Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

LAPORAN FISIOLOGI ADAPTASI


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

DI SUSUN OLEH :
1. ADI SAPUTRA 21742001
2. AGUS TAVA FLORENTINO 21742002
3. AHMAD WIDODO 21742003
4. ANGGUN NAILA SALSABILA 21742004
5. AZIZA AMRIHUSNA 21742005
6. BAGAS WAHYU SUSANTO 21742006
7. BASOFI ALANSYAH 21742007
8. DARUL MUTAHABBIN 21742008
9. DWI MUSTIKA AINI 21742010

PROGAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

20

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini digunakan untuk pembelajaran
dalam mengetahui tentang adaptasi suhu terhadap ikan .

Makalah ini memuat tentang adaptasi suhu terhadap ikan yang kami gunakan saat pratikum , ini
sangat berguna untuk menambah wawasan pembaca tentang adaptasi suhu terhadap ikan seperti
apa yang dimiliki ikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada tim Dosen anatomi
fisiologi ikan yang telah membimbing kami sebagai penyusun agar dapat mengetahui lebih dalam
tentang sistem pencernaan ikan . Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 04 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG ………………………………………………………………… 1


1.2.TUJUAN ………………………………………………………………………………. 1
1.3.MANFAAT ……………………………………………………………………………. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….... 2

BAB III METODOLOGI

3.1.WAKTU DAN TEMPAT …..………………………………………………………… 6


3.2. ALAT DAN BAHAN ………………………………………………………………... 6
3.3.METODE……………………………………………………………………………… 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.HASIL PRATIKUM ………………………………………………………………….. 7


4.2.PEMBAHASAN ……………………………………………………………………… 7

BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan hewan poikilotermik, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan
berakibat terhadap proses respirasi ikan.
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam system table periodek yang mempunyai
lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan
mudah bereaksi dengan hamper semua unsur lainnya(utamanya menjadi oksida). Menurut
masanya,oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah dibiosfer,udara laut dan tanah
bumi.
Respirasi adalah proses mobilisasi energy yang dilakukan jahad hidup melalui
pemecahan senyawa berenergi tinggi dimulai dari pengikat oksigen hingga pengeluaran
karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan organisme. Respirasi terjadi
pada semua tingkatan organisme hidup,mulai dari individu hingga satuan terkecil,sel.apabila
pernapasan biasanya diasosiasikan dengan menggunakan oksigen sebagai senyawa
pemecah,semua respirasi tidak melibatkan oksigen. Pada ikan system organ yang berperan
dalam hal ini adalah insang. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat
pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam garam,menyaring makanan,alat pertukaran ion,dan
osmorwgulator.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan menghitung konsumsi
oksigen ikan lele,bibit ikan nila,dan nila ukuran 3 jari,yang sensitif terhadap kadar oksigen
terlarut di media hidupnya.
1. Mengetahui konsumsi oksigen ikan lele,bibit ikan nila, dan nila ukuran 3 jari
2. Memahami konsumsi oksigen ikan lele,bibit ikan nila, dan nila ukuran 3 jari
3. Menghitung konsumsi oksigen ikan lele,bibit ikan nila, dan nila ukuran 3 jari
4. Mengetahui bagaimana reaksi ikan apabila kadar oksigen itu sedikit

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini kita dapat menghitung jumlah kadar oksigen yang dikonsumsi
ikan lele,bibit nila,dan nila ukuran 3 jari,dalam selang waktu tertentu, dengan alat bantu DO
meter sebagai pengukur kandungan oksigen terlarut.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Nila


Ikan nila mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukanlah ikan asli perairan Indonesia, melainkan ikan
introduksi (ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia). Bibit
ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada
tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Toleransi terhadap kadar garam merupakan
suatu karakteristik biologi utama dari ikan nila. Pertumbuhan ikan nila berbeda pada kondisi air
tawar, payau (estuari) dan laut. Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38℃ dengan suhu terbaik
adalah 25 - 30℃ dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003). Ikan nila tumbuh lebih cepat
pada salinitas 6-17 ppt dibandingkan dengan air tawar. Pada salinitas 31-36 ppt dapat mematikan
secara total. Selain itu juga ikan nila cocok pada perairan yang cukup tenang contohnya pada ikan
nila mulai dari lingkungan yang sempit seperti kolam pekarangan, kolam tadah hujan dan sawah
sampai dengan lingkungan yang sangat luas seperti tambak. sungai atau waduk (dengan sistem
keramba jaring apung). Kebiasaan makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air
yang lunak serta cacing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria, Copepoda
dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal.

2.2. Ikan lele


Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan
yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif
mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah
pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi,
rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2006). Selain itu ikan lele mudah
dibudidayakan karena mampu hidup dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen yang
rendah dan mampu hidup dalam kepadatan yang sangat tinggi.
kan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ
arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung
sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang
memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang
memanjang sebagai alat peraba.

2
2.3. Sistem Pernapasan
Sistem Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh
darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan oksigen selain dipengaruhi struktur
alat pernapasan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan parsial oksigen Insang merupakan
komponen penting dalam proses pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan
yang mengeras dengan beberapa filamen insang didalamnya. Tiap-tiap filamen insang terdiri atas
banyak lamela insang yang merupakan tempat pertukaran gas. Tugas ini ditunjang oleh struktur
lamela insang yang tersusun atas sel-sel epitel yang tipis pada bagian luar, membran dasar dan sel-
sel tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggiran lamela insang yang tidak menempel
pada lengkung insang ditutupi oleh epitelium dan mengandung jaringan pembuluh darah kapiler.
antara perairan dengan darah. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi kedalam
darah atau keluar melalui alat pernapasan.
Bila oksigen telah berdifusi dalam darah insang, oksigen ditranspor dalam gabungan
dengan hemoglobin ke kapiler jaringan tempatnya dilepaskan untuk digunakan oleh sel. Adanya
hemoglobin didalam sel darah merah memungkinkan darah mengangkut oksigen 30-100 kali dari
pada yang dapat diangkut hanya dalam bentuk oksigen terlarut dalam darah. Pergerakan oksigen
kedalam kapiler darah insang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dari tempat pertama
ketempat lainnya. Karena tekanan oksigen (PO2) didalam insang lebih besar dari pada PO2 kapiler
darah insang maka oksigen berdifusi dari insang ke kapiler darah insang kemudian darah insang
ditranspor melalui sirkulasi ke jaringan perifer. Pada jaringan perifer, PO2 sel lebih rendah dari
pada PO2 darah arteri yang memasuki kapiler. Tekanan oksigen yang jauh lebih tinggi di dalam
kapiler menyebabkan oksigen berdifusi keluar dari kapiler melalui ruang intertistial ke sel.
Sebaliknya bila oksigen dimetabolisasi dengan bahan makanan dalam sel akan membentuk
karbondioksida, sehingga CO2 dalam sel akan meningkat. Keadaan ini menyebabkan CO2.

2.4. Konsumsi Oksigen


Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan terhadap
perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2 dan hasil. Metabolisme seperti amoniak.
Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi Oksigen oleh ikan selama transportasi
adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah Oksigen yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada
jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan Oksigen meningkatikan akan mengkonsumsi
Oksigen pada kondisi stabil dan ketika kadar Oksigen menurun konsumsi Oksigenoleh ikan lebih
rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar Oksigen yang tinggi. Faktor lain yang
menyebabkan perbedaan konsumsi oksigen terlarut adalah nutrisi dan usia. Semakin besar bobot
ikan maka semakin banyak pula konsumsi oksigennya., begitu juga sebaliknya. Semakin banyak
konsumsi oksigen semakin besar laju metabolismenya (Gordon ,1972). Konsumsi Oksigen dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

3
1.Intensitas dari metabolisme oksidatif dalam sel.
2.Kecepatan pertukaran yang mengontrol perpindahan air disekitar insang yang berdifusi
melewatinya.
3.Faktor internal yaitu kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang dibawa menuju insang.
4.Afinitas oksigen dari haemoglobin. (lagler, 1977)

Semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit Oksigen terlarut dan bertambah besar
konsumsi oksigen. Pengaruh temperatur ini terjadi karena kenaikan temperatur akan menaikkan
metabolisme. Pada umumnya hewan poikiloterm metabolisme dipengaruhi oleh perubahan suhu
lingkungan, pada suhu rendah metabolisme turun dan metabolisme akan meningkat pada suhu
lingkungan yang meningkat. (singh,1997). Fase inspirasi merupakan fase pengambilan air ke
dalam insang. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut: tutup insang menutup, mulut terbuka,
akibatnya tekanan dalam mulut rendah dan air dari luar masuk ke dalam rongga mulut. Fase
ekspirasi adalah fase pengeluaran air. Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut
menutup, tutup insang membuka, tekanan yang lebih besar di dalam rongga mulut menyebabkan
air ke luar melewati celah tutup insang tersebut. Pada saat air ke luar melalui lembaran insang,
oksigen berdifusi ke dalam kapiler darah, sedangkan CO2 berdifusi dari darah ke dalam air. Jadi
pertukaran 02 dan CO2 pada ikan terjadi pada fase ekspirasi. Pengukuran tingkat konsumsi
oksigen dilakukan untuk mengetahui konsumsi oksigen ikan sehingga dapat diketahui jumlah
oksigen yang dibutuhkan.

2.5. Oksigen Terlarut


Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air.
Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2)
yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk
membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab
pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain seperti BOD dan COD.

4
2.6. Mekanisme
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia
menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan
zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan.
Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam
proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
menguraikan kandungan dalam air. Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus
berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak
cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut Keadaan yang demikian merupakan
pencemaran berat pada air. Analisis Pengukuran Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2
metode yang sering dilakukan: Metode titrasi dan Metode elektrokimia atau lebih dikenal
pengukran dengan DO-meter.

5
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisologi Hewan Air mengenai konsumsi oksigen (O2) dilaksanakan pada hari
Senin , 4 Oktober 2021 pada Pukul 13.00-16.00 WIB, di Laboratorium B1, Politeknik Negeri
Lampung.
3.2. Alat dan Bahan

alat yang digunakan pada pratikum ini adalah :

NO ALAT JUMLAH FUNGSI


1 DO 2 BUAH Mengukur oksigen yang terlarut dalam air
2 TIMBANGAN 1 BUAH Menimbang berat bobot ikan
3 BASKOM 1 BUAH Untuk wadah menimbang
4 ELENMEYER 1L 1 BUAH Mengukur air yang akan dimasukan ke dalam
plastic

Bahan yang digunakan saat pratikum :

NO BAHAN JUMLAH FUNGSI


1. PLASTIK 6 BUAH WADAH IKAN
2. KARET 12 BUAH MENGIKAT PLASTIK
3. AIR 11 LITER MEDIA HIDUP IKAN DI DALAM PLASTIK

3.3. Metode
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya mengisi air pada ikan lele 5 liter , benih
ikan nila 3 liter,dan 3 liter untuk ikan nila dengan ukuran 3 jari . sampai tidak ada gelembung
udara, lalu diukur kelarutan oksigennya dengan menggunakan DO meter, hasil pengukuran
tersebut itulah DO awal. Kemudian diamkan selama 1 jam setalah 1 jam ukur menggunakan DO
meter, hasil pengukuran tersebut itulah DO akhir. Hitunglah konsumsi oxygen dengan rumus :

konsumsi Do Awal – DO Akhir


Konsumsi O2 X5
Bobot Ikan

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

NO Jenis ikan Bobot ikan DO Awal Volume DO Akhir Konsumsi


air O2
1. Ikan lele 1 kg 9,5 mg/l 5 liter 1,5 mg/l 43 mg/kg
bobot
2. Nila benih 21 gram 4,3 mg/l 3 liter 2,7 mg/l

3. Nila 3 jari 730 gram 9,8 mg/l 3 liter 11 mg/l

4.2. Pembahasan
4.2.1. LELE
Pada percobaan pada ikan lele kami melakukan pratikum dengan sekilo ikan lele
dalam 5 liter air.pada saat pratikum kami mendapatkan beberapa data yaitu dimana
saat kita mengukur DO/oksigen terlarut pada air ikan lele pada suhu 31,7oC kami
mendapatkan data sebesar 9,5 mg/L untuk DO awalnya.saat percobaan dilakukan
pada sekitar menit ke 6-10 ikan lele mulai menandakan tanda-tanda gejala stress
seperti:
Kurang gerak
Tubuh yang mulai memutih
Lemas
Hingga pada menit ke12 sudah ada beberapa ikan lele yang mati dan pada menit
ke15 semua ikan telah mati.di karenakan ikan lele yang telah mati kami pun
langsung mengukur DO untuk yang kedua tanpa menunggu selama satu jam,dan
pada pengukuran DO yang kedua kami mendapatkan data sebesar 1,5mg/L dengan
suhu 30,5oC.
Dengan penjelasan di atas kami mendapatkan data sebagai berikut:
❖ Bobot ikan lele :0,93 kg
❖ Volume air :5 liter
❖ Do1(awal) :9,5 mg/L dengan suhu 31,7oC
❖ Do2(akhir) :1,5 mg/L dengan suhu 30,5oC
❖ Waktu :15 menit
Jika kita memasukkan data-data di atas kedalam perhitungan pada rumus maka

7
Konsumsi O2=(kons.awal-kons.akhir)vol.air/bobot ikan

=(9,5-1,5)5/0,93
=8*5/0,93
=40/0,93=43,01mg/kg untuk 15 menit,jika dijadikan jam maka
hasilnya
=172mg/kg per 1 jam

4.2.2. NILA
Pada percobaan nila dengan ukuran 3 ruas jari kami melakukan percobaan dengan
20 ekor ikan nila,setelah kami timbang dengan timbangan digital kami
mendapatkan data bahwa 20 ikan nila tersebut berbobot 2,45 ons.untuk langkah
awal dalam percobaan ini sama seperti percobaan pada ikan lele yaitu kami
mengukur kandungan oksigen terlarut atau DO pada 3 liter air yang telah kami
siapkan di dalam plastic sebagai media.Dan pada pengukuran pertama kami
mendapatkan data sebesar 9,8mg/L dengan suhu 31oC.setelah mendapatkan data
tersebut kami pun menutup plastic tanpa ada udara sedikitpun dan membiarkannya
selama 1 jam. Setelah satu jam di diamkan tanpa oksigen tambahan kami pun
mengukur kembali oksigen terlarutnya kami mendapatkan data yang mengejutkan
yang dimana DO nya bertambah menjadi 10,3 dengan suhu 30,3oC.dalam kasus
pertambahan DO ini kami memiliki beberapa pendapat sebagai berikut:
• Munkin karena kesalahan dalam pengambilan data yang di mana kami
membuka plastic lalu mengukurnya sehingga ada oksigen yang masuk ke
dalam air
• Mungkin karena alatnya yang mungkin saja terganti dengan alat satunya
• Adanya organisme yang dapat berfotosintesis yang masuk kedalam
plastic,karena kami mendiamkan ikan dalam jangkauan sinar matahari
Berdasrkan data diatas tersebut kami tidak memasukkan data tersebut kedalam
perhitungan karena hasilnya akan minus,berikut hasil perhitungannya

Konsumsi O2=(DO.awal-DO.akhir)vol air/bobot ikan

*1 ons=0,1 kg untuk bobot kami genapkan menjadi 2,5 agar mempermudah dalam
perhitungan maka menjadi1/4 kg=0,25kg

8
=(9,8-10,3) x 3 /0,25
=-0,5 x 3 / 0,25
=-6

4.2.3. NILA BIBIT


Dan untuk percobaan terakhir kami menggunakan ikan nila ukuran 5 cm.sama
seperti dua percobaan sebelumnya kami mengukur nilai oksigen terlarut pada 3liter
air yang kami gunakan sebagai media percobaan.setelah kami menimbang berat
iakan nial bibit kami mendapatkan data sebesar 21 gram,dan setelah itu kami
mengukur kandungan oksigen terlarut pada air dan kami mendapatkan hasil
sebesar 7,0 mg/Ldengan suhu 33,3oC.Setelah di diamkan selama satu jam
kandungan oksigennya menurun menjadi 2,7mg/L.berdasarkan data tersebut kami
memasukkannya ke dalam perhitungan maka:

Konsomsi O2=(DO awal-DO akhir)vol air/Bobot ikan


*karena bobot menggunakan satuan gram maka kami menggantinya dengan
kilogram
=(7-2,7) x 3/0,021
=614,3 mg/kg per satu jam

9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran dalam pembahasan di atas kami mendapatkan
beberapa kesimpulan :
1. Bahwasalnya setiap organisme mengonsumsi oksigen yang berbeda
tergantung dengan jenis,ukuran dan jenis organisme.
2. Setiap biota air memiliki gejala tersendiri jika kekurangan
oksigen.namun pada akhirnya jika biota tersebut sudah mencapai
batasnya akan mengalami kematian.

5.2. SARAN
1.pastikan ikan dalam keadaan baik sebelum pratikum karena
karena jika ikan dalam kadaan stress maka akan berpengaruh pada
hasil pratikum tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah.Muhammad.2011.Sistem Pernapasan Ikan (Pisces). http://www.sentra-


edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html. (diakses pada tanggal 27 Oktober
pada pukul 24.00 WIB) Anwar, D, D. A. Setiawibowo dan Y. Triwijiwati. 2009. Respirasi
(Tingkat Konsumsi Oksigen) dan Ketahanan Ikan di luar Media Air.
http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/termoregulasi- pengaturan-suhu-tubuh/.
Id.scribd.com
Eprints.umg.ac.id
123.dok.com

11

Anda mungkin juga menyukai