Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertambahan penduduk Indonesia yang sangat pesat dewasa ini


menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi dan selera
makanan. Hal ini membutuhkan peningkatan ketersediaan dan keragaman
sumber pangan khususnya pangan hewani. Salah satu sumber ketersediaan
pangan adalah daging unggas. Namun, ketersediaan ini perlu dibarengi
dengan keragaman sumber daging unggas. Perlunya keragaman tersebut telah
mendorong munculnya ide-ide dalam menghidangkan makanan asal unggas
dan keragaman jenis unggas penghasil dagingnya.
Kontribusi ternak unggas terhadap penyediaan daging adalah sebesar
1.335.143 ton atau 66,6% dari jumlah total daging nasional. Kecenderungan
meningkatnya konsumsi daging unggas terus meningkat. Berdasarkan data
Gabungan Pengusaha Peternak Unggas (GPPU) tahun Kebutuhan daging
sebagai sumber protein menjadi meningkat, sehingga perlu dilakukan
terobosan pencarian hewan alternatif yang mempunyai potensi sebagai
alternatif penghasil daging. Eksplorasi satwa harapan dapat dilakukan untuk
sumber pangan, menambah penghasilan petani, dan memenuhi kebutuhan
protein hewani. Namun upaya ini perlu dilakukan secara lestari misalnya
melalui penangkaran dan budidaya jenis-jenis hewan tertentu.Pemanfaatan
jenis-jenis hewan liar atau satwa harapan dapat dilakukan dengan usaha
peternakan yang berpedoman pada prinsip-prinsip pelestarian.
Salah satu hewan liar sebagai satwa harapan adalah belibis. Burung belibis
adalah salah satu burung yang memiliki habitat lebih dekat di air,
kemampuannya yang dapat berenang di air disebabkan karena burung belibis
termasuk burung yang memiliki kaki berselaput dan jarang untuk melakukan
terbang. Aktivitas mobilitas di daerah teresterial, hanya digunakan untuk
mencari makan dan menghindari lawan, bertelur dan aktivitas lainnya.
Pergerakan berjalan sangat lambat, namun sangat cepat saat berada di air,
sehingga dalam mobilitas dari hewan ini sangat kecil untuk daerah teresterial.
Indonesia memiliki beberapa tempat untuk hidup burung belibis.
Berdasarkan hal di atas maka melalui makalah ini disajikan potensi burung
Belibis sebagai sumber pangan hewani dan potensial untuk dikembangkan
sebagai ternak. Melalui makalah ini juga diuraikan tentang sifat-sifat biologi,
produksi, dan adaptasi lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Burung Belibis

Belibis atau Dendrocygna adalah sekelompok unggas berparuh datar


(Anseriformes) yang dapat mengeluarkan suara seperti siulan. Karena
kekhasan ini, dalam bahasa Inggris ia dikenal sebagai whistling duck ("itik
bersiul"). Sebagai anggota suku Anatidae, belibis memiliki kedekatan genetik
dengan itik Belibis Kembang (Dendrocygna acuata ) dan Belibis Batu
(Dendrocygna javanica) merupakan jenis belibis yang hidup di Indonesia dan
mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan. Daerah persinggahan
burung belibis ini berada di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Jawa. Di
daerah-daerah tertentu, masyarakat sudah lama mengkonsumsi belibis
sebagai makanan dan peredaran penjualan belibis di pulau tersebut mulai
diawasi karena masyarakat masih sedikit melakukan pengembangbiakkan
sedangkan pemburu liar masih menangkapi langsung dari alam tanpa ada
pengawasan.
Belibis juga termasuk burung liar yang mencari makan pada malam hari
biasa disebut itik liar atau itik air.Walaupun bentuk burung ini lucu dan
menggemaskan, namun burung ini sangat sulit untuk di tangkap.Burung
belibis adalah burung yang hidupnya bergerombol.Dalam masalh perkawinan
burung ini tidak seperti bebek atau itik, burung belibis seekor jantan bisa
mengawini lima sampai sepuluh ekor betina.Burung ini sangat setia pada
pasangannya masing – masing, jadi untuk pemilihan indukan belibis harus
berpasang – pasangan.
Belibis yang suka hidup berkelompok biasa mencari sisa – sisa gabah yang
tertinggal di sawah,selain belibis bangsa unggas juga suka memakan gabah
yang tertinggal di sawah.Budidaya dan ternak burung belibis saat ini
merupakan lahan yang sangat potensial dan memiliki perhitungan yang cukup
menjajikan jika dijadikan usaha,karena saaat ini nilai jual burung belibis
sangat tinggi. Sekilas hewan ini memiliki bentuk menyerupai bebek
atauitik,namun nyatanya hewan ini sejenis burung air. Namanya tidak asing
karena dijadikan merek dagang salah satu saos yang terkenal di negeri
ini.Burung belibis di Indonesia memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena
dagingnya dapat di komsumsi serta mudah terjangakau di berbagai sawah
para petani.
Taksonomi dan Ciri-ciri Belibis
Burung belibis terbagi menjadi 11 spesies
diantaranya Dendrocygna javanica, D. arcuata, D. guttata, D.
eytoni, D. arcuata australis, D. arcuata pygmaea, D. bicolor, D.
arborea, D. viduata, D. autumnalis autumnalis dan D. autumnalis
discolor. Dari 11 spesies burung belibis di dunia terdapat dua
spesies yang ada di Indonesia yaitu Belibis Kembang
(Dendrocygna arcuata) dan Belibis Batu (Dendrocygna
javanica). Kedua spesies ini hidup secara berkelompok dengan
jumlah berkisar antara 10-40 ekor. (MacKinnon, et.al., 1992).
Burung belibis termasuk ke dalam tipe monogami dalam
pasangannya, ditandakan dengan adanya pergantian mengeram
telur dengan waktu 28-30 hari. Telur yang dierami oleh betina dan
jantan berkisar 10-15 butir. Ketika telur tersebut menetas induk
betina dan jantan bersama-sama dalam membesarkan anaknya.
Burung ini sangat mudah dibedakan saat anak-anak berkumpul
dengan dewasa sebaliknya juga burung ini sulit dibedakan anatara
dewasa dengan remaja yang di karenakan warna yang sama antara
dan ukuran yang tidak berbeda jauh (MacKinnon, et.al., 1992).
Klasifikasi pada Burung Belibis yang ada di Indonesia :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Dendrocygna
Spesies :
1. Dendrocygna arcuata.
2. Dendrocygna javanica.
Ciri-ciri dari Genus Dendrocygna diantaranya adalah bagian bawah
sayap berwarna hitam dengan panjang tubuh keseluruhan berkisar
antara 38-40,1 cm. Pada umumnya belibis jantan lebih besar dari
betina. Bobot badan Dendrocygna jantan dewasa 1000g/ekor dan
betina 550 g/ekor. Perkembangbiakan belibis terjadi sepanjang
tahun dengan jumlah telur berkisar antara 7-12 butir/periode
bertelur atau clutch atau 2-16 butir dan waktu yang digunakan di
antara dua musim bertelur ±4 bulan (MacKinnon, et.al., 1992).
Burung Dendrocygna tidak saja pandai berenang dengan kaki
renangnya, tetapi juga pandai dan kuat terbang jauh. Biasanya
burung ini terbang dengan kelompok dengan susunan khusus,
sambil mengeluarkan suara seperti siulan. Karena
burung Dendrocygna ini pandai bersiul, orang Inggris
menyebutnya Lesser Wishtling Duck (itik
bersiul). Dendrocygna jenis ini dikenal sebagai burung pengembara
yang suka berpindah-pindah tempat. Kalau sedang berpindah
tempat, tak jarang mereka terbang pada malam hari (Sibley, 2002).
Belibis Kembang dalam bahasa latin disebut Dendrocygna
arcuata dengan ciri warna pada paruh dan kakinya adalah hitam.
Ukuran paruh lebih lebar dari Dendrocygna javanica. Warna bulu
dada bintik-bintik kehitaman dan ada yang kecoklat-coklatan, warna
bulu sayap bagian atas hitam, bagian tengah putih dan pada bagian
bawah berwarna kemerah-merahan, warna pada bulu ekor hitam.
Lehernya agak panjang dan kecil. Kakinya berselaput renang
seperti kaki bebek atau itik. Burung ini tidak saja pandai berenang
dengan kaki renangnya, tetapi juga pandai dan kuat terbang jauh.
Biasanya burung ini terbang dengan kelompok dengan susunan
khusus, sambil mengeluarkan suara seperti siulan. Anaknya seperti
anak-anak itik peliharaan, sehari setelah ditetaskan sudah pandai
berenang, beriringan meninggalkan sarang bersama induknya
mencari makan (Mahardjo et al., 1976).
Belibis Kembang biasa dijumpai mencari mangsa di daerah-daerah
tambak dekat pantai, di rawa-rawa dan juga di danau-danau yang
terdekat di pegunungan. Pada waktu sepasang Belibis Kembang
hendak bertelur, burung ini membuat sarangnya dipermukaan
tanah, biasanya di rumputan. Sebuah sarang Belibis Kembang
dapat berisi telur sampai sebanyak 9 butir. Anaknya seperti anak-
anak itik peliharaan, sehari setelah ditetaskan sudah pandai
berenang, beriringan meninggalkan sarang bersama induknya
mencari makan (SBW, 2015).
Gambar 1. Belibis Kembang Jantan
(Sumber: http://id.wikipedia.org)
Belibis Batu dalam bahasa latin disebut Dendrocyna javanica. Jenis
ini memiliki ciri paruh lebih kecil dari pada Dendrocygna
arcuata, warna leher coklat muda, warna sayap hitam kecoklatan
dan ekor warna coklat (MacKinnon, et.al., 1992). Tubuh berukuran
sedang (41 cm). Warna coklat kemerahan, sangat mirip dengan
Belibis kembang: Mahkota gelap. Kepala dan leher kuning kebo.
Punggung coklat. Bagian bawah coklat kemerahan. Perbedaan
dengan Belibis kembang: ukuran lebih kecil, tak ada warna hitam
dan putih pada bulu tepi. Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu
gelap. Terbang dengan bersuara berisik. Sering dalam jumlah yang
banyak. Sarang berupa tumpukan rumput, pada tepi payau, sungai,
atau di lubang pohon. Telur berwarna krem, jumlah 8-10 butir.
Berbiak bulan Februari, Maret, September, November. (SBW,
2015).
Gambar 2. Sepasang Belibis Batu
(Sumber: SBW, 2015)
Ekologi, Habitat, dan Pola Sebaran Burung Belibis
Burung Belibis termasuk salah satu jenis burung air yang statusnya
menetap pada suatu tempat. Burung air biasanya dapat mengenali
lokasi yang baik untuk mencari makan melalui tanda-tanda fisik
lokasi seperti penyusun substrat. Burung air sebagian besar juga
menggunakan kepekaan seutuhnya lebih dari kemampuannya
melihat tanda-tanda fisik. Burung air mempunyai paruh yang
ujungnya peka sehingga dapat merasakan adanya mangsa di
bawah lumpur (Mahardjo et al., 1976).
Keberadaan lahan basah sebagai habitat burung air telah
dirumuskan dalam konvensi Internasional Ramsar sebagai suatu
kepentingan internasional (Sibuea, 1997). Lahan basah (wetlands)
yaitu daerah rawa, payau, lahan gambut dan perairan, alami atau
buatan, tetap atau sementara, dengan air tergenang atau mengalir,
tawar, payau atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang
kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut
(Nirarita, et al., 1996).
Salah satu kawasan lahan basah yang sering dijadikan habitat
burung air adalah kawasan mangrove. Secara ekologis mangrove
merupakan daerah peralihan antara perairan laut dan perairan air
tawar, karena itu hanya flora dan fauna yang memiliki kemampuan
adaptasi khusus yang dapat hidup disana (ITTO, 2007). Sebanyak
189 jenis tumbuhan dan lebih dari 170 jenis burung juga diketahui
hidup di kawasan, termasuk beberapa jenis burung yang terancam
punah telah diketahui hidup dalam kawasan bakau Indonesia (Noor,
1994).
Habitat utama burung belibis adalah air. Kemampuannya yang
dapat berenang di air disebabkan karena burung belibis termasuk
burung yang memiliki kaki berselaput dan jarang terbang. Belibis
yang lebih suka hidup berkelompok itu biasa mencari sisa-sisa
gabah yang tertinggal di lahan sawah. Selain itu, belibis juga
diketahui pemakan daun tumbuhan eceng gondok (Sibley, 2002).
Di alam, burung Belibis memiliki beberapa fungsi ekologis seperti
(Sibley, 2002),

1. Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai


makanan dalam ekosistem).
2. Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang
mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik.
3. Sebagai predator hama (serangga, tikus).
4. Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam
mendistribusikan bijinya.
5. Sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek
wisata.

Penelitian mengenai burung belibis telah dilakukan di Paya Endah


Selangor Malaysia pada tahun 2009. Hasil penelitian menunjukan
bahwa burung belibis sangat cepat berkembang pada ekosistem
habitat lahan basah, karena lahan basah merupakan habitat penting
bagi kehidupan burung belibis. Dengan terjaganya habitat di
ekosistem lahan basah di Paya Endah Selangor Malaysia, maka
populasi burung belibis di kawasan tersebut juga dapat terjaga
dengan baik (Gaji, et al., 2012).
Morfometri Belibis Kembang dan Batu
Beberapa sifat kuantitatif Belibis di sajikan pada tabel-tabel berikut.
Sifat kuantitatif Belibis meliputi ukuran organ luar dan saluran
pencernaan. Kedua jenis Belibis memiliki perbedaan sifat kuantitatif.
Penciri utama ukuran dan penciri bentuk menunjukkan morfologi
dan morfometri organ pencernaan belibis kembang yang lebih
besar di bandingkan dengan belibis batu. Belibis kembang memiliki
garis hitam tebal dari atas kepala sampai leher dan warna bulu
putih yang tebal pada bagian tubuh belakang sampai ekor. Belibis
batu memiliki warna merah maroon mencolok pada bulu bagian
dada (Siwi et al., 2014).
Tabel 1. Ukuran-ukuran linier panjang organ luar belibis.
Belibis Kembang Belibis Batu
Variabel
Jantan Betina Jantan Betina

Panjang
6,28 ± 5,92 ± 4,7 ± 4,22 ±
Tarsometatarsus
0,25 0,13 0,45 0,27
(cm)

Keliling
2,9 ± 2,72 ± 2,3 ± 2,2 ±
Tarsometatarsus
0,15 0,16 0,18 0,18
(cm)

Panjang tibia 8,94 ± 8,58 ± 7,74 ± 7,1 ±


(cm) 0,28 0,27 0,47 0,18

Panjang femur 5,14 ± 4,58 ± 4,4 ± 4,22 ±


(cm) 0,18 0,17 0,43 0,45

Panjang sayap 15,92 15,69 13,96 ± 14,02 ±


(cm) ± 0,35 ± 0,35 0,37 0,36

Panjang jari 6,04 ± 5,6 ± 5,42 ± 5,02 ±


ketiga (cm) 0,09 0,15 0,29 0,35

Panjang maxilla 4,39 ± 4,2 ± 4,16 ± 3,98 ±


(cm) 0,14 0,08 0,19 0,23

Sumber: Siwi et al. (2014)


Tabel 2. Ukuran-ukuran panjang organ pencernaan belibis.
Belibis Kembang Belibis Batu
Variabel
Jantan Betina Jantan Betina

4,22 ± 3,94 ± 3,78 ± 3,77 ±


Paruh (cm)
0,14 0,17 0,22 0,21

Esophagus 4,25 ± 4,6 ± 4,53 ± 4,16 ±


(cm) 0,13 0,106 0,18 0,2

Proventrikulus 5,28 ± 5,12 ± 4,9 ± 4,43 ±


(cm) 0,22 0,207 0,21 0,23

Usus kecil 28,4 ± 27,66 ± 26,87 25,58


(cm) 1,04 1,23 ± 1,13 ± 0,83

Usus Besar 7,6 ± 7,6 ± 7,25 ±


7,6 ± 0,16
(cm) 0,23 0,15 0,33

Sumber: Siwi et al. (2014)


Tabel 3. Ukuran-ukuran berat organ pencernaan belibis.
Belibis Kembang Belibis Batu

Variabel
Betin Betin
Jantan Jantan
a a

1,56 1,55
Oesophagus
± 1,58 ± 0,09 ± 1,35± 0,06
(g)
0,11 0,02

0,26 0,25
0,286 ±
Tembolok (g) 8± ± 0,22 ± 0,02
0,02
0,03 0,01

Proventrikulu 0,896 ±
0,96 0,89 0,73 ± 0,06
s (g) 0,27
± ±
0,04 0,03

19,2 18,7
Ventrikulus 18,73 ± 17,85 ±
± 4±
(g) 0,31 0,44
0,43 0,32

4,48
Usus Kecil 5,2 ± 4,92 ±
± 4,33 ± 0,25
(g) 0,22 0,248
0,23

3,52 3,23
Usus Besar
± 3,3 ± 0,21 ± 2,93 ± 0,23
(g)
0,25 0,12

1,81 1,84
1,808 ±
Kloaka (g) ± ± 1,8 ± 0,03
0,026
0,04 0,01

10,6 7,10
10,14 ±
Hati (g) 5± ± 0,94 ± 0,14
0,32
0,50 0,13

Sumber: Siwi et al. (2014)


Selanjutnya Siwi et al. (2014) menyatakan bahwa penciri utama
ukuran morflogi belibis kembang dan belibis batu adalah panjang
sayap dan panjang tibia, sedangkan penciri bentuk morfologi adalah
panjang jari ketiga dan panjang sayap. Penciri utama ukuran
panjang organ saluran pencernaan adalah panjang usus kecil,
sedangkan penciri utama bentuk adalah panjang usus besar untuk
keduanya. Penciri utama ukuran dan bentuk pada berat organ
saluran pencernaan adalah berat hati dan berat ventrikulus,
sedangkan penciri utama bentuk pada berat organ pencernaan
adalah berat hati dan berat usus kecil perbedaan pada sifat
kualitatif warna bulu pada belibis kembang memiliki garis hitam
tebal dari atas kepala sampai leher dan warna bulu putih yang tebal
pada bagian tubuh belakang sampai ekor, belibis batu memiliki
warna merah maroon mencolok pada bulu bagian dada. Morfologi
dan morfometri organ pencernaan belibis kembang ternyata lebih
besar dari pada belibis batu.
Pola Warna Bulu Belibis
Belibis kembang dan belibis batu memiliki perbedaan variasi warna
bulu, meskipun banyak memiliki kesamaan warna bulu. Perbedaan
antara kedua belibis ini bisa di bandingkan dengan melihat
ketebalan garis pada bagian bulu atas kepala sampai leher, bagian
dada, pola lingkaran di bagian atas punggung dan bagian ujung
tubuh sampai bawah ekor.
Gambar 3. Perbedaan pola bulu belibis Kembang (atas) dan belibis
Batu (bawah)
Beberapa bagian bulu pada kedua jenis belibis ini ada kesamaan
yang membuat kesulitan membedakan masing-masing belibis.
Kesamaan kedua belibis tersebut ada pada pola warna pada bagian
paruh, bagian sayap, bagian punggung dan kaki. Perbedaan dan
kesamaan pola warna bulu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik sifat-sifat kualitatif warna bulu
Belibis kembang Belibis batu Fre

Sifat kualitatif
rela
Jantan Betina Jantan Betina
(%
Bagian kepala
:

– coklat
bergaris hitam
tebal
– coklat 5 5 – – 100
bergaris hitam – – 5 5 100
tipis
(pucat)
Bagian paruh :

– hitam
5 5 5 5 100
Bagian leher :

– coklat
bergaris hitam – – 100
5 5
– coklat 5 5 100
Bagian dada:

– coklat
terang
– merah 5 5 – – 100
maroon – – 5 5 100
Bagian
punggung :

– berbintik
hitam garis
lingkar kuning
jumlah lebih – – 5 5 100
banyak – 5 5 – – 100
berbintik hitam
garis lingkar
kuning jumlah
lebih sedikit
Bagian sayap :

– hitam dan
merah maroon 5 5 5 5 100
Bagian ekor :

– hitam dan
putih
5 5 – – 100
– hitam dan
– – 5 5 100
merah maroon
Bagian kaki :

– hitam 5 5 5 5 100
Sumber: Siwi et al., 2014
Potensi Belibis Sebagai Sumber Daging
Menurut IUCN (International Union for the Conservation of Nature
and Natural Resources), status konservasi belibis di Indonesia
adalah tidak dilindungi (IUCN, 2010). Status ini memungkinkan
belibis dapat dibudidayakan atau pemanfaatan lainnya.
Pemanfaatan belibis merupakan sumber daging unggas untuk
konsumsi manusia telah dilakukan melalui proses perburuan.
Berdasarkan data tahun 2006, jumlah belibis yang ditangkap di
Danau Mahakam Kalimantan Timur berkisar antara 120.000-
165.000 ekor dan dari jumlah tersebut sekitar 95% atau 114.000 –
156.000 ekor dipasarkan di Banjarmasin (Darmawan, 2011). Hal ini
menunjukkan adanya potensi pasar daging belibis.
Sebagai gambaran di daerah Kalimantan, permintaan pasar belibis
ke rumah-rumah makan, khususnya di Kota Banjarmasin dan
Kabupaten di Hulu Sungai (Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan dan Tabalong), Kalimantan
Selatan cukup meningkat, dengan harga rata-rata di tingkat
pemburu Rp. 12.000/ekor, dan di tingkat pengumpul
antara Rp.15.000 – Rp. 20.000/ekor. Jika pasokan di pasaran
mengalami penurunan harga bisa mencapai Rp.35.000/ekor, hal ini
disebabkan karena daging belibis sangat diminati konsumen,karena
punya cita rasa yang gurih, dan kandungan lemaknya relatif rendah
(Darmawan, 2011). Sementara di wilayah lain seperti di Sulawesi,
khususnya kabupaten Sidrap dan kabupaten Pinrang, Belibis sudah
menjadi menu beberapa rumah makan. Harga sepotong belibis
goreng adalah Rp.22.000 (dada) Rp.16.000 (paha) (Anonim, 2013)
Namun, penangkapan yang melebihi ambang batas akan
merugikan lingkungan. Untuk itu perlu ada upaya pembudiayaan,
bukan mengandalkan pada perburuan. Usaha pemeliharaan dapat
dilakukan baik secara in situ, maupun ex situ. Pemeliharaan secara
in situ yaitu pemeliharaan hewan liar di dalam habitat aslinya yang
setelah ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, sedangkan ex
situ pemeliharaan hewan liar di luar habitat aslinya, antara lain
dengan cara pengaturan pemanfaatannya, penangkaran,
pemeliharaan di taman burung atau kebun binatang (Darmawan,
2011).
Upaya pembudidayaan atau penangkaran, bukan saja dalam
rangka memenuhi kebutuhan protein hewani dan
penganekaragaman atau diversifikasi pangan, melainkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan yang sebagian
hidupnya dari pendayagunaan satwa ini (Darmawan, 2011).
Persyaratan teknis dalam upaya pembudidayaan/penangkaran
adalah lokasi, yaitu tempat berawa atau cukup tersedia air adalah
yang utama. Di sekeliling lokasi budidaya dipasang jala supaya
belibis tidak kabur. Sementara di tengah area budidaya tersedia
rawa-rawa untuk tempat bermain belibis dan di tepi areal disediakan
gundukan tanah untuk belibis bersenda gurau (kompas.com, 2009).
Simpulan
Burung belibis yang terdapat di Indonesia adalah Belibis Kembang
(Dendrocygna arcuata) dan belibis Batu (Dendrocygna
javanica). Kedua jenis belibis ini memiliki sebaran dan habitat serta
tingkah laku yang relatif sama. Beberapa sifat morfometri memiliki
perbedaan ciri dan pola bulu yang juga memiliki perbedaan dan
persamaan.
Potensi Belibis sebagai sumber daging cukup baik, tetapi hingga
saat ini eksplorasi tentang belibis masih kurang sehingga masih
terbatas data tentang daging belibis. Selain itu, untuk meningkatkan
kontribusi belibis bagi pemenuhan daging unggas, maka dapat
dilakukan upaya pembudidayaan. Keterlibatan perguruan tinggi dan
lembaga penelitian relevan masih kurang sehingga ke depannya
perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
[ITTO]. 2007. International Tropical Timber Organization (ITTO)
Workplan 2002-2006. Bogor.
[SBW]. Semarang Bird Web. 2015. Belibis
Batu. http://bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_belibis_batu.htm
Darmawan, A. 2011. Merintis Jalan Berbisnis
Belibis. http://epetani.pertanian.go.id/budidaya/merintis-jalan-
berbisnis-belibis-1796. [diakses 10 Juni 2015].
Gaji, A. dan M. Zakaria. 2012. Ecological Niche Modeling for Lesser
Whistling Duck Fakultas Kehutanan, Universitas Putra Malaysia.
Hardjosubroto,W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan di Lapangan.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Kompas.com. 2009. Penangkaran dan Beternak
belibis. http://www2.kompas.com/kompas-
cetak/0408/26/ekora/1220614.htm.
Livestockreview.com. 2013. Daging Broiler Sumbang 84,4% Kebutuhan
Daging Unggas Nasional. http://www.livestockreview.com/2013/05/daging-
broiler-sumbang-844-kebutuhan-daging-unggas-nasional. [Diakses 9 Juni
2015].

Mackinnon, J., K.Philipps, dan B. Balen. 1992. Burung-burung di


Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-LIPI ;
Jakarta.
Mahardjo, M et al. 1976. Burung-burung yang Hidup di Air. PT.
Karya Nusantara, Jakarta.
Nirarita, C.E., P. Wibowo, P. Susanti, D. Padmawinta, Kusmarini, M.
Syarif, Kusniangsih dan L. B. R. Sinulingga. 1996. Ekosistem Lahan
Basah Indonesia. Bogor: Wetlands International-Indonesia
Programme.
Noor, Y.R. 1994. Pengetahuan Mengenai Burung Air di Indonesia
Khusunya Burung Air Migran. Paper presented on Wetland
Conservation Assesment and Management Training Course III.
Bogor.
Sibley, D. A. 2002. The Sibley Guide to Bird Life and Behavior.
Alfred A. Knopf, New York.
Sibuea, T.H. 1997. Konservasi Burung Air dan Lahan Basah di
Indonesia. Seminar Nasional Pelestarian Burung dan Ekosistemnya
dalam Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Pusat Antar
Universitas, IPB :
Bogor http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=23308
Siwi, N., T. H. Wahyuni dan Hamdan. 2014. Identifikasi Morfologi
dan Morfometri Organ Pencernaan serta Sifat Kualitatif Warna Bulu
Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata) dan Belibis Batu
(Dendrocygna javanica). J.Peternakan Integratif Vol.2 No.2 ; 193-
208.

Anda mungkin juga menyukai