(Skeletonema costatum)
DISUSUN OLEH :
DESRI ANDRIANI SIANTURI
1904124650
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
yang telah memberikan kesempata kepada penulis untuk menyelesaikan paper Budidaya Pakan
Alami dengan baik. Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Budidaya
Pakan Alami kepada ibu Prof Dr. Ir Netti Aryani, MS yang telah memberikan tugas paper ini.
Penulis menyadari, bahwa paper yang telah di buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna mejadi acuan agar penulis bisa
Semoga paper ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
II. PEMBAHASAN..................................................................................................................................6
2.1 Skeletonema costatum.................................................................................................................6
2.1.1 Klasifikasi............................................................................................................................6
2.1.2 Morfologi.............................................................................................................................6
2.1.3 Habitat.................................................................................................................................7
2.1.4 Kandungan Skeletonema costatum.......................................................................................7
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Skeletonema costatum...............................................7
2.3 Metode kultur Skeletonema costatum..........................................................................................9
2.3.1 Metode kultur skala laboratorium........................................................................................9
2.3.2 Metode kultur skala Intermediat..........................................................................................9
2.4 Reproduksi dan pertumbuhan....................................................................................................10
III. PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14
I. PENDAHULUAN
Usaha budidaya ikan pada saat ini terlihat banyak dilaksanakan baik secara intensif
maupun ektensif. Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan usaha budidaya ikan
adalah ketersediaan pakan, baik pakan alami maupun pakan buatan. Pakan alami dapat
berupa fitoplankton dan tersedia cukup banyak di alam. Fitoplankton berperan sebagai
produsen primer dalam ekosisem perairan, selain itu juga berguna untuk
Fitoplankton banyak digunakan secara luas dalam berbagai bidang, seperti bidang
kosmetik, kesehatan, pangan dan budidaya perairan. Fitoplankton juga diyakini dapat
menambah jumlah oksigen yang terlarut dalam air, karena hasil dari proses fotosintesis
yang dilakukan menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi organisme laut lainnya di
dalam hidupnya. Salah satu fitoplankton yang dimanfaatkan dan dibudidayakan adalah
Skeletonema costatum.
kandungan nutrien yang baik, serta merupakan makanan untuk larva ataupun
zooplankton, karena plankton jenis ini mudah dikembangbiakkan dan memerlukan waktu
yang relatif singkat dalam pemeliharaannya dibandingkan dengan fitoplankton jenis yang
lain. Grahame (1987) dalam (Rudiyanti, 2011) menyebutkan komposisi kimia yang
terkandung yaitu protein 59%, lemak 8%, dan karbohidrat 33%. S costatum merupakan
diatom yang bersifat euryhalin dengan kisaran 20-30 ‰ merupakan kisaran yang baik
untuk pertumbuhan, dan optimal pada 25-29 ‰, namun dapat bertahan hidup hingga 40
1.3 Tujuan
2.1.1 Klasifikasi
Menurut Hoek, et al., (1998) dalam (Armanda, 2013) Skeletonema costatum termasuk jenis
Filum : Heterokontophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Genus : Skeletonema
2.1.2 Morfologi
Skeletonema costatum merupakan alga jenis diatom unisel filamentik yang selnya
berbentuk kotak yang terdiri atas epitheca (bagian yang lebih besar) dan 5 hypotheca (bagian
yang lebih kecil) yang bertangkup menjadi satu. Spesies ini tergolong pennate diatom yang
berkembang biak secara isogami. Bagian hypothecanya berlubang-lubang yang polanya khas dan
indah yang tersusun atas silicon oksida (SiO2) dengan diameter sel 4 – 15 mikron. Setiap sel
diatom dipenuhi sitoplasma. Warna sel hijau kecoklatan dan pada setiap sel memiliki frustula
yang menghasilkan skeletal eksternal. Karotenoid dan diatomin merupakan pigmen yang
dominan pada phytoplankton ini (Isnasetyo dan Kurniastuty 1995 dalam (Armanda, 2013)).
Adanya pigmen karoten menyebabkan dinding sel berwarna coklat keemasan (Chapman, 1962
geografis yang luas, baik pada perairan beriklim sedang maupun tropis. (Rudiyanti, 2011)
kadar garam dalam air. Kehidupan berbagai jenis fitoplankton termasuk Skeletonema costatum
intensitas cahaya kurang dari 500-12000 lux. Jika intensitas cahaya kurang dari 500
lux Skeletonema costatum tidak dapat tumbuh, sedangkan kisaran salinitas tumbuh
kembangnya adalah 25-29 ppt. Suhu untuk pertumbuhan 20-34 ˚C, sedangkan suhu
optimalnya adalah 25-27 ˚C. Sementara itu derajat keasaman media hidupnya
Skeletonema costatum adalah salah satu fitoplankton yang berkadar protein tinggi kurang
lebih 50%, memiliki kandungan yang dapat memacu pertumbuhan 6 (growth factor) dan sangat
bagus bagi ikan maupun udang, selain hal tersebut fitoplankton ini dapat diproduksi secara masal
pada bak terkendali maupun di tambak (Sutikno dkk., 2010). Kandungan nutritif Skeletonema
costatum mencapai protein 37 %, lemak 7 % dan karbohidrat 21 %. Menurut Das and Sarwar
(1998) Skeletonema sp. mengandung protein 51,77%, lemak 20,02%, abu 5,20% dan karbohidrat
Faktor biologi menyangkut pada persediaan bibit yang bermutu baik termasuk kemurnian
kultur murni phytoplankton berkaitan erat dengan terjaganya suatu kondisi bebas kontaminasi
yang menjadi penyebab kegagalan kultur murni. Kontaminasi tersebut bisa berupa spesies lain,
b. Faktor Kimia
Tumbuh pesatnya fitoplankton berkaitan erat dengan factor nutrisi/jenis pupuk dan
kandungan bahan kimia yang ada di lingkungannya. Secara umum fitoplankton membutuhkan
nutrisi yang tergolong sebagai unsur makro dan unsur mikro. Adapun unsur makro meliputi
kebutuhan akan nitrat dan fosfat sebagai dasar nutrient utama disamping unsur-unsur trace
element seperti iron, molybdenum, copper, zinc dan cobalt. Vitamin B₁, B₁₂ dan biotir
mikronutrien lain yang juga diperlukan ( Taw, 1990). Faktor kimia yang juga dapat menjadi
c. Faktor Fisika
Faktor fisika diantaranya suhu, cahaya. Suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi
tingkat metabolisme organisme. Kisaran suhu yang diperoleh selama pengamatan (Kurniawan
et al., 2017) berkisar antara 25-27 ˚C. Pada kisaran suhu tersebut, Skeletonema sp dapat
tumbuh secara optimal (Amalia, 2016). Fitoplankton memerlukan pencahayaan yang cukup.
Lampu TL 500-2000 lucx digunakan sebagai sumber energy untuk fotosintesa (Cahyaningsih,
2003; Taw, 1990). Skeletonema costatum membutuhkan fase terang dan fase gelap yang
Metode kultur Skeletonema costatum skala laboratorium adalah sebagai berikut: (1) Persiapan
tempat media kultur yaitu toples kaca volume 2 liter yang sudah steril; (2) Pengisian air laaut
dengan salinitas 32 ppt yang disaring menggunakan saringan 5μm dan diklorin (10 ppm)
sebanyak 2 lt; (3) Pencegahan kontaminasi dengan cara menutup toples dengan plastic, aerasi
kuat selama 1 hari agar klorin menguap; (4) Pengamatan kandungan klorin untuk mengetahui
konsentrasi klorin pada air media kultur. Sampel air ditetesi dengan klorin tes kit, apabila
warnanya bening berarti air media kultur sudah tidak mengandung klorin, tetapi jika warnanya
masih kuning berarti air media kultur masih mengandung klorin. Penetralan dilakukan dengan
menambah Natrium Thiosulfat dengan dosis setengah dari dosis klorin (1-5 ppm) tergantung dari
kepekatan konsentrasi klorin yang dapat terlihat melalui warnanya; (5) Pemberian pupuk 1 ml/lt
air media kultur; (6) Pemasukan bibit/ inokulan dengan perbandingan 1:10 atau 1:20 (inokulan :
media); (7) Setelah hari ke-4, Skeletonema costatum dipindahkan dari toples kaca ke dalam
carboy yang telah diisi air laut steril dengan perbandingan 1 : 10; (8) Perhitungan kepadatan
Skeletonema costatum dengan menggunakan sedgewich Rafter mulai hari ke-1 sampai ke-4
berturut-turut; (9) Setelah 4-5 hari kultur berada dalam Carboy volume 12 liter, Skeletonema
costatum dipindahkan ke bak fiber volume 0,5 ton untuk dilakukan kultur intermediate.
(Shiantiningsih, 2006)
Metode kultur Skeletonema costatum skala intermediate adalah sebagai berikut: (1)
Persiapan bak fiber volume 500 lt yang steril dan diisi air laut steril salinitas 32 ppt; (2)
Pengudaraan dilakukan selama 1 hari dengan aerasi kuat; (3) dilakukan tes klorin, apabila masih
mengandung klorin netralkan dengan Natrium Thiosulfat 1-5 ppm; (4) Pemasukan pupuk,
apabila air sudah netral; (5) Pemasukan inokulan Skeletonema costatum yang berasal dari
laboratorium ke dalam air media; (6) Pengamatan perkembangan dan kepadatan Skeletonema
pembelahan sel. Pembelahan sel yang terjadi berulang-ulang ini akan mengakibatkan ukuran sel
menjadi lebih kecil secara berangsur-angsur hingga generasi tertentu. Apabila ukuran sel sudah
di bawah 7 mikron, secara reproduksi tidak lagi secara aseksual akan tetapi berganti menjadi
seksual dengan pembentukan auxospora. Mula-mula epiteka dan hipoteka ditinggalkan dan
menghasilkan auxospora tersebut. Auxospora ini akan membangun epiteka dan hipoteka baru
dan tumbuh menjadi sel yang ukurannya membesar, kemudian melakukan pembelahan sel
hingga membentuk rantai. Pembelahan ini terus berlanjut sampai batas ukuran terkecil sel
kemudian berhenti dan sel akan keluar rantai yang akan tumbuh sampai batas ukuran terkecil sel
kemudian berhenti dan sel akan keluar dari rantai yang akan tumbuh sampai menyerupai ukuran
Menurut Fog dan Thake (1987) dalam Utami dkk. (2012), fase pertumbuhan mikroalga ada
5 fase, yaitu fase lag (adaptasi), fase log (eksponensial), fase penurunan populasi, fase stasioner
dan fase kematian. Pada setiap fase kehidupannya, Skeletonema sp memiliki aktifitas yang
berbeda beda.
Fase adaptasi (lag) terlihat pada jam ke 0 hingga jam ke 18. Pada fase ini, Skeletonema sp
menyesuaikan diri terhadap kondisi media tumbuhnya. Fase adaptasi pada Skeletonema sp dalam
penelitian ini termasuk lama karena ada jenis Skeletonema sp yang mampu melakukan fase lag
dalam waktu 3 jam. Lama waktu adaptasi ini tergantung pada kemampuan individu sel nya
(Rudiyanti, 2011). Pada fase adaptasi pertumbuhan sel akan melambat dikarenakan alokasi
energi dipusatkan untuk penyesuaian terhadap media kultur dan untuk pemeliharaan sehingga
hanya sebagian kecil bahkan tidak ada energi yang digunakan untuk pertumbuhan (Utomo dkk.
2005).
Fase eksponensial terjadi pada jam ke 18 hingga jam ke 54. Pada fase ini Skeletonema sp
telah beradaptasi dengan media tumbuhnya dan mulai memanfaatkan nutrien yang berada pada
media untuk memperbanyak jumlah sel. Pada fase ini, jumlah sel meningkat 9 kali lipat yakni
dari 200 x 103 sampai 1.800 x 103 individu ml/l. Hal ini dikarenakan nutrien yang ada pada
media tumbuh masih sangat melimpah dan sudah mulai dapat dimanfaatkan oleh Skeletonema sp
(Rudiyanti, 2011).
Fase stasioner terjadi pada jam ke 72 hingga jam ke 96. Pada fase ini pertumbuhan sel
Skeletonema sp mulai melambat dibandingkan dengan fase eksponensial. Hal ini dikarenakan
jumlah nutrien sudah mulai berkurang akibat proses yang terjadi pada fase eksponensial. Nutrien
yang digunakan pada fase ini hanya untuk mempertahankan keberadaan Skeletonema sp,
sehingga pertumbuhann yang ada mulai berkurang. Pada fase ini puncak populasi Skeletonema
Fase penurunan populasi terjadi pada jam ke 96 hingga jam ke 126. Pada fase ini sel
Skeletonema sp sudah mulai berkurang. Hal ini dikarenakan jumlah nutrien sudah sangat sedikit
sehingga terjadi persaingan dalam memperebutkan nutrien yang ada. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Fogg (1965) dalam Rudiyanti (2011) sel Skeletonema sp yang tidak mendapatkan
nutrien lama kelamaan akan mati dan sel yang mendapatkan nutrien akan tetap hidup.
Fase kematian terjadi pada jam ke 126 hingga jam ke 168. Pada fase ini pertumbuhan sel
sudah tidak ada lagi. Hal ini dikarenakan nutrien yang berada pada media tumbuh telah habis
sehingga sudah tidak dapat lagi beregenerasi. Dari grafik pertumbuhan ini didapat beberapa
simpulan yakni, daur hidup Skeletonema sp dalam penelitian ini adalah 8 hari, waktu adaptasi
(lag) Skeletonema ini adalah 18 jam, dan puncak populasi terjadi pada hari ke-4 dalam
3.1 Kesimpulan
Skeletonema costatum merupakan pakan alami yang berukuran kecil, memiliki
kandungan nutrien yang baik, serta merupakan makanan untuk larva ataupun zooplankton,
karena plankton jenis ini mudah dikembangbiakkan dan memerlukan waktu yang relatif singkat
dalam pemeliharaannya dibandingkan dengan fitoplankton jenis yang lain. komposisi kimia yang
terkandung yaitu protein 59%, lemak 8%, dan karbohidrat 33%. S costatum merupakan diatom
yang bersifat euryhalin dengan kisaran 20-30 ‰ merupakan kisaran yang baik untuk
pertumbuhan, dan optimal pada 25-29 ‰, namun dapat bertahan hidup hingga 40 ‰.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Skeletonema costatum yaitu faktor kimia, fisika
dan biologi. Metode Kultur Skeletonema costatum menurut (Shiantiningsih, 2006) ada 2 yaitu
Edhy, W. A, J., Pribadi., Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT. Central Pertiwi
Bahari. Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton dalam Budidaya Udang.
Mitra Bahari, Lampung.
Romimohtarto, K dan Juwana, Sri. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Jakarta: Djambatan.
Amalia, R. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil Fermentasi Terhadap
Kepadatan Populasi Skeletonema. Jurnal Perikanan dan kelautan.