OLEH :
KELOMPOK 6
MIFTA HULJANNAH
2204113949
ILMU KELAUTAN A
Kamis/3/13.00-14.40
ASISTEN: DWIKA HANIFAH PUTRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Mortalitas dan Pendugaan Populasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Biologi Perikanan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang budidaya perairan dikehidupan sehari-hari bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ridwan Manda
Putra, M.Si Bapak Dr. Ir. H. Deni Efizon S.Pi, M.Si, Ir. Alit Hindriyani,M.Sc, Dr.
Muhammad Fauzi,S.Pi,M.Si, Ibuk Dr. Dra. Windarti, M.Sc, Dr. Dessy Yoswaty,
S.Pi.,M.Sc, Ir. Efawani, M.Si, Isma Mulyani, S.Pi, M.Si, dan Ibuk Neli Safrina,
S.Pi, M.Si selaku dosen Biologi Perikanan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada kakak-kakak asisten dosen
dan teman-teman kelompok saya,terima kasih atas bantuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya
butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Mifta Huljannah
3
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum...................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum.................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)..................... 3
III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................... 5
3.2 Bahan dan Alat........................................................................... 5
3.3 Metode....................................................................................... 5
3.4 Prosedur Praktikum.................................................................... 5
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil........................................................................................... 7
4.1.1 Mortalitas.......................................................................... 7
4.1.2 Pendugaan Populasi.......................................................... 7
4.2 Pembahasan................................................................................ 8
4.2.1 Mortalitas.......................................................................... 8
4.2.2 Pendugaan Populasi.......................................................... 8
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................ 10
5.2 Saran........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu hewan air yang berdarah dingin, mempunyai tulang
belakang, insang, sirip, dan terutama ikan sangat bergantung pada air sebagai media
untuk tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan bergerak di dalam air dengan
menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung
pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Ikan merupakan bahan
pangan yang berprotein tinggi dan mudah dicerna oleh tubuh, karena ikan mengandung
asam amino essensial, asam lemak jenuh, omega 3, dan DHA yang berfungi sebagai
pencegah penyakit jantung aterosklerosis. Salah satu jenis ikan yang dapat
dibudidayakan yaitu jenis ikan air tawar (Anshari et al., 2013). Ikan tambakan
(Helostoma temminckii)merupakan salah satu ikan air tawar. Ikan ini dapat hidup
dengan baik pada habitat sungai atau danau yang memiliki vegetasi yang lebat dan arus
air yang lambat. Ikan ini memakan berbagai tanaman air dan hewan kecil, ganggang
hijau dan zooplankton. Bentuk tubuhnya menyerupai ikan gurame, yang
membedakannya adalah mulut pada ikan ini dapat disembulkan.Ikan tambakan
termasuk anggota famili Helostomatidae yang bernilai ekonomis, tetapi belum banyak
dibudidayakan (Setyaningrum, 2016). Perbedaan jenis kelamin dari suatu individu ikan
dapat ditentukan dengan memperhatikan karakteristik seksual yang dimilikinya. Testis
dan ovari ataupun spermatozoa dan telur (ovum) adalah karakteristik seksual primer
pada ikan. Dimorfisme seksual dan dikromatisme seksual adalah karakteristik seksual
sekunder ikan. Karakteristik seksual sekunder ini ada yang bersifat permanen adan ada
juga yang bersifat sementara. Karakteristik seksual bersifat sementara hanya muncul
ketika musim ikan mijah, biasanya hanya dapat dijumpai pada ikan jantan saja (Effendie,
2015). Biasanya setiap spesies ikan akan memiliki karakteristik seksual sekunder yang
II TINJAUAN PUSTAKA
sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. (Rahardjo dan Muniarti,
1984).
Seperti yang sudah disebutkan di atas, ikan lele memiliki alat pernapasan
tambahan dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan
oksigen terlarut (Suyanto, 1999). Alat pernapasan tambahan ini terletak di
bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala.
Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon
rimbun 8 yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat di bagian
ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang
sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan
dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada
kepala bagian belakang (Pillay, 1990).
Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung 68-79, sirip dada 9-10, sirip
perut 5-6, sirip anal 50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang
diantaranya lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan
perbandingan antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4.
Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform
dan menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik,
akan tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan
dengan sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan
penciuman. Jari-jari pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada
kedua sisinya serta kasar. Jari-jari sirip pertama itu mengandung bisa dan
berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada saat ikan lele berada di
permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).
Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur
di luar tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar
usus. Ikan lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi
ususnya relatif pendek daripada badannya. Hati dan gelembung renang ikan
lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang (Suyanto, 2006).
8
3.3.Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah metode ek situ yaitu
metode yang melakukan praktikum bukan di habitat aslinya melainkan di
laboratorium. Dengan bantuan alat-alat yang ada di laboratorium tersebut.
3.4.Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum yang dilakukan praktikan adalah, sebelum
masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten mulai
dari laporan sementara, gunting bedah, serbet, serta alat-alat tulis yang
lengkap. Setelah semuanya lengkap baru praktikan diperbolehkan masuk ke
dalam laboratorium. untuk praktikum mortalitas ikan, ambillah 3 buah toples
dan masing masing toples diisi dengan 10 ekor ikan nila. Setelah itu masukan
pada toples III larutan 3 ml, toples II larutan 2 ml dan toples I sebagai
9
kontrol. Kemudian catatalah tingkah laku, denyut jantung, serta warna insang
dan jantung pada 5 menit pertama dan lakukuan seterusnya sampai menit 15
menit terakhir. Setelah didapat hasilnya catat kedalam laporan sementara.
Sedangkan untuk pendugaan populasi, pertama sediakan sampel ikan nila
yang akan diamati lalu ikan tersebut diberi tanda dan dilepaskan kembali ke
perairankemudian selang beberapa waktu ikan ditangkap kembali. Terakhir
catat ikan yang tertangkap baik yang bertanda maupun tidak sebanyak 10 kali
penangkapan. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan diwajibkan
membersihkan laboratorium.
10
4.1.Hasil
4.1.2.Pendugaan Populasi
Penangkapan u + u r m m(u + r) m2 (u + r) Petersen m.r
r
1 3 3 0 0 0 0 0 0
2 1 0 1 3 3 9 3 3
11
3 5 2 3 3 15 45 5 9
4 1 0 1 5 5 25 5 5
5 4 1 3 5 20 100 6,6 15
6 6 4 2 6 36 216 18 12
7 4 0 4 1 40 400 10 40
8 6 0 6 0 60 600 10 60
9 2 1 1 1 20 200 20 10
10 3 0 3 0 33 363 11 33
1
0
1
1
Jumlah Total 24 6 232 1958 187
3
4.2. Pembahasan
4.2.1.Mortalitas Ikan
Individu-individu ikan sebelum mengalami kematian akibat
terkena limbah biasnya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah
laku yang berbeda ketika lingkungan hidupnya tercemar. Gerakan
renang selalu tidak beraturan dan arahnya tidak menentu. Adakalanya
pergerkan ikan itu akan membentur dinding aquarium atau tempat
dimana ikan itu berada yang akan mengakibatrkan timbul luka pada
permukaan tubuh sehinggga keadaan itu membantu mempercepat
proses kametian individu ikan didalam aqauarium, keramba atau jaring
apung. Karena pada saat itu kemampuan ikan untuk mengikat oksigen
sudah semakin sulit dan sebagian bahan pencemar sudah terbawa darah
keotak dan sistem syaraf (Ridwan et al, 2009)
Kematian individu ikan didalam populasi pada habitat tertentu
dapat terjadi mulai dari telur ikan yang baru dilepas keperairan atau
yang lelah di buahi, dimasa larva, ikan dewasa dan ikan yang tua siap
untuk mati secara alami. Pemusbahan pada masih dalam bentuk telur
selalu terjadi pada telur-telur ikan ovipar yang bersifat pelagis. Telur-
telur yang mengalami pemusnahan itu dapat terjadi pada telur-telur ikan
yang belum ataupun yang sudah dubuahi. Angka mortalitas yang tinggi
selalu terjadi pada tahap tahap larva sampai individu ikan menjadi
dewasa. Adapun penyebab mortalitas atau kematian secara masal yang
berada disuatu habitat tertentu adalah predasi, penyakit, pencemaran,
12
pemusnahan secra fisik oleh mesin atau manusia dan gejala alam yang
berpengaruh secara langsung. Sedbgakan pengaruh yang tidak langsung
adalah dari faktor makanan, kondisi lingkungan yang kurang
menyenangkan, beberapa jenis parasit dan tekanan sosial (Pulungan et
al., 2005).
4.2.2.Pendugaan Populasi
Menurut Pulungan (2001), Keberadaan suatu populasi dalam
perairan dapat diduga melalui metode pendugaan populasi yang
terbagi dua yaitu secara langsung yang dilakukan dengan pengeringan
pada suatu kolam yang luarnya terbatas dan dihitung satu per satu,
selain itu dapat dilakukan dengan pemotretan gerombolan ikan-ikan
pelagis yang hidup di laut dan dapat mengetahui kepadatannya. Secara
tidak langsung, dengan memperhatikan pengurangan “Catch per Unit
Effort“. Dalam perhitungan menggunakan metode regresi dari De
Lury, Leslie dan Davis. Dan dapat juga dengan metode penandaan
(marking dan tagging).
Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam percobaan
pemberian tanda pada ikan adalah tujuan percobaan pemberian tanda,
lamanya percobaan, cara-cara mengembalikan ikan bertanda, macam-
macam dan jumlah ikan yang terlihat dan tenaga yang tersedia.
Metoda dalam penghitungan pendugaan populasi ada tiga yaitu
metoda Petersen (sensus tunggal),metoda Zoe schanabel (sensus
ganda) dan metoda Schumecher dan Eschmeyer (Ridwan et al, 2009)
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktikum yakni pada
pendugaan populasi yakni dengan dilakukan penangkapan ikan
sebanyak 10 kali, dimana jumlah ikan yang bertanda sebelumnya
berjumlah 0 ekor pada penagkapan pertama dan tidak yang tidak
bertanda selebihnya berbeda tergantung kepada penangkapan yang
dilakukan. Pertama-tama ikan dilepas ke dalam wadah sebanyak 10
ekor dan dilakukan penandaan terhadap ikan yang tertangkap tersebut
sebanyak tangkapan pertama. Setelah itu ikan tersebut dilepas kembali
ke air, dilakukan penangkapan lagi.
13
5.1.Kesimpulan
Penyebab tinggi rendahnya angka mortalitas ini selain karena faktor
kematian secara alami juga disebabkan oleh faktor-faktor yang lain. Untuk
jenis jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi faktor yang lain ini dapat
berperan sebagai penyumbang terbesar angka mortalitas yang terjadi dari
pada kematian yang terjadi secara alami. Apabila angka mortalitas populasi
untuk setiap tahunnya selalu semakin membesar/tinggi maka lama kelamaan
dapat menyebabkan kepunahan suatu populasi ikan yang menghuni suatu
habitat tertentu.
Kematian individu ikan didalam populasi pada habitat tertentu dapat
terjadi mulai dari telur ikan yang baru di lepas ke perairan atau yang telah di
buahi, dimasa larva, ikan dewasa dan ikan yang tua siap untuk mati secara
alami. Pemusnahan pada tahap masih dalam bentuk telur selalu terjadi pada
telur-telur yang bersifat pelagis.
Dari hasil pratikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam
dalam pendugaan populasi suatu ikan dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun metode yang digunakan dalam praktikum
kali ini adalah mertode penandaan yang terdiri atas marking dan tagging.
Sedangkan dalam perhitungannya digunkan metode yaitu metode Petersen
dan metode Schumecher dan Eschmeyer. Adapun tujuan dari pelaksanan
praktikum ini adalah untuk menduga populasi ikan disuatu perairan, melihat
bias dari masing-masing metode dan upaya dalam mengelola sumber-sumber
hasil perikaan dimasa yang akan datang.
5.2.Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
Nampan Daia
Toples Objek
Lampiran 2. Rumus
Rumus Petersen
P = m (u+r)
r
0 36
P1 = =0 P6 = =¿18
0 2
3 40
P2 = =3 P7 = =10
1 4
15 60
P3 = =5 P8 = =3
5 6
5 20
P4 = =5 P9 = =20
1 1
20 33
P5 = =6 , 6 = 7 P10 = =11
3 3
P=
∑ m(u+r ) P=
∑ m2(u +r )
∑ mr ∑ mr
232 1958
¿ ¿
24 187
= 9,6 =10 = 10,47 =10
P3
5−9 , 6
P4- P^ × 100% = =−0 , 92% 4.
5
5−10 , 47
×100 %=−1,094 %
5
P4
6 , 6−9 ,6
P5- P^ × 100% = =−0,454 % 5.
6 ,6
6 , 6−10 , 47
×100 %=−0,586 %
6,6
P5
18−9 , 6
P6- P^ × 100% = =0 , 46 % 6.
18
18−10 , 47
×100 %=−0,418 %
18
P6
10−9 , 6
P7- P^ × 100% = =0 ,04 % 7.
10
10−10 , 47
×100 %=−0,0047 %
10
P7
10−9 , 6
P8- P^ × 100% = =0 ,04 % 8.
10
10−10 , 47
×100 %=−0,0047 %
10
P8
10−9 , 6
P9- P^ × 100% = =0 ,52 % 9.
20
20−10 , 47
×100 %=−0 , 47 %
20
P9
11−9 ,6
P10- P^ × 100% = =0,127 % 10.
11
11−10 , 47
×100 %=−0,048 %
11