Anda di halaman 1dari 4

Tradisi Slup-slupan Desa Kembaran Wetan, Kaligondang,

Purbalingga

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Metodologi Pemelitian Budaya
Dosen Pengampu : Arif Hidayat S. Pd, M. Hum

Oleh :

Fahmi Abu Khoirin 2017503050

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PROF KH SAIFUDDIN ZUHRI
2022/2023
A. Latar Belakang

Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi merupakan
mekanisme yang dapat membantu untuk memperlancar perkembangan pribadi anggota
masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaan. Tradisi juga penting sebagai
pembimbing pergaulan bersama di dalam masyarakat. W.S. Rendra menekankan pentingnya
tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaulan bersama akan menjadi kacau, dan
hidup manusia akan menjadi biadab. Namun demikian, jika tradisi mulai bersifat absolut, nilainya
sebagai pembimbing akan merosot. Jika tradisi mulai absolut bukan lagi sebagai pembimbing,
melainkan merupakan penghalang kemajuan. Oleh karena itu, tradisi yang kita terima perlu kita
renungkan kembali dan kita sesuaikan dengan zamannya 1.

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan
dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu
tradisi dapat punah.

Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Di samping
memberikan warna dalam percaturan kenegaraan, tradisi juga berpengaruh dalam
keyakinan dan praktek-praktek keagamaan. Masyarakat Jawa memiliki tradisi dan
budaya yang banyak dipengaruhi ajaran dan kepercayaan Hindhu dan Buddha, yang
terus bertahan hingga sekarang, meskipun mereka sudah memiliki keyakinan atau
agama yang berbeda, seperti Islam, Kristen, atau yang lainnya.

Masyarakat Jawa yang mayoritasnya beragama Islam hingga sekarang belum bisa
meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan budaya itu
bertentangan dengan ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi dan budaya Jawa yang
dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi
banyak juga praktek budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa
yang memegangi ajaran Islam dengan kuat tentu dapat memilih dan memilah mana
budaya Jawa yang masih dapat dipertahankan tanpa harus berhadapan dengan ajaran

1
Mardimin Johanes, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 12-13
Islam dan bahkan dapat mengadaptasi dua tradisi yang dapat disatukan tersebut.
Sementara masyarakat Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup,
lebih banyak menjaga warisan leluhur mereka itu dan mempraktekannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari (Marzuki, t.th: 1).
Salah satu tradisi dalam budaya Jawa yang masih eksis dan dijalankan oleh
masyarakat Jawa adalah tradisi slupslupan. Tradisi ini adalah penjabaran dari rasa
syukur orang Jawa ketika seseorang akan menempati rumah baru setelah sekian lama
tinggal di rumah yang lama. Bagi sebagian orang, momentum berpindah atau
menempati rumah baru masih dianggap sebagai saat-saat yang sakral. Sebab, rumah
menjadi salah satu dari sekian kebutuhan pokok manusia. Di dalam rumah pula, sebu`ah
kebahagiaan mahligai keluarga dapat dibangun. Oleh karena itu, sebagai penanda awal
sekaligus pengharapan agar diberikan keselamatan dalam menghuni rumah, biasanya
sang pemilik menggelar sebuah acara selamatan. Tradisi ini juga dapat diadakan untuk
memenuhi semua hajat orang sehubungan dengan suatu kejadian yang sedang
diperingati. Kelahiran, perkawinan, kematian, pindah rumah, panen, ganti nama, sakit
tetapi pemilik rumah selalu tidak melupakan agar seseorang yang bisa membaca doa
terdapat juga disitu (wawancara dan observasi dengan masitoh, 2018). Oleh karena itu,
penelitian ini penting mengkaji “Tradisi Slup-slupan Desa Kembaran Wetan,
Kaligondang, Purbalingga”. Alasannya meneliti judul untuk mendeskripsikan wujud
budaya yang terdapat pada tradisi slup-slupan pendirian rumah di desa Kembaran
Wetan, Kaligondang, Purbalingga

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan tradisi slup-slupan desa Kembaran Wetan, Kaligondang, Purbalingga ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi slup-slupan Desa Kembaran Wetan, Kaligondang,
Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi bagi beberapa pihak, diantaranya:
a) Manfaat Teoritis
1) Dengan akan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan menambah pemahaman tentang tradisi, serta dapat berguna untuk melestarikan nilai-
nilai budaya yang terkandung dalam tradisi tersebut.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi pembelajaran pada
penelitian-penelitian selanjutnya.
b) Manfaat Praktis
Dapat berguna bagi masyarakat khususnya bagi orang tua untuk memberikan pengetahuan dan
wawasan terhadap anak-anak dalam bidang budaya yaitu Slup-slupan Desa Kembaran Wetan,
Kaligondang, Purbalingga . Sedangkan bagi peneliti sendiri semoga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang tradisi dan ikut dalam melestarikan tradisi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai