Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

Menghitung Konsumsi Oksigen IKAN NILA (Oreochromis niloticus)


Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air
Dosen Pengampu : Drs Nurcahyo Kursistiyanto, M. Si

DISUSUN OLEH:
MILFA LATIFA (211280000172)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS SAINT DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
Menghitung konsumsi oksigen ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Fisisologi Hewan Air. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsumsi oksigen bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs Nurcahyo


Kursistiyanto, M. Si, selaku dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
ini.

Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan laporan ini.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Jepara, 09 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 6
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 6
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
2.1. Ikan Nila ................................................................................................... 8
2.1.1. Klasifikasi dan morfologi ikan Nila .................................................. 9
2.1.2. Fisiologi Ikan Nila .......................................................................... 10
2.2. Pernapasan Ikan ...................................................................................... 11
2.3. Pengertian DO( ....................................................................................... 12
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................. 13
3.1. Waktu dan tempat ................................................................................... 13
3.2. Alat dan bahan ........................................................................................ 13
3.2.1. Alat .................................................................................................. 13
3.2.2. Bahan............................................................................................... 13
3.3. Prosedur praktikum ................................................................................ 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 15
4.1. Hasil........................................................................................................ 15
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 15
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 17
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 17
5.2. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hasil ..................................................................................................... 15

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 kadar Do .................................................................................................. 15

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam


tubuhnaya dan kesemua komponen proses metabolisme membutuhkan oksigen
oleh karna itu termasuk bakteri, prposes masuknya oksigen dengan cara difusi
kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan keluarnya CO2 ke lingkungan
perairan bebas diluar tubuh ikan di sebut dengan pernapasan.oleh karna itu
kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan
mengakibatkan biota yang kita pelihara bersaing satu sama lain untuk memenuhi
kebutuhan oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian total.
Menurut Julian (2003), konsumsi oksigen merupakan pengkuantitatifan
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh suatu orgnisme (ikan). Konsumsi
oksigen pada ikan digunakan sebagai parameter laju metabolisme pada ikan dalam
satuan mg/g/jam. Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar oksigen
terlarut untuk mengetahui KO2 pada ikan nila putih adalah metode Winkler.
Metode Winkler digunakan dengan cara titrasi larutan air yangmengandung
oksigen. Menurut Lagler (1997), semakin besar kadar oksigen terlarut semakin
besar pula konsumsi oksigennya. Prinsip metode Winkler yaitu jika air
mengandung oksigenterlarut, Mn(OH2) bereaksi dan dioksidasi menjadi
H2MnO3. Lingkungan juga mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan.
Konsumsi oksigen dapat dipengaruhi oleh temperatur yang tinggi, proses
respirasi, dekomposisi materil organic yangdapat menyebabkan konsumsi oksigen
lebih besar (Welch, 1992). Menurut Suhaili (1983) suhu dan arus air juga
mempengaruhi konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu perairansemakin besar
konsumsi oksigennya, begitu pula dengan arus yang deras dapat menyebabkan
besarnya konsumsi oksigen.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang dapat dijabarkan mengenai pembahasan makalah ini
yaitu sebagai berikut :
1. Apa itu ikan nila?
2. Bagaimana pernafasan ikan nila

6
7

3. Bagaimana proses konsumsi oksigen oleh ikan nila


4. Apa itu DO (dissolve oxygen)
1.3. Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan memberikan tujuan diantaranya
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu ikan nila
2. Untuk mengetahui proses pernafasan dan konsumsi oksigen ikan nila
3. Untuk mengetahui apa itu DO
4. Untuk memenuhi tugas UAS Fisiologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang


termasuk dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004).
Ikan ini merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut
berasal dari Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu
dibawa ke Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih
ikan Nila secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran
besar antara 200 - 400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi
makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan di Indonesia dan merupakan ikan budidaya yang menjadi salah
satu komoditas ekspor. Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and
Agriculture Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang
dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budidaya dunia. Ikan Nila termasuk
ikan air tawar yang mempunyai Nilai ekonomis tinggi, memiliki kandungan
protein tinggi dan keunggulan berkembang dengan cepat. Kandungan gizi ikan
Nila yaitu protein 16-24%, kandungan lemak berkisar antara 0,2-2,2% dan
mempunyai kandungan karbohidrat, mineral serta vitamin. Ikan Nila mempunyai
pertahanan yang tinggi terhadap gangguan dan serangan penyakit. Namun
demikian, tidak berarti tidak ada hama dan penyakit yang akan mempengaruhi
kesehatan dan pertumbuhan ikan Nila, terlebih pada fase benih (Mulia, 2006).

Menurut Amri dan Khairuman (2003), ikan Nila tergolong ikan pemakan
segala (Omnivore), sehingga bisa mengkonsumsi makanan, berupa hewan dan
tumbuhan. Larva ikan Nila makanannya adalah, zooplankton seperti Rotifera sp.,
Daphnia sp., serta alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat
hidupnya. Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan
perairan dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara

8
9

umum Nilai pH air pada budidaya ikan Nila antara 5 - 10 tetapi Nilai pH optimum
adalah berkisar 6 - 9. Ikan Nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai,
danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap
salinitas sehingga ikan Nila dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau
dengan salinitas 20 - 25‰ (Setyo, 2006).

2.1.1. Klasifikasi dan morfologi ikan Nila

Ikan Nila, sebelumnya dikenal dengan nama ilmiah Tilapia nilotica.


Namun, sejak tahun 1980 nama ilmiah ikan nila diganti dengan Oreochromis
nilotica. Merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang
memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah, sering kali ditemukan
hidup normal pada habitat - habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup.
Klasifikasi ikan Nila berdasarkan Kordi (2013) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis nilotica

Ikan Nila secara morfologi memiliki bentuk tubuh pipih, sisik besar dan
kasar, kepala relatif kecil, mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna
putih dan garis linea lateralis terputus dan terbagi dua. Ikan Nila memiliki lima
buah sirip yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut
(venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Ikan Nila dikenal
sebagai ikan yang memiliki toleransi sangat tinggi, baik toleransi terhadap
salinitas, suhu, pH, dan bahkan kadar oksigen.

Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang
genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping
lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai
10

saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih
gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh,
sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Suyanto, 2003).
Berdasarkan alat kelaminnya, ikan Nila jantan memiliki ukuran sisik yang
lebih besar daripada ikan Nila betina. Alat kelamin ikan Nila jantan berupa
tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang
terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan Nila jantan akan mengeluarkan
cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim pemijahan. Sementara
itu, ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran
urin yang terletak di depan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan Nila
jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan
rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan
sirip ekor ikan Nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila
betina, garisnya berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri dan Khairuman,
2002).

Ikan Nila mampu hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam
yang sempit dan dangkal, mempunyai pertumbuhan yang cepat terutama untuk
ikan Nila jantan, tidak memiliki duri dalam daging, serta dapat dipelihara dalam
kepadatan yang cukup tinggi (Jannah, 2001).
2.1.2. Fisiologi Ikan Nila
Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan ramping, dengan
sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi
berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah tubuh,
kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan
dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung dan
sirip dada berwarna hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau
hitam. Nila memiliki lima sirip, yaitu satu sirip punggung (dorsal fin),
sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (venteral fin),
sepasang sirip anal (anal fin), dan satu sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian
atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang
11

berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak
panjang
2.2. Pernapasan Ikan
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaranlembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-
kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah
yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan
CO2 berdifusi keluar. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya
dilengkapi dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang
rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain
bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan
gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Mekanisme
pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan
ekspirasi.

1) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup
insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam
rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. 2) Fase ekspirasi ikan, setelah
air masuk kedalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke
kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut megalir
melalui celahcelah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat
ini terjadi pertukaran udara pernafasan. Darah melepaskan CO2 kedalam air dan
mengikat O2 dari air
12

2.3. Pengertian DO(


Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut
dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan
air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki
kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana
badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain
itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya oksigen dalam air (Wikipedia). Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi
udara di air yang dinyatakan dalam kadar mg per liter air atau part per million
(ppm). Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin, 2000). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum
adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun
(toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung
kehidupan organisme (Swingle, 1968). DO merupakan perubahan mutu air paling
penting bagi organisme air, pada konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi
jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela,
akibatnya ikan akan mati lemas (Ahmad dkk, 1998). Kandungan DO di kolam
tergantung pada suhu, banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik
(Lelono, 1986 dalam Anonim, 2008). DO: Kelarutan suatu gas pada cairan.
Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal: • Proses oksidasi
(pembongkaran) bahan-bahan organik. • Proses reduksi oleh zat-zat yang
dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan. • Proses pernapasan orgaisme yang
hidup di dalam air, terutama pada malam hari. “Semakin tercemar, kadar oksigen
terlerut semakin mengecil (Abdilanov, 2011).
13

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan tempat

Praktikum Fisiologi dilaksanakan pada di Laboratorium


Akuakultur pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 09 Desember 2022

Tempat : Laboratorium Akuakultur UNISNU Jepara

Pukul : 16.00-selesai

3.2.Alat dan bahan

Alat dan Bahan yang digunakan selama kegiatan praktikum


Fisiologi diantaranya sebagai berikut :

3.2.1. Alat

a. Wadah plastik
b. DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan
metode winkler
c. Stopwatch
d. Timbangan
e. Plastik untuk penutup wadah

3.2.2. Bahan

a. Air
b. Ikan nila
c. Garam
14

3.3.Prosedur praktikum

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu sebagai
berikut :

1. Siapkan Stoples Dari Bahan Plastik Dengan Kapasitas 10 Liter


2. Isi Air Ke Dalam Stoples Sebanyak 4 Liter
3. Selanjutnya Timbang Ikan Untuk Mengetahui Beratnya
4. Masukkan Ikan Yang Telah Diketahui Beratnya Ke Dalam Stoples Yang
Telah Diisi Air Sebelumnya.
5. Ukur Kandungan Oksigen Yang Ada Di Dalam Stoples Dengan
Menggunakan Do Meter Sebagai Do Awal
6. Stoples Kemudian Ditutup Dan Dibiarkan Selama Periode Yang
Ditetapkan Sesuai Dengan Perhitungan Untuk Menentukan Daya Tahan
Hidup Ikan Yang Terkait Dengan Konsumsi Oksigennya.
7. Hitung Kandungan Oksigennya (Do Akhir)
8. Hitung Konsumsi Oksigennya Dengan Rumus
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Hasil yang diperoleh dari pratikum fisiologi yang kami laksanakan


di Laboratorium akuakultur UNISNU Jepara adalah sebagai berikut :

Kadar DO
No
Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3 Hari Ke 4
1 Ikan Nila 1.7 Ppm 0.37 Ppm 0.36 Ppm 0.31 Ppm
2 Ikan Lele 1.98 Ppm 0.19 Ppm 0.18 Ppm 0.17 Ppm
3 Ikan Lele 2.3 Ppm 0.4 Ppm 0.18 Ppm 0.16 Ppm
Ikan Nila Ikan Lele 4 Ekor
Keterangan - -
Mati Semua Mati 1
Tabel 1 kadar Do

KADAR DO (PPM)

2.5

2
Ikan Nila

1.5 Ikan Lele Ember 1


Ikan Lele Ember 2
1

0.5

0
hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4
Gambar 1 Hasil
4.2.Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan perhintungan yang dilahkukan selama 4 hari
dapat dilihat dari (tabel 2.) dan (grafik 1).Disaat perhintungan awal dengan
tempat yang sama dengan media yang sama dapat dilihat di pengukuran hari
pertama ikan 0 0,5 1 1,5 2 2,5 1 2 3 4 Chart Kadar DO Ikan Nila Ikan Lele 4
Ikan Lele 2 7 nila dengan jumlah 10 ekor dengan berat total ikan 315 gram
memiliki kadar DO 1,7 ppm,ikan lele 4 ekor memiliki berat total 276 gram
dengan kadar DO awal 1,98 ppm,dan ikan lele 2 ekor dengan kadar DO awal

15
16

2,3 ppm. Hasil Pengamatan hari ke-2 ikan nila memiliki kadar DO 0,37 ppm
terjadi penurunan kdar DO yang cukup tinggi sehingga menyebabkan
kematian pada ikan nila,ikan lele 4 kadar DO 0,19 ppm,terjadi penurunan
kadar DO juga namun tidak sampai membuat ikan lele mengalami kematian
dan ikan nila 2 dengan kadar DO 0,40 ppm sama seperti yang lain terjadi
penurunan kadar DO yang cukup signifikan namun tidak sampai membuat
ikan lel 2 mengalami kematian. Di hari ke-3 pengamatan air dari bekas ikan
nila menunjukan kadar DO 0,36 ppm,ikan lele 4 kadar DO 0,18 ppm tidak
terlalu jauh berbeda dengan hari ke-2 namun dengan keterangan ikan mati 1
sehingga tersisa 3 ekor ikan lele,dan ikan lele 2 dengan kadar DO 0,18 ppm
lumayan terjadi penurunan kadar DO namun masih belum sampai membuat
ikan mengalami kematian. Dihari terakhir/ pengamatan hari ke-4 kadar DO
pada ikan nila 0,31 ppm,ikan lele 4 dengan kadar DO 0,17 ppm dan tidak
terjadi kematian seperti hari sebelumnya ,dan ikan lele 2 dengan kadar DO
0,16 ppm walaupun selalu terjadi penurunan kadar DO namun tidak
menyebabkan kematian pada ikan lele 2.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilahkukan dapat diambil kesimpulan bahwa
konsumsi oksigen dari setiap jenis ikan memiliki perbedaan ,dari hasil diatas
ikan nila membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat memperhankan
kelangsungan hidupnya dibanding dengan ikan lele yang lebih mampu
bertahan dengan kondisi oksigen yang lebih rendah ,ini disebabkan karena
ikan lele memiliki organ tambahan dalam melahkukan pernafasan sehingga
walaupun dalam kondisi oksigen yang sangat sedikit ikan lele akan
mengurangi aktivitas tubuhnya sehingga tidak membutuhkan banyak oksigen
untuk dapat bertahan dalam waktu yang lama. Konsumsi oksigen ini sangat
penting untuk dapat bertahan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan
juga organ pernafasan tambahan dapat membantu mengurangi konsumsi
oksigen sehingga ikan-ikan dengan organ pernafasan tambahan akan memiliki
waktu yang lebih lama untuk tetap bertahan dalam kondisi air yang memiliki
kadar DO rendah
5.2.Saran
Hasil praktikum ini dapat menjadi acuan bagi pembudidaya ikan nila
untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap kehidupan ikan nila
dan bagaimana lingkungan yang cocok untuk ikan.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K, Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia.


Jakarta.

Amri, K., dan khairuman, A. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta

Boyd. 2004. SNI 01-6139-1999 (Produksi induk ikan nila hitam, Oreochromis
niloticus). Jakarta 4 hal.

Food & Agruculture Organization of the United Station (FAO). 2010. FAO
Yearbook. Fishery and Aquaculture Statistic. http://www.fao.org/fishery/
Culturedspecies/Orechromisniloticus/en (28 November 2020)

Harrsu, 2012. Budidaya Nila. Kanisius: Yogyakarta

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka


Cipta. Jakarta

Jannah, M. 2001. Manual Produksi Induk Ikan Nila. BBAT Jambi. Jambi.

Marthen Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XI Semester 2.


Jakarta:Erlangga.

Mulia, D.S. 2006. Tingkat Infeksi Ektoparasit Proozoa Pada Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pandak dan Sidabowa,
Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.

Setyo , S. 2006. Fisiologi Nila (Oreochromis niloticus). Kanisius. Jakarta. 64 hal

Stickney, R.R. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. John Wiley and Sons,
Inc. New York. USA.

Sucipto, A dan Prihartono (2005). Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Suyanto, 2003.pembenihan dengan pembesaran nila.penebar swadaya.jakarta


19

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai