PENDALUNGAN
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga tugas makalah yang berjudul “Budaya Pendalungan” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas makalah Keperawatan
Transkultural. Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada::
1. Dosen pengampu yang telah membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini
2. Semua orang yang terlibat dalam pembuatan makalah saya ini, yang telah
membantu saya agar dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Jurnal ini berisi tentang definisi dari budaya pendalungan,lokasi budaya pendalungan,
karakteristik budaya serta perspektif budaya pendalungan terkait kesehatan. Demikian jurnal
ini dibuat tidak menutup kemungkinan ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya,
penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Apabila
ada pendapat atau saran yang bersifat membangun Serta penulis berharapan agar pembaca
berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Harapan penulis, makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan tabu dan makanan anjuran yang
berlaku untuk ibu hamil di etnis Madura terdiri dari pangan hewani, sayuran, buah, dan
minuman. Makanan yang paling banyak ditabukan adalah cumi-cumi, udang, nanas, kol, dan
air es yang manis. Berdasarkan wawancara mendalam, makanan tabu dilarang untuk
dikonsumsi karena dipercaya dapat membuat bayi memiliki sifat dan bentuk fisik seperti
hewan tersebut. Ibu hamil yang mengonsumsi udang dikhawatirkan janin atau bayinya akan
melengkung seperti bentuk fisik udang dan bayi akan sulit atau tidak mau keluar saat proses
persalinan seperti sifat udang yang suka bersembunyi di dalam pasir.
Konsumsi buah kedondong, nanas, salak, durian, dan rambutan dilarang untuk ibu
hamil. Buah ini tidak boleh dikonsumsi karena dipercaya dapat menyebabkan keguguran dan
membuat panas di perut. Kedondong dan nanas merupakan dua buah yang paling ditabukan
oleh etnis Madura. Nanas paling banyak dihindari pada ibu hamil trimester 1 dan 2,
sedangkan kedondong pada trimester 3. Sebagian besar masyarakat Sumenep mempercayai
bahwa konsumsi minuman dingin khususnya yang manis berbahaya bagi ibu hamil karena
dapat menyebabkan komplikasi pada saat melahirkan. Komplikasi pada saat persalinan ini
diakibatkan bayi yang terlalu besar karena banyak meminum air dingin (manis).
Makanan yang banyak dianjurkan untuk ibu hamil di lokasi penelitian adalah nasi
jagung, ikan pindang, ikan bandeng, ikan mujair, tempe dan tahu, hampir semua jenis buah-
buahan, daun kelor, dan air kelapa. Nasi jagung merupakan makanan pokok masyarakat
Madura yang memiliki kandungan asam amino yang lebih baik dibandingkan nasi atau
jagung saja. Pangan hewani yang tersedia, murah dan mudah dijangkau banyak dianjurkan
untuk ibu hamil. Daun kelor merupakan salah satu pangan dengan ketersediaan yang tinggi di
Madura dan memiliki kandungan zat besi dan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan bayam.
Daun kelor biasanya dikonsumsi sebagai sayur. Hampir semua jenis buah dianjurkan untuk
dikonsumsi asalkan keluarga tersebut mampu membelinya. Air kelapa merupakan minuman
yang paling banyak direkomendasikan untuk dikonsumsi ibu hamil, tidak hanya di Madura
tetapi juga diberbagai etnis di Indonesia. Air kelapa diyakini dapat membuat kulit bayi
menjadi bersih.
Berdasarkan hasil studi ini, banyak makanan tabu yang diberlakukan untuk ibu
hamil etnis Madura baik dengan alasan kesehatan ataapun budaya. Sebagian besar ibu hamil
mentaati dan menghindari makanan tabu dengan alasan yang diketahui maaupun tidak
diketahu karena mereka takut hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
Kearifan lokal terkait makanan anjuran yang beredar di masyarakat dapat menjadi informasi
yang penting dan mendukung pendidikan gizi pada ibu hamil di Madura. Banyak ibu hamil
menghindari makanan tabu, oleh karena itu tenaga kesehatan dapat mendorong ibu hamil
untuk mengonsumsi makanan yang dianjurkan oleh masyarakat yang harganya terjangkau,
banyak tersedia dan memiliki kandungan gizi yang sama atau bahkan lebih tinggi
dibandingkan makanan yang ditabukan.
1) Mengetahui jenis makanan yang ditabukan oleh masyarakat Suku Madura, Jawa, dan
Pendalungan di Kabupaten Jember
2) Mengetahui alasan ditabukannya jenis makanan tertentu oleh masyarakat Suku
Madura, Jawa, dan Pendalungan di Kabupaten Jember
3) Mengetahui siapa saja golongan yang menjadi subjek pelarangan untuk makanan tabu
pada masyarakat Suku Madura, Jawa, dan Pendalungan di Kabupaten Jember
4) Mengetahui sudut pandang kesehatan terkait makanan tabu pada masyarakat Suku
Madura, Jawa, dan Pendalungan yang menjadi subjek untuk makanan tabu di
Kabupaten Jember
5) Mengetahui hasil uji validasi buku ilmiah populer mengenai kajian etnobiologi
makanan tabu pada masyarakat Suku Madura, Jawa, dan Pendalungan di Kabupaten
Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode
kualitatif.
Data disajikan dalam bentuk deskripsi kualitatif secara menyeluruh dari hasil
observasi dan wawancara berupa kalimat dan bahasa yang mudah dipahami. Berdasarkan
hasil penelitian, terdapat tiga kategori makanan tabu yang berlaku pada masyarakat suku
Madura, Jawa, dan Pendalungan di Kabupaten Jember, di antaranya kategori buah dan sayur
termasuk buah dengan bentuk tak lazim, kategori hewani (hewan yang dijadikan lauk), dan
kategori makanan minuman olahan.
Alasan penabuan makanan pada masyarakat tersebut secara umum adalah faktor
budaya yang bersifat simbolis dan kesehatan yang bersifat fungsional. Sebagian besar subjek
pelarangan makanan tabu adalah perempuan yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, gadis,
dan perempuan mestruasi sedangkan subjek pelarangan makanan tabu pada laki-laki hanya
pada golongan perjaka.
Berikut ini beberapa produk kesenian pernah berkembang dan relatif masih memiliki
pendukung di wilayah kebudayaan pandalungan:
1. Musik Patrol
Kesenian ini masik terus berkembang di wilayah kabupaten Jember dan
sekitarnya, yang dilhami oleh tradisi ronda malam di jaman dahulu. Alatnya
terdiri dari seruling, beberapa ketongan besar dan kecil dari kayu dan bambu.
Musik patrol ini dalam perkembangannya terus mengalami modifikasi, serta
variasi meskipun tetap memiliki keterbatasan.
2. Jaran Kencak:
Jaran kencak adalah kesenian rakyat dalam bentuk kuda yang dilatih menari. Agar
menarik perhatian maka kuda ini diberikan aksesoris warna-warni. Biasanya
diiringi musik kendang, kenong, teropet tradisional (sronen). Kesenian ini
perkembangannya agak terhambat oleh semakin berkurangnya perternak kuda di
wilayah pedesaan.
3. Hadrah:
Suatu bentuk kesenian yang bernafaskan Islam yang terdiri dari beberapa rebana
kecil, untuk mengiringi sholawat nabi.
4. Terbangan:
Kesenian bernafaskan Islam yang terdiri dari beberapa alat musik rebana besar
yang memiliki nada suara yang berbeda satu sama lain.
5. Kentrung:
Seni kentrung adalah pelantunan pantun Madura yang diiringi bunyi rebana
atau terbang. Seni ini masih banyak dijumpai di kantong-kantong kebudayaan
Madura di wilayah tapal kuda
6. Singo Ulung :
Singo ulung adalah tarian rakyat dari Kabupaten Bondowoso, yang
menggambarkan legenda peperangan dua tokoh sakti.
7. Can-macanan Kadduk:
Can macanan kadduk adalah tarian rakyat Jember yang merupakan produk
masyarakat agraris pandalungan. Tarian ini melambangkan keperkasaan harimau
atau macan yang diposisikan sebagai hewan yang sangat ditakuti
8. Lengger:
Lengger adalah tarian rakyat yang mirip dengan tandhak atau tledhek yang
dikenal dalam wilayah kebudayaan Jawa.
9. Topeng :
Sebuah kesenian panggung mirip dengan ludruk (sandiwara), tetapi dialog
menggunakan bahasa Madura dan kidungannya menggunakan bahasa Madura dan
Jawa. Ceriteranya sangat beragam, mulai ceritera klasik berlatar belakang sejarah
sampai ceritera modern tentang kehidupan sehari-hari.
10. Janger:
Janger adalah sandiwara rakyat yang pementasannya mirip dengan ketoprak
yang terdapat dalam wilayah kebudayaan Jawa. Iringan Musik (gamelan)
menggunakan gamelan Bali atau Banyuwangi, tetapi gending dan syair yang
dinyanyikan menggunakan bahasa Jawa. Kostum pemain ketika di atas pentas
hamper seluruhnya menirukan kustum janger Bali atau Banyuwangi. Ceritera
yang dimainkan biasanya sekitar sejarah Majapahit, Blambangan, Jenggala dan
Daha. Janger berpentas hingga pagi hari, tembangannya menggunakan bahasa
Jawa, dengan dialog menggunakan bahasa Madura.
11. Mamacah (Macapat: Bhs.Jawa):
Seni membaca cerita dengan cara dilagukan (macapatan) yang biasanya diiringi
dengan seruling. Kitab yang dibaca biasanya mengisahkan ceritera Menak
(Ceritera 1001 malam). Tembangan biasanya dengan nada tinggi, bahasa yang
dilagukan biasanya bahasa Jawa, tetapi kemudian ditafsirkan dalam bahasa
Madura. Kesenian ini sudah hampir punah, karena tidak ada regenerasi.
12. Pencak Silat:
Permainan pencak silat yang diiringi dengan kendang, kecrek, rebana dan bedug
besar (Jidur: Bhs. Madura)
Sebagai masyarakat yang menghargai nilai-nilai kebudayaan, setidaknya
kebudayaan dijadikan sebagai acuan dalam membentuk suatu tatanan masyarakat yang
memahami warisan leluhur baik dari sisi kebiasaan dan tata aturan dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena kebudayaan berjalan sejajar dengan agama dan mempunyai dua
persamaan yaitu, keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol dan keduanya mudah sekali
terancam perubahan karena mobilitas sosial. Agama, dalam perspektif ilmu-ilmu sosial
adalah sebuah sistem nilai yang memuat sejumlah konsepsi mengenai konstruksi realitas,
yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta
memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar.
Sementara seni tradisi merupakan ekspresi cipta, karya,dan karsa manusia dalam
kaitannya dengan budaya yang dibentuk dalam suatu tatanan masyarakat. Penerapan yang
obyektif lebih memberikan masukan dan edukasi pada generasi muda khususnya, sangatlah
tepat jika direalisasikan dalam bentuk bangunan sebagai mediator dan konservasi budaya
yang mulai terkikis dengan adanya modernisasi sekarang ini. Kota Probolinggo ingin
mempertahankan sisi nilai dan tradisi masyarakat Pendalungan melalui sebuah perancangan
galeri budaya, sebagai alasan bahwa berkurangnya minat dan kepedulian generasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono dan Djoko Soeryo, 1991 Sejarah Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta:
Aditya Media.
Kuntowijoyo, 1980. "Social Change in Agrarian Society : Madura 1850 - 1940". Disertation.
New York : Columbia University.
Sutarto, Ayu. 2006. “Sekilas tentang Masyarakat Pandalungan” Makalah Pembekalan Jelajah
Budaya 2006”, diselenggarakan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta,
tanggal 7 – 10 Agustus 2006.
Sutjipto, F.A. 1983. “Kota-kota Pantai di Sekitar Selat Madura: Abad XVII sampai
dengan Medio Abad XIX”. Disertasi yang tidak diterbitkan.
Yuswadi, Hary, 2001. “Masyarakat (Pandalungan) Jember – Pola Hibridisasi Budaya Antar
Etnik” . Jurnal Sosial Budaya dan Politik (JSBP) – Vol I. No.1 (Nopember 2001) LKPK dan
LKPM – FISIP - Universitas Jember.
Yuswadi, Hary, 2005. Melawan Demi Kesejahteraan – Bentuk Perlawanan Petani Jeruk
terhadap Kebijakan Pertanian. Jember: Kompyawisda – Jawa Timur.