DISUSUN OLEH:
MILFA LATIFA (211280000172)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
Menghitung konsumsi oksigen ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Fisisologi Hewan Air. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsumsi oksigen bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
ini.
Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hasil ..................................................................................................... 15
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 kadar Do .................................................................................................. 15
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
7
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan di Indonesia dan merupakan ikan budidaya yang menjadi salah
satu komoditas ekspor. Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and
Agriculture Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang
dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budidaya dunia. Ikan Nila termasuk
ikan air tawar yang mempunyai Nilai ekonomis tinggi, memiliki kandungan
protein tinggi dan keunggulan berkembang dengan cepat. Kandungan gizi ikan
Nila yaitu protein 16-24%, kandungan lemak berkisar antara 0,2-2,2% dan
mempunyai kandungan karbohidrat, mineral serta vitamin. Ikan Nila mempunyai
pertahanan yang tinggi terhadap gangguan dan serangan penyakit. Namun
demikian, tidak berarti tidak ada hama dan penyakit yang akan mempengaruhi
kesehatan dan pertumbuhan ikan Nila, terlebih pada fase benih (Mulia, 2006).
Menurut Amri dan Khairuman (2003), ikan Nila tergolong ikan pemakan
segala (Omnivore), sehingga bisa mengkonsumsi makanan, berupa hewan dan
tumbuhan. Larva ikan Nila makanannya adalah, zooplankton seperti Rotifera sp.,
Daphnia sp., serta alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat
hidupnya. Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan
perairan dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara
8
9
umum Nilai pH air pada budidaya ikan Nila antara 5 - 10 tetapi Nilai pH optimum
adalah berkisar 6 - 9. Ikan Nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai,
danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap
salinitas sehingga ikan Nila dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau
dengan salinitas 20 - 25‰ (Setyo, 2006).
Ikan Nila secara morfologi memiliki bentuk tubuh pipih, sisik besar dan
kasar, kepala relatif kecil, mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna
putih dan garis linea lateralis terputus dan terbagi dua. Ikan Nila memiliki lima
buah sirip yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut
(venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Ikan Nila dikenal
sebagai ikan yang memiliki toleransi sangat tinggi, baik toleransi terhadap
salinitas, suhu, pH, dan bahkan kadar oksigen.
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang
genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping
lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai
10
saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih
gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh,
sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Suyanto, 2003).
Berdasarkan alat kelaminnya, ikan Nila jantan memiliki ukuran sisik yang
lebih besar daripada ikan Nila betina. Alat kelamin ikan Nila jantan berupa
tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang
terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan Nila jantan akan mengeluarkan
cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim pemijahan. Sementara
itu, ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran
urin yang terletak di depan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan Nila
jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan
rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan
sirip ekor ikan Nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila
betina, garisnya berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri dan Khairuman,
2002).
Ikan Nila mampu hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam
yang sempit dan dangkal, mempunyai pertumbuhan yang cepat terutama untuk
ikan Nila jantan, tidak memiliki duri dalam daging, serta dapat dipelihara dalam
kepadatan yang cukup tinggi (Jannah, 2001).
2.1.2. Fisiologi Ikan Nila
Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan ramping, dengan
sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi
berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah tubuh,
kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan
dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung dan
sirip dada berwarna hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau
hitam. Nila memiliki lima sirip, yaitu satu sirip punggung (dorsal fin),
sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (venteral fin),
sepasang sirip anal (anal fin), dan satu sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian
atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang
11
berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak
panjang
2.2. Pernapasan Ikan
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaranlembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-
kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah
yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan
CO2 berdifusi keluar. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya
dilengkapi dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang
rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain
bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan
gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Mekanisme
pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan
ekspirasi.
1) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup
insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam
rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. 2) Fase ekspirasi ikan, setelah
air masuk kedalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke
kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut megalir
melalui celahcelah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat
ini terjadi pertukaran udara pernafasan. Darah melepaskan CO2 kedalam air dan
mengikat O2 dari air
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Hari : Jumat
Pukul : 16.00-selesai
3.2.1. Alat
a. Wadah plastik
b. DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan
metode winkler
c. Stopwatch
d. Timbangan
e. Plastik untuk penutup wadah
3.2.2. Bahan
a. Air
b. Ikan nila
c. Garam
14
3.3.Prosedur praktikum
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu sebagai
berikut :
4.1.Hasil
Kadar DO
No
Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3 Hari Ke 4
1 Ikan Nila 1.7 Ppm 0.37 Ppm 0.36 Ppm 0.31 Ppm
2 Ikan Lele 1.98 Ppm 0.19 Ppm 0.18 Ppm 0.17 Ppm
3 Ikan Lele 2.3 Ppm 0.4 Ppm 0.18 Ppm 0.16 Ppm
Ikan Nila Ikan Lele 4 Ekor
Keterangan - -
Mati Semua Mati 1
Tabel 1 kadar Do
KADAR DO (PPM)
2.5
2
Ikan Nila
0.5
0
hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4
Gambar 1 Hasil
4.2.Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan perhintungan yang dilahkukan selama 4 hari
dapat dilihat dari (tabel 2.) dan (grafik 1).Disaat perhintungan awal dengan
tempat yang sama dengan media yang sama dapat dilihat di pengukuran hari
pertama ikan 0 0,5 1 1,5 2 2,5 1 2 3 4 Chart Kadar DO Ikan Nila Ikan Lele 4
Ikan Lele 2 7 nila dengan jumlah 10 ekor dengan berat total ikan 315 gram
memiliki kadar DO 1,7 ppm,ikan lele 4 ekor memiliki berat total 276 gram
dengan kadar DO awal 1,98 ppm,dan ikan lele 2 ekor dengan kadar DO awal
15
16
2,3 ppm. Hasil Pengamatan hari ke-2 ikan nila memiliki kadar DO 0,37 ppm
terjadi penurunan kdar DO yang cukup tinggi sehingga menyebabkan
kematian pada ikan nila,ikan lele 4 kadar DO 0,19 ppm,terjadi penurunan
kadar DO juga namun tidak sampai membuat ikan lele mengalami kematian
dan ikan nila 2 dengan kadar DO 0,40 ppm sama seperti yang lain terjadi
penurunan kadar DO yang cukup signifikan namun tidak sampai membuat
ikan lel 2 mengalami kematian. Di hari ke-3 pengamatan air dari bekas ikan
nila menunjukan kadar DO 0,36 ppm,ikan lele 4 kadar DO 0,18 ppm tidak
terlalu jauh berbeda dengan hari ke-2 namun dengan keterangan ikan mati 1
sehingga tersisa 3 ekor ikan lele,dan ikan lele 2 dengan kadar DO 0,18 ppm
lumayan terjadi penurunan kadar DO namun masih belum sampai membuat
ikan mengalami kematian. Dihari terakhir/ pengamatan hari ke-4 kadar DO
pada ikan nila 0,31 ppm,ikan lele 4 dengan kadar DO 0,17 ppm dan tidak
terjadi kematian seperti hari sebelumnya ,dan ikan lele 2 dengan kadar DO
0,16 ppm walaupun selalu terjadi penurunan kadar DO namun tidak
menyebabkan kematian pada ikan lele 2.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilahkukan dapat diambil kesimpulan bahwa
konsumsi oksigen dari setiap jenis ikan memiliki perbedaan ,dari hasil diatas
ikan nila membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat memperhankan
kelangsungan hidupnya dibanding dengan ikan lele yang lebih mampu
bertahan dengan kondisi oksigen yang lebih rendah ,ini disebabkan karena
ikan lele memiliki organ tambahan dalam melahkukan pernafasan sehingga
walaupun dalam kondisi oksigen yang sangat sedikit ikan lele akan
mengurangi aktivitas tubuhnya sehingga tidak membutuhkan banyak oksigen
untuk dapat bertahan dalam waktu yang lama. Konsumsi oksigen ini sangat
penting untuk dapat bertahan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan
juga organ pernafasan tambahan dapat membantu mengurangi konsumsi
oksigen sehingga ikan-ikan dengan organ pernafasan tambahan akan memiliki
waktu yang lebih lama untuk tetap bertahan dalam kondisi air yang memiliki
kadar DO rendah
5.2.Saran
Hasil praktikum ini dapat menjadi acuan bagi pembudidaya ikan nila
untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap kehidupan ikan nila
dan bagaimana lingkungan yang cocok untuk ikan.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., dan khairuman, A. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Boyd. 2004. SNI 01-6139-1999 (Produksi induk ikan nila hitam, Oreochromis
niloticus). Jakarta 4 hal.
Food & Agruculture Organization of the United Station (FAO). 2010. FAO
Yearbook. Fishery and Aquaculture Statistic. http://www.fao.org/fishery/
Culturedspecies/Orechromisniloticus/en (28 November 2020)
Jannah, M. 2001. Manual Produksi Induk Ikan Nila. BBAT Jambi. Jambi.
Mulia, D.S. 2006. Tingkat Infeksi Ektoparasit Proozoa Pada Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pandak dan Sidabowa,
Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Stickney, R.R. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. John Wiley and Sons,
Inc. New York. USA.
LAMPIRAN