Anda di halaman 1dari 13

FEKUNDITAS DAN UKURAN IKAN PERTAMA KALI MATANG

GONAD

Oleh :

Monica Oktavia Simanjuntak


150302057

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-
Nya penulis bisa menyelesaikan makalah Biologi Perikanan yang berjudul “Fekunditas dan
Ukuran Ikan Pertama Kali Matang Gonad”. Laporan ini sebagai salah satu tugas
matakuliah Biologi Perikanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ani suryani, S.Pi, M.Si sebagai
dosen mata kuliah Laboratorium Biologi Perikanan yang telah memberikan arahan dalam
penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk. Demikianlah makalah ini
penulis selesaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Terimakasih.

Medan, Juni2017

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................
i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan
Penulisan........................................................................................................ 3
1.3. Manfaat
Penulisan...................................................................................................... 3
BAB 2 ISI
2.1. Tingkat Kematangan
Gonad....................................................................................... 4
2.2. Indeks Kematangan
Gonad........................................................................................ 5
2.3.
Fekunditas.................................................................................................................. 7
2.4. Ukuran Telur Ikan Pertama Kali Matang
Gonad...................................................... 10
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan.............................................................................................................. 11
3.2.
Saran........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB 1

PENDAHULUAN
Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat
dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah biologi ikan ditujukan kepada pengertian
fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Atas
dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi meliputi
analisa morfometrik. Kadang pengertian istilah biologi ikan ditujukan kepada pengertian
fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Atas
dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi meliputi
analisa morfometrik (Fahrozi, 2014).
Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis,
memiliki ciri khas pada tulang belakang, insangdan siripnya serta tergantung pada air sebagai
medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan didalam air untuk bergerak dengan
menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehinggatidak tergantung pada
arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata,
sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain
memiliki jenisatau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan
57 ordo. Jenis-jenis ikan inisebagian besar tersebar di perairan tawar yaitu sekitar 58%
(13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) darikeseluruhan jenis ikan(Wahyuningsih dan Barus,
2006).
Ciri-ciri umum dari golongan ikan adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan
bertulang rawan, mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai operculum,
tubuh ditutupi oleh sisik dan berlendir serta mempunyai bagian tubuh yang jelas antara
kepala, badan, dan ekor. Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar.
Kebanyakan ikan berbentuk torpedo, pipih, dan ada yang berbentuk tidak teratur. Morfologi
ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal
bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya
kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang
digunakan dalam identifikasi (Burhanuddin, 2013).
Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang satu dengan
yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada karakteristik, bentuk dan
ukuran tubuh ikan di alam. Analisa morfometri merupakan suatu analisis atau pengamatan
terhadap morfologi ikan tersebut. Morfologi adalah ciri-ciri luar tubuh ikan yang terlihat dan
harus diamati yang meliputi bentuk tubuh, warna, bentuk operculum, mengukur antar bagian
tubuh ikan (Sulistiono, dkk., 2009).
Perbandingan jenis kelamin, tingkat perkembangan gonad, indeks gonadosomatik,
ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas, dan sebaran diameter oosit. Perbandingan
jenis kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan, dibagi dengan jumlah ikan jantan
dan ikan betina. Perbandingan jenis kelamin bermanfaat antara lain untuk menduga
keseimbangan populasi. TKG adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan
setelah ikan memijah. Pengetahuan tentang tahap-tahap kematangan gonad diperlukan antara
lain untuk prediksi ikan-ikan yang sudah dan belum matang gonad dari stok yang terdapat di
perairan, ukuran atau umur ikan pertama kali matang gonad, serta musim dan frekuensi
pemijahan ikan dalam satu tahun (Okfan dkk, 2015).
Perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum pemijahan.
Perkembangan gonad ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi ikan dari berbagai
aspek termasuk proses-proses yang ada dalam gonad terhadap individu maupun populasi.
Dalam biologi perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad
diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan yang akan memijah atau belum. Gonad ikan
menjadi pusat perhatian apabila berkaitan dengan pembahasan reproduksi ikan (Diana, 2007).
Tingkat kematangan gonad merupakan satu tingkatan kematangan seksual pada ikan.
Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangan gonad. Dalam
tahapan kematangan gonad, perkembangan sel telur menjadi semakin besar, berisi kuning
telur dan akan diovulasikan pada ikan yang telah dewasa. Jika gonad hampir masak memiliki
beberapa tanda, di antaranya gonad mengisi setengah rongga tubuh, gonad betina berwarna
kuning, bentuk telur tampak melalui dinding ovari. Perkembangan gonad yang semakin
matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Pada ikan di
daerah tropik faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat
masak lebih cepat, dan pengamatan gonad dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
histologi dan morfologi (Patriono dkk., 2009).
Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang total. Namun terkadang hubungan
keduanya memiliki koefisien korelasi yang kecil. Hal ini dikarenakan model – model yang
digunakan tidak sesuai untuk menyatakan hubungan fekunditas dengan panjang total, karena
terdapat variasi fekunditas dan perbedaan umur pada ikan-ikan yang mempunyai ukuran
panjang yang hampir sama (Brojo and Sari 2002).
Telur yang berkualitas dan berdaya tetas tinggi selain ditentukan oleh kondisi induk
dan tingkat kematangan gonad, juga dipengaruhi oleh teknik pengelolaan induk. Faktor
utama yang menentukan keberhasilan tahap pembenihan ikan adalah teknik pengelolaan
induk, informasi mengenai fekunditas dan daya tetas telur (Karyaningsih, 2008).
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji tentang fekunditas dan ukuran ikan pertama
kali matang gonad yang meliputi pola pertumbuhan, tingkat kematangan gonad, indeks
kematangan gonad, dan diameter telur.
1.3. Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai Fekunditas dan
Ukuran Ikan Pertama Kali Matang Gonad sehingga dapat digunakan sebagai dasar pendugaan
telur yang akan dihasilkan. Diharapkan pula makalah ini dapat mendukung pola pemanfaatan
sumberdaya perikanan secara optimum dengan memperhatikan aspek aspek kelestarian
sumberdaya tersebut.

BAB 2
ISI

2.1. Tingkat Kematangan Gonad


Tingkat kematangan gonad Tingkat Kematangan Gonad (TKG) adalah tahap-tahap
tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Pencatatan tahap-tahap
kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan
melakukan reproduksi dengan yang tidak. Tahap perkembangan gonad terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap pertumbuhan gonad dan tahap pematangan gonad. Pendugaan ukuran pertama
kali matang gonad merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi
dalam suatu perairan, seperti bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai
memijah (Effendie 2002).
Berkurangnya populasi ikan di masa mendatang dapat terjadi karena ikan yang
tertangkap adalah ikan yang akan memijah atau ikan belum pernah memijah, sehingga
sebagai tindakan pencegahan diperlukan penggunaan alat tangkap yang selektif (Najamuddin
et al. 2004). Pendugaan puncak pemijahan dapat dilakukan berdasarkan persentase jumlah
ikan yang matang gonad pada suatu waktu (Sulistiono et al. 2001). Umumnya semakin tinggi
TKG suatu ikan, maka panjang dan berat tubuh pun semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh
lingkungan dimana ikan tersebut hidup (Yustina and Arnentis 2002).
Ikan yang pemijahannya tergolong total spawner akan ditandai dengan meningkatnya
persentase TKG yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Bagi ikan yang
memiliki musim pemijahan sepanjang tahun (partial spawner), pada pengambilan contoh
akan didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad (TKG) yang terdiri dari berbagai
tingkat dengan persentase yang tidak sama. Persentase yang tinggi dari TKG yang besar
merupakan puncak pemijahan walaupun pemijahan sepanjang tahun. Jadi dari komposisi
TKG ini dapat diperoleh keterangan waktu mulai dan berakhirnya kejadian pemijahan dan
puncaknya (Effendi, 2002).
Dengan diketahuinya tingkat kematangan gonad tersebut dapat dikaitkan dengan
ukuran ikan dan dapat mengarah kepada identifikasi panjang saat pertama kali matang gonad
(length of first maturity). Informasi ini dapat dijadikan dasar pengaturan besarnya mata jaring
. Besarnya mata jaring ditetapkan sedemikian rupa sehingga paling tidak ikan yang ditangkap
sudah memijah, minimal satu kali memijah (Badrudin 2004 in Prihartini 2006). Ikan kuniran
jantan diduga pertama kali matang gonad pada ukuran 120 mm dan ikan betina pada ukuran
panjang 125 mm (Sjafei and Susilawati 2001).
2.2. Indeks Kematangan Gonad
Kelenjar biak pada ikan disebut gonad. Gonad ikan betina disebut ovarium dan pada
ikan jantan disebut testis. Ovarium pada kebanyakan ikan teleostei berupa sepasang organ
yang terletak di rongga tubuh. Rongga ovarium berlanjut dengan saluran telur yang terbuka
ke arah ovipore padapapila urogenital. Pada sebagian spesies, pasangan ovarium menyatu
menjadi satu organ (Kordi, 2010).
Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara histologi
dan morfologi. Pengamatan secara histologi dilakukan di laboratorium, sedangkan
pengamatan secara morfologi dapat dilakukan baik di laboratorium maupun di lapangan. Dari
penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan
mendetail. Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi,
namun cara morfologi ini banyak dilakukan oleh peneliti (Effendie, 2002).
Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk
bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk
mempertahankan populasinya. Setiap spesies ikan mempunyai strategi reproduksi yang
tersendiri sehingga dapat melakukan reproduksinya dengan sukses. Fungsi reproduksi pada
ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi. Sistem reproduksi terdiri dari
komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang
pada jantan disebut testis beserta salurannya. Sementara beberapa kelenjar endokrin
mempunyai peranan dalam mengatur sistem reproduksi. Pada kelempok Teleost terdapat
sepasang ovarium yang memanjang dan kompak. Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan
penunjang atau stroma (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Perkembangan gonad pada ikan pada umumnya selain dengan pertambahan umur
ikan, yaitu semakin dewasa seekor ikan maka perkembangan gonadnya akan semakin
sempurna untuk mengadakan pembentukan dan pemasakan telur. Tiap-tiap spesies ikan pada
waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan
yang sama spesiesnya. Lebih-lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang
yang perbedaannya lebih dari lima derajat, maka terdapat perbedaan ukuran dan umur ketika
mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya. Percobaan kondisi gonad ini dapat
dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad dinyatakan sebagai berat gonad dibagi
berat tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100 % (Effendie, 2002).

Menurut Saputra, dkk (2016) penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan
dan betina ditentukan secara morfologis mencakup warna, bentuk, dan ukuran
gonad.Perkembangan gonad secara kualitatif ditentukan dengan mengamati TKG I-V
berdasarkan morfologi gonad. Indeks kematangan gonad adalah suatu nilai dalam persen
yang merupakan perbandingan antara bobot gonad dan bobot tubuh ikan (termasuk gonad)
dikalikan 100%:

IKG = Bg / Bt x 100%

Keterangan : IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)


Bg = Bobot Gonad (gr)
Bt = Bobot Tubuh (gr)
Indeks Kematangan Gonad atau “Gonado somatic Index“ (GSI) akan semakin
meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada
ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya IKG
dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan
ciri-ciri morfologi kematangan gonad, sehingga akan tampak hubungan antara perkembangan
di dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada
macam dn pola pemijahannya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Menurut Harianti (2013), diameter telur diukur di bawah mikroskop binokuler dengan
bantuan mikrometer okuler berketelitian 0.1 mm yang telah ditera sebelumnya. Pengukuran
ini dilakukan pada telur-telur yang berada pada tingkat kematangan gonad III, IV dan V.
Selanjutnya diameter telur dianalisis dalam bentuk histogram. Sampel telur yang diukur
diameternya dibuat frekuensi distribusinya. Diameter telur dihitung menggunakan rumus:

d/Ds = akar Dx

Dimana:
Ds = diameter telur sebenarnya (mm);
d = diameter telur terbesar (mm);
Dx = diameter telur terkecil (mm)
2.3. Fekunditas
Fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalamdunia
perikanan. Fekunditas ikan merupakan aspek yang berhubungan dengan dinamika populasi,
sifatsifatrasial, produksi dan persoalan stok rekruitmen. Fekunditasmerupakan kemampuan
reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovariumikan betina.
Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang
akandihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan.
Oleh karena ituada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat
hubungannya dengan strategireproduksi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies
tersebut di alam (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu.
Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu
dalammemperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing
harus mendapatkankesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya
berlainan dalam daerah yangberlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung
terpisah.Fekunditas individuadalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan
tahun itupula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil.
Telur yang besar akandikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun
berikutnya (Jalaluddin, 2014).
Dalam menggolongkan telur ikan terdapat beberapa macam tanda yang dapat dipakai
untuk membantupengenalan lebih lanjut antara lain bentuk telur, butir minyak, warna,
keadaan permukaan butir kuningtelur, dan sebagainya. Sebagai contoh tanda-tanda yang
terdapat pada telur ikan dalamkeadaan hidup ukuran telur antara 1590 – 1670 mm, cangkang
telur tidak licin, ada sesuatu seperi jaring laba-laba. Berdasarkan tanda-tanda tersebut, maka
dapat dibuat klasifikasi telur-telur pelagis yangterdapat di perairan sebagai dasar pengenalan
telur lebih lanjut seperti bagan berikut.Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan
ikan selama hidupnya.Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang.
Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat
atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat. Fekunditas sering
dihubungkan dengan panjang dari pada dengan berat, karena panjang penyusutannyarelatif
kecil sekali tidak seperti berat yang dapat berkurang dengan mudah (Darwisito, 2008).
Pengambilan data fekunditas telur dihitung denganmenghitung telur secara manual
pada setiap induk nila yangmemijah. Selanjutnya, sampel telur sebanyak 10 butirditimbang
dan diukur untuk mendapatkan data diameter danbobot telur. Inkubasi dilakukan dalam bak
inkubasi selama 4–5 hari. Setelah telur menetas, kemudian dilakukanpenghitungan telur yang
menetas/ larva untuk menentukandaya tetas telur. p fekunditas Ikan Nila. Hal ini diduga
adaperbaikan mutu genetik karena sumbangan materi genetik yangdiberikan menjadi
beragam jika hasilnya dibandingkan dengankedua perlakuan inbridnya (Perlakuan A dan B).
Hal inijumlah telur yang dihasilkan akanmeningkat bila dihasilkan oleh setiap pasangan
hibridanyadikarenakan adanya hibrid. Sifat fenotip dan genotip pada Ikan nila
mempengaruhijumlah telur dan juga dari ukuran telur yang akan dapat
dihasilkannya(Yustisi, dkk., 2016).
Seringkali para penelitimemplotkan fekunditas mutlak dengan panjang ikan dan
hubungan itu ialahF = a Lb. Ada juga yang membuat Korelasi antara fekunditas dengan
panjang dengan cara regresi biasa kemudian dites dengan melihat koefisien korelasinya
mendapatkan persamaan untuk panjang ikan dengan jumlah telur masak dari ikan sliver jaw
(Ericymba bucata) yaitu: Y = (-1379,3 + 32,74 X) dengan koefisien korelasi r =
0,89, mendapatkan korelasi hampir linier antara fekunditasdengan panjang ikan sand goby
(Gobius minutus pallas), tetapi variasi diantara ikan yang sama panjang,fekunditasnya
berbeda-beda dan koefisien korelasinya rendah yaitu 0,55. dalam menyelidiki ikan fall fish
(Semotilus corporalis), hubungan antara fekunditas dengan panjang ikan ialahF = -14.913,3 +
76,7 L dengan koefisien korelasi r = 0,958 (Rizkiawan, 2012).
Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati
kondisi ikan itu daripada panjang. Namun dalam hubungan fekunditas dengan berat terdapat
beberapa kesukaran. Berat akancepat berubah pada waktu musim pemijahan. Ikan yang
melakukan ruayasebelum berpijah, mereka tidak lagi mengambil makanan, jadi berpuasa
sampai ke tempat pemijahan. Jikafekunditas mutlak secara matematis dikorelasikan dengan
berat total termasuk berat gonad akanmenimbulkan kesukaran secara statistik. Hal ini
disebabkan akan termasukkan telur dalam jumlah yanglebih besar dari ikan yang sebenarnya
berfekunditas kecil. Pengunaan penghitungan fekunditas yang dikorelasikan dengan berat
yang dituliskan dengan persamaan:F = a + bWdalam beberapa hal hasilnya baik, tetapi
ternyata bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat adalahtidak linier (Yustisi, dkk.,
2016).
Sedangkan penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang
matang gonad. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode subcontoh
bobotgonad atau disebut metode gravimetrik. Cara mendapatkan telur yaitu mengambil telur
ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan ditimbang.
Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan menggunakan
timbangan elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung.Fekunditas ikan ditentukan dengan
menggunakan metode gravimetrik. Semakin tinggi salinitas yang diberikan dapat
menurunkan daya pijah, fekunditas fungsional, fekunditas fungsional relatif dan daya tetas
telur ikan nila. Pemijahan dan penetasan telur ikan nila yang terbaik berada pada salinitas 7
ppt dan 14 ppt. sedangkan salinitas terbaik bagi kelangsungan hidup benih ikan nila yang
ditebar di tambak adalah pada salinitas 21 ppt (Jalaluddin, 2014).

2.4. Ukuran Ikan Pertama Kali Matang gonad


Ukuran pertama kali matang gonad memiliki hubungan dengan pertumbuhan dan
pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta strategi reproduksinya. Ikan yang
mengalami tekanan karena penangkapan yang lebih banyak, cenderung matang gonad pada
ukuran lebih kecil (Senen, 2011)
Perkembangan telur pada ikan menjadi perhatian pada pengamatan reproduksi ikan.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum
terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme
dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pada saat ini gonad semakin
bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter
telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian
berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai.
Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan
stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi yang mencirikan tahap stadianya
(Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad adalah faktor
internal (perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sift-sifat fisiologis dari ikan tersebut) dan
faktor eksternal (makanan, suhu, arus, dan adanya individu yang berlainan jenis kelamin yang
berbeda dan tempat memijah yang sama) Secara alamiah TKG akan berjalan menurut
siklusnya sepanjang kondisi makanan dan faktor lingkungan tidak berubah (Handayani
2006).
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara
morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang
dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan daripada ikan
jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat
daripada sperma di dalam testis (Effendie, 2002).
Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok ikan, ukuran
atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah atau belum, kapan terjadi
pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali memijah dalam satu tahun dan
sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa meningkatnya ukuran gonad dan diameter telur
dinyatakan dengan tingkat kematangan gonad (TKG) (Kordi, 2010).
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat
dilihat merupakan dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan
cara morfologi. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan
jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat
dari pada sperma yang terdapat di dalam testes.
Kemampuan ikan dalam reproduksi dengan jumlah telur dalam ovarium ikan betina
disebut sebagai fekunditas. Fekunditas juga diartikan sebagian mengjhitung jumlah anak ikan
serta mementukan jumlah dan umur ikan. Dan tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali
gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya.
Lebih-lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaannya lebih
dari lima derajat, maka terdapat perbedaan ukuran dan umur ketika mencapai kematangan
gonad untuk pertama kalinya.

3.2. Saran
Diharapkan kepada para mahasiswa/i dan masyarakat luas yang bergerak dalam
bidang perikanan agar pengamatan fekunditas dan ukuran telur ikan pertama kali matang
gonad untuk lebih teliti dan rutin dilakukan untuk mendapatkan pendugaan-pendugaan yang
spesifik dan bermanfaat untuk pembudidayaan ikan di perairan.

BAB 4

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A.I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman Sistem
Organ Ikan yang Berbasis SCL Pada Matakuliah Ikhtiologi. LKPP Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Burhanuddin, A.I. 2013. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Deepublish: Yogyakarta.
Darwisito, S., Zairin, M., Sjafei., M dan Sudrajat. 2008. Pemberian Pakan Mengandung Vitamin E dan
Minyak Ikan Pada Induk Memperbaiki Kualitas Telur Dan Larva Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus). Fakultas Kelautan dan Perikanan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Diana, E. 2013. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora Argyrotaenia) di Sekitar Mata Air
Ponggok Klaten Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Dio, P. Y., Fajar, B., Titik, S dan Tristiana, Y. 2016. Analisis Karakter Reproduksi dan Performa Benih
Hibrid IkanNila Pandu F6 dengan Ikan Nila Nilasa (Oreochromis Niloticus). Fakultas
Kelautan dan Perikanan, Universitas Diponogoro, Yogyakarta.
Dobo, J., Eka dan A. Supeni. 2015. Struktur Ukuran dan Hubungan Panjang Berat Ikan Selar
Kuning Selaroides Leptolepis di Kepulauan Kei. Politinik Negeri Tual Langgur, Manado.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Ernawati T & Sumiono B. 2006. Sebaran dan kelimpahan ikan kuniran (Mullidae) di perairan Selat
Makassar. Prosiding seminar nasional ikan IV. Jatiluhur, Jakarta.
Fachrul MF, Haeruman H, & Sitepu LC. 2004. Komunitas fitolankton sebagai bioindikator kualitas
perairan Teluk Jakarta. Seminar Nasional MIPA 2005. Universitas Indonesia Depok.
Fahrozi, F. 2014. Laporan Praktikum Ikhtiologi Morfologi Ikan. Universitas Riau, Pekanbaru.
Febriani L. 2010. Studi makanan dan pertumbuhan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) di Danau
Singkarak, Sumatera Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 102 hlm.
Febrianti. A., T. Efrizal dan A. Zulfikar. 2013. Kajian Kondisi Ikan Selar (Selaroides Leptolepis)
Berdasarkan Hubungan Panjang Berat Dan Faktor Kondisi di Laut Natuna Yang Didaratkan
Di Tempat Pendaratan Ikan Pelantar Kud Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Riau.
Fujaya Y. 2004. Fisiologi ikan. PT RinekaCipta. Jakarta. Hlm 131.
Fujaya. 2002. Fisiologi Ikan dan Pengembangan Teknologi Perikanan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Habibi., Sukendi dan N. Aryani. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat Mutiara (Trichogaster
leeri Blkr) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. 1(2): 127 – 134. 2303 – 2960.
Harianti. 2013. Fekunditas Dan Diameter Telur Ikan Gabus (Channa
Striata Bloch, 1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Saintek Perikanan. 8 (2): 18-
24.
Hukom. F. D., D. R. Purnama dan M. F. Rahardjo. 2006. Tingkat Kematangan Gonad, Faktor Kondisi,
dan Hubungan Panjang-Berat Ikan T Ajuk (Aphareus Rutilans Cuvier, 1830) di Perairan Laut
dalam Palabuhanratu, Jawa Barat. 6 (1).
Jalaluddin. 2014. Pengaruh Salinitas Terhadap Fekunditas Fungsional, Daya Tetas Telur dan Benih Ikan
Nila Salin (Oreochromis Niloticus). Universitas Terbuka, Bandung.
Karyaningsih, S. 2008. Kajian Fekunditas dan Daya Tetas Telur Ikan. Betutu(Oxyeleotris
Marmorata) Pada Wad Ah Pemijahan yang Berbeda.Berita Biologi. 9 (2). ISSN: 0126-1754.
Kordi, et,al. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buatan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Maulidin, R., Z.A Muchlisin dan A.A Muhammadar. 2016. Pertumbuhan dan Pemanfaatan Pakan Ikan
Gabus (Channa striata) pada Konsentrasi Enzim Papain yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (3): 280-290. ISSN: 2527-6395.
Mustakin, H., S. Aisah., A. Nuryadin., A. D. Widya dan A. Kuswardini. 2014. Identifikasi Ikan.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Okfan, A., M. R. Muskananfola., Djuwito. 2015. Studi Ekologi dan Aspek Biologi Ikan Belanak
(Mugil Sp.) di Perairan Muara Sungai Banger, Kota Pekalongan. Jurnal Perikanan. 4 (3).
Patriono, E., E Junaidi dan A. Setioroni. 2009. Pengaruh Pemotongan Sirip
Terhadap Pertumbuhan Panjang Tubuh Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Penelitian
Sains. 9: 12-13.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. Binacipta. Jakarta. 520 hlm.
Sapira., T. Razai dan A. Zulfikar. 2013. Kajian Kondisi Ikan Selar Kuning (Selaroide Leptolepis)
Berdasarkan Hubungan Panjang Berat Dan Faktor Kondisi Di Pendaratan Ikan Dusimas Desa
Malang Rapat. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Riau.
Senen, Budiono., Sulistiono., dan Muchsin, Ismudi. 2011. Studi Aspek Biologi Ikan Layang Deles
(Decapterus macromosa) Di Perairan Banda Neira, Maluku. Jurnal Ilmiah Pertanian dan
Perikanan – UMMI (Univesitas Muhammadyah Sukabumi). 8 hal. [diakses melalui internet]
Setyawat, R., Ngurah, I., Wiranoko, W. 2011. Pertumbuhan, Histopatologi Ovarium dan Fekunditas
Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) Setelah Paparan Pestisida Organofosfat. Fakultas
Matamatika dan Ilmu Pengetahuian Alam, Universitas Udayana, Bali.
Sjafei DS & Susilawati R. 2001. Beberapa aspek biologi ikan biji nangka Upeneus moluccensis Blkr. di
perairan Teluk Labuan, Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia 1(1) : 35-39.
Sulistiono, Kurniati TH, Riani E, dan Watanabe S 2001. Kematangan gonad beberapa jenis ikan buntal
(Tetraodon lunaris, T. fluviatilis, T. reticularis) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur.
Jurnal Iktiologi Indonesia 1 (2) : 25-30.
Suminto, et al. 2010. Prosentase Perbedaan Pengaruh Tingkat Kematangan Gonad
Suria, D., Hengky, J.. Sinjal dan Indyah, W. 2015. Tingkat Perkembangan Gonad, Kualitas Telur dan
Ketahanan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Berdasarkan Perbedaan Salinitas.
Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Unus, F dan S.B.A Omar. 2010. Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Malalugis Biru
(Decapterus Macarellus Cuvier, 1833) di Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan, Propinsi
Sulawesi Tengah. Torani(Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). 20 (1): 37– 43. ISSN: 0853-
4489.
Wahyuningsih, H dan Ternala, A. 2006. Buku Ajar Ikthtiologi. Fakultas Matamatika dan Ilmu
Pengetahuian Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Widodo J & Suadi.2008. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. p.49.
Yustina & Arnentis. 2002. Aspek reproduksi ikan kapiek (Puntius schwanefeldi Bleeker) di Sungai
Rangau, Riau, Sumatera. Jurnal Matematika dan Sains 7(1) : 5-14

Anda mungkin juga menyukai