Anda di halaman 1dari 9

Hari, tanggal : Rabu, 18 Maret 2020

Judul Praktikum : Konsumsi Oksigen dan Laju Konsumsi Oksigen pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus).
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui jumlah konsumsi oksigen dan laju
konsumsi oksigen pada ikan mas dan ikan lele.
Tinjauan Pustaka:
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas seringkali kita jumpai di berbagai tempat, seperti dikolam-kolam
ikan, kolam halaman rumah, dan kolam pemancingan. Ikan Mas yang kita kenal
itu memiliki nama latin Cyprinus carpio dari keluarga Cyprinid. Bentuk badan
ikan mas pada umumnya adalah agak gemuk dengan tubuh panjang membulat
pada bagian perut dan pipih di bagian ekor. Karena ikan mas sering dijumpai di
lingkungan sekitar kita, ia merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang
mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk meraih potensi pasar
yang terus meningkat (Subiyakto 2014). Pada saat ini, ikan mas merupakan ikan
air tawar yang paling tinggi produksinya dan sudah dibudidayakan secara
komersil di seluruh provinsi Indonesia (Pudjirahaju et al. 2008).

2. Klasifikasi Ikan Mas


Menurut Saanin (1984) dalam (Riana 2016), klasifikasi ikan mas
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L.
Gambar 1. Morfologi ikan mas

3. Fisiologi Ikan Mas


Ikan mas merupakan ikan bertulang sejati. Insang ikan mas tersimpan dalam
rongga insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Insang ikan mas
terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-
rigi insang yang berfungsi untuk enyaring air pernapasan yang melalui insang, dan
filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak,
berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh
kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah
pertukaran CO2 dan O2 berlangsung.
Oksigen diambil dari oksigen yang terlarut dalam air melalui insang secara
difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan
tubuh. Dari jaringan tubuh, CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung
menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-
menerus dan berulang-ulang.
Gambar 2. Mekanisme Respirasi Ikan
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme
inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang,
kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari
jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
Konsumsi O2 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu intensitas dari
metabolisme oksidatif dalam sel, kecepatan pertukaran yang mengontrol
perpindahan air disekitar insang yang berdifusi melewatinya. Faktor internal yaitu
kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang dibawa menuju insang dan
afinitas oksigen dari hemoglobin, nutrisi, penyakit, status reproduksi dan stress
serta pengaruh hormonal dari hewan tersebut juga berpengaruh terhadap konsumsi
oksigen (Lagler 1977). Menurut Fujaya (2004), terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi O2 pada ikan yaitu aktivitas, umur, ukuran atau berat
tubuh, dan temperatur.

4. Habitat Ikan Mas


Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan air tawar yang airnya
tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai
atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150- 600 m
(dpl) dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas
kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas
(kadar garam) 25-30‰ (Amri et al. 2008). Ikan mas tergolong jenis omnivora,
yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari
tumbuhan maupun binatang renik serta termasuk pemakan organisme dasar
(bottom feeder) yaitu memakan tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar tepi
perairan (Ardiwinata 1981).

5. Klasifikasi Ikan Lele


Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang
bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal,
yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai
kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya
cukup tinggi (Suyanto 2006). Selain itu ikan lele mudah dibudidayakan karena
mampu hidup dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen yang rendah dan
mampu hidup dalam kepadatan yang sangat tinggi.
Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
SubKingdom : Metazoa
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
SubOrdo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
6. Fisiologi Ikan Lele
Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari
dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele 7 dicirikan
dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin.
Ikan lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin)
berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele
memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata
ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar.
Dimulai dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut
peraba) yang berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa.
Lele memiliki alat pernapasan tambahan yang dinamakan arborescent.
Arborescent ini merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang
telah termodifikasi. Kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa
tulang berbentuk duri yang tajam. Beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil ini
mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar
(Witjaksono 2009).

7. Habitat Ikan Lele


Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen
terlarut 4 ppm dan air yang ideal mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2
ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika
dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran
irigasi ataupun air sumur (Suyanto 2006).

8. Oxygen Regulator
Oxygen Regulator atau disebut juga tabung oksigen atau kadang disebut juga
sebagai O2 Gas Pressure Regulator adalah alat pengaturan yang di pasang pada
katup dan pada sumber oksigen (oxygen) untuk disalurkan ke pasien, Oksigen
Regulator diperlukan untuk pengaturan keluarnya oksigen sesuai dengan
kebutuhan dari masing masing pemakai . Setiap kebutuhan masing masing
pemakai atau pasien adalah berbeda , olek karena itu oksigen regulator sangat
diperlukan untuk pengaturan agar aman untuk oksigen yang masuk ke dalam
pernafasan
Oksiregulator yang meliputi hampir semua vertebrata senantiasa
mempertahankan level konsumsi oksigen walaupun kandungan oksigen terlarut
dalam mediumnya mengalami penurunan. Jika kandungan oksigen terlarut di
mediumnya menurun terus sampai batas minimumnya, hewan air dapat
teraklimasi menjadi conformer. Setelah teraklimasi, maka konsumsi oksigennya
menurun manakala kandungan oksigen terlarut di lingkungan eksternalnya
rendah.

9. Oxygen Conformer
Jika hewan dipaparkan dalam lingkungan yang mengalami perubahan
(misalnya perubahan salinitas medium, perubahan kandungan oksigen terlarut,
perubahan suhu medium, dll), maka hewan tersebut dapat memberikan respon
konformitas atau regulasi. Perubahan lingkungan eksternal dapat menginduksi
perubahan internal tubuh hewan sesuai dengan kondisi eksternal. 
Hewan yang memungkinkan kondisi internalnya berubah bilamana
menghadapi variasi lingkungan eksternal disebut konformer (conformer).
Misalnya pada ikan, suhu tubuh ikan akan rendah ketika berada dalam perairan
yang dingin dan akan tinggi ketika berada dalam perairan yang hangat. Jadi, tiap
sel dalam tubuh ikan tersebut harus mengatasi pengaruh perubahan suhu eksternal.
Batas perubahan eksternal bagi hewan konformer dipengaruhi oleh toleransi
jaringan tubuhnya terhadap perubahan internal yang disebabkan oleh adanya
perubahan lingkungan eksternal.

10. Konsumsi Oksigen


Konsumsi oksigen adalah banyaknya oksigen yang dikonsumsi (mg, ml)
persatuan berat ikan (g, kg) persatuan waktu (detik, jam) (Moyle dan Cech 1990).
Rumus untuk menghitung konsumsi oksigen pada ikan yaitu Konsumsi O2 = DO
awal – DO akhir. Parameter konsumsi oksigen digunakan untuk menghitung laju
metabolisme ikan, dimana ikan yang metabolismenya tinggi, maka konsumsi
oksigennya akan meningkat, sebab sebagian besar sumber energi ikan berasal dari
metabolik aerobik yang membutuhkan konsumsi oksigen (Yuwono 2001).
Konsumsi oksigen ikan dipengaruhi oleh laju metabolisme yang berhubungan
dengan berat dan volume ikan, temperatur, dan aktivitas dari ikan itu sendiri
(Zonneveld et al. 1991).
Konsumsi oksigen ikan meningkat sejalan dengan peningkatan volume dan
penurunan berat ikan. Perbedaan aktivitas ini juga mengakibatkan terjadi
perbedaan dalam kebutuhan energi dan akibatnya terdapat perbedaan konsumsi
oksigen. Konsumsi oksigen meningkat seiring dengan tingginya aktivitas ikan.
Aktivitas ikan lebih besar sehingga laju metabolisme lebih cepat dan otomatis
membutuhkan O2 lebih banyak, sedangkan pada ikan yang lebih besar laju
metabolismenya lebih lambat sehingga konsumsi oksigen sedikit. Menurut Ville
et al. (1988), metabolisme ikan sangat tergantung pada O2 terlarut dalam air
apabila metabolismenya tinggi maka konsumsi oksigen juga tinggi, begitu juga
sebaliknya.

11. Laju Konsumsi Oksigen


Laju konsumsi biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen
yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang
diketahuiuntuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan
tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju
konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen
antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin 2005).
Aktivitas metabolisme dalam ikan, oksigen yang masuk dalam tubuh ikan akan
disalurkan melalui darah dan disalurkan pada seluruh bagian tubuh yang
membutuhkan, semua ini ditentukan oleh laju konsumsi oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. & Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Srcara Intensif. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Ardiwinata, R.O. 1981. Pemeliharaan Ikan Mas. Bandung: Sumur Bandung.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Lagler, K. F. 1977. Ichtiology. New York: Jhon Wiley and sons.
Pudjirahaju, A., Rustidja, S.B. Sumitro. 2008. Penulusuran geneotipe ikan mas
(Cyprinus carpio L) strain punten gynogenetik. Jurnal Ilmu-ilmu dan
Perikanan Indonesia, 15(1):13-19.
Saanin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Jakarta:
Bina Rupa Aksara.
Subiyakto. 2014. Pembenihan Kerapu Tikus Skala Rumah Tangga. Jakarta:
Agromania Pustaka.
Suyanto, S. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tobin, A. J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole. Canada.
Ville, C.A., et al. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Witjaksono. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp.
Melalui Penerapan Teknologi Ketinggian Media Air 15 Cm, 20 Cm, 25
Cm, dan 30 Cm. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yuwono, Edi. 2001. Handbook Fisiologi Hewan. Fakultas Biologi. UNSOED.
Purwakarta.
Zonneveld, N., Huisman, E. A., Bonn, J. H. 1991. Prinsip–prinsip Budidaya Ikan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai