OLEH :
KELOMPOK 10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akan berbagai sumber daya alam laut (Fallu, 1991). Pemanfaatan sumber dayalaut
usaha budidaya. Saat ini pengembangan budidaya laut lebih banyak mengarah
pada ikan-ikan yang bernilai tinggi dan tiram mutiara, sementara di perairan
Indonesia masih banyak biota-biota laut yang masih bisa dikembangkan dan
asinina).
kerang mata tujuh, siput lapar kenyang, medao atau Sea ears. Abalone merupakan
gastropoa laut dengan satu cangkang yang hidup di daerah pasang surut yang
tersebar mulai dari perairan tropis sampai subtropis. Abalone memiliki nilai gizi
yang cukup tinggi dengan kandungan protein 54,13%; lemak 3,20%; serat 5,60%;
abu 9,11% dan kadar air 27,96%, serta cangkangnya mempunyai nilai estetika
yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju dan berbagai
kerajinan lainnya. Beberapa nilai tambah yang dimiliki abalone itu menyebabkan
budidaya hewan moluska lainnya seperti tiram mutiara dan kerang hijau. Begitu
pula halnya di negara-negara lain (Asia dan Eropa), budidaya abalone baru
kualitas abalone yang baik, salah satu diantaranya yang penting adalah serangan
informasi tentang serangan hama dan penyakit terhadap abalone tidak berarti
bahwa tidak ada kasus serangan penyakit terhadap abalone, tetapi karena budidaya
abalone masih dalam tahap pengembangan sehingga belum ada informasi tentang
hasil penelitian yang lebih mengarah kepada hama dan penyakit abalone dan
teknik pengembangannya. Bentuk tubuh dan anatomi abalone secara umum dapat
yang menyerang moluska laut terutama yang berbentuk scallope/siput juga dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi
2. Morfologi Abalone
2.1 Cangkang
berbentuk spiral namun tidak membentuk kerucut akan tetapi berbentuk gepeng
(Fallu, 1991)
Kepala terdapat dibagian anterior sedangkan puncak dari lingkaran (spiral)
adalah bagianbelakang (posterior) pada sisi kanan. Bagian luar cangkang biasanya
warni. Pada bagian sisi kiri cangkang terdapat lubang-lubang kecil berjajar.
Lubang di bagian depan lebih besar semakin ke belakang mengecil dan tertutup.
2.2 Kaki
Kaki pada abalone bersifat sebagai kaki semu, selain untuk berjalan juga
untuk menempel pada substrat/dasar perairan. Kaki ini sebagian besar tertutup
oleh cangkang dan terlihat jelas bila abalone dibalik. Sebagian dari kaki ini tidak
biasanya ditutup oleh kulit yang keras/kuat yang berfungsi sebagai perisai untuk
melawan musuhnya. Warna bibir sangat bervariasi pada setiap spesies akhirnya
Pada sekeliling tepi kaki jelas terlihat dari atas sederetan tentakel untuk
mendeteksi makanan atau predator yang mendekat. Bagian dari abalone yang
dimakan (dikonsumsi) adalah otot daging yang menempel pada cangkang dan
kaki sedangkan bagian isi perut dan gonad pada kulit terluar dari kaki dibuang
(Fallu, 1991).
2.3 Kepala
sepasang tentakel panjang pada bibir. Tentakel ini ukurannya lebih besar seperti
halnya tangkai mata pada siput darat. Mulut terdapat dibagian dasar dari kepala,
tidak memiliki gigi tapi terdapat lidah yang ditutupi oleh gigi geligi dan disebut
radula yang digunakan untuk memarut atau menggerus makanan yang menempel
3. Anatomi Abalone
cangkang dankaki. Posisi gonad sejajar dengan cangkang seperti halnya lubang
Pada umumnya abalone bersifat dioecious dimana kelamin jantan dan betina
terpisah. Warna gonad menunjukkan kelamin jantan atau betina. Gonad jantan
berwarna cream, ivory atau putih tulang, sedangkan betina berwarna hijau
3.2 Insang
deretan lubang pada cangkang. Air laut melalui lubang pada cangkang, masuk ke
dalam rongga mantel bagian depan dan keluar melalui insang. Pada saat air
melewati insang oksigen diserap dan sisa gas dibuang (Fallu, 1991).
masuk melalui bukaan cangkang anterior seterusnya melalui insang yang bekerja
melalui lubang respirasi ini. Segala macam ekskreta dan egesta serta gamet juga
dikeluarkan dari rongga mantel melalui lubang- lubang respirasi ini. Pada abalone
yang cangkangnya halus, aliran air pada lubang respirasi disebabkan oleh gerakan
silia, sedangkan aliran air pada abalone yang cangkangnya kasar disebabkan oleh
beda tekanan air di dalam dan di luar cangkang. Darah abalone mengandung
haemocyanin dimana akan berwarna biru bila kandungan oksigen tinggi dan tidak
berwarna bila kandungan oksigen rendah. Jantung memompa darah yang kaya
akan oksigen dari insang masuk ke dalam kaki/otot melalui 2 pembuluh utama
Gambar 2.1
memanfaatkan karbon organik yang secara alami terlarut dalam air laut sebagai
sumber energi. Larva abalone yang baru menetas bersifat planktonik dan disebut
mulai memiliki cangkang dan memiliki velum disebut larva veliger. Setelah
memiliki statosis (statocyst) atau alat keseimbangan, larva abalone akan mencari
tempat untuk menetap dan memulai kehidupannya sebagai organisme bentik yang
kemudian akan berkembang menjadi juwana (juvenile). Larva bentik ini sudah
mulai menggerus alga pada batu-batu karang sebagai makanannya. Larva abalone
dalam kondisi lingkungan yang optimal (Morse, 1984 dalam Searcy-Bernal et al,
1992).
5.Siklus Reproduksi
termasuk dioecious (jantan dan betina terpisah) seperti maluska lainnya. Abalon
memiliki satu gonad yang terletak di sisi kanan tubuhnya. Gonad jantan dan
betina abalone y a n g d e w a s a d a p a t d i b e d a k a n k a r e n a t e s t i s
hijauan. Pada gambar A dapat dilihat bentuk dan warna gonad pada Haliotis
midae
Gambar Gonad Haliotis midae. A: gonad betina warna hijau; B : gonad jantan
perairan laut Indonesia yang memiliki tingkat keragaman paling tinggi. Spesies
moluska banyak hidup di daerah ekosistem karang dan mangrove (Dahuri, 2003).
terumbu merupakan bagian dari habitat laut dangkal terdiri dari pasir, karang,
lamun, dan alga. Rataan terumbu banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik,
yaitu gerakan ombak, salinitas dan suhu (Nyabakken, 1992). Disamping itu,
gastropoda hidup menempel pada substrat batu, karang dan karang mati.
dan bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Kakinya tidak cocok untuk kondisi
dasar berpasir karena abalone tidak dapat melekat atau menempel. Abalone
karang. Abalone hidup di perairan dengan salinitas konstan, lebih senang berada
di lautan terbuka dan menghindari air tawar, sehingga abalone tidak ditemukan di
daerah estuaria, dimana air tawar dapat masuk secara tiba-tiba, keruh dan suhu
organisme perairan termasuk abalone. Kisaran suhu perairan yang optimal bagi
berkisar antara 27-280C. Selain itu, suhu perairan yang optimal tersebut
yang menimbulkan stress pada abalone atau penanganan yang kurang hati-hati
yang dapat menimbulkan luka. Pada keadaan ini, abalone sangat riskan terhadap
serangan penyakit.
macam predator. Telur dan larva abalone biasanya ikut termakan oleh hewan
pemakan plankton (plankton feeder). Pada fase juvenile, ketika mereka aktif di
malam hari hewan-hewan seperti kepiting, lobster, bintang laut, ikan-ikan karang
dan siput juga bisa memangsa mereka. Lepore (1993) menyatakan bahwa kerang
abalone pada keadaan tertentu seringkali dimangsa oleh hewan lain di sekitar
habitat karang. Hal ini disebabkan hewan lain tersebut tertarik dengan kaki
muscular pada abalone yang memiliki rasa enak dan tinggi kalori. Selain itu,
abalone yang hidup di perairan dangkal juga menghadapi ancaman dari ombak
Abalone yang berukuran besar tidak dapat dimangsa oleh predator yang
memangsanya pada saat masih berukuran kecil, tetapi masih ada pemangsa lain
yang tidak kalah pentingnya. Beberapa jenis ikan besar dapat memangsa abalone
dengan sekali telan seluruhnya. Pada suhu tertentu, sebagai hewan yang berdarah
dingin akan terjadi kondisi dorman. Jika suhu meningkat, metabolisme akan
meningkat dan nafsu makan akan terangsang. Bila suhu terus meningkat maka
Demikian halnya dengan terumbu karang sebagai habitat asli abalone, juga
terancam kelestariannya.
tumbuhtumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Jenis makanannya adalah
seaweed yang biasa disebut makro alga. Jenis makro alga yang tumbuh di laut
sangat beraneka ragam. Secara garis besar ada 3 golongan makro alga yang hidup
di laut yaitu: makro alga merah (red seaweeds), alga coklat (brown seaweeds), dan
alga hijau (green seaweed). Ketiga golongan tersebut terbagi atas beberapa jenis
ulva
B. PENYEBARAN ABALONE
berkarang terdapat kerang abalone. Secara umum, kerang abalone tidak ditemukan
di daerah estuaria yaitu pertemuan air laut dan tawar yang biasa terjadi di muara
sungai. Ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya air
tawar sehingga fluktuasi salinitas yang sering terjadi, tingkat kekeruhan air yang
lebih tinggi dan kemungkinan juga karena konsentrasi oksigen yang rendah.
endemik di Indonesia Timur. Siput ini sifatnya nokturnal yang aktif di Malam
hari. Keluarga Haliotidae hanya berisi satu genus, Haliotis. Genus itu
mengandung sekitar 4-7 subgenera. Jumlah spesies diakui di seluruh dunia adalah
sekitar 100
gastropoda ekonomis oleh karena bentuk dan warna kerang yang indah dan
dunia. Abalon mengandung nutrisi yang baik, namun tidak umum dikonsumsi oleh
akan sumber protein serta perkembangan industri perhiasan dan akuarium. Disisi
Indonesia masih sangat terbatas. Sulawesi Selatan memiliki daerah perairan yang
cukup luas, memiliki sumber daya hayati laut yang berpotensi untuk
dikembangkan.
Abalon
Diantara abalon yang telah dikenal dewasa ini, 15 jenis diantaranya ekonomis
penting (Jarayabhand and Paphavasit, 1996). Abalon menjadi penting karena bernilai
ekonomis disebabkan oleh bentuk dan warna kerang yang indah. Selain cangkang
protein yang cukup tinggi sehingga merupakan salah satu makanan utama dan
Abalon sebagai komoditi perikanan komersial skala besar terdapat terlihat jelas
pada tujuh negara dengan total nilai sekitar U$ 100.000 (Miller et al. 2009).
Namun, beberapa daerah utama penghasil abalon alami tidak memproduksi lagi
(mengalami collapse) pada dekade terakhir tanpa ada proses pemulihan. Salah satu
memproduksi > 2000 ton/tahun, ditutup pada tahun 1997 (Karpov et al. 2000).
Empat dari lima species yang merupakan komoditi target daerah ini telah terdaftar
(Mitchell et al. 2008). Kebutuhan dunia akan abalon yang terus meningkat telah
alami dimana-mana.
Eksploitasi abalon seperti telah dijelaskan di depan secara ektensif telah
terdapat dan telah dieksploitasi secara ekstensif di perairan kepulauan Seribu DKI,
Bali, Lombok, Sumbawa, Sulwesi dan Maluku (Setyono, 2007). Abalon mata tujuh
telah dieksploitasi di perairan pulau Bone Tambu (Anwar, 2006), di pulau Badi
Sulawesi Selatan.
yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat, sangat memudahkan predator untuk
memangsanya. Pada siang hari atau suasana terang, kerang abalone lebih
cenderung bersembunyi di karang-karang dan pada malam atau gelap lebih aktif
kerang abalone sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Secara umum, spesies kerang
kamtschatkana dapat hidup dalam air yang lebih dingin sedangkan H. asinina
dapat hidup dalam air bersuhu tinggi (300C). Parameter kualitas air yang lainnya
yaitu, pH antara 7-8, Salinitas 31-32ppt, H 2S dan NH3 kurang dari 1ppm serta
banyak ditemukan dan hidup yang hidup di daerah interdal. Hewan ini
daerah yang memperoleh tekanan fisik dan kimia seperti yang terjadi pada daerah
interdal.Organisme ini juga memiliki adaptasi untuk bertahan terhadap arus dan
secara cepat (motil), sehingga menjadi organisme yang mudah untuk ditangkap.
sekitar 1000 jenis yang hidup di perairan Indonesia. Mereka menetap di dasar laut,
diri dari lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya otot. Cangkang
bivalvia merupakan engsel secara dorsal dan terbuka di sekitar katup margin
pasang air laut yang periodik berlangsung dua kali dalam sehari semalam,
dalam sehari semalam sebagai ekosistem daratan dan juga lautan. Aktivitas pasang
air laut yang terjadi pada siang yang terik menyebabkan intertidal menjadi
wilayah daratan yang terbuka dan panas atau sebaliknya aktivitas pasang yang
terjadi pada saat turun hujan deras menyebabkan intertidal menjadi wilayah laut
dengan kadar salinitas yang rendah karena bercampurnya air hujan. Tekanan-
parameter kimia intertidal, dan hanya organisme dengan adaptasi tertentu yang
insang yang terdapat dalam rongga mantel dan memperoleh makanan dengan
feeder (Stanley, 1970 dalam Peterson & Wells, 1998). Bivalvia memiliki
kemampuan hidup pada rentangan salinitas yang lebar dan terjadi pada waktu
yang relative singkat (3-6 jam) dan terjadi secara periodic sepanjang tahun yang
bertahan hidup pada oksigen rendah disebabkan karena larva ke dua species ini
sumber nutrisinya relatif minim dan Mytilus hanya membutuhkan sedikit nutrisi
mencapai 79%. Sisa pakan akan dilepas kembali ke dalam lingkungan perairan
dalam bentuk senyawa carbon, fosfat, NO2 +NH4-N, dan silikat. Senyawa-
sumber nutrisi bagi organisme herbivor dan Mytilus sendiri serta memberikan
nutrisi juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Smaal (1994), di Sea Wedden.
Hanya mengkonsumsi 300 mg C/hari, kerang Mytilus perhari mampu melepas 56
transparan, sedikit rapuh serta melebar pada salah satu sisinya sehingga disebut
anterior.Habitat kerang ini adalah di perairan pantai berlumpur, pasir atau kerikil
dan juga pantai berbatu. Pada pantai berbatu (berkarang), kerang ini
terhindar dari hempasan ombak, sedangkan pada pantai berpasir atau berlumpur
kerang ini hidup menguburkan dirinya ( J.D. Fish and S. Fish, 1996).
III. PENUTUP
A. Simpulan
abalone dan siklus reproduksi. Aspek ekologi abalone kondisi lingkungan yang
Penyebaran kerang abalone sangat terbatas. Tidak semua pantai yang berkarang
terdapat kerang abalone. Secara umum, kerang abalone tidak ditemukan di daerah
estuaria yaitu pertemuan air laut dan tawar yang biasa terjadi di muara sungai. Ini
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya air tawar sehingga
fluktuasi salinitas yang sering terjadi, tingkat kekeruhan air yang lebih tinggi dan
kemungkinan juga karena konsentrasi oksigen yang rendah. Status abalone Abalon
dikenal dengan nama umum kerang mata tujuh merupakan gastropoda ekonomis
oleh karena bentuk dan warna kerang yang indah dan merupakan makanan prestise
nutrisi yang baik, namun tidak umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Eksploitasi
abalon di Indonesia lebih ditujukan untuk ekspor. Tingkah laku abalone Kerang
abalone bergerak dan berpindah tempat menggunakan satu organ, yaitu kaki.
memangsanya. Pada siang hari atau suasana terang, kerang abalone lebih
cenderung bersembunyi di karang-karang dan pada malam atau gelap lebih aktif
melakukan gerakan berpindah tempat. Posisi abalone dalam ekositem Hewan ini
daerah yang memperoleh tekanan fisik dan kimia seperti yang terjadi pada daerah
interdal.Organisme ini juga memiliki adaptasi untuk bertahan terhadap arus dan
gelombang.Namun, bivalvia tidak memiliki kemampuan untuk berpindah tempat
secara cepat (motil), sehingga menjadi organisme yang mudah untuk ditangkap.
B. Saran
Saran saya untuk makalah ini adalah, jika terdapat kesalahan pada makalah
ini kami mohon bimbingan dari bapak dosen karena untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fallu, 1991. Abalone Farming. Fishing News Book, Oshey Mead, Oxford Oxoel,
England.
Morse, 1984. Biochemical and Genetic Engineering for Improved Production of
Abalones and Valuable Mollusca. Aquaculture, 39: 263-282.
Ambariyanto (1995) Giant clams culture and its prospect in Indonesia. IARDJ.
17(1) : 13-17
Ambariyanto dan Suryono (2001). Pelatihan teknik pembesaran Abalone pada
masyarakat. INFO IV (2): 99-106.
Ambariyanto. 2009. Penangkaran dan Restocking Abalone. Unnes Press.
Semarang. 130 pp.
Braley, R.D. (1992). The Giant Clams: A hatchery and nursery culture manual.
ACIAR Monograph No. 15. Canberra. p: 144.
Copland J W dan Lucas J S. 1988. Giant Clams in Asia and the Pacifik. Canberra
: Australian Centre of International Agricultural Research.
Hunter, R. 1983. The Mollusca. Volume 6 Ecology. Academic Press. New York.
Mudjiono. 1988. Catatan Beberapa Aspek Kehidupan Abalone (Molusca,
Pelecypoda). Oseana. XIII, 37-47.
Nontji, A. 1982. Oceana : Peranan Zooxanthella Dalam Ekosistem Terumbu
Karang. LIPI. Pusat Pendidikan dan Pengembangan Oseanologi. Jakarta.