Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH SUHU TERHADAP MEMBUKA MENUTUP OPERKULUM

IKAN MAS (Cyprinus Carpio)

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air

Disusun oleh :
Kelompok 7 / Perikanan B

Wanda Nur Litundzira 23011017

Muflihatun Najmia 230110170069

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan
praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul :Pengaruh Suhu Terhadap Membuka
Menutup Operkulum Ikan Mas.
Penyusunan laporan ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah
Fisiologi Hewan Air.Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat
memberikan pengalaman maupun pelajaran yang berarti bagi siapa saja yang
membacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan inspirasi dan referensi dalam proses penyelesaian laporan ini.
Semoga segala amal baik terhadap penyusunan makalah ini mendapat balasan
yang berlipat dari Allah SWT.
Kami menyadari akan keterbatasan serta kemampuan yang dimiliki,
sehingga sudah tentu dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan dalam arti sebenarnya adalah makhluk hidup / binatang bertulang
belakang yang selama hidupnya (hidup) di dalam air, bernafas dengan insang,
berdarah dingin, bersisik / tidak, dan bersirip (berpasangan dan tunggal). Ikan
adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya
masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas
Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut
iwak, jukut.
Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi terlalu besar akan
berpengaruh pada sistem metabolism. Konsumsi oksigen dan fisiologitubuh
ikan akan mengalami kerusakan atau kekacauan sehingga ikan akan sakit. Suhu
rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan,sedangkan suhu tinggi
akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri.Pengaruh aklimatisasi atau
adaptasi dapat ditoleransi oleh ikan tertentu.Penurunan atau kenaikan suhu yang
terjadi perlahan-lahan tidak akanterlalu membahayakan ikan. Sementara
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba akan membuat ikan stress. Kisaran
toleransi suhu ini relatif sempit pada ikan daerah tropis dibanding ikan
daerah subtropis. Selain darijenisnya, kisaran suhu optimal juga ditentukan oleh
asal atau genetisnya.Toleransi individual dapat berubah secara genetis
karena perubahan lingkungan atau habitatnya.
ikan merupakan organisme yangmendapatkan oksigen terlarut dalam air.
Pada hampir semua Ikan, insangmerupakan komponen penting dalam pertukaran
gas, insang terbentuk darilengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan
beberapa filamen insangdi dalamnya (Fujaya. 1999; 103). Bagian terluar dari
insang berhubungandengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-viiikapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen, dan tiapfilamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen
terdapatpembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkanO2berdifusi masuk dan CO2berdifusi keluar. Insang pada ikan
bertulangsejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum,
sedangkaninsang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.Insangtidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsisebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2dari air masuk ke dalam insangkemudian O2diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringanyang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2yang dibawaoleh darah dari jaringan
akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya untuk Mengetahui
pengaruh perubahan suhu (suhu ruang, suhu tinggi dan suhu rendah) terhadap
banyaknya bukaan operkulum pada benih ikan mas.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini dapat mengetahui hubungan banyaknyabukan
operkulum benih ikan nilem pada suhu yang berbeda (suhu ruang,suhu tinggi dan
suhu rendah) terhadap laju pernapasan benih ikan mas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IKAN MAS


Ikan mas (Cyprinus carpio) didatangkan ke Indonesia dari Eropa dan
Tiongkok. Menurut catatan sejarah, sejak tahun 1860 masyarakat Ciamis, Jawa
Barat, sudah menguasai cara membenihkan ikan mas dengan bantuan kakaban.
Suatu alat yang terbuat dari ijuk untuk meletakkan telur hasil pembuahan.
Ikan mas merupakan salah satu ikan  yang sangat populer dan juga banyak disukai
banyak masyarakat, ikan mas ini termasuk kedalam famili ikan nilai atau disebut
cruypinidae. Ikan mas ini pertama kalinya berasal dari Asia Tenggara yang
menyebar luas di berbagai daerah terutamanya Indonesia. Ikan mas ini memiliki
warna yang sangat beragam dan juga bervariasi mulai dari warna merah,
kekuningan, orange dan juga bahkan abu – abu kehitaman serta kombinasi. Selain,
memiliki warna yang sangat bervariasi ikan mas ini memiliki kandungan gizi dan
nutrisi yang sangat tinggi sehingga tidak diherankan ikan mas ini banyak yang
menyukainya dan juga dikenali banyak masyarakat.
Budidaya ikan mas idealnya dilakukan pada ketinggian 150-1000 meter dpl. Suhu
ideal untuk pertumbuhan ikan mas berada pada rentang 20-25oC dengan pH air
berkisar 7-8.
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas
Ikan mas memiliki sifat yang sangat adaptif pada setiap lingkungan baru
sehingga ikan mas ini dengan ragam strain-nya tersebar luas berbagai daerah dan
mancanegara.Berdasarkan ilmu taksonomi hewan (merupakan sistem
pengelompokan hewan yang didasarkan pada bentuk tubuh dan sifat-sifat hewan
tersbut.Klasifikasi nya yaitu sebagai berikut :

Phyllum (Filum)                              : Chordata

Subphyllum (Anak Filum)             : Vertebrata

Superclass (Induk Kelas)        : Pisces (golongan ikan yang menggunakan


insang sebagai alat pernafasan)

Class (Kelas)                                   : Osteichthyes

Subclass (Anak Kelas)                    : Actinopterygii

Ordo (Bangsa)                                : Cypriniformes

Subordo (Anak Bangsa)                 : Cyprinoidea

Famili (suku)                                   : Cyprinidae

Subfamily (genus/subsuku)       : Cyprinus


Species (Jenis)                                : Cyprinus carpio (Linne), Cyprinnus carpio, L

Nama asing                                 : common carp

Nama lain                                    : karper

Nama lokal                               : Iwak tombro (Jawa Timur), lauk mas (Jawa


Barat), masmasan (Jawa Tengah), ikan rayo atau ikan ameh (Sumatera Barat), Si
nyonya (jika bermata sipit berwarna kuning muda), Karper punten (kalau
berpunggung tinggi berwarna hijau keabu-abuan)

2.1.2 Fisiologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2.2 Pengertian Suhu


Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera
peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam.Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam
mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan.Ini
terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam
tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metaboli, misalnya dalam hal
respirasi.Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai
rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme.Masalah ini dijelaskan
dalam kajian ekologi yaitu, “Hukum Toleransi Shelford”.Dengan alat yang relatif
sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi
organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer
sederhana (Tim Pengajar, 2010).
2.4 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan Mas
Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air suhu air,
seperti vertebrata poikiloterm lain suhu tubuhnya bersifat ektotermik,
artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu
lingkungan(Sukiya.2005;9-10).Sebagai biota perairan, Ikan merupakan
mendapatkan oksigen terlarut dalam air.Pada hampir semua Ikan, insang
merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari
lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di
dalamnya (Fujaya. 1999; 103).
Menurut Sukiya (2005; 16), Setiap kali mulut dibuka, maka air dari luar akan
masuk menuju farink kemudian keluar lagi melalui melewati celah insang,
peristiwa ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filamen ikan. Selanjutnya
Sukiya menambahkan bahwa lamella insang berupa lempengan tipis yang
diselubungi epitel pernafasan menutup jaringan vaskuler dan busur aorta,
sehingga karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen terlarut dalam air.
Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk
mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang
operkulum di sebelah sisi lateral insang (Sugiri. 1984; 1966).Laju gerakan
operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi ikan.
Frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan nilem terjadi
lebih sering pada setiap kenaikan suhu, serta penurunan suhu dari suhu kamar
hingga suhu dibawah kamar (250C – 230C) semakin sering ikan itu membuka serta
menutup mulutnya hal ini dapat kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka
laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerkan membuka dan
menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal kamar, serta
sebaliknya pula jika suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka
serta menutup mulutnya. Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka
tingkat frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari
pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi penurunan
metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun, sehingga
gerakannya melambat.Penurun O₂ juga dapat menyebabkan kelarutan O₂ di
lingkungannya meningkat.Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar ± 1°
dibandingkan temperature linkungannya (Nikolsky, 1927). Maka dari itu,
perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan sangat berpengaruh
pada ikan itu sendiri.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat, Waktu dan Tanggal

Kegiatan praktikum Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari Rabu,


19Oktober 2017 pukul 15.00 hingga 16.30 WIB. Bertempat di Laboratorium
FHA, Gedung Dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
- Beaker glass : sebagai tempat/wadah ikan yangdiamati.
- Wadah plastik : sebagai tempat ikan sebelum dansesudah diamati.
- Water bath : sebagai penangas air.
- Termometer : untuk mengukur suhu air.
- Hand counter : untuk menghitung bukaan operkulum.
- Timer/Stopwatch : untuk mengamati waktu.

3.2.2 Bahan
- Benih ikan mas sebanyak 5 ekor.
- Stok air kran (suhu ruang) : sebagai media ikan untukpengukuran
pengaruh suhu ruang terhadap bukanoperkulum ikan.
- Stok air panas : sebagai media ikan untuk pengukuran pengaruh 3°C
diatassuhu ruang terhadap bukaan operculum ikan.
- Stok air dingin : sebagai media ikan untuk pengukuranpengaruh
3°C dibawah suhu ruang terhadap bukanoperkulum ikan

3.2.3 Prosedur Kerja

Disiapkan sebuah beaker glass 1000 mL sebagai wadah perlakuan


dan dua wadah plastic sebagai tempat ikan sebelum dan sesudah
diamati
Diambil 3 ekor ikan nilem dari akuarium, lalu dimasukan kedalam
satu wadah plastic yang telah diberi air

Diisi beaker glass dengan air secukupnya, lalu diukur suhunya


dengan thermometer dan dicatat hasilnya

Dilakukan 3 perlakuan yaitu pada suhu kamar, suhu 3o C di atas


suhu kamar dan 5o C di bawah suhu kamar

Dimasukan satu per satu ikan ke dalam beaker glass sesuai pada
suhu perlakuan, dihitung banyak membuka dan menutupnya
operkulumnya menggunkan hand counter dan stopwatch, dicatat
hasil datanya ke dalam lembar kerja

Setelah selesai dengan ikan yang pertama dilanjutukan diamati


sampai ke tiga ikan lalu dimasukan ikan ke wadah plastic yang
disediakan

Dilakukan perlakuan berikutnya dengan mengatur suhu pada beaker


glass dengan menambahkan air panas pada beaker glass kemudian
lakukan pengamatan seperti sebelumnya

Dilakukan perlakuan berikutnya dengan mengatur suhu pada beaker


glass dengan menambahkan es batu pada beaker glass kemudian
lakukan pengamatan seperti sebelumnya

Ditabulasi data seperti pada tabel


BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Chart Title
6

0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 1 Series 2 Series 3

Tabel 1. Data frekuensi membuka dan menutupnya operculum pada suhu normal
Rata-Rata Suhu Normal (T1)
Kelompok
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 204 236 257
2 174 205 237
3 223 222 228
4 203 186 208
5 198 246 228
6 233 233 232
7 188 246 100
8 307 218 262
9 207 221 220
10 229 230 232
11 235 255 152
12 220 192 191
13 203 251 253
Rata-rata 216 222 216

Tabel 2. Data frekuensi membuka dan menutupnya operculum pada suhu panas

Rata-Rata Suhu Panas (T2)


Kelompok
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 273 268 300
2 281 329 305
3 280 291 286
4 259 263 268
5 276 275 282
6 266 266 260
7 285 330 271
8 392 359 361
9 240 246 253
10 295 303 301
11 254 224 275
12 302 327 350
13 229 243 250
14 166 194 174
15 252 258 259
16 188 191 217
17 239 263 302
18 277 260 248
19 263 280 280
20 291 240 242
21 226 243 271
22 292 261 257
23 207 192 277
Rata-rata 262 265 273

Tabel 3. Data frekuensi membuka dan menutupnya operculum pada suhu dingin
Rata-Rata Suhu Dingin (T3)
Kelompok
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 178 218 237
2 215 185 131
3 227 209 215
4 156 162 162
5 213 167 167
6 189 186 185
7 190 244 169
8 226 241 257
9 135 177 164
10 198 199 210
11 180 199 220
12 222 244 247
13 157 161 173
14 150 154 194
15 159 168 170
16 166 170 196
17 158 163 173
18 211 202 179
19 157 170 176
20 196 212 183
21 173 178 198
22 198 183 195
23 181 107 220
Rata-rata 184 187 192

4.2 Pembahasan

Suhu pada dasarnya akan mempegaruhi tentang mekanisme pernafasan


dari semua makhluk hidup terutama hewan poikilotermik termasuk ikan yang
suhu tubuhnya akan menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Pada suhu
lingkungan tinggi, Suhu tubuh ikan akan panas sehingga ikan akan mengalami
peningkatan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap stabil. Untuk
itu tubuh harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh.
Aktivitas ini membutuhkan energiyang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan
menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak
untuk meningkatkan frekuensi. Jadi pada saat suhu tubuh ikan panas maka
frekuensi pernapasan ikan akan cepat dan proses membuka dan menutupnya
operculum akan lebih sering. Dan sebaliknya apabila pada suhu lingkungannya
dingin maka suhu tubuh ikan juga akan dingin dan mengakibatkan frekuensi
pernapasan ikan akan lambat sehingga proses membuka dan menutupnya
operculum ikan akan lebih jarang dari yang suhunya tinggi.
Pada pengamatan membuka dan menutupnya operculum ikan pada suhu
normal yaitu pada suhu ruangan, ikan 1 memiliki rata – rata frekuensi menutup
dan membuka operculumnya sebanyak 216 kali, pada ikan 2 memiliki rata – rata
frekuensi menutup dan membukanya operculumnya sebanyak 222 kali, dan pada
ikan 3 yang diamati memiliki rata – rata frekuensi menutup dan membukanya
operculum sebanyak 216 kali. Perbedaan frekuensi operculum pada suhu normal
ini lebih disebabkan karena faktor perilaku dan tingkat kesetresan ikan. Pada ikan
yang memiliki perilaku lebih aktif, frekuensi membuka dan menutupnya
operculumnya relatif lebih cepat dari ikan yang kurang aktif, dan ikan yang
kondisi tingkat kessetresannya tinggi juga akan memiliki tingkat membuka dan
menutupnya operculumnya akan lebih lama dari ikan yang normal. Hal tersebut
terbukti pada ikan yang kelompok kami amati, ikan pertama yang kelompok kami
amati ikannya dalam kondisi normal memiliki frekuensi operculumnya sebesar
188 / menit, ikan kedua yang pergerakannya lebih aktif dari ikan yang pertama
memiliki frekuensi operculumnya sebesar 246 / menit, dan ikan yang ketiga
dengan tingkat kondisi kestresan yang cukup tinggi dikarenakan ikan yang ketiga
ini habis terjatuh dari air memiliki frekuensi operculumnya sebesar 100 / menit.
Pada pengamatan membuka dan menutupnya operculum ikan pada suhu
yang lebih panas dari suhu ruangan, frekuensi membuka dan menutupnya
operculum ikan nilem lebih tinggi dari pada saat suhu normal. Hal tersebut
terbukti pada data hasil rata – rata pengamatan kelas yaitu pada ikan yang kesatu
memiliki frekuensi membuka dan menutupnya operculum sebanyak 262 / menit,
ikan kedua memiliki frekuensi membuka dan menutupnya operculum sebanyak
265 / menit, dan ikan ketiga memiliki frekuensi membuka dan menutupnya
operculum sebanyak 273 / menit. Pada ikan yang kelompok 7 amati, pada ikan
yang pertama memiliki frekuensi membuka dan menutupnya operculum sebesar
285 / menit, ikan kedua memiliki frekuensi membuka dan menutupnya operculum
sebesar 330 / menit, dan ikan ketiga memiliki frekuensi membuka dan
menutupnya operculum sebesar 271 / menit. Hal ini menunjukan bahwa selain
faktor suhu, perilaku dan tingkat kesetresan ikan juga akan mempengaruhi tingkat
frekuensi cepat atau lambatnya ikan membuka dan menutup operculumnya.
Pada pengamatan frekuensi membuka dan menutupnya operculum ikan
pada suhu di bawah suhu ruangan, didapatan hasil pada ikan pertama memiliki
rata – rata membuka dan menutupnya operculumnya sebanyak 184 / menit, pada
ikan kedua memiliki rata – rata membuka dan menutupnya operculumnya sebesar
187 / menit, dan pada ikan ketiga memiliki rata – rata membuka dan menutupnya
operkulumnya sebesar 192 / menit. Pada ikan yang kelompok 7 amati pada ikan
yang pertama memiliki rata – rata membuka dan menutupnya operculum
sebanyak 190 / menit, ikan kedua memiliki rata – rata membuka dan menutupnya
operculumnya sebanyak 244 / menit, dan ikan ketiga memiliki rata – rata
membuka dan menutupnya operculumnya sebanyak 169 / menit. Dari data – data
tersebut membuktikan bahwa pada saat suhu di bawah suhu normal pada ikan
nilem hidup, maka ikan nilem frekuensi membuka dan menutup operculumnya
juga akan menurun.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kondisi suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu normal dapat
mempengaruhi frekuensi membuka dan menutupnya operculum pada ikan nilem. Jika
suhunya lebih rendah dari suhu ruangan maka membuka dan menutupnya
operculumnya akan lambat sedangkan jika suhunya lebih tinggi dari suhu ruangan
maka membuk dan menutupnya operculum ikan nilem akan jadi lebih cepat. Selain
faktor suhu, kondisi tingkat kesetresan dan perilaku tingkat keaktifan ikan juga
mempengaruhi frekuensi membuka dan menutupnya operculum ikan nilem, dimana
jika ikan lebih aktif maka frekuensi membuka dan menutupnya operculumnya akan
lebih cepat dari ikan yang kurang aktif atau ikan yang sedang stress.

5.2 Saran
Dari praktikum yang dilaksanakan kami memberikan saran sebaiknya praktikum
dilaksanakan lebih lanjut dengan perhitungan yang akurat, agar data yang didapat
lebih akurat lagi.Selain itu diperlukannya alat yang lebih memadukung praktikum
agar praktikum berlangsung lancar dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar,M., 1968. Perikanan darat.Sinar baru. Bandung.

Campbell, N.A. dkk. 2003. Biologi Jilid II. Erlangga. Jakarta

Effandie M.I.,1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri,Bogor

Hardanto, 1979.Perikanan Indonesia, PT. Cipta Sari Grafika, Bandung

Heemstra. 1993. Fishbase.org. Diakses 29 Aprl 2016

Lagler, K.F, J.E. Bardach and R.R Miller. 1977. Ichtyology. John willeyand Sons,Inc.
New York.
LAMPIRAN

Proses Perhitungan Buka Tutup Contoh Hasil Perhitungan Buka


Operculum Menggunakan Hand Tutup Operkulm Ikan
Counter

Penambahan air panas dari Penambahan Air Es agar Suhu


waterbath agar suhu perairan Perairan Turun
naik

Anda mungkin juga menyukai