedua mempelai yang diusung tadi ketempat pemandiannya.

KEBUDAYAAN BAUSUNG DALAM PEMBELAJARAN IPS

Pembelajaran IPS merupakan suatu proses sosialisasi dan pembudayaan manusia yang
mana pada dasanya memanusiakan manusia (Stahl,2002), dalam pembelajaran IPS harus
mampu mengendalikan serta memediasi pengembangan suatu potensi untuk peserta didik
secara maksimal, sehingga peserta didik benar-benar merasakan dampak dn juga manfaat dari
belajarnya atau bisa disebut sebagai meaningful learning. Dengan begitu, pembelajaran yang
di ajarkan oleh sekolah hendaknya selalu menggunakan referensi dari sosial dan budaya dari
masyarakat tersebut sehingga pemahaman serta kesadaran tentang suatu keragaman budaya
dapat menjadi acuan dalam bersikap toleransi dan saling meghormati atau menghargai satu
sama lain. Dengan begitu kesadaran, motivasi, pengetahuan, dan perilaku perlu adanya
pemahaman terhadap budaya untuk indikator kecerdasan suatu budaya harus didasari oleh
proses pembelajaran IPS di sekolah sehingga menjadikan peserta didik mempunyai
kemampuan dan memiliki fungsi secara efektif dalam melakukan proses berinteraksi di
dalam masyarakat yang multi budaya.
Pembelajaran IPS juga harus memlalui berbagai penerapan nilai-nilai kearifan lokal yang
mana hal tersebut memacu suatu upaya dalam menanamkan rasa peduli terhadap sesama,
baik itu kepada orang terdekat maupun orang lain. Dengan begitu dapat meluaskan
pengetahuan tentang budaya bangsa, yang merupakan salah satu bagian untuk
memminimalisir atau mencegah dampak negatif dari globalisasi. Dengan adanya
permasalahan tersebut tentunya memerlukan sebuah pemecahan masalah dikarenakan
dampak globalisasi ini akan menjadi ancaman yang mengakibatkan generasi penerus bangsa
mudah terpengaruh oleh dampak globalisasi tersebut, dengan begitu perlu adanya kesadaran
akan pentingnya suatu nilai-nilai adat istiadat dan tradisi yang sudah berkembang
dilingkungannya. Dengan begitu hubungan antara manusia dan manusia lainnya selalu
meliputi dalam bentuk nilai musyawarah, persaudaraan, gotong royong, dan tolong menolong
kepada sesama, menyesuaikan diri dengan dengan berbagai konsep yang ada. Manusia
dengan jati diri sendiri harus mampu meliputi dalam berbagai aspek serta kerja keras dan
diiringi oleh tanggung jawab dengan nilai konsep di kerjakan secara bersama-sama. Dalam
konteks budaya tertentunya pastinya memiliki batasan dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu pula, karena nilai budaya tidak berdiri sendiri pastinya nilai budaya juga memiliki
sebuah dorongan dari masyarakatnya tersebut. Seperti halnya nilai budaya atau tradisi
bausung pastinya berkembang sesuai dengan waktunya yang mana tradisi bausung tersebut
susah dalam dilakukan karena pada zaman dahulu tradisi ini hanya orang bangsawan saja
yang bisa melakukannya, akan tetapi seiring berkembangnya zaman orang yang bukan dari
keturunan bangsawan ataupun orang biasa saja juga dapat melakukan tradisi bausung ini
sebagai hiburan. Dalam tradisi bausung ini juga memiliki nilai didalamnya yang mana nilai
tersebut berupa semangat serta antusias para tamu undangan untuk menonton acara atau
tradisi bausung tersebut. Hal ini menggambarkan pentingnya kita sebagai makhluk sosial
memahami nilai-nilai lokal yang ada di lingkungan kita tersebut.

KESIMPULAN

Tradisi bausung merupakan adat istiadat urang Banjar yang mana tradisi ini memiliki
berbagai macam nilai lokal yang terkandung didalamnya. Tradisi bausung ini pun memiliki
ciri khas tersendiri yang mana hanya orang-orang yang tertentu saja yang dapat
melakukannya, adat istiadat yang ada dalam masyarakat banjar lumayan cukup unik karena
pada adat ini hanya urang Banjar atau keturanan Banjar yang dapat melakukannya. Nilai
pembelajaran yang dapat kita ambil serta kita terapkan yaitu nilai mencintai budaya yang ada
di lingkungan kita serta melestarikan budaya tersebut, jangan hanya dengan berkembangnya
zaman kita sebagai makhluk sosial malah meluapakan budaya yang sudah semestinya kita
terapkan dalam kehidupan kita sehari- hari. Dalam konteks ini pula kita selaku makhluk
sosial dapat melihat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu berupa nilai gotong
royong, kebersamaan, kepedulian, dan semangat. Dengan begitu budaya yang ada di
lingkungan kita tetap terjaga walaupun seiring berkembangnya zaman, jangan sampai kita
sebagai makhluk sosial membiarkan budaya kita tenggelam dikarenakan semakin maraknya
globalisasi dan banyaknya budaya-budaya baru yang masuk sehingga mempengaruhi hidup
kita dan melupakan budaya lama yang sudah sejak lama berada dalam lingkungan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, E. W. (2015). Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal. WAHANA Jaya Abadi.


Abbas, E. W. (2018). Penguatan Pendidikan IPS Di Tengah Isu-Isu Global.
Ade, T. (2018). Analisis Musik Silat Pengantin (Bausung) Di Kecamatan Tembilahan
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau (Doctoral dissertation, Pendidikan Sendratasik).
Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di sekolah
dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 85-98.
Muchtar, K., Koswara, I., & Setiaman, A. (2016). Komunikasi antar budaya dalam perspektif
antropologi. Jurnal Manajemen Komunikasi, 1(1).
Rahmah, R. (2019). Tradisi Bausung Pengantin Pada Banjar Kandangan Di Kecamatan
Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.
Widyanti, T. (2015). Penerapan Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Budaya Masyarakat
Kampung Adat Cireundeu sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 24(2), 157-162.

Anda mungkin juga menyukai