Anda di halaman 1dari 10

MAKNA UPACARA ADAT REBA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MANGULEWA

Program Studi Pendidikan Musik

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Citra Bakti Ngada

Raniremon52@gmail.com pabayuliana87@gmail.com mariauasoa@gmail.com


yohaneskore2604@gmail.com vladimiraniowa@gmail.com verameo04@gmail.com
rosalinaseptianymudeweatiany@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan data yang jelas,akurat dan faktual mengenai makna
upacara adat reba dalam kehidupan masyarakat mangulewa. SEULU WELU MAJA EKO RAGHI
MEZE memberikan informasi terkait makna filosofi upacara adat reba, pihak-pihak serta nilai-nilai
yang terkandung dalam upacara adat reba. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
wawancara langsung. Penelitian akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil penelitian bahwa
upacara adat reba adalah salah satu bentuk rasa syukur yang ditujukan bagi leluhur dari setiap
rumah adat di dalam kampung mangulewa SEULU WELU MAJA EKO RAGHI MEZE yang
dirayakan setiap setahun sekali, sekaligus bagian bentuk dari syukuran panen.

Kata Kunci : Makna Upacara, Adat, Reba, Kehidupan Masyarakat.

ABSTRACT
This research aims to find clear, accurate and factual data regarding the meaning of the Reba
traditional ceremony in the life of the Mangulewa community. SEULU WELU MAJA EKO RAGHI
MEZE provides information regarding the philosophical meaning of the Reba traditional ceremony,
the parties and the values contained in the Reba traditional ceremony. Data collection techniques using
direct interviews. The research will be analyzed descriptively qualitatively. The research results show
that the Reba traditional ceremony is a form of gratitude aimed at the ancestors of each traditional
house in the Mangulewa village SEULU WELU MAJA EKO RAGHI MEZE which is celebrated once a
year, as well as part of the harvest thanksgiving.

Keywords: Meaning of Ceremonies, Customs, Reba, Community Life


PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai macam kekayaan mulai dari
keberagaman agama, kepercayaan, bahasa, ras, budaya atau juga dikenal sebagai Bangsa yang unik.
Yang mana Bangsa Indonesia bisa hidup tentram, damai dan baik dalam satu negara yang terdiri dari
berbagai keberagaman budaya maupun keanekaragaman lainnya. Keberagaman budaya yang ada di
Indonesia menjadi salah satu ciri khas ataupun menjadi Identitas Bangsa Indonesia yang harus dijaga
dan dilestarikan dengan sebaik mungkin dari generasi ke generasi selanjutnya (Antara & Yogantari,
2018).

Di Indonesia juga terdapat berbagai suku yang tinggal di setiap wilayah suku bangsa yang
mana masing-masing mempunyai suatu unsur kebudayaan mulai dari tarian tradisional, pakaian adat,
rumah adat, makanan khas, bahasa daerah maupun upacara adat yang mencerminkan perbedaan
dengan suku yang lainnya. Perlu pemahaman yang baik bagi masyarakat mengenai simbol-simbol
dalam konteks budaya masing-masing. Seringkali masyarakat di Indonesia mengungkapkan rasa
syukur dan mewujudkannya dalam bezntuk upacara adat yang mana upacara tesebut sebagai salah
satu ungkapan syukur masyarakat kepada Tuhan atas karunia yang diberikan seperti halnya hasil
panen dan lainnya (Rohmah, 2014)
Pasal 32 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa:
pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia, agar budaya masyarakat tetap tumbuh dan
menjadi kaya dalam hal yang baik dengan nilai-nilai yang positif yang menjadi keunggulan dalam
budaya di suatu wilayah. Kebudayaan mencakup nilai, cara pandang atau ide-ide yang hidup ditengah
masyarakat yang menjadi pegangan untuk berinteraksi dan masyarakat agar mereka mengerti
bagaimana seharusnya mereka bertindak ataupun melakukan sesuatu dalam berhubungan atau
komunikasi dengan orang lain (A.M. Fatwa, 2009).
Kabupaten Ngada di kenal sebagai salah satu daerah yang kental akan Budaya. Ada begitu
banyak upacara adat yang terdapat Ngada, salah satunya upacara adat Reba Ulu Welumaja Eko Raghi
Meze yang diadakan tiap tahun di Desa Mangulewa. Upacara Reba tersebut merupakan upacara adat
sebagai bentuk ucapan syukur maupun penghormatan serta ucapan terima kasih kepada Tuhan dan
para leluhur atas hasil panen yang diberikan kepada mereka. Upacara adat Reba ini digunakan juga
untuk mengevaluasi maupun menilai semua tentang kehidupan bermasyarakat pada tahun sebelumnya
yang sudah dilewati, dijalani oleh masyarakat Mangulewa.
Apabila dalam masyarakat tidak menerapkan upacara Reba ini, maka dipercaya bahwa akan terjadi
sesuatu hal misalnya; terjadi bencana alam, kecelakaan secara tiba-tiba, sakit-sakitan yang tidak
kunjung sembuh, bahkan ada anggota keluarga yang meninggal secara mendadak (Ripo, 2022:p. 129).
Upacara Reba harus dilakukan dengan perayaan yang bermakna bagi masyarakat Mangulewa
sebagai umat dalam kehidupan bersama anggota masyarakat dan sebagai anggota Gereja. Hal ini mau
menunjukan bahwa semua masyarakat hidup dalam satu kesatuan dan memiliki keselarasan yang
mana saling bekerja sama satu sama lain. Karena secara umum Manusia adalah makhluk
individual yang artinya menyendiri. Dalam waktu yang lainnya manusia juga akan berfungsi sebagai
makhluk sosial yang tidak terlepas dari hidup saling bekerja sama atau bisa dikatakan gotong royong.
Gotong royong yang dimaksud disini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti dalam suatu kegiatan,
terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan umum atau kepentingan bersama dalam
masyarakat itu sendiri.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif yang berlokasi di
wilayah kampung Mangulewa. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
kampung tersebut merupakan wilayah yang masih sangat kental dengan tradisi Adat Reba. Selain itu
juga merupakan tempat tinggal narasumber dan menjafi tempat pelaksanaan Upacara O UWI.
Untuk mendapatkan data yang lengkap peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan
data yakni; wawancara, dokumentasi dengan instrument yang digunakan berupa alat perekam hasil
wawancara. Keabstrakan data menggunakan Teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknis. Analisis
data menggunakan model interaktif dimana penulis mellakukan pendekatan langsung dengan
narasumber.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Upacara Adat Reba adalah salah satu bentuk rasa syukur yang ditunjukan bagi leluhurnya dari
setiap rumah adat didalam kampung mangulewa Seulu Welu Maja Eko Raghi Meze yang dirayakan
setiap setahun sekalih, sekaligus bagian bentuk dari syukuran panen.
Selain itu, reba juga merupakan perayaan ucapan syukur atas penyelenggaraan dewa menurut
kepercayaan masyarakat ngada yakni dewa zeta nitu zale. Dewa zeta yang merupakan kepercayaan
terhadap wujud tertinggi oleh masyarakat ngada yang Sudaha dilakukan ribuan tahun silam. perayaan
reba juga merupakan perayaan simbolois dari rancangbambu dari relasi manusia dengan Tuhan,
manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan. Perayaan ini merupakan perayaan
kehidupan orang ngada ( Dopo, 2017).
Tradisi reba mangulewa itu menceritakan kehidupan orang mangulewa mulai dari asal muasal
orang mangulewa sampai kepada apa yang seharusnya orang mangulewa lakukan dalam hidup. Apa
yang seharunya ornag mangulewa hindari itu juga menjadi larangan adat istiadat, hal ini dapat kita
lihat pada upacara kobe dheke dimana merupakan malam sebelum besoknya diadakan tarian yang
disebut O UWI. Pada upacara kobe dheke dilakukan ritual SU’I UWI dimana didalam upacara ini
menceritakan asal muasal orang mangulewa.
Dalam SU’I UWI menceritakan asal muasal orang Mangulewa dari awal leluhur sudah
mempercayai bahwa orang Mangulewa berasal dari India, kemudian hidup berpindah-pindah dan
sampai ke Jawa, kemudian menggembara dan sampailah dikampung Mangulewa. Hal ini di ceritakan
pada saat upacara BURA SU’A.
Pelaksanaan upacara Adat Reba disesuaikan dengan masyarakat setempat dengan diadakan
pertemuan para ketua adat dari masing- masing suku atau rumah adat Seulu Welu Maja Se Eko Raghi
Meze, dimana dilaksanakan sekitar bulan januari – februari disesuai denga musim hujan dan arah
angin. Tanggal pelaksanaan ritus reba Mangulewa ditentukan berdasarkan kelender adat yang disebut
Mori Kepo Wesu (keturunan pemegang adat istiadat reba) sebagai pihak yang berwenang dalam
pelaksanaan Jawa One pesta adat Reba Mangulewa (Se Ulu Welu Maja Se Eko Raghi Meze).
Pihak-pihak yang dapat terlibat dalam upacara adat reba dalm upacara Dheke Reba diwajibkan
semua keturunan satu suku untuk melakukan sesajen atau memberi makan nenek moyang di Loka Tua
Mata Api dimana dulunya merupakan tempat para leluhur melakukan musyawarah dalam satu suku,
kemudian pada acara O Uwi dimana dilakukan tarian Bersama-sama seluruh masyarakat mangulewa
Ulu Welu Maja Eko Raghi Meze terdiri dari semua suku didalam kampung mangulewa tidak menutup
kemuungkinan juga bagi pengunjung yang ingin meryakan adat reba Bersama msyarakat Mangulewa,
kemudian untuk hari ketiga akan dilaksanakan ritual Kobe Dhoi dimana akan dilaksanakan ritual Bura
Sua untuk menceritakan Kembali asal muasal orang Mangulewa dari sampai ke kmpung Mangulewa.
Dalam ritual ini diwajibkan untuk semua keturunan dalam satu suku untuk berkumpul di Sao Puu
(Rumah pokok dalam satu suku).

Pembahasan
Dalam pesta Adat Reba rasa syukur manusia disimbolkan dengan UWI (ubi gunung) UWI ini
diyakini makanan pengganti nasi yang memberi kekuatan bagi setiap masyrakat Mangulewa, sehingga
UWI dalam reba dijadikan sebagai simbol utama sehingga diungkapan dalam Bahasa puitis “Uwi
Soga Lodo Meze Go Lewa Laba Koba Raku Lizu Lado Wai Poso, Kutu Nga Koe Ngata Dano Ano
Ko’e Sui Moki Ngta Dano Pai Moli. Dimana Bahasa ini menceritakan bahwa sebuah ubi sebesar
Gong yang menjadi alat music orang mangulewa dan sepanjang gendang, pucuk menjulang sampai
kelangit, akar tertanan menggengam bumi, walaupun dimakan landak tidak akan habis digali babi
hutan tidak akan habis, UWI juga menjadi symbol kekuatan adat reba Mangulewa yang tidak akan
perna punah. Lewat reba manusia seperti terlahir baru baik dalam sikap tutur kata dan perbuatan dalam
reba akan ada O UWI merupakan tarian sebagai bentuk syukuran dimana didalamnya juga terdapat
PATA DELA (nasihat orang tua), seperti MEKU NE Doa Delu Modhe Ne Soga Woe (hidup rukun
dengan sesama ,sahabat),Tu Tu Tore Rubha-Rubha Belai (harus bisa mengontrol emosi), Ulu We Mae
Mu Kasa We Mae Bana (meminta leluhur untuk dijauhi dari segala penyakit), Loka We Lowa Peni We
Desi (meminta leluhur untuk memberkati segala usaha dalam bertenak),Loza Gili Ola Wadho Pita Sao
(merantau sampai ke penjuru dunia harus ingat dengan rumah dan kampung halaman), La’a Ne
Magha Page Ne Laghe (hidup harus punya tujuan yang jelas),Lako We Ta’a Mae Saga-Saga Kata
Nge Geke Mae Denge (jangan mendengar perkataan orang lain fokus pada suatu tujuna yang ingin
dicapai),BELA WE MAE Deke Mothe Mae Ngadho (dilarang untuk menfitna atau membicarakan
keburukan orang lain ) dan masi banyak pepatah adat yang diungkapkan pada saat O Uwi dimana
menjadi pelajaran dan pegangan bagi kaulamuda selama hidup. (Petrus, 2023).
Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormataan atau ucapan
rasa syukur dan berterimah kasih masyarakat kepada tuahn dan leluhur atau nenek moyang yang
membberikan hasil panen kepada mereka. Upacara ini juga digunakan untuk mengevaluasi segala hal
tentang kehidupan bermasyarakat pada tahun yang sebelumnya yang telah di jalani oleh masyarakat
Ngada. Melalui upacara ini keluaraga dan masyarakat meminta petunjuk kepada toko agama dan toko
adat untuk dapat menjalani hidup yang lebih baik pada tahun yang baru (Yoseph, Karolus, Leba,
2023).
Adat reba adalah ritus yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat di
keluarahan Mangulewa, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Pertama, reba adalah ucapan rasa syukur kepada Tuhan yang dikenal dengan nama “Dewa Zeta Nitu
Zale”. Pujian yang sangat nampak dalam teriakan adalah O Uwi adalah permohonan kepada tuhan
agar kesejahteraan, kecukupan, kelimpahan dan keamanan menjadi milik keluarga-keluarga Ngada.
Uwi dalam Mithologi reba adalah seorang perempuan yang rela mati demi kehidupan banyak orang.
Syukur ini sangat erat dengan persatuan keluarga, semua anggota keluarga diharapkan untuk kembali
ke “Sa’o Pu’u”atau rumah pokok atau rumah asal seluruh suku, kembali ke rumah induk ini
merupakan pengukuhan identitas diri dan identitas suatu kelompok. (Aloisius Lawe, 2018 : hal 45).
Reba merupakan kompleksitas nilai-nilai (sosial, religius, moral, kesenian, ekonomi,pelestarian
lingkungan) serta gagasan vital melalui keyakinan yang dapat mengatur perilaku masyarakat baik
dalam kehidupan lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Budaya Reba merupakan pedoman
hidup bagi masyarakat Ngada untuk berinteraksi dalam lingkungan sosial, relasi antar manusia dengan
Tuhan dan lingkungan alam sekitar. (Ule Bhoga, 2005:19).
Makna-makna yang terkandung dalam upacara Reba yaitu: Pertama, makna historis;orang
Ngada merupakan keturunan Saylon-India. Melalui perjalanan Panjang mereka berhasil masuk di
Ngada. Tokoh yang berhasil masuk di Ngada adalah Teru dan Tena yang akhirnya melahirkan seorang
putra bernama Sili. Tokoh Sili inilah yang selalu dikenang dalam perayaan Reba karena
kesuksesannya dalam menanam ubi yang pada saat itu merupakan makanan pokok masyarakat Ngada.
Keberhasilannya tidak diperoleh dengan begitu saja, tetapi melewati proses yang begitu panjang dan
keharusan untuk dapat berbagi dengan orang lain. Tuturan lisan dari SU’I UWI dan O UWI dalam
upacara adat Reba ini, mengisahkan tentang asal mula orang Ngada mulai dari Saylon sampai tanah
Jawa, kemudian menuju Sumba, dan berakhir di Ngada. Kedua, makna persaudaraan. Upacara adat
Reba merupakan sebuah ajang untuk mengumpulkan Kembali semua anggota keluarga dalam
mengevaluasikan segala hal tentang kehidupan bersama pada tahun sebelumnya yang telah dilewati
dan setiap orang dapat meminta petunjuk dari tokoh agama dan tokoh adat untuk dapat menjalani
hidup yang lebih baik lagi pada tahun mendatang. Upacara Reba juga sebagai ajang untuk mengikat
janji sehidup semati dimana seorang pria datang ke sa’o (rumah) si gadis untuk melamar sang gadis.
Reba merupakan suatu upacara kekeluargaan guna memupuk rasa persaudaraan, Reba juga memiliki
peran dan fungsi sebagai sebuah upacara pemersatu antar pribadi dengan sesama dan lingkungan alam.
Upacara Reba memberikan warna ungkapan syukur dan kegembiraan dalam bingkai persaudaraan dan
persatuan.
Alat-alat yang digunakan pada Upacara Adat Reba yaitu;
1).SU’A UWI, menjadi simbol sakral yang melambangkan kekuasaan dalam rumah Adat dan
kepemilikan tanah warisan di dalam satau suku.
2).WUNU UWI atau daun ubi, dimana ubi ini yang menjadi makanan pokok orang Ngada
terkhususnya masyarakat Mangulewa.
3).MAKI NARI atau Nasi yang di masak menggunakan bambu untuk memberi makan Nenek Moyang
4).TUA TENE, yang menjadi minuman khas orang Ngada terkhusunya masyarakat Mangulewa.
5).Hewan kurban, tidak semua hewan bisa di jadikan hewan kurban untuk di persembahkan kepada
leluhur. Hewan-hewan tersebut seperti: ayam dan babi, dimana sebelum di sembeli akan di bacakan
syair yang sakral karena di percayakan hati dari hewan-hewan tersebut dapat di jadikan alat peramal
untuk memprediksi hal-hal yang akan terjadi kedepannya baik didalam suku maupun dalam
kehidupan masyarakat setempat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka kami menyimpulkan bahwa malam pertama acara adat
reba yang disebut Dheke Reba kita diwajibkan berkumpul Bersama didalam sa’o pu’u (rumah ga.
pokok) guna melaksanakan musyawarah yang dipimpin oleh ketua adat untuk membahas hal-hal yang
berkaitan dengan keluarga. Pada keesokan harinya akan di adakan acara O Uwi. Upacara adat reba
merupakan momen penting untuk mengumpulkan Bersama sanak saudara selain itu apabila kita tidak
mengikuti acara ini maka di percayai akan terjadi bencana atau hilangnya suatu rejeki.

Saran
Berdasarkan hasil simpulan diatas, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah
Agar tetap melindungi dan melestariakan kebudayaan lokal masyarakat adat Mangulewa
terkhusus upacara adat Reba ULU WELU MAJA EKO RAGHI MEZE.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat Mangulewa perlu berpartisipasi dalam Upacara O UWI, agar makna syair lagu O
UWI mampu dipahami dan dimaknai.
3. Bagi Tokoh Adat
Tokoh Adat perlu menjadi panutan dan mengayomi atau mengajak kaum muda untuk
berpartisipasi dan ikut serta dalam upacara nyanyian dan tarian O UWI dalam ritual Adat Reba.
4. Bagi Kaum Muda
Kaum muda perlu berpartisipasi dalam upacara Reba dan O UWI agar bisa mendalami makna dari
setiap lantunan syair O UWI, sehingga tidak terpengaruh oleh datangnya budaya-budaya luar dan
meninggalkan atau melupakan budaya lokal
DAFTAR PUSTAKA
Petrus, (2023). Sejarah Adat Reba dan Upacara Adat Reba. Hasil wawancara Mangulewa Minggu, 05
November 2023
Jurnal http://bajangjournal.com/indeks.php/JISOS vol.1,No.2,Maret 2022. Funsi upacara Reba

Woghe Hendrikus, (2023). Upacara Adat Reba. Hasil wawancara Mangulewa Minggu, 05 November
2023
Lawe Aloysius, (2018). Fungsi Upacara Adat Reba.
Jurnal https://doi.org/10.56358/japb.v4i1.200 Volume 4 No.1 Tahun 2023. Nilai dan makna perayaan
Reba

Anda mungkin juga menyukai