Anda di halaman 1dari 23

Hari/jam/kel : Rabu/113:00/4

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT IKAN

PENGAMATAN TERHADAP IKAN YANG KERACUNAN


BAHAN POLUTAN

OLEH :

ASRIANI NINGSIH GEA

21020017

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
DANKELAUTANMATAULI
PANDAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik.
Sholawat beserta salam tak pula penulis haturkan kepada junjungan alam nabi

Muhammad saw, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman

yang seperti sekarang ini.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat hambatan akan

tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat teratasi. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat

balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga

laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Pandan, Desember 2023

Asriani Ningsih Gea


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... v

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Tujuan Dan Manfaat...................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Klasifikasi ikan Lele (Clariss sp.) ................................ 3
2.2. Polutan........................................................................................... 4

III. METODE PRAKTIKUM


3.1. Waktu Dan Tempat ....................................................................... 8
3.2. Alat Dan Bahan ............................................................................. 8
3.3. Metode........................................................................................... 8
3.4. Prosedur......................................................................................... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil .............................................................................................. 9

4.2. Pembahasan ................................................................................... 10


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.................................................................................... 13
5.2. Saran.............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Betok (Anabas testudineus) .......................................................... 3


2. Kondisi Ikan DI Toples ......................................................................... 9
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Pengamatan Gejala Klinis Ikan ................................................... 9


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat Praktikum ........................................................................................ 16


2. Bahan Praktikum ..................................................................................... 17
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta


didukung peluang pasar internasional yang masih terbuka luas, maka diharapkan
sumbangan

produksi perikanan budidaya semakin besar terhadap produksi nasional dan

penerimaan devisa negara, keterkaitannya dalam penyerapan angkatan, serta

peningkatan kesejahteraan petani/nelayan di Indonesia. Pada akhir tahun 2009,

kontribusi dari produksi perikanan budidaya diharapkan dapat mencapai 5 juta

ton dan ekspor sebesar US $ 6,75 milyar.

Pada usaha budidaya perikanan, penyakit pada ikan merupakan salah satu

masalah yang sering dijumpai. Di Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis ikan

air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan

kegagalan dalam usaha budidaya ikan

Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit

infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup

seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan

oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan.

Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi

bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya

dipelajari struktur anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi

antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan

hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.


2

Polutan adalah Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran

terhadap lingkungan baik (Pencemaran Udara, Tanah, Air, dsb). Syarat-syarat suatu

zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap

makhluk hidup.

1.2. Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah melihat gejala klinis pada ikan

yang disebabkan oleh adanya bahan polutan diperairan.

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu dan

mengetahui gejala klinis pada ikan yang disebabkan karna keracunan bahan polutan

diperairannya, mengetahui jenis-jenis polutan yang dapat mencemari perairan,

mengetahui kisaran kandungan polutan yang dapat membahayakan biota air.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi ikan Lele (Clarias sp.)

Ikan Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan lele termasuk ikan jenis catfish
atau kata lain ikan yang memiliki kumis. Ciri dari ikan lele yaitu bentuk tubuh memanjang dan agak bulat, pada
sirip dada terdapat duri yang keras dan runcing/ytajam (patil), warna tubuh belang dengan kepala pipih dan
terdapat kumis serta licin karena tidak memiliki sisik. Kemudin ikan in memiliki alat pernafasan tambahan
berupa dari modifikasi dari
4

Pada bagian operkulum dan preoperkulum keduanya bergerigi. Pada

bagian pertama/depan dorsal dan anal kedua-duanya pnjang. Model tubuh

cekung ke dalam, mulut berukuran lebih lebar dengan gigi berbentuk villiform.

Memiliki elaborasi organ labirin pada bagian cekungan atas bagian pertama

sampai bagian ketiga tulang lapis insang.

Ikan betok hanya memiliki satu sirip punggung atau dua sirip punggung

yang bersambungan dengan sirip perut yang tidak bersatu. Ikan ini dapat

mengambil udara di luar air (mempunyai alat labirin). Sirip punggung dan sirip

dubur berjari-jari. Sirip perut dengan 6 jari-jari, sirip punggung dan sirip dubur

dengan satu atau lebih dari satu jari-jari keras, sirip perut dengan 5 jari-jari atau

kurang dari 5 jari-jari lemah dan 1 jari-jari keras. Rongga di atas rongga insang
beralat berbentuk labirin, berbentuk gepeng, agak panjang, lubang insang sempit

karena bagian gabungan daun insang lebar.

2.2. Polutan

Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah

tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak

tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya,

sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat

kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun

bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut (Ulum, 2016).

Polutan adalah Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran

terhadap lingkungan baik (Pencemaran Udara, Tanah, Air, dsb). Syarat-syarat suatu

zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap

makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara


5

berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan

efek merusak (Nawawi, 2013).

Keberadaan senyawa kimia di perairan dapat mengakibatkan lesi nekro

patotoksi kologik (biopatologik). Cemaran lingkungan cenderung tertimbun

pada penyediaan produk pangan, terutama di bidang akuakultur (Lukistyowati,

2017).

Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan

perairan dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut. Oksigen penting

untuk pernafasan yang merupakan komponen utama untuk metabolisma ikan

dan organisme lain Persenyawaan organic di perairan akan dipecah oleh

organisme pembusuk. Terjadinya proses ini sangat membutuhkan oksigen

terlarut dalam

perairan tersebut (Afrianto, 2010).


Tahu merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat

kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai

makanan yang sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di

Indonesia dijumpai industri tahu. umumnya industri tahu termasuk ke dalam

industri kecil yang dikelola oleh rakyat Pada saat ini sebagian besar industri tahu

masih merupakan industri kecil skala rumah tangga yang tidak dilengkapi

dengan unit pengolah air limbah, sedangkan industri tahu yang dikelola koperasi

beberapa diantaranya telah memiliki unit pengolah limbah (Ulum, 2016).

Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses

pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan

berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap

lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair
6

akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan

menyebabkan tercemarnya sungai (Ulum, 2016).

Yanti (2013) menambahkan Limbah tahu cair yang dihasilkan

mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan

fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan

media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit

atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh

manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat

kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit

pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari

sungai dan bila masih

digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Pabrik Tahu seringkali belum ditangani secara baik sehingga

menimbulkan dampak terhadap lingkungan.Salah satunya dampak limbah-bau

limbah cair dan padat. Limbah tahu mengandung protein tinggi sehingga

konsekuensinya menimbulkan gas buang berupa Amoniak/ Nitrogen dan Sulfur

yang tidak sedap dan mengganggu kesehatan. Sampai saat ini resiko bau ini

masih belum ada jalan keluarnya sedangkan di sisi lainnya produk tahu sudah

merupakan makanan Favorit yang hampir harus selalu ada dalam konsumsi

masyarakat kecil sampai dengan masyarakat golongan atas. Dampak negatif yang

ditimbulkan pabrik tahu ini mengancam keberlangsungan usaha dan lebih lanjut

terhadap ketersediaan tahu bagi masyarakat, karena terancam tutup / dilarang

operasi. Jalan lain yang dapat dilakukan biasanya dengan menalakukan relokasi

pabrik yang bertakibat pada meningkatnya biaya produksi dan harga tahu (Yanti,

2013).
7

Pada dasarnya, proses produksi tahu menghasilkan dua macam limbah

yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada umumnya dimanfaatkan

sebagai pakan ternak. Industri tahu membutuhkan air untuk melakukan proses

sortasi, perendaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan, dan

penyaringan. Kemudian, air buangan dari proses tersebut yang dinamakan

limbah cair. Limbah cair industri tahu ini memiliki kandungan senyawa organik

yang sangat tinggi. Tanpa proses penanganan yang baik, limbah tahu dapat

menyebabkan berbagai dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau

tak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika

lingkungan sekitar. Limbah cair yang dibuang ke perairan tanpa pengelohan

terlebih dahulu juga dapat

mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme


(jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis
dalam

air (Ulum, 2016).

Menurut Ulum (2016) Air buangan industri tahu rata - rata mengandung

BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS,

dan minyak/lemak berturut - turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 26 mg/l. Bila

dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan dari

kedelai menurut Kep MenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan

untuk BOD, COS, dan TSS berturut - turut adalah 50, 100, 200 mg/l. Sehingga

terlihat jelas bahwa limbah cair industri tahu melebihi baku mutu yang telah

dipersyaratkan.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari rabu tanggal 15 November 2017 pada
pukul 13.00 WIB sampai selesai di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru

3.2. Alat Dan Bahan

Adapun alat yang digunakan ketika praktikum berupa penggaris, stoples,

gunting bedah, nampan, stopwatch, hp, aerasi.

Adapun bahan yang digunakan ketika praktikum berupa tisu, bahan polutan

berupa limbah industry tahu,

3.3. Metode

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode

pengamatan langsung terhadap objek yang akan diamati.

3.4. Prosedur

Adapun prosedur dalam pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan

polutan yaitu siaapkan alat dan bahan yang akan digunakan, ambil toples da nisi
air setengah penuh kemudian larutkan bahan polutan berupa limbah industri tahu
dan

aduk secara homogen. Setelah itu masukkan ikan kedalam toples yang telah

tercampur dengan bahan polutan. Amati tingkah laku ikan dan hitung bukaan

operculum ikan, catat dan setelah 30 menit pengamatan, pindahkan ikan

kedalam air bersih dan beri aerasi, amati tingkah laku ikan. Bedah ikan dan

amati jantung, insang can catat perubahan warna yang terjadi.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum pengamatan terhadap ikan yang
keracunan bahan polutan dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Gejala Klinis Ikan


KriteriaIkan Uji Ke
Pengamatan 1 2 3 4 5

Tingkah Laku
Bukaan Operculum 111 111 111 111 111
Bukaan Mulut 100 100 100 100 100
Pergerakan Lambat Lambat Lambat Lambat Lambat
Denyut Jantung 250 250 250 250 250
Warna Organ
Insang Normal Normal Normal Normal Normal
Hati Normal Pucat Normal Normal Normal
Ginjal Normal Normal Normal Normal Normal

Gambar 2. Kondisi Ikan DI Toples


Sumber : Dokumentasi Pribadi
10

Dari ke 5 ikan uji tidak mengalami kematian dan perubahan tingkah laku yang

berarti, ikan terlihat sehat setelah 30 menit berada di dalam air polutan.

4.2. Pembahasan

Praktikum pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan polutan ini


menggunakan ikan betok (Anabas testudineus) yang diambil dari daerah merpati

sakti.

Menurut Ramadhan (2013) Umumnya industri tahu termasuk ke dalam

industri kecil yang dikelola oleh rakyat Pada saat ini sebagian besar industri tahu

masih merupakan industri kecil skala rumah tangga yang tidak dilengkapi

dengan unit pengolah air limbah, sedangkan industri tahu yang dikelola koperasi

beberapa diantaranya telah memiliki unit pengolah limbah. Unit pengolah

limbah yang ada umumnya menggunakan sistem anaerobik dengan efisiensi

pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah yang ada, maka limbah

yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih terlampau tinggi

yakni sekitar 400 – 1 400 mg/l Limbah tahu dapat menimbulkan masalah

dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein,

lemak, garam-garam, mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam

pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari

pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan

mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida.

Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnyamenganggu

seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat

menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya (Sari, 2011).

Pada dasarnya, proses produksi tahu menghasilkan dua macam limbah

yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada umumnya dimanfaatkan

sebagai
11

pakan ternak. Industri tahu membutuhkan air untuk melakukan proses sortasi,

perendaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan, dan

penyaringan. Kemudian, air buangan dari proses tersebut yang dinamakan

limbah cair. Limbah cair industri tahu ini memiliki kandungan senyawa organik

yang sangat tinggi. Tanpa proses penanganan yang baik, limbah tahu dapat

menyebabkan berbagai dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau

tak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika

lingkungan sekitar. Limbah cair yang dibuang ke perairan tanpa pengelohan

terlebih dahulu juga dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air

termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur

keseimbangan biologis dalam

air (Ulum, 2016).


Keberadaan senyawa kimia di perairan dapat mengakibatkan lesi nekro

patotoksi kologik (biopatologik). Cemaran lingkungan cenderung tertimbun

pada penyediaan produk pangan, terutama di bidang akuakultur (Lukistyowati,

2017).

Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan

perairan dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut. Oksigen penting

untuk pernafasan yang merupakan komponen utama untuk metabolisma ikan

dan organisme lain Persenyawaan organic di perairan akan dipecah oleh

organisme pembusuk. Terjadinya proses ini sangat membutuhkan oksigen

terlarut dalam perairan tersebut (Afrianto, 2010).

Pada praktikum pengamatan ikan yang keracunan bahan polutan ini

menggunakan ikan uji berupa ikan betok ( Anabas testudineus) yang didapatkan dari

merpat sakti dan dengan polutan limbah industry tahu yang berada di kubang.

Pada
12

saat praktikum berlangsung, pada media hidup ikan dilarutkan 50 ml bahan

polutan berupa limbah industry tahu.

Setelah pengamatan selama 30 menit, ikan betok (Anabas testudineus) tidak

menunjukkan adanya gejala klinis ikan keracunan bahan polutan. Hal ini terlihat

dari jumlah bukaan mulut 100 kali/menit dan bukaan operculum 111 kali/menit

yang tergolong normal bagi ikan sehat dan. serta warna dari insang, hati, ginjal yang

merah normal tidak pucat, selain itu dapat dilihat dari banyak denyut jantung

yang tergolong normal permenitnya.

Ikan betok (Anabas testudineus) tidak mengalami keracunan bahan polutan

ini diduga bahwa kadar/dosis bahan polutan yaitu 50 ml untuk 5 liter air bersih yang

diberikan ketika praktikum belum melebihi kriteria kadar polutan yang berbahaya
di perairan. Selain itu kemungkinan besar ikan telah mengalami biopersistensi

terhadap lingkungan awalnya.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Polutan adalah Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran

terhadap lingkungan baik (Pencemaran Udara, Tanah, Air, dsb).

Limbah tahu dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena

mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral

dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan.

Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan

Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah,

larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu

perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat

menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.

Keberadaan senyawa kimia di perairan dapat mengakibatkan lesi nekro

patotoksi kologik (biopatologik). Cemaran lingkungan cenderung tertimbun

pada penyediaan produk pangan, terutama di bidang akuakultur

5.2. Saran

Utuk praktikum selanjutnya mohon praktikan belajar terlebih dahulu agar

ketika praktikum berlangsung dapat mengerti dan paham apa yang sedang

dilakukan. Diharapkan peralatan labor seperti mikroskop untuk dilengkapi agar

mempermudah dalam pelaksanaan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Afrianto. 2010. Dampak Limbah Di Perairan . kanisius. Yogyakarta

Nawawi, Hamdan. 2013. Polusi Dan Pencemaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama

Ramadhan, Fajri. 2013. Dampak Industri Tahu Terhadap Lingkungan. Jurnal.


Teknologi Industri. Volume I. Nomor 1. Halaman 27

Sari, Dilla Milya. 2011. Limbah Industri Tahu Tempe. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

Ulum, Rosydhatul. 2016. Dampak Limbah Tahu Bagi Lingkungan. Skripsi.


Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Depok

Yanti, Nuraidah Risma. 2013. Dampak Limbah Pabrik Tahu Tempe (Industri
Pangan) Terhadap Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

http://fajri-fafa.blogspot.co.id/2014/06/dampak-industri-tahu-terhadap.html
diakses pada tanggal 23 November 2017 Pukul 11:47 WIB.

http://limbahpabriktahu.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 23 November 2017


pukul 11:56 WIB
LAMPIRAN
16

Lampiran 1 Alat Praktikum

Tabung Ukur Toples

Nampan Penggaris

Mesin Aerasi Alat Bedah


17

Lampiran 2 Bahan Praktikum

Tisu Polutan Limbah Tahu

Ikan Betok (Anabas testudineus)

Anda mungkin juga menyukai