Anda di halaman 1dari 9

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PADA PASIEN OSTEOMELITIS

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Achlish Abdillah, S.St., M.Kes.
Nama kelompok 2:
1. Mohammad Adi Prayitno (202303101070)
2. Yurike Anita Wardani (202303101067)
3. Wanti Rahayu (202303101131)
4. Hamidah Sulistyowati (202303101055)
5. Pita Nurparamitha Bahari (202303101104)
6. M. Sadam Ramadhan (202303101063)
7. Dandy Kurniawan (202303101056)
8. Ananda Shinta Mardiyanti (202303101101)
9. Novia Darmawan Putri (202303101059)
10. Riko Ramansyah (202303101106)
11. Firda Askiya Nur Arifin (202303101116)
12. Putri Oktavia Irgianti (202303101119)
13. Ella Aprillia Dahniar Putri (202303101122)
14. M. Aldi Fani Romadhona (202303101120)
15. Bella Steviana Putri Massinta (202303101060)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG
Tahun 2022
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Kata “Osteomyelitis” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu osteon (bone) dan muelinos
(marrow) dan menggambarkan suatu infeksi pada bagian ruang medula dari tulang.
Literatur saat ini memberikan definisi yang lebih luas yaitu proses inflamasi pada
keseluruhan tulang termasuk korteks dan periosteum, yang menjelaskan bahwa proses
patologis jarang terjadi hanya di endosteum saja. Proses ini biasanya melibatkan korteks
dan periosteum. Oleh karena itu osteomyelitis dapat dinilai sebagai suatu kondisi
inflamasi tulang yang berawal dari ruang medula dan sistem haversian dan meluas sehingga
melibatkan periosteum daerah sekitarnya. Infeksi ini menjadi stabil pada bagian tulang
yang mengalami kalsifikasi Osteomyelitis dapat diklasifikasikan menjadi supuratif atau
non-supuratif dan sebagai proses akut atau kronis. Osteomyelitis akut terjadi jika proses
inflamasi akut menyebar ke ruang medula sehingga tidak ada waktu untuk tubuh bereaksi
terhadap timbulnya infiltrat inflamasi. Osteomyelitis kronis timbul jika terdapat respon
pertahanan tubuh sehingga menghasilkan jaringan granulasi yang akan menjadi jaringan
parut padat sebagai usaha pertahanan dan mengisolasi daerah infeksi. Daerah nekrotik
yang terisolasi berfungsi sebagai penampungan bakteri dimana sulit untuk antibiotik
mencapai daerah tersebut.

B. Etiologi
Osteomielitis diebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh penyebaran patogen
(melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma sublkinis (tak jelas). Selain itu dapat juga
berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak atau kontaminasi langsung tulan.
Infeksi ini dapat timbul akut atau kronik.
Adapun faktor penyebab adalah :
1. Bakteri
2. Menurut joyce & Hawks (2005) penyebab esteomielitis adalah staphy lococcus
aureus (70-80%), selai itu juga bisa disebabkan oleh escherichia coli, pseudomomas,
klesbiela, salmonella dan proteus
3. Virus, jamur dan mikroorganisme lain

C. Manifestasi Klinis
Menurut smeltzer (2010) tanda dan gejalanya yaitu :
1. Ketika infeksi ditularkan melalui darah, awitan infeksi bersifat mendadak terjadi
disertai dengan manifestasi klinis berupa sepsis (mis., menggigil, demam tinggi,
nadi cepat dan kelemahan umum).
2. Ekstremitas menjadi nyeri, bengkak hangat, dan kenyal
3. Pasien mungkin mendeskripsikan yang kosntan yang semakin berat dengan
pergerakan (karena terjadi tekanan pada nanah yang terkumpul)
4. Apabila osteomielitis disebabkan oleh infeksi yang berada di dekatnya atau karena
kontaminasi langsung, tidak ada gejala sepsis; area menjadi bengkak, hangat, nyeri
dan kenyal saat disentuh
5. Osteomielitis kronis dimanifestasikan dengan ulkus yang tidak sembuh yang terdapat
di atas tulang yang terinfeksi, terdapat sinus penghubung yang akan sesekali akan
mengalirkan nanah secara spontan.
6. Demam
7. Penurunan nafsu makan

D. Klasifikasi
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi
dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen). Osteomielitis akut
terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Osteomielitis homogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak.
Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh
dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis
local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya
terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang
fraktur. (Henderson, 1997)

E. Patofisiologi
taphylococcus merupakan penyebab 70-80% infeksi tulang. Organisme patologis
lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi proteus,pseudomanas,dan
escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten pensilin, nosokomial,
gram negatif dan anaerobic. Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedia dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma
atau infeksi superfician. Infeksi awitan lambat terjadi antara 4-24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama biasanya akibat penyebaran hematogen dan
terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terdapat infeksi adalah
salah satu dari inflamasi,peningkatan foskularisasi ,dan idema. Setelah 2/3 hari,trombosi
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut mengakibatkan iskemia dengan
nikrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi
kemudian berkembang kekafitas medulari dan kebawah perioteum dan dapat menyebar
ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya.Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal
kemudian akan terjadi bentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,abses dapat
keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli
bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk oleh daersh jaringan
mati,namun seperti dalam rongga abses pada umumnya,jaringan tulang mati tidak mudah
mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengepis dan sembuh sepertiyang
terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang dan mengelilingi sequestum. Jadi meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan,sequestum infeksi kronis yang tetap ada,tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien (osteomielitis kronik)
(Rendi, 2014).

F. Penatalaksanaan medis
1. Tujuan utama dari penatalaksanaan osteomyelitis adalah mengendalikan dan
menghentikan proses infeksi. Upaya supportif umum seperti hidrasi, diet tinggi
vitamin dan protein, koreksi anemia harus dilakukan. Terapi antibiotik dimulai
ketika kultur darah atau luka telah didapatkan, sementara dapat digunakan
antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik intravena pada tahap awal
diberikan untuk membentuk kadar terapeutik efektif dalam darah. Antibiotik
diberikan dari empat minggu sampai beberapa bulan, sehingga perlu pertimbangan
untuk pemberian antiemetik reguler pada beberapa pasien yang mengalami mual.
Antibiotik osteomielitis kronis sama dengan antibiotik yang diberikan pada
osteomielitis akut disertai kombinasi obat yang umumnya digunakan untuk mencegah
terjadinya resistensi antibiotik. Alternatif penggunaan antibiotic impregnated beads
untuk memfokuskan antibiotik di area yang terinfeksi adalah metode irigasi
Lautenbach. Metode ini dilakukan dengan memasukan antibiotik melalaui slang
irigasi pada area infeksi setiap empat jam. Antibiotik tetap berada di area tulang
sampai dialirkan keluar sebelum diberikan antibiotik selanjutnya.
2. Intervensi bedah diindikasikan jika terapi antibiotik tidak efektif dan tekanan
materi terinfeksi memerlukan dekompresi untuk melepaskan dari abses medula
atau subperiosteal. Penatalaksanaan bedah pada tulang dan sendi yang terinfeksi
meliputi pengeluaran materi terinfeksi dan nekrotik. Pembedahan dapat meliputi
debridemen ekstensif untuk mengendalikan infeksi, irigasi area, fiksasi skeletal,
tandur tulang, dan penyelamatan ekstremitas. Pembedahan dilakukan berdasarkan
klasifikasi tipe anatomis dan fisiologis host ostemielitis.
3. Irigasi dilanjutkan selama 3 – 6 minggu sehingga menjadi prosedur yang lama
tetapi efektif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOMIELITIS

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, No.MR, dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan sekarang,
atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang, infeksi tulang,
fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya
tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pasien
- Nilai GCS biasanya compos mentis, tetapi bisa menurun bila terjadi
nyeri hebat (syok neurogenik)
- TD : meningkat
- Suhu : terjadi peningkatan suhu
- Nadi : terjadi peningkatan frekuensi nadi
- RR : terjadi peningkatan frekuensi pernafasan
b. Kepala dan leher
- Mata dan telinga
Mata : biasanya konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
Telinga : biasanya tidak ada gangguan
- Hidung : tidak ada gangguan pada hidung
- Tidak ada gangguan kelenjar tyroid, dan JVP
c. Thorak
- Inspeksi : biasanya tidak ada gangguan, tetapi jika klien merasa cemas, akan
terlihat peningkatan frekuensi nafas klien
- Palpasi : Biasanya tidak ada gangguan
- Perkusi : biasanya normal atau tidak ada gangguan
- Auskultasi : biasanya normal
- Jantung : irama jantung biasanya normal
d. Abdomen
Biasanya tidak ada gangguan pada daerah abdomen, tetapi
peningkatan  peristaltic usus bisa terjadi.
e. Ekstremitas atas dan bawah
Biasanya pasien akan merasakan nyeri pada tulang yang mengalami
infeksi. Lemah pada ekstremitas atas dan bawah
f. Integumen
Akan terjadi peningkatan pengeluaran keringat, karena pasien
mengalami nyeri yang hebat, cemas, dll.

4. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional


a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita
adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa
penyebab penyakitnya sekarang

b. Nutrisi – Metabolik
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena
demam yang ia diderita
c. Eliminasi
Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam
d. Aktivitas – Latihan
Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas
karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri
yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Persepsi Diri – Konsep Diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,
ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis,
kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji
g. Peran – Hubungan
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik
h. Seksual – Reproduksi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.
i. Koping – Toleransi Stress
Biasanya pasien mengalami stress yang berat karena kondisinya saat itu.
j. Nilai Kepercayaan
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS.
Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan
klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena
nyeri yang ia rasakan.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang

C. Intervensi keperawatan
No.DX Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
tindakan tingkat nyeri Observasi
diharapkan pasien dapat : 1.Identifikasi lokasi,
 Keluhan nyeri karakteristik,
menurun durasi, frekuensi, kualitas,
 Meingis menurun intensitas nyeri
 Sikap protektif 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
 Gelisah menurun nonverbal
 Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
 Berfokus pada diri sendiri memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi pengaruh
 Diaforesis menurun budaya terhadap respon
 Perasaan depresi nyeri
(tertekan) menurun 6. Identifikasi pengaruh
 Perasaan takut nyeri pada kualitas hidup
mengalami 7. Monitor keberhasilan
cedera berulang terapi komplementer yang
menurun sudah diberikan
 Anoreksia menurun 8. Monitor efek samping
 Perineum terasa penggunaan analgetik
tertekan menurun
 Ketegangan otot Terapeutik
menurun Berikan tehnik
 Pupil dilatasi nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri,
 Frekuensi nadi misalnya TENS, terapi
membaik music, terapi pijat,
 Pola napas aromaterapi, dan lain-lain
membaik
 Tekanan darah membaik Edukasi
 Proses berpikir 1. Jelaskan penyebab
membaik periode, dan pemicu nyeri
 Fokus membaik 2. Jelaskan strategi
 Perilaku membaik meredakan nyeri
 Nafsu makan 3. Anjurkan memonitor
membaik nyeri secara mandiri
 Pola tidur 4. Anjurkan menggunakan
membaik analgetik secara tepat
5. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik,
jika perlu
D.0054 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
fisik tindakan mobilitas fisik Observasi
diharapkan pasien dapat : • Identifikasi adanya nyeri
• Pergerakan ekstremitas atau keluhan fisik lainya
meningkat • Identifikasi toleransi fisik
• Kekuatan otot meningkat melakukan ambulasi
• Rentang gerak (ROM) • Monitor frekwensi
meningkat jantung dan tekanan darah
• Nyeri menurun sebelum memulai ambulasi
• Kecemasan menurun • Monitor kondisi umum
• Kaku sendi menurun selama melakukan
• Gerakan tidak terkoordinasi ambulasi
menurun Terapeutik
• Gerakan terbatas menurun • Fasilitasi aktifias
• Kelemahan fisik menurun ambulasi
dengan alat banu (mis,
tongkaat,kruk)
• Fasilitasi melakukan
mobilitasi fisik jika perlu
• Libatkan keluarga untuk
membantu psien dalam
meningkatkan ambulsi

Edukasi
• Jelaskan tujuan dan
prosedur
ambulasi
• Anjurkan melakukan
ambulasi dini
• Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus di
lakukan ( mis,berjalan dari
tempat tidur ke kursiroda ,
berjalan dari tempat tidur
ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi

D. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menangkut pengumpulan data
obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa
yang perludikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan
telah tercapai ataubelum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru. Dari diagnosa yang
sudah ditetapkan diatasmaka evaluasi atau hasil dari tindakan perawat maka tidak ada
lagi merasakan nyeri, sudah dapat melakukan mobilisasi dan aktivitas secara bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Putra dan Sulistyani.2009.Osteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak dan dewasa.
Prima ashar Ns., Andas mortin Ns. Modul ajar 1 Keperawatan Medikal Bedah II “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Aktifitas dan Latihan Akibat Patologis Sistem
Muskolokeletal”.Bekasi : Stikes Bani Saleh.
Anjarwati, Wangi.2010.Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai