Anda di halaman 1dari 10

Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Kedungsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten

Pati
Di susun guna memenuhi tugas Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Rohim Habibi, M.Pd.

Oleh :
Luthfiyatin Inayah ( 223121006 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2023
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa
meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan budaya itu
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi dan budaya
Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan ajaran
Islam, tetapi ada juga yang bertentangan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang
memegang ajaran Islam dengan kuat tentunya dapat memilih dan memilah budaya Jawa
yang masih dapat dipertahankan tanpa harus bertentangan dengan ajaran Islam.
Sementara masyarakat Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup,
lebih banyak menjaga warisan leluhur mereka itu dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama Islam. Fenomena
ini terus berjalan hingga sekarang.
Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala
kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali
ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak
sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas ijin serta
kehendak- Nya. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah sumber yang dapat
memberikan penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang dapat juga memberi
kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas. Seiring dengan itu, budaya
terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pola pikir dan cara bertindak
manusia dalam kehidupannya. Perkembangan budaya ada yang berlangsung cepat dan
ada pula yang berkembang perlahan. Perkembangan budaya gerak pertumbuhannya
sebab berlangsung lama. Ia seakan akan hadir dan membekas dalam diri manusia tanpa
di rasakan oleh yang bersangkutan. Nilai budaya juga merupakan gagasan yang
dipandang dan bernilai bagi proses kelangsungan hidup.1
B. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang berarti data dan hasil
analisisnya berbentuk deskriptif kualitatif. Datanya tidak berupa angka-angka atau

1
Imam Subqi, M.Si.,M.Pd.Islam dan Budaya jawa, (Solo:Perpustakaan Sma Negeri 112,2018), Hlm 299
koefisien tentang hubungan antar variabel. Sutopo (2002:111) menjelaskan bahwa
penelitian deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi
kualitatifdengan mendeskripsikan apa yang diteliti dan penuh nuansa untuk
menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal, keadaan, fenomena dan tidak
terbatas pada pengumpulan data melainkan meliputi analisis dan interpretasi data
tersebut. Metode deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
menggambarkan nila-nilai seni yang terdapat dalam acara Sedekah Bumi di Desa
Kedungsari Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kebudayaan
(etnografi) tetapi bersifat deskriptif analitik. Hal tersebut dikarenakan dalam penelitin
ini menghasilkan data-data tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang
diamati. Etnografi menurut Moleong (dalam Santoso 2007: 25) adalah usaha
unukmenguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan. Etnografi juga
merupakan studi empiris dan naturalistik. Benuk penelitian ini memusatkan lokasi pada
risettunggal dengan memusatkan diri pada pencatatan secra rinci aspek-aspek
suatufenomena tunggal yang bisa berupa sekelompok manusia aaupun merupakan
prosesgerakan sosial. Riset etnografi ini bersifat menekankan keutuhan karena
penelitian ini tidak hanya mengarah pada salah satu variabel saja yang menjadi
perhatian peneliti.
BAB II
HASIL PENILITIAN

A. Makna sedekah bumi


Sedekah bumi atau yang berasal dari Jawa dinamakan sedekah desa. Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia, sedekah memiliki bnayar artian yaitu pemberian zakat keada fakir
misikin, zakat mal ataupun fitrah sesuai kemapuan. Kemudian yang kedua sedekah merupakan
selamatan. Ketiga makanan (bunga-bunga) yang diampaikan kepada orang halus (roh halus);
arwah- sedekah yang diadakan untuk menghormati dan mendoakan orang yang meninggal,
bumi- sedekah yang diadakan untuk selamatan yang diadakan sudah panen atau memotong
padi sebagai tanda syukur.2
Sedekah bumi ialah peberian kepada bumi . secara umum sedekah bumi merupakan
suatu kegiatan berupa selamatan kepada bumi sebagai wujud rasa syukur kepada Allah sesudah
panen. Sedangkan tujuan tradisi sedekah bumi ialah untuk mencari keselamatan hidup, dengan
cara melaksanakan selametan bersama – sama pada bulan sura atau muharram pada kalender
hijrah. Selain itu sedekah bumi ialah motivasi untuk mencari ketenangan batin dan keyaakinan
adanya kekuatan lain di luar manusia, baik roh halus atau arwah leluhur maupun kekuatan
ghaib lainnya. Oleh karenanya di lakukan penghormatan melaksanakan sedekah bumi.
Sedekah bumi atau sedekah desa di Dk.Kedungsari ini diartikan sebagai upacara atau
tradisi selametan kepada Allah dimana hasil panen sudah di dapatkan, dalam upacara slametan
tersebut membawa berbagai berkat yang sudah mereka siapkan untuk di tukarkan dengan
masyarakat lainya. Jadi disampaikan bahwa sedekah bumi merupakan sebuah penghormatan
kepada Allah bebab panen raya atau sudah melaksanakan panen pada bulan Muharram ataupun
Sura.3
B. Sejarah mengenai sedekah bumi
Tradisi sedekah bumi pada Dk.Kedungsari sebagaimana diaktakan oleh Mbah Irsyad
yang menerangkan demikian bahwa dahulu sudah dikenalkan pada ajaran walisongo dimana
ada masyarakat yang mengerti mengenai ajaran tersebut yang kemudian mengajarkan tradisi
tersebut, dari tujuannya, manfaatnya hingga makna di balik sedekah bumi tersebut.
Beliau juga menerangkan bahwa pertamakali dan biasanya di percaya dan menjadi
tokoh utama ialah Mbah Peyang yang di anggap oleh warga desa menjadi orang yang mengerti

2
Kamus Besar Bahasa Indoesia 2018
3
Furqon Syarif Hudayarullah, Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap,Jurnal el Harakah, Vol.15, No 1, 2013, h.4
mengenai kemistikan. Biasanya beliau juga bisa menolak hujan menggunakan tradisi yang ia
pelajari. Tempat yang pertemakali sebelum pindah pada tempat sekarang ialah di Mbah Dong
Pring yang dimana tempatnya sangat mistik dan di kelilingi pring dan juga pohon beringin
yang sangat besar, dahulunya dilaksankan di situ dengan berbagai ritual pemujaan tapi
sekarang sudah beralih kepada syukuran di tengah – tengah desa seiring dengan moderinsasi
saat ini.
Ditambahkan lagi oleh Mbah Irsyad bahwasannya dahulu sebelum menjadi seperti
sekarang sedekah desa di bawa oleh seorang laki-laki yang mengetahui keislaman yang kental
yang sebelumnya ia juga mempercayai mistik, kemudia di rubahnya untuk menyembah Allah
sebagai penghormatan atas rasa syukur yang telah di berikan megenai hasil panen tersebut.
Sedangkan itu, tradisi sedekah bumi ini memang diwarisi dari leluhur dari dulu, sejak dari
leluhur hingga perombakan sekarang. Tradisi tersebut masih sangat di budayakan di
Dk.Kedungsari dan juga di tambah dengan modern saat ini.

C. Budaya sedekah bumi di Dk.Kedungsari


Sedekah bumi sendiri dilaksanakan setiap satu tahun sekali tepatnya pada dalam
pelaksanaanya pemerintah desa setempat mewajibkan setiap keluarga membayar iuran yang
telh ditentukan oleh pemdes, kemudian iuran tersebut diserahkan pada pihak yang berwenang
dalam acara tersebut untuk digunakan pembiayaan selama proses sedekah bumi berlangsung,
yang menarik dari dulu hingga sekarang tidak ada perubahanya adalah ketika hari H
pelaksanaan sedekah bumi, setiap warga desa membuat (ambengan) yang berisi buah,sayur dan
jajanan pasar, kemudian dibawa keliling desa dengan disertai tongtek, arak-arakan dan drum
band.Selain itu, ada juga acara selametan(kondangan) yang bisasanya dilakukan di punden atau
rumah salah satu warga, berkatannya pun berasal dari warga sendiri yang tiap rumah di tarik i
2 besekan yang berisikan nasi dan lauk pauk serta jajan. Setelah acara selametan biasanya
dihari selanjutnya diadakan acara pengajian dan di hari akhir ada hiburan ketoprak dan wayang.
Sebagai warga Pati ,kita harus merasa bangga dengan keanekaragaman budaya yang
terdapat didalamnya dan kita juga harus bisa melestarikan tradisi tersebut.4
Sedekah bumi merupakan simbol dari rasa syukur dari hasil bumi yang melimpah,
pelaksanaannya tiap tahun atau merupakan tradisi tahunan. Bagi masyarakat jawa khususnya
para kaum petani dan para nelayan tradisi ritual turun temurun yang di adakan setahun sekali
atau tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang

4
Nurul Aulia, Tradisi Dan Budaya Sedekah Bumi Di Pati (PatiNews:Pati,2019)
sifatnya tahunan. Akan tetapi, tradisi sedekah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu,
upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian yang sudah menyatu
dengan masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya jawa yang
menyiratkan simbol penjagaan terhadap kelestarian yang khas bagi masyarakat agraris maupun
masyarakat nelayan khususnya yang ada di pulau Jawa. Biasanya pada saat sedekah bumi
sering mengadakan pagelaran budaya seperti :
a. Barongan
Barongan merupakan seni pertunjukan rakyat yang berupa tiruan binatang buas, terkadang
barongan diwujudkan seperti singa yang digerak-gerakkan oleh orang yang berada di
dalamnya.
b. Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa.
Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh
wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan
tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir,
yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau
lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat
melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.5
c. Ketoprak
Pementasan teater tradisional ketoprak ini biasanya diiringi oleh gamelan lesung, alu,
gong, kenong, dan sebagainya. Ketoprak sangat diminati masyarakat di pulau Jawa Tengah.
Cerita yang ditampilkan oleh teater rakyat ini biasanya diambil dari cerita klasik, legenda, dan
fiksi, misalnya: lakon Panji Sumirang, Joko Tarub, Piti Tumbo, dan lain-lain.
d. Tayub
Tayub salah satu bentuk dari seni tari merupakan salah satu cabang dari kesenian dan
merupakan bagian dari kebudayaan.6
e. Karnaval
Karnaval merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan perayaan sedekah bumi di
Dk.Kedungsari. Karnaval budaya yang diikuti hampir seluruh warga desa dan berlangsung
sangat ramai serta meriah. Setiap warga di masing masing RT tampil dengan busana unik.

5
Aminuddin,Pengantar memahami Bahasa dalam Karya Sastra (IKIP Semarang Press:Semarang,1955)
6
Fitri Nilawati,Budaya Sedekah Bumi Di Pati (wordpress:Pati,2016)
Karnaval di gelar dengan menghadirkan marching band, musik angklung dan kesenian
tongtek.7
f. Pengajian atau sholawatan
Pengajian Umum, yang dimulai habis Sholat Maghrib, Istighosah terlebih dahulu
dilanjutkan selamat dan makan bersama baru acara inti dimeriahkan dengan penampilan grup
Qosidah dan DA'I kondang. Dan biasanya di sertai dengan santunan anak yatim dan kaum
dhuafa.
Itu merupakan beberapa kesenian yang diselenggrakan saat sedekah bumi.

D. Nilai Kebudayaan Mengenai Tradisi Sedekah Bumi Dk.Kedungsari


Tradisi atau adat istiadat mengenai sedekah desa sendiri ini merupakan sebuah budaya
alamiah yang di turunkan oleh nenek moyang dari jaman dahulu pertama kali hingga saat ini
merupakan sebuah kebudayaan yang diwarisi dan sangat di lestarikan untuk dijaga agar tidak
punah ataupun langka. Dimana kebudayaan ini kental dengan nilai keislamian dan unsur
kebudayaan didalamnya.
Nilai kebudayaan terletak pada tata cara dan tradisi yang dimana setiap tahunnya pada
panen raya selalu memiliki ciri khas yang berbeda, dalam penampilan wayangnya pun
bervariasi dengan di kombinasi tema yang sama akan tetapi tokoh yang berbeda yakni “Babat
Alas Mertani”. Kombinasi dalam tatacara sedekah desa itu sendiri dengan kebudayaan selain
dari pagelaran wayang sebagai hiburan yang memiliki serta menambah nilai kebudayaan
sedekah itu sendiri. Ada juga dalam pembagian berkat dimana di bagi rata dengan hasil yang
nanti berkat tersebut di bawa pulang kembali dan boleh untuk di makan oleh siapapun.8
Selain itu sedekah bumi atau sedekah desa ini memiliki nilai budaya sendiri yakni adat
tersebut mengandung nilai yang dimana pewarisannya turun temurun, dan tidak di rubah sama
sekali dari segi pelaksanaannya ataupun susunan kegiatannya di setiap tahunnya. Hanya saja
seiring perkembangan zaman ada sedikit perombakan mengenai tradisi sedekah bumi atau
sedekah desa ini ialah tempatnya yang dahulunya masih menganut atau masih berada pada
Mbah Dong Pring yang di percaya akan kemistikannya kini beralih ketengah desa yang dimana
lebih terbuka untuk siapa saja yang ingin ikut dan membantu dalam pelaksanaan sedekah desa
tersebut, serta pertunjukan yang di pertontonkan juga semakin bertambah luas sebab tidak lagi

7
Arif Febriyanto,seni budayai (Lingkar.id Jateng:Pati,2022)
8
Harnovinsyah, Buku Ajar Metodologi Penelitian Pusat Bahan Ajar
terpusat pada warga-warga yang mengikuti saja melainkan kebudayaan itu lebur menjadi baik
karena di peruntukkan dan pertunjukkan kepada banyak orang di desa Kedungsari ini.

E. Nilai keislaman mengenai tradisi sedakah bumi di Dk.Kedungsari


Selain nilai kebudayaan diatas yang sudah dipaparkan, ada juga nilai keislamian yang
terdapat dalam tradisi tersebut yang dimana sudah di jelaskan sejak awal. Bahwasannya tidak
hanya nilai budaya saja yag menonjol, dalam kajian makna nilai keislamian tradisi sedekah
bumi di Dk.Kedungsari ini. Memiliki banya sekali makna dan juga nilai – nilai yang
terkandung didalamnya. Nilai keislamian terdapat dalam simbol mengenai berkat yang di buat
dan juga tujuan sedekah bumi tersebut dimana di peruntukkan untuk menghormati pemberian
dari Allah sebagai wujud rasa syukur terhadapNya.
Ada juga nilai keislamian lainnya dalam pembacaan doa didalam pelaksanaannya doa –
doa terbaik dan permintaan kepada Allah lah agar diberikan kembali kemuliaan seperti panen
Raya di tahun selanjutnya. Serta akulturasi mengenai kebudayaan dan nilai keislaman
sangatlah ada dilihta dari penampilan wayang yang mengangkat tema membabat alas tani yang
dalam islam memiliki makna memulai usaha dari awal mengenai pertanian dalam doa-doa yang
di panjatkan dan biasnya di sampaikan dalam pertunjukan wayang tersebut.
Sedekah bumi ini sangat baik apabila masih di lakukan dan di lestarikan sampai sekarang
walaupun terus berkembangnya teknologi sebab dengan demikian masih mempertahankan
nilai budaya dan keislamiannya melalui tradisi tersebut selain itu dalam makanan yang
dihidangkan pun sebenarnya memiliki simbol – simbol tertentu yang dimana memaknai sebuah
doa kepada Allah atas rasa syukur dalam nikmat yang telah beliau berikan selama ini. 9

9
Thoyibi,Dkk, Sinergi Agama Dan Budaya: Dialektika Muhammadiyah Dan Seni Lokal. (Muhammadiyah
University Press )
BAB III

KESIMPULAN

Sedekah bumi atau sedekah desa di Dk.Kedungsari ini diartikan sebagai upacara atau
tradisi selametan kepada Allah dimana hasil panen sudah di dapatkan, dalam upacara slametan
tersebut membawa berbagai berkat yang sudah mereka siapkan untuk di tukarkan dengan
masyarakat lainya. Sedekah bumi dikenalkan pada ajaran walisongo dimana ada masyarakat
yang mengerti mengenai ajaran tersebut yang kemudian mengajarkan tradisi tersebut, dari
tujuannya, manfaatnya hingga makna di balik sedekah bumi tersebut. Sedekah bumi ialah
membuat hidangan yang wajib di bawa saat acara sedekah bumi tersebut, hidangan yang wajib
ada ialah bubur merah dan putih. Kemudian berkumpul ditengah desa untuk pengumpulan
hidangan tersebut kemudian sambutan dan pembukaan lalu dilanjutkan acara doa bersama
mengenai panen raya kemudian dilanjutkan acara pertukaran hidangan secara merata dan juga
acara hiburan sederhana, dilanjutkan wayangan malamnya.
Nilai kebudayaan terletak pada tata cara dan tradisi yang dimana setiap tahunnya pada
panen raya selalu memiliki cirikhas yang berbeda, dalam penampilan wayangnyapun bervariasi
dengan di kombinasi tema yang sama akan tetapi tokoh yang berbeda yakni “Babat Alas
Mertani”. Kombinasi dalam tatacara sedekah desa itu sendiri dengan kebudayaan selain dari
pagelaran wayang sebagai hiburan yang memiliki serta menambah nilai kebudayaan sedekah
itu sendiri. Ada juga nilai keislamian lainnya dalam pembacaan doa didalam pelaksanaannya
doa – doa terbaik dan permintaan kepada Allah lah agar diberikan kembali kemuliaan seperti
panen Raya di tahun selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

________. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan terapanya dalam
penilitian. surakarta: University Sebelas Maret Press.
Aminuddin. (1995). pengantar memahami bahasa dalam karya sastra. semarang: IKIP
Semarang Press.
Aulia, N. (2019). Tradisi Dan Budaya Sedekah Bumi di Pati. Pati: PatiNews.
Febriyanto, A. (2022). Seni Budaya. Pati: Lingkar.Id Jateng.
Harnovinsyah. (n.d.). Buku ajar Metodologi Penilitian Pusat Bahan ajar Dan Elerning.
Kamus Besar bahasa Indonesia. (2018).
Nilawati, F. (2016). Budaya Sedekah Bumi Di Pati . Pati: Wondress.
subqi, i. M. (2018). islam dan budaya jawa. solo: perpustakaan sma negeri 112.
Sutopo. (n.d.). Penelitian Kualitatif . Surakarta : Sebelas Maret University Press.
SYarif Hidayatullah, F. (2013). Sdekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap. Jurnal el Harakah.
Thoyibi. (2003). Sinergi Agama Dan Budaya: Dialektika Muhammadiyah Dan Seni Lokal .
Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Anda mungkin juga menyukai