PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panjang
6,28 ± 5,92 ± 4,7 ± 4,22 ±
Tarsometatarsus
0,25 0,13 0,45 0,27
(cm)
Keliling
2,9 ± 2,72 ± 2,3 ± 2,2 ±
Tarsometatarsus
0,15 0,16 0,18 0,18
(cm)
Variabel
Betin Betin
Jantan Jantan
a a
1,56 1,55
Oesophagus
± 1,58 ± 0,09 ± 1,35± 0,06
(g)
0,11 0,02
0,26 0,25
0,286 ±
Tembolok (g) 8± ± 0,22 ± 0,02
0,02
0,03 0,01
Proventrikulu 0,896 ±
0,96 0,89 0,73 ± 0,06
s (g) 0,27
± ±
0,04 0,03
19,2 18,7
Ventrikulus 18,73 ± 17,85 ±
± 4±
(g) 0,31 0,44
0,43 0,32
4,48
Usus Kecil 5,2 ± 4,92 ±
± 4,33 ± 0,25
(g) 0,22 0,248
0,23
3,52 3,23
Usus Besar
± 3,3 ± 0,21 ± 2,93 ± 0,23
(g)
0,25 0,12
1,81 1,84
1,808 ±
Kloaka (g) ± ± 1,8 ± 0,03
0,026
0,04 0,01
10,6 7,10
10,14 ±
Hati (g) 5± ± 0,94 ± 0,14
0,32
0,50 0,13
Sifat kualitatif
rela
Jantan Betina Jantan Betina
(%
Bagian kepala
:
– coklat
bergaris hitam
tebal
– coklat 5 5 – – 100
bergaris hitam – – 5 5 100
tipis
(pucat)
Bagian paruh :
– hitam
5 5 5 5 100
Bagian leher :
– coklat
bergaris hitam – – 100
5 5
– coklat 5 5 100
Bagian dada:
– coklat
terang
– merah 5 5 – – 100
maroon – – 5 5 100
Bagian
punggung :
– berbintik
hitam garis
lingkar kuning
jumlah lebih – – 5 5 100
banyak – 5 5 – – 100
berbintik hitam
garis lingkar
kuning jumlah
lebih sedikit
Bagian sayap :
– hitam dan
merah maroon 5 5 5 5 100
Bagian ekor :
– hitam dan
putih
5 5 – – 100
– hitam dan
– – 5 5 100
merah maroon
Bagian kaki :
– hitam 5 5 5 5 100
Sumber: Siwi et al., 2014
Potensi Belibis Sebagai Sumber Daging
Menurut IUCN (International Union for the Conservation of Nature
and Natural Resources), status konservasi belibis di Indonesia
adalah tidak dilindungi (IUCN, 2010). Status ini memungkinkan
belibis dapat dibudidayakan atau pemanfaatan lainnya.
Pemanfaatan belibis merupakan sumber daging unggas untuk
konsumsi manusia telah dilakukan melalui proses perburuan.
Berdasarkan data tahun 2006, jumlah belibis yang ditangkap di
Danau Mahakam Kalimantan Timur berkisar antara 120.000-
165.000 ekor dan dari jumlah tersebut sekitar 95% atau 114.000 –
156.000 ekor dipasarkan di Banjarmasin (Darmawan, 2011). Hal ini
menunjukkan adanya potensi pasar daging belibis.
Sebagai gambaran di daerah Kalimantan, permintaan pasar belibis
ke rumah-rumah makan, khususnya di Kota Banjarmasin dan
Kabupaten di Hulu Sungai (Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan dan Tabalong), Kalimantan
Selatan cukup meningkat, dengan harga rata-rata di tingkat
pemburu Rp. 12.000/ekor, dan di tingkat pengumpul
antara Rp.15.000 – Rp. 20.000/ekor. Jika pasokan di pasaran
mengalami penurunan harga bisa mencapai Rp.35.000/ekor, hal ini
disebabkan karena daging belibis sangat diminati konsumen,karena
punya cita rasa yang gurih, dan kandungan lemaknya relatif rendah
(Darmawan, 2011). Sementara di wilayah lain seperti di Sulawesi,
khususnya kabupaten Sidrap dan kabupaten Pinrang, Belibis sudah
menjadi menu beberapa rumah makan. Harga sepotong belibis
goreng adalah Rp.22.000 (dada) Rp.16.000 (paha) (Anonim, 2013)
Namun, penangkapan yang melebihi ambang batas akan
merugikan lingkungan. Untuk itu perlu ada upaya pembudiayaan,
bukan mengandalkan pada perburuan. Usaha pemeliharaan dapat
dilakukan baik secara in situ, maupun ex situ. Pemeliharaan secara
in situ yaitu pemeliharaan hewan liar di dalam habitat aslinya yang
setelah ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, sedangkan ex
situ pemeliharaan hewan liar di luar habitat aslinya, antara lain
dengan cara pengaturan pemanfaatannya, penangkaran,
pemeliharaan di taman burung atau kebun binatang (Darmawan,
2011).
Upaya pembudidayaan atau penangkaran, bukan saja dalam
rangka memenuhi kebutuhan protein hewani dan
penganekaragaman atau diversifikasi pangan, melainkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan yang sebagian
hidupnya dari pendayagunaan satwa ini (Darmawan, 2011).
Persyaratan teknis dalam upaya pembudidayaan/penangkaran
adalah lokasi, yaitu tempat berawa atau cukup tersedia air adalah
yang utama. Di sekeliling lokasi budidaya dipasang jala supaya
belibis tidak kabur. Sementara di tengah area budidaya tersedia
rawa-rawa untuk tempat bermain belibis dan di tepi areal disediakan
gundukan tanah untuk belibis bersenda gurau (kompas.com, 2009).
Simpulan
Burung belibis yang terdapat di Indonesia adalah Belibis Kembang
(Dendrocygna arcuata) dan belibis Batu (Dendrocygna
javanica). Kedua jenis belibis ini memiliki sebaran dan habitat serta
tingkah laku yang relatif sama. Beberapa sifat morfometri memiliki
perbedaan ciri dan pola bulu yang juga memiliki perbedaan dan
persamaan.
Potensi Belibis sebagai sumber daging cukup baik, tetapi hingga
saat ini eksplorasi tentang belibis masih kurang sehingga masih
terbatas data tentang daging belibis. Selain itu, untuk meningkatkan
kontribusi belibis bagi pemenuhan daging unggas, maka dapat
dilakukan upaya pembudidayaan. Keterlibatan perguruan tinggi dan
lembaga penelitian relevan masih kurang sehingga ke depannya
perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
[ITTO]. 2007. International Tropical Timber Organization (ITTO)
Workplan 2002-2006. Bogor.
[SBW]. Semarang Bird Web. 2015. Belibis
Batu. http://bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_belibis_batu.htm
Darmawan, A. 2011. Merintis Jalan Berbisnis
Belibis. http://epetani.pertanian.go.id/budidaya/merintis-jalan-
berbisnis-belibis-1796. [diakses 10 Juni 2015].
Gaji, A. dan M. Zakaria. 2012. Ecological Niche Modeling for Lesser
Whistling Duck Fakultas Kehutanan, Universitas Putra Malaysia.
Hardjosubroto,W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan di Lapangan.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Kompas.com. 2009. Penangkaran dan Beternak
belibis. http://www2.kompas.com/kompas-
cetak/0408/26/ekora/1220614.htm.
Livestockreview.com. 2013. Daging Broiler Sumbang 84,4% Kebutuhan
Daging Unggas Nasional. http://www.livestockreview.com/2013/05/daging-
broiler-sumbang-844-kebutuhan-daging-unggas-nasional. [Diakses 9 Juni
2015].