Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BAHAYA LIMBAH

DETERJEN BAGI MAKHLUK HIDUP DI AIR

X3
Nama Anggota :
 Achmad Fauzi (01)
 Diego Sebastian Nyoo (08)
 Emanuel Jospeh Gunawan (12)
 Fahri Aziz (15)
 Norma Febriani (31)

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 LUMAJANG
Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 07 Telepon: (0334) 881747 Lumajang 67316
Website: www.sman1lmj.sch.id & e-mail: smasalmj@yahoo.com
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun kepada Allah SWT , yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga “Laporan Praktikum bahaya limbah deterjen bagi mahklu hidup di air”
ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada nabi junjungan kita Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Laporan Praktikum ini kami buat semata-mata untuk memenuhi tugas praktek terkait
polusi ataupun pencemaran pada mata pelajaran biologi. Kami tim penyusun mengucapkan
terima kasih banyak kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan penggunaan internet sebagai penambah
refrensi maupun informasi dalam makalah ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih atas
partisipasi rekan-rekan sekalian yang telah membantu memberikan informasi dalam kejadian
tersebut sehingga kami dapat mewawancarai sebagai isi dari laporan ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas arahan dan
bimbingan yang telah diberikan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga kami berharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kelancaran dan penyempurnaan untuk pembuatan laporan selanjutnya.
Kami mohon maaf jika di dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah dapat bermanfaat bagi kita
semua

Lumajang, 19 Mei 2023


Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Wader Cakul (Putius Binotatus) .......................................................... 2
2.1.1 Kasifikasi ............................................................................................ 2
2.1.2 Ciri-Ciri ............................................................................................... 2
2.1.3 Karakteristik ........................................................................................ 2
2.2 Hydrilla ........................................................................................................ 4
2.2.1 Ciri-Ciri ............................................................................................... 4
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Praktikum ......................................................................................... 5
3.2 Tempat Praktikum ........................................................................................ 5
3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................. 5
3.4 Prosedur Kerja .............................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan ......................................................................................... 6
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 6
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 8
5.2 Saran ............................................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun deterjen mengandung ratusan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat
menimbulkan kematian pada makhluk hidup di air yang salah satu diantara zat beracun
tersebut adalah Sodium Lauryl Sulfate (SLS), 1,4-Dioxane, Etoksilat nonilfenol (NPE), dan
Fosfat. Senyawa-senyawa tersebut sebanyak 10 persennya menyebabkan kematian, menurut

laporan US Centers. Kondisi pencemaran air karena limbah sabun deterjen sangat
berpengaruh bagi mahkluk hidup di air, selain itu juga dapat merugikan alam sekitar.
Pencemaran air yang disebabkan oleh limbah deterjen inilah membuat kehidupan ataupun
populasi makhlu hidup di air khususnya ikan menjadi terganggu dan memiliki dampak besar
bagi kesehatan ikan tersebut. Untuk mengetahui dampak limbah deterjen tersebut maka
dibuatlah praktik percobaan bahaya limbah deterjen dengan menggunakan ikan dan tumbuhn
air sebagai uji coba pada praktikum kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil uji coba
2. Apa saja dampak dari bahaya limbah deterjen tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak limbah deterjen bagi makhluk hidup di air dan lingkungan
sekitar
2. Untuk menambah ilmu wawasan
1.4 Manfaat
1. Dapat meningkatkan keterampilan dalam bereksperimen
2. Menjadi sarana belajar ilmiah
3. Meningkatkan motivasi untuk mempelajari sains

iv
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Wader Cakul ( Puntius binotatus)


Ikan Wader Cakul (Puntius binotatus) merupakan salah satu spesies Wader yang
dibeberapa daerah di Indonesia biasa disebut sebagai Beunteur (Sunda), Wader Bintik atau
Wader Cakul (Jawa), Puyan (Banjar), Tanah atau Sepadak (Bengkulu). Dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai spotted barb atau common barb. Sedang dalam bahasa Malaysia disebut
Bunter, Putih, Tebal Sisek. Dalam bahasa ilmiah (latin) dinamakan Puntius binotatus. Spesies
Wader Cakul (Puntius binotatus). Ikan Wader Cakul biasa ditemukan bersama spesies wader
lainnya daerah tropis mulai dari pantai hingga daerah berketinggian 2.000 meter diatas
permukaan laut dengan kisaran pH 6 – 6.5 dan suhu perairan 24◦ - 26◦ C. Wader Cakul
menyukai air selokan dangkal, sungai bahkan danau yang berair jernih (Nelson, 2006).
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan Wader Cakul (Puntius binotatus) menurut (Petsut et.al.,2013)
adalah sebagai berikut :
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Cypriniformes
Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidea
Genus : Puntius
Spesies : Puntius binotatus
2.1.2 Ciri-Ciri
ikan wader cakul (Puntius binotatus) mempunyai variasi pola warna khusus
berdasarkan ukuran atau umur, yaitu ikan muda terdapat bintik-bintik bulat yang
memanjang di pertengahan tubuh, makin dewasa berubah menjadi garis hitam,
selai itu terdapat bintik bulat berwana hitam pada pangkal sirip punggung dan
pangkal ekor yang umum dijumpai pada ikan muda maupun dewa

2.1.3 Karakteristik
Berikut penjelasan tentang beberapa karakteristik ikan wader
v
cakul (puntius binotatus) :
Menurut Saanin (1984), ikan wader cakul (Puntius binotatus) perutnya
membundar, memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan, rahang
tidak bergerigi. Memiliki beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya bersisik.
Ikan wader cakul (Puntius binotatus) memiliki gurat sisi yang lengkap. Memiliki
kurang dari 40 sisik sepanjang gurat sisik, diantara gurat sisi dengan gurat sisi
punggung terdapat maksimal 7 sisik. Sekeliling batang ekor 12 sisik.
Morfologi ikan Wader Cakul tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan atau
keperakan. Memiliki dua buah tanda lingkaran kecil yang terdapat di pangkal
sirip belakang dan di tengah batang ekor. Ukuran ikan ini kecil sampai sedang,
yang sebagian besar didapat dengan panjang total 10 cm, namun beberapa ikan
ini mampu mencapai panjang 17 cm. Perutnya membundar, memiliki 2 pasang
sungut, mulutnya dapat disembulkan, permulaan sirip punggung di depan
permulaan sirip perut dan sirip perut jauh ke belakang, di muka dubur, rahang
tidak bergigi. Sirip punggung ikan wader memiliki beberapa jari-jari lemah
mengeras dengan bagian belakangnya bergerigi dan 7-9 jari-jari lemah, sirip
duburnya memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dan 5 jari-jari lemah
bercabang, jari-jari lemah mengeras paling belakang tidak bergerigi. Ikan ini
memiliki ukuran kepala 3,3 - 4,5 kali lebar mata, dan tinggi batang ekornya
sama dengan panjangnya dan 1/3 - 1/2 kepala. Ikan ini memiliki beberapa bercak
hitam dan seluruh tubuhnya bersisik (Nelson, 2006).
Saanin (1984) dalam Rahmawati (2006), menguraikan bahwa ikan ini
perutnya membundar, memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan,
permulaan sirip punggung berada di depan permulaan sirip perut dan sirip anus
jauh ke belakang di muka dubur, rahang tidak bergerigi. Sirip punggung ikan
wader memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dengan bagian belakangnya
bergerigi dan 7-9 jari-jari lemah; sirip duburnya memiliki beberapa jari-jari
lemah mengeras dan 5 jari-jari lemah bercabang; jari-jari lemah mengeras paling
belakang tidak bergerigi. Ukuran kepala 3,3 – 4,5 kali dari lebar mata, tinggi
batang ekor sama dengan Panjang ejor dan 0,3 – 0,5 kepala. Ikan memiliki
beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya bersisik. Puntius binotatus
memiliki karakter berupa tubuh yang licin, mempunyai empat sungut, gurat sisi
sempurna, jari-jari terakhir sirip dorsal mengeras dan bergerigi, 4 ½ sisik antara
gurat sisi dan awal sirip dorsal, bintik hitam pada bagian depan sirip dorsal dan
bagian tengah batang ekor, ikan muda dan dewasa memiliki 2 hingga 4 titik atau
vi
lonjong di tengah badan. (Kottelat et al., 1993 dalam Dwinda dkk,

2.2 Pengertian Hydrila


Hydrilla (bahasa Inggris: Esthwaite Waterweed, waterthyme, hydrilla) adalah genus
dari tumbuhan air, biasanya diperlakukan sebagai mengandung hanya satu spesies, Hydrilla
verticillata, meskipun beberapa ahli botani membaginya menjadi beberapa spesies. Hydrilla
adalah asli dari perairan dingin dan hangat dari Dunia Lama di Asia, Eropa, Afrika dan
Australia, dengan distribusi yang tersebar dan jarang; di Eropa, Hydrilla dilaporkan ada di
Irlandia, Britania Raya, Jerman, dan negara-negara Baltik, dan di Australia di Wilayah Utara,
Queensland, dan New South Wales.

2.2.1 Ciri-ciri
memiliki rimpang putih kekuningan tumbuh di sedimen bawah air yang tumbuh
sampai dengan kedalaman 2 m. Hydrilla adalah tanaman produktif, yang tumbuh
dengan cepat dalam air dan dapat berkembang dari beberapa sentimeter sampai
20 meter. Daun kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci)

vii
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Praktikum


Praktikum Percobaan bahaya limbah deterjen pada ikan dan tumbuhan air,
dilaksanakan pada Sabtu, 15 April 2023.
3.2 Tempat Praktikum
Praktikum Percobaan bahaya limbah deterjen pada ikan dan hdriyla, dilaksanakan di
rumah
3.3 Alat dan Bahan
 2 Toples kaca
 Deterjen
 4 Ekor ikan ( 2 besar, 2 kecil )
 4 Tumbuhan hdyrila ( 2 besar, 2 kecil )
 Air 3,5 liter
 Pasir Malang
 Pinset
3.4 Prosedur Kerja
1. Siapkan 2 buah wadah
2. Masukkan pasir kedalam wadah secukupnya
3. Masukkan tumbuhan hdyrila menggunakan catut
4. Masukkan air ke dalam 2 buah wadah yang sudah disediakan
5. Masukkan ikan wader yang masih hidup
6. Masukkan deterjen 1 sendok makan pada wadah pertama
7. Masukkan deterjen ½ sendok makan pada wadah kedua

viii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini sebagai berikut :
Wadah pertama 1 sendok makan deterjen langsung mengalami kejang kejang
Wadah kedua ½ sendok makan deterjen pernafasan yang cepat dan sedikit kejang kejang

4.2 Pembahasan
pada wadah pertama yang sudah di masukki 1 sendok deterjen, ikan wader tersebut kurang
dari 10 menit langsung mati, dengan kondisi ikan yang sulit bernafas dan kejang-kejang. Lalu
untuk tumbuhan Hydrilla pada hari pertama belum ada perubahan tetapi setelah kurang lebih
direndam selama 15 hari warna tumbuhan yang semulanya hijau berubah menjadi
kekuningan.
Lalu pada wadah yang kedua yang sudah di masukki ½ deterjen, ikan wader tersebut lumayan
lama bertahan sekitaran 20 menit. Dengan kondisi ikan yang sulit bernafas dan kejang
kejang/ Lalu untuk tumbuhan hydrilla pada hari pertama belum ada perubahan tetapi setelah
kurang lebih direndam selama 15 hari warna tumbuhan yang semulanya hijau berubah
menjadi kekuningan.
Lalu sebelum ikan-ikan mati kami memindahkan ikan-ikan tersebut ke wadah air yang bersih
dengan harapan bisa sehat Kembali tetapi hasilnya sia-sia dan ikan tersebut mati. Menurut
kami ikan-ikan terebut sudah kemasukan racun yang dapat mengakibatkan kematian.

ix
Sebelum

Sesudah

x
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yan di lakukan, dapat disumpulkan bahwa :
1. Setelah air dicemari oleh deterjen ikan mati dalam berbagai fariasi antara lain dengan
mata merah, perut buncit
2. Yang menyebabkan semua itu adalah difusi. Difusi adalah perpindahan zat dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah

5.2 Saran
1. Gunakanlah deterjen sebijaknya mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang
banyak organisme yang hidup di dalamnya.
2 Untuk penelitian selanjutnya di harapkan membuahkan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya karena kam merasa banyak kesalahan dari penyusunan laporan ini

xi
DAFTAR PUSTAKA

digilib, u. (2021). manfaat pratikum. manfaat prakikum.

Lombok, b. k., & Admim, W. L. (20222). Zat berbahaya pada sabun deterjen. Lombok barat Kab.

Pati, k. (2021). Dampak limbah deterje bagi lungkungan. Pati.

S.Pi, G. P. (2015). Klasifikasi Ikan wader. melekperikanan.

Wiikipedia. (2012). Hdyrilla. wikipedia.

Wikipedia;. (2021). wader bintik Dua . Wikipedia.

xii

Anda mungkin juga menyukai