Anda di halaman 1dari 23

DisusunOleh :

WAHYUDIONO, S.Pi

2020
LEMBAR PENGESAHAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Pamekasan, 27 Mei 2020

Mengetahui,

Guru Produktif KepalaSekolah

WAHYUDIONO, S.Pi MOH. SYAFFAK, M.MPd

NIP. 19640402 199412 1 003

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................. 1


1.1. LatarBelakang ............................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 3


2.1. Ikan Buntal Pisang…………………………………… 3
2.2. Kaki Naga Ikan ……………………………………… 5
2.3. Keripik Kulit Ikan … ……………………………….. ` 5
2.4. Silase Ikan …………………………………… 6
2.5. Wawasan lingkungan …………………………… 7
BAB III. METODOLOGI ……………………………………. 9
3.1. Waktu dan Tempat ……………………………. 9
3.2. Alat dan Bahan ………………………………. 9
3.3. Alur Proses ……………………………. 11
3.4. prosedur Kerja ………………………………. 12
BAB IV. ANALISA USAHA ……………………………………. 16
4.1. PerhitunganLaba/Rugi ……………………………. 16
4.2. Revenew Cost Ratio ………………………………. 17

BAB V. PENUTUP …………………………………………….. 18


5.1. Kesimpulan ……………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapa tmenyelesaikan
penyusunan Proposal Best Practice SMK Negeri 1 Tlanakan Kabupaten Pamekasan

Oleh karena itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memudahkan segala urusan


2. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tlanakan.

Saya sadar dalam proposal ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran
diperlukan untuk memperbaiki proposal usaha ini.Semoga proposal Best Practice ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat

Pamekasan

Penyusun

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia sebagai Negara kepulauan mempunyai perikanan laut yang cukup besar.
Potens isumberdaya ikan di laut Indonesia diperkirakan mencapai 6.7juta ton per tahun
(DKP, 2010). Ikan sebagai bahan pangan mempunyai nilai gizi yang tinggi dengan
kandungan mineral,vitamin, lemak tak jenuh dan protein yang tersusun dalam asam-asam
amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh dan kecerdasan manusia (DKP
Pamekasan, 2009).
Sektor perikanan mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat terutama
dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Produk perikanan antara lain ikan, udang,
kepiting, cumi-cumi, kerang dan lain-lain. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani
yang baik bagi tubuh karena memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga baik dikonsumsi
oleh segala usia (Fasa et al. 2012).
Salah satu sumber hayati perikanan yaitu ikan buntal (Tetraodon sp.). Ikan ini banyak
tidak disukai atau dikonsumsi karena ikan ini mengandung racun. Racun ikan buntal
(Tetraodon sp.) dapat mematikan, oleh karena itu dibutuhkan penanganan dan preparasi yang
baik dan benar agar ikan buntal (Tetraodon sp.) dapat dikonsumsi sengan aman dan bergizi.
Berdasarkan fakta tersebut, maka diperlukan suatu rekayasa pengolahan untuk
mengolah ikan buntal yang beracun dan tidak disukai mayarakat menjadi salah satu atau
beberapa produk yang bernilai ekonomis dan tentunya ramah lingkungan dalam hal ini tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Beberapa produk yang coba kami produksi kami bagi
menjadi 3 kelompok yaitu dari daging ikan buntal dibuat kaki naga ikan, kulit ikana dibuat
keripik ikan dan dari kepala, tulang dan ekor serta sirip-siripnya kami buat silase ikan.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
 Untuk menambah nilai jual / nilai Komersil
 Untuk menambah daya tahan / pengawetan
 Mengurangi keengganan /ketidaksukaan masyarakat padaikan, khususnya ikan
buntal
 Memberikan pengetahuan lebihluas kepada masyarakat cara pengolahan ikan
yang bewawasan lingkungan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris)

Ikan buntal pisang umunya hidup di perairan laut daerah tropis atau lautan yang
hangat, meskipun ada beberapa yang ditemukan di air payau dan perairan tawar. Ikan ini
termasuk perenang lambat dna termasuk jenis ikan euryhaline, karena mampu beradaptasi
pada lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang luas (3-30 promile)
(Wahyuni 2004). Ikan buntal pisang termasuk ke dalam Ordo Tetraodontiformes. Nama
Tetraodontiformes berasal dari morfologi ikan ini, yaitu memiliki dua gigi besar pada rahang
atas dan bawahnya. Morfologi ikan buntal pisang dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun
klasifikasi ikan buntal pisang menurut Saanin (1984) adalah:
Fillum : Chordata
Sub fillum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Pleognathi (Tetraodontiformes)
Famili : Tetraodontidae
Genus : Tetraodon
Spesies : Tetraodon lunaris

Gambar 1 Ikan Buntal Pisang

Ikan buntal pisang memiliki bentuk badan membulat. Mulut kecil denganmoncongnya
yang tumpul. Ikan ini memiliki 4 buah gigi seri yaitu 2 buah gigi dirahang atas menyatu dan 2
buah berada di rahang bawah menyatu. Gigi tersebut menyerupai paruh burung kakak tua

3
(Kottelat et al. 1993). Ikan buntal pisang berwarna kuning kecokelatan dari ujung kepala,
bagian punggung (dorsal) sampai sirip ekor dan berwarna putih di bagian perut (ventral) serta
ujung sirip ekor.Ikan buntal pisang memiliki satu sirip punggung, satu sirip ekor, satu sirip
dubur, dan sepasang sirip dada. Sirip punggung memiliki 12-13 jari-jari lemah. Sirip dubur
memiliki 10-11 jari-jari lemah dan sirip dada memiliki 16 jari-jari lemah. Gurat sisinya
terlihat dari bagian anterior mata sampai ke dorsal dan berakhir di pangkal ekor (Yusfiati
2006). Ikan buntal merupakan jenis ikan omnivora yang dapat memakan segalanya, makanan
ikan ini antara lain adalah spermatophyta laut (jenis rumput laut), sponge, kepiting,
polychaeta, pelechypoda, hydroid, dan alga (Yusfiati 2006).

A. Komposisi Kimia Ikan Buntal


Ikan buntal merupakan ikan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi. Ikan ini sangat
digemari di Negara Jepang sebagai menu masakan yang mempunyaicita rasa yang lezat dan
sangat bergizi.Ikan buntal ini memiliki beberapa kandungan gizi yang sangat berguna bagi
tubuh manusia diantaranya ialah asam amino, asam lemak, mineral, dan zat gizi lainnya.
Kandungan asam amino taurin pada ikan buntal ini sebanyak 120,1 mg/100 g (Saito dan
Kunisaki 1998). Kandungan gizi ikan buntal Taki fuguru bripes menurut Saito dan Kunisaki
(1998). dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan Gizi Ikan Buntal Takifugu rubripes (g/100g)

Sampel Air Protein Lemak Karbohidrat Abu


Wild 78,9 16,5 0,7 2,5 1,4
Cultured 78,7 16,5 0,9 2,7 1,3

B. Racun Tetrodotoksin
Tetrodotoksin dideteksi pertama kali pada ikan suku Tetraodontidae. Racun ini
merupakan neurotoksin dengan mekanisme penghambatan pada transpor ion natrium
(Wahyudi 2006). racun tersebut terdapat pada ikan buntal disebabkan kebiasan makan ikan
buntal, terhadap beberapa mikroalga dan bakteri laut yang dapat menghasilkan tetrodotoxin.
Ikan buntal yang memakan organisme ini akan terjadi akumulasi di dalam tubuh ikan buntal,
hal inilah yang menyebabkan racun tetrodotoxin banyak terdapat pada ikan buntal.Ikan ini
beracun sepanjang tahun dan persentase kematian manusia akibat mengkonsumsi ikan ini
lebih dari 50 persen. Namun ikan jenis ini hanya di bagian saluran pencernaannya saja yang
beracun, maka dengan membuang saluran pencernaannya ikan ini sudah aman untuk
dikonsumsi(Simidu et al 1987).

4
2.2 Kaki naga ikan
Kaki naga adalah salah satu jenis olahan berbentuk bulat agak lonjong dan ditusuk
dengan tusukan kayu. Produk ini telah diperdagangkan secara komersial di pasar lokal
dengan variasi bahan baku dari ikan atau udang. Bahan baku pengolahan kaki naga adalah
surimi atau lumatan daging ikan maupun udang. Standar mutu kaki naga yakni kadar air
26,73 – 65,66%, kadar abu 0,44 – 0,69%, kadar protein 10,44 – 16,40%, dan lemak 0,09 –
0,55%.
Kaki naga merupakan makanan hasil perikanan favorit semua kalangan masyarakat di Jakarta.
Mengingat masyarakat Jakarta umumnya menyukai makanan yang praktis dan cepat saji. Keberagaman
produk hasil olahan perikanan menjadikan konsumsi ikan di masyarakat menjadi semakin meningkat. Yuyun.
2006
Kaki naga merupakan hasil olahan yang cukup digemari yang saat ini tengah
dikembangkan oleh masyarakat perikanan. Karena kaki naga merupakan diversifikasi dari
kamaboko yang merupakan bahan untuksurimi.
Kaki naga ikan ini merupakan jenis makanan yang memiliki nilai ekonomis dan nilai
gizi tinggi, seperti jenis makanan lainnya, makanan ini juga memiiki kandungan protein
cukup tinggi, serta mengandung asam lemak omeg_3 danDHA(Lubis1987). Di bawah ini
merupakan gambar kaki naga ikan

Gambar 2. Kaki naga ikan

2.3 Keripik kulit ikan


Kerupuk kulit yang berasal dari ikan yang sudah sering ditemui di pasaran seperti
kerupuk kulit cucut, pari dan kakap, dan kulit tuna. Bahan baku yang digunakan dalam
membuat kerupuk (rambak) kulit ikan adalah kulit ikan yang didapatkan dari limbah
pengoolahan ikan (cold storange, canning, smoked fish, atau limbah dari pengolahan

5
lainnya). Sangat penting untuk memndapatkan kulit ikan dalam keadaan segar, karena akan
mempengaruhi kualitas rambak. Khususnya mengenai bau dan gizinya. Dalam pengolahan
kulit ikan menjadi rambak terdapat beberapa bahan tabahan yang perlu diberikan guna
mendapat kualitas rambak terbaik, diantaranya: bawang putih, kapur tohor (CaO), garam, dan
penyedap.

Gambar 2. Kulit Ikan Buntal


kulit ikan hampir semua jenis ikan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kerupuk
kulit ikan. Namun demikian, mengingat kulit ikan yang dimanfaatkan di sini merupakan
limbah dari beberapa perusahaan di atas, yang umumnya hanya mengolah ikan yang
dianggap bernilai ekonomi saja, maka dengan demikian jenis kulit ikannya juga terbatas yang
antara lain meliputi ikan tenggiri, tuna, kakap, kakap merah, pari, hiu, lele, bandeng dan belut
Kulit ikan dapat diperoleh dengan mudah dengan harga yang rendah pada perusahaan-
perusahaan pengolahan ikan yang hanya memanfaatkan bagian dagingnya saja. Adapun
beberpa perusahaan penghasil kulit ikan tersebut antara lain sebagai berikut :
a.Exporter / produsen ikan beku
b. Perusahaan kerupuk ikan
c. Perusahaan bakso ikan
d. Perusahaan tepung ikan
e. Perusahaan abon dan kecap ikan

2.4 Silase ikan


Silase ikan adalah bentuk hidrolisa protein beserta komponen laindari ikan dalam suasana
asam sehingga bakteri pembusuk tidak dapat hidup karena Ph berkisar 4. Oleh karena itu
silase ikan merupakan produk bioteknologi berupa lumatan ikan seperti bubur dengan
suasana asam dengan rantai asam amino sebagai penyususn protein menjadi lebih pendek dan
bahkan sebagian menjadi asam amino. Dengan reaksi keasaman dari silase tersebut, maka

6
produk ini dapat disimpan dalam relatif lama karena bakteri pembusuk tidak dapat tumbuh
(Afrianto dan Liviawaty . 1989). Dalam proses silase dikenal 2 cara yaitu secara biologis
dan kimia.

Gambar 3. Tepung Silase Ikan


a. Biologis
Proses silase secara biologis tidak menggunakan bahan kimia dan disebut metode
fermentasi. Proses ini hanya ditambahkan mikroorganisme tertentudan di inkubasi
pada suhu optimum (300c) dan kondisi anaerob. Waktu fermentasi biasanya
berlangsung lama yaitu 10 hari, ditandai dengan hancurnya daging dan tulang,
sehingga bentuk akhirnya seperti bubur dan tidak berbau busuk.
b. Kimiawi
Prosaes ini dengan menambahkan bahan kimia yang bersifat asam kedam bahan baku.
Bahan kimia tersebut dapat berfungsi ganda yaitu menumbuhkan bakteri pembusuk
dan berfungsi sebagai pemecah rantai asam amino pada protein yang disebut
hidrolisa. Hal ini akan mempercepat proses pembuatan silase menjadi 7 hari. Asam
yang digunakan dapat berupa asam anorganik seperti asam klorida, asam nitrat dan
bahkan asam sulfat atau asam organik.

2.5 Wawasan Lingkungan


Wawasan lingkungan yang kami lakukan adalah dengan mengolah setiap bagian ikan
buntal termanfaatkan tidak ada yang terbuang (Zero Waste). Jadi setiap bagian dari ikan
buntal, mulai dari kulit, daging, tulang , kepala dan sirip ikan bisa dimanfaatkan menjadi
produk yang bermanfaat dan memiliki nila ijual. Sehingga prinsip Reuse, reduce dan recycle
(3R) bias diaplikasikan pada produk yang diperoleh dari bahan baku ikanbuntal.

7
Bagian tulang, kepala dan sirip yang biasanya dibuang jadi limbah kami olah menjadi
produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang tinggi. Jadi tidak ada limbah yang
terbuang, semuanya dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

8
BAB III
PROSES PRODUKSI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Proses pengolahan ikan buntal dilaksanakan di laboratorium perikanan (APHPi)
Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan di SMK Negeri 1 Tlanakan, Jalan Raya Tlanakan,
Pamekasan – Madura.

3.2 Alat danBahan


Peralatan yang dipakai
No
. Nama Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
Penggiling daging/food Terbuat dari bahan yang tahan
1 1 Normal
processor karat, kapasitas 1 s/d 3 kg
2 Pisau Stainless dan tajam 1 Bersih
3 Panci Alumunium atau stainless 1 Bersih
4 Baskom Tahan karat, dari stainless 3 Bersih
5 Telenan Bahandari fiber atau kayu 1 Bersih
6 Sendok Stainless 2 Bersih
7 Kompor Api menyala normal 1 Bersih
8 Penggiling bumbu Tahan karat 1 Cowet/blender
Timbangan Ketelitian 0,1 gram 1 Digital/trple
9
bean
10 Loyang pencetak adonan Alumunium atau stainless 1 Jikaada
11 Serok Alumuniumatau stainless 1 Tahan karat
12 Thermometer Satuan Derajat Celsius 1 Normal
13 Sealer/sealer line Elektrik 1 Jikaada
14 Lap tangan Menyerap air 1 Bersih
15 Nampan Stainless atauplastic 2 Bersih
16 Freezer suhu bisa di bawah -20°C
17 Drum besar Plastik ukuran 100 liter 1
18 Pengaduk Kayu 1 Bersih

Bahan yang dipakai pada pembuatan kaki naga ikan


No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Keterangan
1 Ikan buntal Ikan segar, mata jernih dan insang Bisadisesuaikan
merah 10 kg (jadi filet 50-
65%)

9
2 Tepung tapioka Warna putih dan bau khas tepung 1500 gr 20-30%
3 Bawangmerah Tidak rusak dan bau khas bawang
150 gram 3%
merah
4 Bawangputih Tidak rusakdan bau khas bawang
150 gr 3%
putih
5 Lada Keringdan bau khas lada 25 gram 0,5%
6 Garam Warnaputihdanberyodium 150 gram 3%
7 Esbatu Bening, bersihdantawar 750-1500 gr 15-30%
8 MSG Kristal putih 5 gram 0,1%
9 Plastikkemasan Polietylenbersihdanutuh 75 buah 15 buah
10 TepungTerigu Baukhastepungterigu 500 gram 10%
11. Tepungpanir Baukhastepungvanir 500 gram 3%
12 Tepungmayzena Putih, baukhastepungmayzena 500 gram 3%
13 Tusuk Sate Kayuhalus

2. Bahan yang dipakai untuk pembuatan keripik kulit ikan buntal


1 Air Kapur sirih P utih bening 2 liter
2 Ketumbar 1/4 sendok
teh
3 Asam jawa 2 biji
4 Kulit ikan nbuntal (sisa dari
1300 gram 13%
pengolahan kaki naga ikan)
5 Bawang putih 1 siung
3 Garam 5 gram

3. Bahan yang dipakai untuk pembuatan silase ikan


1 Asam formiat 85% 105 ml 3%
2 Asam propionat 35 ml 1%
3 Dedak 3500 gram
4 Kepala,tulang dan sirip (sisa
dari pengolahan kaki naga 3500 gram 35%
ikan)

3.3 Alur Proses

PENCUCIAN IKAN SEGAR

PENYIANGAN IKAN SEGAR


10
PEMFILETAN

PENGGILINGAN DAGING BAGIAN TULANG, KEPALA


BAGIAN KULIT IKAN MENJADI SURIMI DAN SIRIP

DIHALUSKAN
DI PROSES MENJADI DI PROSES MENJADI &
KERIPIK KULIT IKAN KAKI NAGA DIFERMENTASI

PENGEMASAN DAN PELABELAN

PEMASARAN

2.4 Prosedur kerja

A. Kaki naga ikan

Proses produksi Kaki Naga dapat dilaksanakan dengan tahapan – tahapan sebagai
berikut
1. Memilih bahan baku ikan segar dengan criteria sebagai berikut: mata jernih, insang
berwarna merah, perut elastis, tekstur daging kenyal, sisik menempel kuat atau kulit
mengkilat dan bau khas ikan segar.
2. Melakukan penimbangan, penyiangan dan pemfiletan ikan.
3. Melakukan pencucian fillet ikansampaibersihdengan air bersih yang bersuhu ±4OC,
kemudian ditiriskan dan ditimbang.

11
4. Melakukan penggilingan fillet sampai lumat dan suhu penggilingan dibawah 220C
menggunakan es curai.
5. Menimbang bahan-bahan tambahan dan bumbu sesuai komposisi dan dihaluskan.
6. Menggiling adonan dengan ditambahkan bumbu dan bahan tambahan secara bertahap
sampai adonan homogen.
7. Adonan dibentuk dengan bulat-bulat atau oval dan diberi tusuk.
8. Adonan yang sudah terbentuk dikukus sampai matang
9. Adonan yang sudah dikukus dicelup kedalam putih telur dan digulirkan pada tepung
panir.
10. Kaki naga dikemas dan diberi label yang sesuai dengan prosedur dan syarat-syarat
pelabelan.
B. Keripik kulit ikan
1 .Tahap Persiapan Bahan Baku.
Tahap persiapan bahan baku terdiri atas kegiatan pemilihan dan pemisahan
(sortasi) dan kegiatan pengerasan kulit ikan (perendaman dalam larutan kapur
sirih1.Kondisi Kulit Ikan
2. Sortasi dan Pembersihan
Kegiatan sortasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan antara kulit ikan yang
memenuhi persyaratan dengan kulit ikan yang tidak memenuhi persyaratan (berkualitas
jelek). Di samping itu, juga untuk memisahkan antara kulit ikan dengan bagian-bagian lain
yang terikut (sirip,ekor,isi dan perut)

3.Pencucian I dan Penirisan


kulit-kulit ikan yang lolos sortasi (terpilih),dicuci dengan air hingga benar-benar
bersih dan kemudian ditiriskan.
3. Pengerasan
Pengerasan kulit ikan dilakukan dengan tujuan agar kerupuk kulit ikan yang
dihasilkan nantinya memiliki tekstur yang kaku (kering renyah) setelah digoreng dan
tidak mudah menjadi lembek ( jawa : mlempem) kembali. Pengerasan dilakukan
dengan merendam kulit ikan dalam larutan kapur sirih jernih selama 1 -2 jam.
4. Pencucian II dan Penirisan
Setelah proses perendaman dalam larutan kapur sirih selesai dilakukan, selanjutnya
kulit ikan yang sudah menjadi kaku dicuci dan dibilas beberapa kali, hingga bau kapur

12
yang menempel pada kulit tersebut benar-benar hilang. Kemudian kulit ikan tersebut
ditiriskan.
5. Penjemuran
Setelah ditiriskan, kulit ikan tersebut diatur di atas widik atau lengser aluminium dan
kemudian dijemur hingga kering.Pada saat penjemuran, setelah setengah kering,
dilakukan pembalikan kulit ikan sehingga pengeringan dapat terjadi secara merata.
Apabila tidak langsung diproses lanjut, sebaiknya kulit ikan yang sudah kering
tersebut disimpan dalam keadaan dikemas dalam kantong plastic dan ditutup rapat.
B. Tahap Pengolahan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap proses ini merupakan kegiatan
pokok dalam proses pembuatan kerupuk kulit ikan (rambak). Jenis kegiatan dalam
tahap pengolahan kulit ikan menjadi kerupuk kulit ikan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. .Pemotongan dan Pembersihan
Pemotongan kulit ikan dilakukan dengan tujuan untuk menyeragamkan bentuk
dan ukuran kulit ikan kering tersebut. Pada saat pemotongan tersebut,
sekaligus dapat dilakukan pemisahan bagian-bagian lain yang terikut
misalnya, sirip, ekor, duri dan sebagainya. Pemotongan sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan gunting yang tajam.
2. Perendaman ke dalam larutan bumbu
Agar kerupuk kulit ikan yang dihasilkanmemilki cita rasa yang lezat,maka
perlu ditambahkan bumbu sesaat sebelum proses penggorengan dilakukan.
Caranya yaitu keripik direndam dalam larutan bumbu yang sudah disiapkan
selama 5-10 menit, kemudian diangkat dan ditiriskan.
3. Penjemuran
Kulit ikan yang sudah dibumbui dan ditiriskan, diatur rapi di atas widik
ataupun lengser alumunium dan kemudian dijemur hingga benar-benar kering
(setelah 1 – 2 jam sekali, dibalik, hingga pengeringan dapat terjadi secara
merata). Setelah kering,kulit ikan tersebut dapat langsung digoreng,atau
apabila akan disimpan terlebih dahulu harus dikemas dalam kantong plastik
dan ditutup rapat.
4. penggorengan
sebelum penggorengan kulit ikan dilakukan, disiapkan terlebih dahulu
perangkat penggorengan.Penggorengan dilakukan dalam kondisi minyak yang
13
banyak dan panas. Setelah kulit ikan tersebut matang dan menjadi kerupuk
kulit ikan (rambak), kemudian diangkat dari penggorengan dan ditiriskan.
Setelah dingin, dikemas dalam stoples plastik atau kantong plastik dan ditutup
rapat.
5. Pengemasan
Keripik ikan yang sudah digoreng kemudian didinginkan untuk selanjutnya
dilakukan proses pengemasan, dimana plastik kemasan sebelumnya sudah
diberi label. Keripik ditimbang seberat 185 gram tiap kemasannya.
C. Tepung silase ikan

Proses pembuatan tepung silase ikan adalah sebagai berikut

1.      Siapkana lat dan bahan yang akan  digunakan tersebut.


2.      Kepala, tulang dan sirip ikan dibersihkan dengan air bersih untuk
menghilangkan kotoran maupun benda keras.
3.      Limbah Ikan yang telah dibersihkan dicincang dan digiling dengan penggiling
daging sampai benar-benar lumat.
4.      Limbah ikan yang telah digiling halus tersebut dimasukkan kedalam drum
plastik yang bersih.
5.      Tambahkan asam formiat 85% kedalam wadah 2-3%. Kemudian asam
propionat juga ditambahakan sebanyak 1 %
6.      Aduk secara merata bahan baku yang telah dicampur dengan asm formiat dan
asam propionat tersebut tercampur secara merata.
7.      Pengadukan dilakukan sebanyak 3-4 kali sehari selama 7 hari pertama.

8. jika sudah jadi bubur, campurkan bahan dengan dedak halus (1:1)dan
keringkan di atas sinar matahari diatas seng sampai benar benar kering.
9. Kemudian dilakukan proses sampai halus dan siap digunakan pada ikan
10. Pengemasan dilakukan dengan cara menimbang tepung silase ikan seberat 1
kg per kemasan, dimana kemasan sudah diberi label terlebih dahulu.

14
BAB IV

ANALISA USAHA

4.1 PerhitunganLaba/Rugi
A. Harga Bahan
No. NamaBahan Kebutuhan Jumlah
1 Ikan Bunta 10 kg Rp 50.000
2 Tepung tapioca 1500 gram Rp12000
3 Bawang merah 150 gram Rp 3000
4 Bawang putih 250 gr Rp4000
5 Lada 25 gram Rp 500
6 Garam 150 gram Rp 1000
7 Esbatu 750-1500 gr Rp 1000

15
8 MSG 5 gram Rp 1000
9 Plastik kemasan 75 buah Rp 5000
10 Tepung roti (panir) 500 gram Rp 10.000
11 Telur 500 gram Rp 9000
12 Tusukgigi 500 gram Rp 1000
13 Teoung terigu 500 gram Rp 6000
14 Tepung Mayzena 500 gram Rp 10.000
15 Ketumbar ¼ sendok teh Rp 9000
16 Air kapur sirih 2 liter Rp 1000
17 Asam jawa 2 biji Rp 200
18 Asam formiat 80% 105 ml Rp 7875
19 Asam propionat 35 ml Rp 2000
19 Dedak 3500 gram Rp 7000
Total Rp 150.575

B. Biaya sewa alat dan tenaga kerja


a. Sewa satu paket peralatan dan tempat pengolahan kaki naga ikan untuk satu kali
produksi sebesar: Rp 10.000
b. Biaya tenaga kerja :Rp 5000/kg
c. Total biaya tenaga kerja :Rp 50.000

C. Biaya total produksi


Biaya total = Biaya bahan + Biaya sewa alat +tenaga kerja
= Rp 150.575 +Rp 10.000 + Rp 50.000
= Rp 210.575

D. Hasil produksi

Setiap 10 kg ikan buntal segar, akan menghasilkan :


1. 35 bungkus kaki naga per bungkus dijual dengan harga @ Rp 7500 = Rp 262.500,-
2. 1 bungkus keripik kulit ikan (berat per kemasan 185 gram) dengan harga @ 6000
3. 5 kg tepung silase ikan dengan harga per kg Rp 7500 = Rp 37.500
E. Analisa usaha

Total pendapatan = kaki naga ikan + tepung silase ikan+ kerupuk kulit ikan

= 262.500 + 6000 + 37.500

= Rp 306.000

16
F. Analisa rugi/laba

Laba = pendapatan – biaya total produksi

= Rp306.000 - Rp 210.575

= Rp 95.425

4.2 Revienew Cost Ratio:

R/C ratio = total pendapatan:total biaya

= Rp 306.000:210.575

= Rp 1,45

Dari hasil analisa R/C ratio dapat disimpulkan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan untuk
modal usaha akan memberikan pendapatan sebesar 1,45 rupiah.Apabila R/C ratio > 1 usaha
ini layak untuk dikembangkan. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar maka harus di
produksi lebih banyak (Mass Production) untuk mnghasilkan keuntunagn yang maksimal.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan ikan buntal yang dilakukan maka diperoleh beberapa


kesimpulan yaitu:
1. Ikan buntal pisang merupakan ikan yang beracun jika tidak ditangani dan diolah
secara baik, hal itu yang menyebabkan ikan buntal pisang tidak digemari masyarakat
dan memiliki nilai ekonomis yang rendah.
2. Rekayasa pengolahan yang berwawasan lingkungan ikan buntal ini mampu diolah
menjadi 3 produk yaitu kaki naga ikan yang diolah dari daging ikan, keripik kulit
ikan yang diolah dari kulit ikan dan tepung silase ikan yang diolah dari limbah ikan
(kepala,tulang dan sirip)
3. Dari kegiatan produksi yang dilakukan maka didapat produk sebagai berikut: Setiap
10 kg ikan buntal segar, akan menghasilkan :

17
a. 35 bungkus kaki naga per bungkus dijual dengan harga @ Rp 7500 = Rp
262.500,-
b. 1 bungkus keripik kulit ikan (berat per kemasan 185 gram) dengan harga @ 6000
c. 5 kg tepung silase ikan dengan harga per kg Rp 7500 = Rp 37.500
4. Berdasarkan perhitungan rugi laba, usaha pengolahan ini memperoleh keuntungan
sebesar Rp 95.425, sedangkan untuk R/C rationya sebesar 1,45 rupiah

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. Potensi Ikan di Perairan Indonesia. Jakarta 1995

Lubis 1987, Analisis Kandungan Gizi Ikan di Perairan Indonesia. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta, 1987

Yuyun. 2006. Panduan Wirausaha Membuat Aneka Nugget ikan. Agromedia : Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai