X3
Nama Anggota :
Achmad Fauzi (01)
Diego Sebastian Nyoo (08)
Emanuel Jospeh Gunawan (12)
Fahri Aziz (15)
Norma Febriani (31)
Puji syukur tim penyusun kepada Allah SWT , yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga “Laporan Praktikum bahaya limbah deterjen bagi mahklu hidup di air”
ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada nabi junjungan kita Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Laporan Praktikum ini kami buat semata-mata untuk memenuhi tugas praktek terkait
polusi ataupun pencemaran pada mata pelajaran biologi. Kami tim penyusun mengucapkan
terima kasih banyak kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan penggunaan internet sebagai penambah
refrensi maupun informasi dalam makalah ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih atas
partisipasi rekan-rekan sekalian yang telah membantu memberikan informasi dalam kejadian
tersebut sehingga kami dapat mewawancarai sebagai isi dari laporan ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas arahan dan
bimbingan yang telah diberikan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga kami berharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kelancaran dan penyempurnaan untuk pembuatan laporan selanjutnya.
Kami mohon maaf jika di dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah dapat bermanfaat bagi kita
semua
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun deterjen mengandung ratusan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat
menimbulkan kematian pada makhluk hidup di air yang salah satu diantara zat beracun
tersebut adalah Sodium Lauryl Sulfate (SLS), 1,4-Dioxane, Etoksilat nonilfenol (NPE), dan
Fosfat. Senyawa-senyawa tersebut sebanyak 10 persennya menyebabkan kematian, menurut
laporan US Centers. Kondisi pencemaran air karena limbah sabun deterjen sangat
berpengaruh bagi mahkluk hidup di air, selain itu juga dapat merugikan alam sekitar.
Pencemaran air yang disebabkan oleh limbah deterjen inilah membuat kehidupan ataupun
populasi makhlu hidup di air khususnya ikan menjadi terganggu dan memiliki dampak besar
bagi kesehatan ikan tersebut. Untuk mengetahui dampak limbah deterjen tersebut maka
dibuatlah praktik percobaan bahaya limbah deterjen dengan menggunakan ikan dan tumbuhn
air sebagai uji coba pada praktikum kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil uji coba
2. Apa saja dampak dari bahaya limbah deterjen tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak limbah deterjen bagi makhluk hidup di air dan lingkungan
sekitar
2. Untuk menambah ilmu wawasan
1.4 Manfaat
1. Dapat meningkatkan keterampilan dalam bereksperimen
2. Menjadi sarana belajar ilmiah
3. Meningkatkan motivasi untuk mempelajari sains
iv
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.3 Karakteristik
Berikut penjelasan tentang beberapa karakteristik ikan wader
v
cakul (puntius binotatus) :
Menurut Saanin (1984), ikan wader cakul (Puntius binotatus) perutnya
membundar, memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan, rahang
tidak bergerigi. Memiliki beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya bersisik.
Ikan wader cakul (Puntius binotatus) memiliki gurat sisi yang lengkap. Memiliki
kurang dari 40 sisik sepanjang gurat sisik, diantara gurat sisi dengan gurat sisi
punggung terdapat maksimal 7 sisik. Sekeliling batang ekor 12 sisik.
Morfologi ikan Wader Cakul tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan atau
keperakan. Memiliki dua buah tanda lingkaran kecil yang terdapat di pangkal
sirip belakang dan di tengah batang ekor. Ukuran ikan ini kecil sampai sedang,
yang sebagian besar didapat dengan panjang total 10 cm, namun beberapa ikan
ini mampu mencapai panjang 17 cm. Perutnya membundar, memiliki 2 pasang
sungut, mulutnya dapat disembulkan, permulaan sirip punggung di depan
permulaan sirip perut dan sirip perut jauh ke belakang, di muka dubur, rahang
tidak bergigi. Sirip punggung ikan wader memiliki beberapa jari-jari lemah
mengeras dengan bagian belakangnya bergerigi dan 7-9 jari-jari lemah, sirip
duburnya memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dan 5 jari-jari lemah
bercabang, jari-jari lemah mengeras paling belakang tidak bergerigi. Ikan ini
memiliki ukuran kepala 3,3 - 4,5 kali lebar mata, dan tinggi batang ekornya
sama dengan panjangnya dan 1/3 - 1/2 kepala. Ikan ini memiliki beberapa bercak
hitam dan seluruh tubuhnya bersisik (Nelson, 2006).
Saanin (1984) dalam Rahmawati (2006), menguraikan bahwa ikan ini
perutnya membundar, memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan,
permulaan sirip punggung berada di depan permulaan sirip perut dan sirip anus
jauh ke belakang di muka dubur, rahang tidak bergerigi. Sirip punggung ikan
wader memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dengan bagian belakangnya
bergerigi dan 7-9 jari-jari lemah; sirip duburnya memiliki beberapa jari-jari
lemah mengeras dan 5 jari-jari lemah bercabang; jari-jari lemah mengeras paling
belakang tidak bergerigi. Ukuran kepala 3,3 – 4,5 kali dari lebar mata, tinggi
batang ekor sama dengan Panjang ejor dan 0,3 – 0,5 kepala. Ikan memiliki
beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya bersisik. Puntius binotatus
memiliki karakter berupa tubuh yang licin, mempunyai empat sungut, gurat sisi
sempurna, jari-jari terakhir sirip dorsal mengeras dan bergerigi, 4 ½ sisik antara
gurat sisi dan awal sirip dorsal, bintik hitam pada bagian depan sirip dorsal dan
bagian tengah batang ekor, ikan muda dan dewasa memiliki 2 hingga 4 titik atau
vi
lonjong di tengah badan. (Kottelat et al., 1993 dalam Dwinda dkk,
2.2.1 Ciri-ciri
memiliki rimpang putih kekuningan tumbuh di sedimen bawah air yang tumbuh
sampai dengan kedalaman 2 m. Hydrilla adalah tanaman produktif, yang tumbuh
dengan cepat dalam air dan dapat berkembang dari beberapa sentimeter sampai
20 meter. Daun kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci)
vii
BAB III
METODE PRAKTIKUM
viii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
pada wadah pertama yang sudah di masukki 1 sendok deterjen, ikan wader tersebut kurang
dari 10 menit langsung mati, dengan kondisi ikan yang sulit bernafas dan kejang-kejang. Lalu
untuk tumbuhan Hydrilla pada hari pertama belum ada perubahan tetapi setelah kurang lebih
direndam selama 15 hari warna tumbuhan yang semulanya hijau berubah menjadi
kekuningan.
Lalu pada wadah yang kedua yang sudah di masukki ½ deterjen, ikan wader tersebut lumayan
lama bertahan sekitaran 20 menit. Dengan kondisi ikan yang sulit bernafas dan kejang
kejang/ Lalu untuk tumbuhan hydrilla pada hari pertama belum ada perubahan tetapi setelah
kurang lebih direndam selama 15 hari warna tumbuhan yang semulanya hijau berubah
menjadi kekuningan.
Lalu sebelum ikan-ikan mati kami memindahkan ikan-ikan tersebut ke wadah air yang bersih
dengan harapan bisa sehat Kembali tetapi hasilnya sia-sia dan ikan tersebut mati. Menurut
kami ikan-ikan terebut sudah kemasukan racun yang dapat mengakibatkan kematian.
ix
Sebelum
Sesudah
x
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yan di lakukan, dapat disumpulkan bahwa :
1. Setelah air dicemari oleh deterjen ikan mati dalam berbagai fariasi antara lain dengan
mata merah, perut buncit
2. Yang menyebabkan semua itu adalah difusi. Difusi adalah perpindahan zat dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
5.2 Saran
1. Gunakanlah deterjen sebijaknya mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang
banyak organisme yang hidup di dalamnya.
2 Untuk penelitian selanjutnya di harapkan membuahkan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya karena kam merasa banyak kesalahan dari penyusunan laporan ini
xi
DAFTAR PUSTAKA
Lombok, b. k., & Admim, W. L. (20222). Zat berbahaya pada sabun deterjen. Lombok barat Kab.
xii