Anda di halaman 1dari 10

MATERI KELOMPOK 2

Hakikat Kebudayaan dan Pendidikan

Tugas Mata Kuliah Landasan Ilmu Pendidikan


yang Dibina oleh Prof. Dr. Syharul R., M.Pd. dan Dr. Amril Amir, M.Pd.

Ariska Novia Mariady NIM 23174002


Shintia Putri Melati NIM 23174017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PROGRAM MAGISTER FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
Hakikat Kebudayaan dan Pendidikan

A. Konsep, karakteristik, dan aliran-aliran kebudayaan


1. Pengertian Kebudayaan
Secara etimologi budaya adalah bentuk jamak dari kata "budi" dan "daya" yang bearti
cinta, karsa, dan rasa. Kata "budaya" sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta. budhayah, yaitu
bentuk jamak kata buddhi yang bearti budi atau akal. Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal
dari kata culture. Dalam bahasa belanda diistilahkan dengan kata cultuur Dalam bahasa Latin,
berasal dari kata colera. Colera bearti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam culture, yaitu
sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Menurut
Soerjanto Poespowardojo budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang di jadikan milikı diri manusia dengan cara
belajar. Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli, sebagai berikut:
a. Koentjaraningrat (1923-1999), Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik
diri manusia dengan belajar.
b. Selo soemardjan (1985-2003) dan Soelaeman soemardi kebudayaan adalah semua hasil
karya, ras, dan cipta masyarakat.
c. Herkovits (1985-1963). Kebudayaan adalah bagian dan lingkungan hidup yang di
ciptakan oleh manusia
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan
manusia baik material maupun nonmaterial. Sebagaian besar ahli yang mengartian kebudayaan
seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu
teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederharna
menuju tahapan yang lebih kompleks.

2. Karakteristik Kebudayaan
Karakteristik Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat ditukar, dan dapat
berubah. Hal itu terjadi hanya jika ada jaringan interaksi antar manusia dalam bentuk komunikasi
antar pribadi maupun antar kelompok budaya yang terus menerus. Dalam hal ini, seperti yang
dikatakan oleh Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi; komunikasi adalah budaya. Jika
Kebudayaan diartikan sebagai sebuah kompleksitas total dari seluruh pikiran, perasaan, dan
perbuatan manusia, maka untuk mendapatkannya dibutuhkan sebuah usaha yang selalu
berurusan dengan orang lain. Disini Edward T. Hall menegaskan bahwa hanya manusialah yang
memiliki kebudayaan, sedangkan butang tidak Karaktersitik dari kebudayaan membentuk
perilaku perilaku komunikasi yang khusus, yang tampil dalam konsep subkultur. Subkultur
adalah kebudayaan yang hanya berlaku bagi anggota sebuah komunitas dalam satu kebudayaan
makro. Sebagai contoh para homosex atau lesbi mempunyai kebudayaan khsus, apakah itu dari
segi pakaian, makanan, istilah, atau bahasa yang digunakan sehari-hari.
Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik
kebudayaan, antara lain adalah:
a. Budaya adalah Mekanisme Adaptif (Culture is an Adaptive Mechanism)
Kebudayaan adalah suatu mekansime yang dapat menyesuaikan diri. Kebudayaan adalah
sebuah keberhasilan mekanisme bagi spesies manusia. Kebudayaan memberikan kita
sebuah keuntungan selektif yang besar dalam kompetisi bertahan hidup terhadap bentuk
kehidupan yang lain.
b. Perubahan Budaya (Cultures Change)
Kebudayaan bukan sesuatu yang terus menerus tetap (bertumpuk). Pada waktu yang
sama dimana suatu kebudayaan ada, terdapat tanda-tanda kebudayaan baru. Tanda-tanda
itu bisa sebagai tambahan (addition) atau pengurangan (subtraction). Tanda-tanda ini
menyebabkan perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan berubah dan
berkembang secara dinamis setiap saat (kebudayaan tidak statis). Berbagai aspek
kebudayaan beserta tanda-tandanya akan terjalin rapat menjadi suatu pola yang sangat
kompleks.
c. Budaya dibagikan (Culture is Shared)
Suatu kebudayaan dimiliki secara bersama-sama oleh sekelompok orang. Berdasarkan
wilayah, kondisi iklim, dan warisan sejarah, mereka tumbuh dan berkembang di
dalamnya. Mereka memiliki suatu nilai dan keyakinan, dimana kumpulan-kumpulan
prinsip/asas/dasar nilai dan keyakinan ini akan membentuk kebudayaan mereka.
Kebudayaan bisa saja menjadi kepunyaan dari komunitas tunggal, tapi tidak akan pernah
menjadi kepunyaan darı seseorang yang tunggal (individu)
d. Budaya yang dipelajari (Culture is Learned)
Budaya bukanlah suatuhal yang naluriah, dimana kita telah terprogram untuk mengetahui
fakta-fakta dari budaya tersebut. Oleh karena itu salah asatu dari karekteristik buadaya
adalah diperoleh melalui belajar Manusia lahir kedunia dengan sifat dasar, yaitu "lapar'
dan 'haus Akan tetapi meraka belum memiliki suatu bentuk polanaluriah untuk dapat
memuaskan sifat dasar itu. Selam itu manusia saat lahir juga tidak dibekalı pengetahuan
tentang budaya (cultural knowledge). Tetapi mereka secara genetis terpengaruh untuk
belajar atau mempelajari bahasa dan tanda-tanda kebudayaan lainnya (cultural traits).
Seorang bayı akan berada disuatu ternpat atau dilimgkuan keluarga, dan mereka tumbuh
dan belajar tentang kebudyaan sebagai sesuatu mereka miliki.
e. Budaya tidak diisolasi (Culture No Longer Exist Isolation)
Artinya budaya tidak akan bertahan lama dalam waktu suatu wilayah terpencil. Apabila
suatu kebudayaan baru memasuki wilayah tersebut, secara alamiah masyarakat disana
akan berkembang dan mulai beradaptasi dengan kebudayaan-kebudayaan baru. Dengan
kata lain. suatu budaya sulit bertahan (asli) disuatu tempat karena akan dipengaruhi oleh
budaya-budaya dari daerah lain.

B. Pewarisan dan perkembangan kebudayaan


Melansir buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Berbasis General Education yang disusun
oleh Teuku Muttaqin Mansur, dkk., pewarisan budaya adalah proses memindahkan, meneruskan,
memiliki, dan memakai kebudayaan dari satu generasi ke generasi secara berkesinambungan.
Umumnya, pewarisan budaya bersifat vertikal. Artinya, budaya diwariskan dari generasi
terdahulu kepada generasi yang akan datang. Namun pada kondisi tertentu, pewarisan budaya
kerap menemui berbagai masalah, di antaranya:
a. Sesuai atau tidaknya budaya yang diwariskan dengan dinamika masyarakat saat ini.
b. Adanya penolakan generasi terhadap warisan budaya.
c. Munculnya budaya baru yang tak lagi sesuai dengan budaya yang diwariskan.
Mansur, dkk., menambahkan, pada kasus tertentu, terdapat penolakan pewarisan budaya
yang disebabkan oleh asumsi bahwa suatu budaya tak lagi relevan dengan kebutuhan generasi
yang diwarisi. Sebuah budaya tidak muncul begitu saja. Terdapat proses menciptakan sekaligus
proses mewariskan antar-generasi. Kondisi demikian juga berkaitan dengan sifat budaya yang
dinamis. Inilah mengapa, proses pewarisan budaya selalu terjadi di setiap generasi untuk
menjaga kelangsungan sekaligus eksistensinya dalam masyarakat.
Mengutip buku Antropologi Budaya yang ditulis oleh I Gede A.B. Wiranata, pewarisan
budaya terbagi menjadi tiga tahap, antara lain:
a. Proses sosialisasi
Proses sosialisasi yakni proses individu dalam menyesuaikan diri dengan nilai kebudayaan
yang berlaku di lingkungannya. Umumnya, pada proses ini, individu akan mulai menerima
pengaruh dari pihak terdekatnya, dalam hal ini keluarga. Melalui sosialisasi, seseorang akan
mulai memahami nilai budaya yang berlaku di sekitarnya.
b. Proses internalisasi
Setelah proses sosialisasi berlangsung, proses selanjutnya yakni internalisasi. Pada tahap ini
bisa dikatakan sebagai proses menerima sosialisasi yang telah dilakukan.
Dalam proses internalisasi, individu akan memahami nilai-nilai yang telah disosialisasikan
terhadapnya. Utamanya yang berkaitan dengan nilai dan makna dari yang dilihat sekaligus
didengarnya. Pada tahapan ini pula, individu tersebut akan mencoba meyakini nilai-nilai
budaya hingga pada akhirnya nilai-nilai tersebut menjadi bagian dari hidupnya.
c. Proses enkulturasi
Pada tahap enkulturasi, individu akan mencoba untuk menghayati sekaligus menyesuaikan
pikiran dan tindakan mereka terhadap nilai maupun unsur budaya yang diterimanya.
Umumnya, individu tersebut secara sadar mempelajari sekaligus mengembangkan nilai dan
unsur budaya di sekitarnya. Selain itu, ia akan mulai menerapkan nilai kebudayaan yang
diterima dalam kegiatan sehari-hari. Pada tahap ini pula, proses transmisi kebudayaan antara
satu generasi dengan generasi selanjutnya berlangsung.

C. Persebaran dan keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan Indonesia


Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan
kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut, masyarakat
mengembangkan beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Menurut teori evolusi
kebudayaan, manusia pada umumnya telah menjalani suatu hal yang universal dalam
kehidupannya, seperti yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang
dialami secara universal oleh seluruh etnik di dunia adalah keyakinan-keyakinan masyarakat
terhadap sesuatu hal yang tidak terlihat (gaib).
Keadaan seperti ini juga dijalani etnik Jawa secara turun temurun. Dalam hal ini Tasrif
Syam (Andrew Beatty 2001: 227) menyatakan bahwa sebagai suatu etnik, tradisi dan tindakan
masyarakat Jawa senantiasa berpegang kepada dua hal, yakni filsafat hidup yang religius dan
mistis, dan etika hidup yang menjunjung tinggi moral dan martabat keluarga. Etnik Jawa erat
hubungannya dengan mistis dan kekuatan gaib. Umumnya dalam memahami kekuatan gaib dan
mistis, etnik Jawa memiliki simbol-simbol tertentu yang telah diwariskan secara turun temurun
oleh para leluhur. Hal ini diyakini dapat melindungi mereka dalam segala aktifitasnya di dunia.
Simbolsimbol tersebut digunakan umumnya dalam kehidupan etnik Jawa dalam kegiatan upacara
ataupun ritual.
Kegiatan-kegiatan upacara yang mengandung simbol- simbol tertentu menjadi perhatian
etnik Jawa dan menjadi suatu tradisi yang terlestari. Salah satu kegiatan upacara tersebut
berorientasi pada hal-hal mitos, tabu atau pantangan ibu hamil yang berkembang dalam
kehidupan etnik Jawa yang sampai saat ini masih dipercaya, seperti dilarang duduk di depan
pintu agar saat melahirkan tidak mengalami kesulitan, harus membawa gunting kecil atau pisau
lipat di baju agar terhindar dari gangguan makhluk halus atau roh – roh jahat. Di Indonesia
terutama di wilayah pulau Jawa pedesaan, berlaku begitu banyak mitos dan tabu/pantangan-
pantangan seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Mitos-mitos dan tabu ini kuat
diterapkan oleh masyarakat karena memiliki makna-makna tersendiri yang bila dijalankan akan
dapat melindunginya dari hal – hal buruk yang akan terjadi baik nyata maupun tidak nyata.
Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat/ pesan dari nenek moyang yang harus
ditaati, sebab bila tidak dilaksanakan dapat menimbulkan dampak/akibat yang tidak
menyenangkan. Sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan, manusia menyadari bahwa di luar
dirinya masih ada sesuatu yang lebih kuat atau perkasa dan maha menguasai alam semesta, dan
begitu juga setiap etnik memiliki beragam adatistiadat dan kepercayaan.1 Dengan adanya
beragam kepercayaan pada setiap etnik, muncul di dalam diri manusia untuk menghormati dan
mematuhi setiap aturan yang berlaku. Semua itu mereka lakukan demi mendapatkan keberkahan
di kehidupannya dengan masyarakat lain.
D. Dinamika dan perubahan sosial budaya
Dinamika peradaban manusia dalam sejarahnya selalu tumbuh dan berkembang sejalan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setiap sejarah sejarah kehidupan manusia itu
sendiri sesuai dengan hasrat alami mereka untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan
kehidupan mereka agar tetap eksis dan juga bertahan ditengah keberadaan manusia lainnya.
Dengan hasrat alami tersebut manusia terus mencari sesuatu untuk dapat memenuhi
keinginannya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu dimana saja menurut dia segala kebutuhannya
dapat terpenuhi.
Sejalan dengan kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang seperti industri dan
komunikasi, orang-orang yang sebelumnya bertani kemudian beralih ke pekerjaan industri
seperti pabrik, ditambah sekarang yang mana pesatnya kemajuan teknologi informasi sedang
terjadi.
Perubahan sosial merupakan sebuah perubahan struktur masyarakat, baik itu dalam pola
kegiatan ekonomi dan sebagainya. Perubahan sosial merupakan peristiwa umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan insting dasar
manusia yang selalu ingin melakukan perubahan. Perubahan sosial terjadi karena banyak faktor,
salah satunya adalah pola pikir masyarakat yang sering berubah.
Teori perubahan sosial dikemukakan oleh para ahli dengan aksentuasi yang berbeda-beda
karena disesuaikan menurut pandangan masing-masing dari para ahli. Terlepas dari perbedaan
pandangannya, mereka tetap bersepakat bahwa perubahan sosial terkait dengan masyarakat dan
kebudayaan disertai dengan dinamika dari keduanya. Salah satu ahli yaitu Ogburn yang
mengartikan bahwa perubahan sosial merupakan ruang lingkup perubahan yang meliputi unsur
material dan non-material yang ditekankannya adalah pengaruh besar unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur non-material yang artinya perubahan pada pola pikir manusia sangat besar
dipengaruhi oleh perubahan kebdayaan yang bersifat material misalnya pada aspek ekonomi
masyarakat.
Saat ini kita hidup di masa yang sangat sarat dengan teknologi dalam berbagai aktifitas
sehari-hari, dengan adanya hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pola pikir manusia saat ini
sudah jauh berbeda dengan manusia beberapa waktu sebelumnya. Masyarakat sekarang berbeda
bila dibandingkan dengan masarakat dulu, orang-orang yang sudah bekerja dalam waktu lama
pasti pernah mengalami berbagai perubahan dalam pekerjaan yang mereka tangani maupun
kondisi kerja mereka. Para penganggur saat ini berada dalam posisi yang amat berbeda jika
dibandingkan dengan para penganggur yang dulu.

E. Konsep pendidikan
Mudyahardjo (2001:3-16) membagi definisi pendidikan menjadi 3, yaitu definisi luas,
sempit, dan luas terbatas. Hal tersebut dapat dijelaskan sabagai berikut
1. Definisi Luas
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Karakterıstık konsep ini, yaitu: (a) masa
pendidikan seumur hidup selama ada pengaruh lingkungan, (b) lingkungan pendidikan dapat
diciptakan maupun ada dengan sendirinya; (c) kegiatan dapat berbentuk tak sengaja ataupun
yang terprogram, (d) tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar, tapı terkandung dalam tiap
pengalaman belajar, tidak terbatas, dan sama dengan tujuan hidup, (e) didukung oleh kaum
humanis romantik dan kaum pragmatik.
2. Definisi Sempit
Pendidikan adalah sekolah Pendidikan adalah pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Karakteristik konsep ini, yaitu: (a) masa pendidikan
terhatas; (b) lingkungan pendidikan diciptakan khusus, (c) isı pendidikan tersusun secara
terprogram dalam bentuk kurikulum, kegiatan pendidikan berorientası kepada guru, dan
kegiatan terjadwal; (d) tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar, terbatas pada
pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu, bertujuan untuk mempersiapkan hidup; (e)
didukung oleh kaum behavioris.
3. Definisi Luar Batas
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di
luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang
Karakteristik konsep ini, yaitu: (a) masa pendidikan berlangsung seumur hidup yang
kegiatannya tidak berlangsung sembarang, tapi pada saat tertentu, (b) berlangsung dalam
sebagian lingkungan hidup (lingkungan hidup kultural): (c) berbentuk pendidikan formal,
informal, dan nonformal; (d) tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup yang
bersifat menunjang terhadap pencapaian tujuan hidup; (e) didukung oleh kaum humanis
realistik dan realisme kritis.
Menurut Miarso (2004:9-10), ada beberapa konsepsi dasar pendidikan, yakni
a. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak didik yang
berakibat terjadinya perubahan pada diri pribadinya.
b. Pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup.
c. Pendidikan dapat berlangsung kapan dan dimana saja, yaitu pada saat dan tempat yang
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak didik.
d. Pendidikan dapat berlangsung secara mandiri dan dapat berlangsung secara efektif
dengan dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala.
e. Pendidikan dapat berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen,
kelompok yang heterogen, maupun perseorangan.
f. Belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja dirancang maupun
yang diambil manfaatnya.
Daftar Rujukan

Agus Sachari. 2005. Seni Rupa dan Desain SMA untuk kelas XII. Bandung: Erlangga
Napsirudin, dkk.2004 Pelajaran Pendidikan Sem. Jakarta: Yudhistira Yayat Nusantara.
2007. Seni Budaya untuk SMA kelas XII Bekasi: Erlangga
Dyastrınıngrum. 2009. Antropologi: Kelas XII: Untuk SMA dan MA Program Bahasa. Pusat
Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta p. 90.
Lestan, P. 2009. Antropologi 2: Untuk SMA dan MA Kelas XII. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 181.
Liliweri, Alo 2003. Makna Budaya Dalam Komunikusi Antar Budaya. Yogyakarta: PT. LkiS
Pelangi.
M.M Soelaeman 2010. Ilmu budaya dasar. Bandung Rafika aditama.
Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-
Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Raja
GrafindoPersada.
M. Setiadi, Elly, dkk, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sigit Astono, Margono, Sunardi dan Sri Martono. 2004. Apresiasi Seni. Jakarta: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai