Rabu, 30 Januari 2019 ~ Oleh Siti Nurul Ahyati ~ Dilihat 2747 Kali
Kesenjangan antara jumlah lulusan SMK yang terus meningkat setiap tahun dengan tidak diimbangi
peningkatan peluang kerja, menjadikan angka pengangguran semakin meningkat. Hal ini juga berarti
persaingan antar pencari kerja semakin ketat. Industri atau perusahaan sebagai pengguna lulusan juga
semakin leluasa memilih calon tenaga kerja yang siap kerja. Untuk itu SMK sebagai pemasok calon
tenaga kerja tingkat menengah perlu membekali siswanya dengan karakter kerja yang berorientasi pada
industri dalam proses pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan yaitu
model pembelajaran teaching factory.
Pola pembelajaran teaching factory dirancang berbasis produksi barang/jasa dengan mengadopsi dan
mangadaptasi standar mutu dan prosedur kerja industri, akan memberi pengalaman pembelajaran
kompetensi tambahan terutama soft skill seperti etos kerja, disiplin, jujur, bertanggung jawab, kreatif,
inovatif, karakter kewirausahaan, bekerja sama, berkompetisi secara cerdas dan sebagainya.
Kompetensi tersebut sangat sulit diperoleh melalui pembelajaran yang diselenggarakan secara
konvensional, yang pada pembelajarannya hanya dilaksanakan sampai pada pencapaian kompetensi
sebagai hard skill.
Dengan semangat revitalisasi SMK, maka SMK Negeri 1 Salam berupaya menerapkan pola pembelajaran
teaching factory pada semua program keahlian yang ada, yaitu Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian,
Agribisnis Tanaman Pangan Hortikurtura, Agribisnis Ternak Unggas dan Agribisnis Perikanan Air Tawar.
Hal ini tidak lain karena selama ini sudah banyak industri sebagai institusi pasangan dijadikan standar
dalam memproses suatu produk hasil praktik siswa. Produk barang hasil praktik siswa, diantaranya ;
ayam pedaging, ayam petelur, aneka bibit ikan, pakan ikan, aneka bibit tanaman buah-buahan dan sayur
hidroponik, bahkan produk pengolahan hasil pertanian seperti, aneka roti, sari buah salak, dan inokulum
penghancur sampah yang sudah mendapatkan hak patent bernama Tricomuna.
Permasalahan yang ada dalam penerapan model pembelajaran teaching factory ini meliputi : SDM
(guru) belum memahami sepenuhnya model pembelajaran tersebut; sarana dan prasarana
pembelajaran masih terbatas (alat dan bahan); pola pemasaran produk masih terbatas.
Dengan adanya bantuan Pengembangan Teaching Factory tahun 2018 ini kegiatan pembelajaran dapat
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya tertutama kegiatan terkait dengan model pembelajaran. Dimana
kegiatan tersebut sangat bermanfaat dalam pembentukan karakter entrepreneurship siswa.
Meiningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan industri, guna meningkatkan keterserapan tamatan
sebagai tenaga kerja di industri yang berkualitas.
Meningkatkan jiwa wirausaha, sehingga SMK Negeri 1 Salam dapat menghasilkan pebisnis dan menjadi
pengusaha yang sukses, yang dapat menciptakan peluang lapangan pekerjaan
No
Kegiatan
strategi
pelaksana
waktu
workshop
workshop
10 Agt 2018
workshop
Rapat
Panitia, disdik
workshop
8 Agt 2018
workshop
9 Agt 2018
rapat
Panitia, guru, disdik
Magang industri
magang
Guru, du/di
25/8 -15/918
Kerja praktik
4 Agust – 30 sept
10
Panitia, guru
11
Revitalisasi peralatan
pengadaan
Panitia, guru
4/8-15/10/18
12
Penataan Lingkungan
Kerja praktik
Panitia, guru
13
Pengembangan WEB
Kerja praktik
Panitia, guru
Organisasi dan pelaksanaan kegiatan teaching factory di sekolah melibatkan unsur-unsur sebagai berikut
:
Industri Mitra
Tim Pelaksana
Semua guru kejuruan pada program keahlian Agribisnis tanaman dan perikanan
Manajemen
Tim pelaksana kegiatan bantuan teaching factory di SMK Negeri 1 Salam telah dibentuk oleh Kepala
Sekolah. Tim inilah yang akan melaksanakan seluruh kegiatan yang telah disusun.
Tempat Praktik Siswa
Kegiatan teching factory dilakasanakan oleh siswa include dengan kegiatan pembelajaran sehingga alat
dan bahan yang digunakan harus sesuai dengan standart industry baik jumlah dan spesifikasinya.
Pola Pembelajaran
Teaching factory ini menjadi pola pembelajaran bagi siswa sehingga dalam pelaksasnaanya guru harus
menyiapkan perangkatkan pembelajarannya seperti : Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP) dan
modul-modul pembelajaran.
Pemasaran
Produk hasil kegiatan teaching factory dipasarkan secara luas oleh siswa terkait dengan teknik
pemasaran produk. Pemasaran produk dilakukan di sekolah dan masyarakat luar.
Produk/jasa
Produk-produk yang diproduksi diharapkan mempunyai kualitas yang baik sehingga dapat bersaing di
pasaran
Masih terbatasnya pengetahuan guru-guru terkait model pembelajaran teaching factory ini maka perlu
adanya sosialisasi dari nara sumber.
Hubungan Industri
Hubungan kerjasama dengan industry sangat mutlak diperlukan dalam penyaluran alumni ke tempat
kerja
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini melibatkan Dinas pendidikan dan kebudayaan, mitra du/di, SMK yang telah melaksanakan
teaching factory, dan guru kejuruan. Adapun hasil yang diharapkan yaitu tersusun tim pelaksana dan
program kerja Teaching Factory.
Rapat Dalam Kantor Penyusunan program kerja p-engembangan teaching factory. Kegiatan ini
melibatkan Dinas pendidikan dan kebudayaan/BP2MK Wilayah IV dan guru kejuruan. Adapun hasil yang
diharapkan yaitu; program kerja, rancangan perangkat pembelajaran, struktur organisasi dan uraian
tugas, rancangan pengkondisian fasilitas dan sarana prasarana.
Kegiatan ini melibatkan pendamping dari DitPSMK, mitra du/di,Dinas pendidikan dan kebudayaan, SMK
yang telah melaksanakan Tefa, dan guru kejuruan. Adapun hasil yang diharapkan adalah kesamaan
paham, draf perangat pembelajaran model tefa.
Kegiatan ini melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan, mitra du/di, dan guru kejuruan. Adapun hasil
yang diharapkan adalah perangkat pembelajaran tefa.
Magang Industri
Kegiatan ini melibatkan guru kejuruan Agribisnis Tanaman dan agribisnis perikanan dengan harapan
mendapatkan hasil berupa pengalaman kerja bagi guru.
Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan ini merupakan kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran
produktif pada kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH) serta Agribisnis
Perikanan Air Tawar (APAT) dengan menggunakan model pembelajaran teaching factory. Kegiatan
pembelajaran pada kompetensi keahlian ATPH lebih menekankan pada materi produksi tanaman hias.
Sedangkan kegiatan pembelajaran pada kompetensi keahlian APAT lebih fokus pada materi pembibitan
dan budidaya ikan air tawar (konsumsi; lele, nila dsb)
Hasil Pelaksanaan Program PengembanganTeaching Factory
Kegiatan pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH).
Hasil pelaksanaan program pengembangan teaching factory pada kompetensi keahlian ATPH antara
lain :
Kesamaan pemahaman dan komitmen warga sekolah terhadap konsep teaching factory.
Produk praktik pembelajaran model teaching factory, misalnya; adenium, aglonema, aneka tanaman
anggrek.
Hasil pelaksanaan program pengembangan teaching factory pada kompetensi keahlian APAT antara
lain :
Kesamaan pemahaman dan komitmen warga sekolah terhadap konsep teaching factory.
Produk praktik pembelajaran model teaching factory, misalnya; bibit ikan lele, ikan nila, dan aneka ikan
air tawar
Gambar : Kegiatan Workshop Teaching factory penyusunan perangkat pembelajaran guru kejuruan SMK
N 1 Salam dengan Pendamping nara sumber Dit.PSMK.