OLEH:
Puji dan syukur praktikan ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya,sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan
praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul “ Menentukan Laju Pernafasan,
Melihat Morfologi Insang dan Jantung Ikan Beberapa Menit Setelah Mati
Karena Pencemaran, Serta Menentukan Laju Denyut Jantung Pada Ikan”
tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini disusun berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum
yang telah dilakukan pada hari Selasa, 23 Mei 2023 di Laboratorium Biologi
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Laporan ini di
buat untuk melengkapi rangkaian pelaksanaan praktikum Fisiologi Hewan Air
yang telah dilaksanakan dan juga sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
praktikum selanjutnya.
Praktikan menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu praktikan sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sehingga berguna bagi kita
semua. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua.
Haojahan Gregorius S
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 2
1.3 Manfaat ...................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tabel Halaman
Gambar Halaman
1. Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)................................ 8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat........................................................................................................... 13
2. Bahan........................................................................................................ 14
I. PENDAHULUAN
Air merupakan hal penting di dalam kegiatan budidaya air karena dapat
menyediakan persedian sumber energi maupun nutrisi. Begitu juga sumber air
yang merupakan faktor utama dalam budidaya perikanan karena air merupakan
media pertumbuhan ikan. Adanya pengaruh dari luar yang masuk ke perairan akan
mengganggu kehidupan ikan (Panggabean et al., 2016).
Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seeokr ikan
adalah harus adanya suplay oksigen yang cukup didalam jaringan. Oksigen ini
diperlukan untuk melepas energi, melangsungkan oksidasi lemak dan gula. Energi
yang terlepaskan dipergunakan untuk kegitan tubuh di dalam menjalani kehidupan
(Pulungan et al,.2015).
Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbon
dioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan
oksigen terlarut, selain dipengaruhi struktur alat pernapasan, juga dipengaruhi
perbedaan tekanan 2 parsial O2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tekanan
tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi kedalam darah atau keluar melalui alat
pernapasan ( Fujayana,2014).
Insang merupakan organ tubuh yang cocok untuk melakukan proses
respirasi, karena mempunyai permukaan yang luas dan dinding yang tipis serta
permeable. Insang terletak dibagian kepala ikan dan posisinya melebar dari
dinding dorsal pharink ke arah ventral. Insang dilindungi oleh tutup insang dan
operculum (Windarti et al., 2013).
Jantung juga berperan penting dalam sistem pernafasan ikan karena jantung
berfungsi untuk memompa darah yang merupakan pembawa (carrier) O2 dari
insang ke jaringan tubuh dan mengambil CO2 dari berbagai organ tubuh serta
membuangnya melalui insang (Windarti et al., 2017).
Suksesnya proses respirasi tergantung pada 3 komponen utama, yakni: alat
pernapasan (dapat berupa insang); oksigen dan karbondioksida serta darah;
khususnya sel darah merah. Organ pernafasan harus mempunya permukaan yang
luas dan lembab, mempunyai membran yang tipis dan bersifat permeabel sehingga
memungkinkan terjadinya proses difusi/ osmosis O2 dan CO2 dan oksigen dari air
dapat diambil oleh sel darah merah yang mengalir di dalam lamella insang,
sedangkan karbondioksida dapat dikeluarkan/ dibuang ke lingkungan (Windarti et
al., 2013).
Proses pernapasan pada ikan tidak selalu berjalan dengan sempurna. Hal ini
terjadi karena insang sebagai organ utama dalam pernafasan ikan merupakan
bagian tubuh yang rentan atau mudah rusak karena adanya berbagai gangguan
pada kualitas air dan adanya perubahan kadar O2 di dalam perairan. Salah satu
penyebab rendahnya O2 di dalam perairan adalah masuknya bahan pencemar
seperti limbah deterjen, pestisida, dan lain - lain (Windarti et al., 2019).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1 Hasil
Adapun klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleoistei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidae
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Adapun hasil pengamatan laju pernapasan, morfologi insang dan jantung ikan
beberapa menit setelah mati karena pencemaran dan laju denyut jantung pada ikan
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan ikan secara kontrol dan diberi SOS 10 ml dan 15 ml
Waktu dan jumlah larutan Jumlah Jumlah Jantung Morfologi
pencemar bukaan bukaan Warna Detak insang
Mulut Operkulum
Kontrol Toples A(10 ml
SOS)
10 m pertama 86 75 Merah 30 Merah
10 m kedua 43 35 Merah 23 Merah pudar
10 m ketiga 25 16 Pucat 0 Merah pucat
Kontrol Toples B (15 ml
SOS)
10 m pertama 102 115 Merah 18 Merah
10 m kedua 65 78 Pucat 9 Merah pucat
10 m ketiga 43 53 Pucat 0 Pucat
Toples kontrol C
10 m pertama 10 10 Merah 55 Utuh berwarna
Segar merah segar
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan toples A (toples yang diberi bahan pencemar SOS 10 ml),
bukaan mulut pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 1 menit berjumlah 86 kali, 43 kali dan ikan
yang ke 3 sebanyak 25 kali, sedangkan bukaan operkulum pada ikan 1, 2 dan 3
berjumlah 75 kali, 35 kali, dan 16 kali. Warna insang pada ikan 1, 2 dan 3 berwarna
merah, merah pudar, dan merah pucat. Warna jantung pada ikan 1, 2 dan 3 adalah
merah, dan merah pucat. Detak jantung pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 10 menit berjumlah
30 kali, 23 kali dan pada ikan yang ke 3 tidak berdetak lagi.
Sedangkan untuk pengamatan toples B (toples yang diberi bahan pencemar SOS
15 ml), bukaan mulut pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 1 menit berjumlah 102 kali, 65 kali
dan 43 kali, sedangkan untuk bukaan operkulum pada ikan 1, 2 dan 3 berjumlah 115
kali, 78 kali, dan 53 kali. Warna insang pada ikan 1, 2 dan 3 berwama merah, merah
pucat, dan pucat. Warna jantung pada ikan 1, 2 dan 3 adalah merah dan pucat. Detak
jantung pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 10 menit berjumlah 18 kali, 9 kali dan yang ke 3
tidak berdetak lagi.
Terakhir kondisi ikan kontrol pada toples C yang tidak dimasukan bahan pencemar
SOS bukaan mulut pada ikan kontrol dalam 1 menit berjumlah 10 kali, bukaan
operculum 10 kali, warna insang merah segar, dan warna jantung merah segar, dan
detakan jantung dalam 10 menit berjumlah 55 kali.
Dari hasil penelitian dapat dilihat ikan yang diberi bahan pencemar akan
mempengaruhi sistem kinerja pada ikan tersebut, semakin lama ikan berada dalam
suatu perairan yang tercemar oleh bayclin maka gerakan sirip, bukaan mulut, bukaan
operculum dan detak jantung akan semakin lambat. Hal tersebut karena bayclin
mengandung sedikit kandungan O2 di dalam perairan. Insang ikan sebagai organ
utama respirasi akan mengalami gangguan karena dapat menyebabkan iritasi pada
insang, warna insang dan warna jantung ikan yang sudah terkena bahan pencemar
akan terlihat memudar/ pucat.
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
perairan yang tercemar akan mengganggu kinerja organ-organ pada ikan yang hidup di
perairan tersebut. Semakin lama ikan berada di dalam suatu perairan yang tercemar
oleh bayclin maka gerakan sirip, bukaan mulut, bukaan operculum dan detak jantung
akan semakin lambat, warna insang dan warna jantung ikan akan memudar/pucat, serta
kondisi permukaan tubuh ikan yang hidup di perairan tercemar akan banyak lendir.
5.2. Saran
Demi kelancaran penelitian kita harus mempelajari dengan sungguh-sungguh dan
ketelitian sehingga data yang diperoleh tidak terdapat kekeliruan dan datanya akan
akurat. Data yang keliru dan tidak akurat akan berakibat pada penarikan kesimpulan
Anonim, 2019. Pakan Buatan untuk Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) pada
Budidaya Intensif.
Panggabean, T. K., Sasanti, A. D., & Yulisman. (2016). Kualitas udara, kelangsungan
hidup, pertumbuhan, dan efisiensi pakan ikan nila yang diberi pupuk hayati
cair pada udara media pemeliharaan. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia ,4
(1), 67 – 79.
Windarti et al. 2013. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Laboratorium Biologi Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unri Press. Pekanbaru.