Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

OSMOREGULASI

NAMA : NURHAFINA SYAHRA


NIM : L021211038
KELOMPOK : VI (ENAM)
HARI, TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 27 MARET 2023
ASISTEN : MEIMULYA, S.Pi
LING SILVA DEVI, S.Pi
MOCHAMAD ALFIAN NABIL A.

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisiologi hewan air merupakan ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, cara
kerja organ, jaringan, serta sel-sel yang berada dalam tubuh organisme akuatik. Fisiologi
hewan air ini merupakan pengetahuan dasar untuk memahami proses atau mekanisme
pengaturan tubuh. Dalam Fisiologi hewan air dibahas tentang fungsi, mekanisme dan
fungsi organ, jaringan serta sel dalam tubuh organisme akuatik Salah satu yang dipelajari
dalam Fisiologi Hewan air adalah terkait osmoregulasi (Burhanuddin et al., 2013).
Osmoregulasi merupakan suatu upaya hewan air untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara tubuh dengan lingkungannya atau dapat diartikan
sebagai proses pengaturan tekanan osmose (Budi, 2013). Osmose atau osmosis
merupakan perpindahan cairan dari larutan yang mempunyai konsentrasi rendah ke
larutan yang mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi. Pada tubuh ikan, osmoregulasi
mengatur tekanan osmotik dalam cairan tubuhnya yang sesuai untuk kehidupannya
sehingga proses fisiologis dalam tubuh ikan dapat berjalan normal (Yahya, 2015).
Pada proses osmoregulasi terdapat tiga pola regulasi ion dan air, yaitu
isoosmotik, hipoosmoik, dan hiperosmotik. Isoosmotik merupakan kondisi dimana
konsentrasi cairan tubuh sama dengan lingkungannya. Hipoosmotik merupakan kondisi
jika konsentrasi cairan tubuh lebih kecil dibanding dengan lingkungannya, misalnya pada
ikan air laut. Sedangkan hiperosmotik merupakan kondisi dimana konsentrasi cairan tubuh
lebih tinggi dibanding dengan lingkungannya, misalnya pada ikan air tawar (Sinyo, 2022).
Praktikum mengenai osmoregulasi ini menggunakan 3 jenis ikan dari masing-
masing perairan, yaitu air tawar, air payau serta air laut. Adapun jenis-jenis ikannya seperti
Ikan Nemo (Orange clownfish) yang merupakan ikan air laut, Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang merupakan ikan air payau, serta Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)
yang merupakan ikan air tawar.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan praktikum mengenai osmoregulasi agar
mahasiswa bisa mengetahui lebih jelas terkait tingkah laku dan adaptasi ikan, baik ikan air
tawar, air laut maupun air payau jika dimasukkan ke dalam media yang sama dengan
kadar salinitas yang berbeda.
Hal tersebut ditujukan kita bisa lebih jelas mengetahui bagaimana proses
osmoregulasi atau penyeimbangan tubuh ikan dengan lingkungannya serta untuk
mengetahui pengaruh perlakuan perbedaan salinitas pada ikan air tawar, ikan air payau,
dan ikan air laut serta ketahanan hidup ikan tersebut pada salinitas yang berbeda.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum osmoregulasi, yaitu untuk mengetahui bagaimana tingkah


laku dan adaptasi ikan, baik ikan air tawar, air laut maupun air payau jika dimasukkan ke
dalam media yang sama dengan kadar salinitas yang berbeda
Kegunaan dari praktikum osmoregulasi, yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana proses osmoregulasi ikan air tawar, ikan air payaudan ikan air laut jika diuji
pada kadar salinitas yang berbeda-beda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)

Gambar 2. Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) (Syahra, 2023).

1. Klasifikasi

Adapun klasifikasi ikan patin (Pangasius hypophthalmus) menurut Sauvage, 1878


yang dikutip dari WoRMS (World Register of Marine Species), yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Teleostei
Ordo : Siluriformes
Famili : Pangasiidae
Genus : Pangasius
Species : Pangasius hypophthalmus

2. Morfologi

Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) memiliki bentuk tubuh memanjang


berwarna putih dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan ini tidak memiliki sisik dan
kepalanya cenderung relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala yang dilengkapi
dengan dua pasang sungut yang pendek. Sirip ekor ikan patin berbentuk simetris dan sirip
duburnya relatif panjang (Suhara et al., 2019).
Pada saat ikan patin sudah matang gonad atau siap dipijahkan, perlu
diadakannya seleksi induk pada jantan dan betina. Seleksi induk jantan dan betina
memiliki perbedaan. Pada jantan kulit perut lembek dan alat kelamin akan membengkak
dan berwarna merah tua sementara untuk memilih induk betina bisa terlihat pada telur
ikan nila yang berbentuk bulat, besar dan kental berwarna putih kekuning-kuningan (Anjar
et al., 2022).

3. Habitat

Sejak tahun 1996 ikan patin telah menjadi komoditi baru karena potensi nya yang
besar. Penyebaran ikan ini secara geografis cukup luas dan popularitasnya konsumen
ikan jenis ini di Indonesia cukup baik. Kondisi oksigen (O2) terlarut relatif lebih rendah
serta dapat beroleransi pH air lingkungan yang ber pH rendah (Suhara, 2019).
Habitatnya hidup disungai-sungai dan muara-muara sungai tersebar di Indonesia,
India dan Myanmar. Daging ikan patinini sangat gurih dan lezat sehingga terkenal dan
sangat digemari oleh mesyarakat. Kalau di alam ikan perkumpul di tepi-tepi sungai besar
dan muara (Gupta, 2016).

4. Kebiasaan Makan

Pada tahap larva hingga pasca larva spesies ikan ini akan memakan jenis
planktonik dan serangga kecil dan ketika sudah bertumbuh menjadi remaja ikan pun akan
memulai mengkonsumsi berbagai jenis moluska dan organisme tumbuhan. Untuk ikan
patin dewasa merupakan pemakan dasar yang merupakan jenis ikan karnivora dan
merupakan jenis ikan demersal ditandai dengan bentuk mulut ikan patin yang melebar dan
menghadap ke bawah. Umunya jenis ikan ini memakan jenis moluska. Selain moluska
ikan patin juga memakan ikan, serangga, dan krustasea (Gupta, 2016).

5. Siklus Hidup

Ikan patin dalam mengalami perkembangan atau fase yang akan dijalaninya
selama beberapa waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi ataupun dijadikan induk untuk
menghasilkan benih-benih yang berkualitas. Ikan patin memiliki fase kehidupan yaitu telur,
larva, benih dan dewasa (Lusac et al., 2013). Peningkatan padat penebaran ikan tanpa
disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air terkontrol akan
menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan dan jika telah sampai pada batas tertentu
maka pertumbuhannya akan berhenti sama sekali (Septimesy et al., 2016).
Di habitat aslinya, patin memijah pada musim penghujan sehingga benihnya
banyak ditemukan pada bulan Maret-Mei. Patin matang kelamin pada usai 2-3 tahun
dengan berat diatas 1,5 kg. Induk patin yang berbobot 5-6 kg dapat menghasilkan telur 1,5
juta butir. Jenis ikan patin siam memiliki fekunditas atau jumlah telur yang lebih banyak
daripada patin jambal (Rahardhianto et al., 2019).

B. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Febrianti, 2023).

1. Klasifikasi

Adapun klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Linnaeus, 1758


dikutip dari WoRMS (World Register of Marine Species), yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Teleostei
Superclass : Actinopteri
Order : Cichliformes
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

2. Morfologi

Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih dengan arah vertikal. Posisi mulut ikan
nila terletak di ujung hidung atau berbentuk terminal. Pada bagian sirip ekor tampak jelas
garis-garis vertikal berwarna hitam dan pada sirip punggung garis letaknya kelihatan
condong. Di bagian sirip ekor biasanya terdapat warna kemerahan yang bisa digunakan
sebagai indikasi kematangan gonad. Sisik ikan nila merupakan tipe sisik stenoid atau sisik
cenderung besar dan kasar (Mutia, 2018).
Ikan nila jantan cenderung memiliki ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan
dengan ikan nila betina. Pada alat kelaminnya, jantan memiliki tonjolan yang agak runcing
dan akan mengeluarkan cairan sperma pada saat proses pemijahan. Sedangkan ikan nila
betina memiliki lubang genital yang terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di
anus dan ikan nla betina akan menghasilkan sel telur. Selain itu, perbedaan ikan nila
jantan dan ikan nila betina bisa dilihat dari warna tubuh ikan. Tubuh ikan nila jantan
cenderung berwarna lebih cerah dibandingkan dengan tubuh ikan nila betina (Yanti,
2019).

3. Habitat

Ikan nila merupakan ikan air tawar yang tumbuh dengan baik pada lingkungan
dan memiliki nilai pH 5-10, yang mana nilai pH optimum berkisar 6-9. Selain itu, ikan nila
juga memiliki kadar DO (Dissolved oxygen) antara 2,0-2,5 mg/l. Akan tetapi, ikan nila juga
bisa hidup dengan baik di perairan payau dengan kadar salinitas 20-25 % (Ardiansyah,
2016).
Ikan nila merupakan jenis ikan yang berasal dari negara Afrika bagian Timur di
sungai nil. Kemudian jenis ikan ini terdistribusi ke Eropa, Amerika dan Negara Timur
Tengah serta Asia. Ikan nila di Indonesia secara resmi didatangkan dari Taiwan pada
tahun 1969 oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Ardiansyah, 2016).

4. Kebiasan Makan

Perilaku makan ikan nila serbaguna, ditandai dengan perilaku makan omnivora
atau pemakan segalanya. Komposisi makanan ikan nila bervariasi tergantung kondisi
musim dan lingkungan. Selain itu, komposisi makanan ikan nila bergantung pada tingkat
kematangan ikan, ukuran ikan dan tipe habitatnya (Teshafun et al., 2018).
Makanan utama ikan nila adalah fitoplankton diikuti dengan detritus sebagai
makanan tambahan dan potongan tumbuhan serta zooplankton sebagai makanan
pelengkap ikan nila. Ditemukannya potongan tumbuhan dalam lambung ikan nila erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan perairan (Sukamto, 2017).

5. Siklus Hidup
Pada habitat alami ikan nila, ikan ini dapat memijah sepanjang tahunnya. Dalam
satu kali siklus atau daur hidupnya ikan nila meliputi beberapa tahap. Dimulai dari tahap
stadium Telur-Larva-Benih-Dewasa-Induk. Proses siklus hidup ikan nila dari telur hingga
bertumbuh menjadi dewasa berlangsung sekitar 5-6 bulan, dimana dalam satu tahunnya
ikan nila dapat berpijah antara 6-7 kali (Yanti, 2019).
Larva yang baru lahir memiliki ukuran 4-5 mm yang diasuh selama 1 hari di
dalam mulut induk betina. Pada stadium benih ikan nila sudah mempunyai kebiasaan
untuk hidup bergerombol akan tetapi, saat benih cukup dewasa maka akan berpisah dan
hidup sendiri-sendiri. Stadium benih menjadi ikan dewasa berlangsung selama 4-5 bulan.
Ikan dikatakan sudah dewasa apabila berat badannya mencapai 25 gram/ekor (Yanti,
2019).

C. Ikan Nemo (Amphiprion ocellaris)

Gambar 3. Ikan Nemo (Amphiprion ocellaris) (Febrianti, 2023).

1. Klasifikasi

Adapun klasifikasi ikan nemo (Amphiprion ocellaris) menurut Cuvier, 1830 dikutip
dari WoRMS (World Register of Marine Species), yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Teleostei
Superclass : Actinopteri
Order : Ovalentaria
Family : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion ocellaris
2. Morfologi

Ikan nemo (Amphiprion ocellaris) merupakan jenis ikan yang hidup diantara
anemone. Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang menarik. Warna dasar tubuh ikan nemo
berwarna kuning kecokelatan hingga orange dengan memiliki tiga belang berwarna putih
dan sedikit warna hitam di bagian kepala, badan, serta pangkal ekor (Sari et al., 2014).
Jenis kelamin yang mendominasi ikan ini adalah betina. Pada umumnya ikan
nemo jantan merupakan hermaprodit, yaitu memiliki 2 kelamin jantan dan betin pada satu
individu. Ikan nemo jantan bisa berubah menjadi betina. Jika ikan nemo mati maka salah
satu ikan badut akan menjadi betina. Ikan badut betina ini kemudian akan memilih salah
satu dari ikan badut menjadi pejantan yang memiliki hak kawin (Asiza, 2016).

3. Habitat
Ikan nemo (Amphiprion ocellaris) hidup pada daerah terumbu karang atau di
laguna terlindung dengan kedalaman maksimal 15 meter. Jenis ikan ini selalu hidup
secara bergerombol, habitatnya selalu berdampingan dengan anemon laut atau terus
berada di antara tentakel-tentakel anemone (Zulfikar, 2018).
Persebaran ikan nemo ditemukan di bagian utara Australia, Asia Tenggara dan
Jepang. Selain itu, ikan nemo tersebar di perairan Aceh, Belitung, Lampung, Labuan,
Pelabuhan Ratu, Kepulauan Seribu, Bali, Flores, Irian Jaya serta Maluku. Populasi ikan
nemo paling banyak ditemukan di daerah bagian Timur Samudera Hindia dan di bagian
barat Samudera Pasifik (Larasanti, 2016).

4. Kebiasaan Makan

Ikan nemo mendapatkan makanan dari sekitar anemon. Ikan tersebut


mengkonsumsi jenis zooplankton, invertebrata kecil seperti crustacea. Selain itu, ikan
nemo juga memakan remah-remah makanan atau kotoran lainnya pada tubuh anemon
sehingga tubuh anemon terbebas dari berbagai jenis parasite. Biasanya ikan nemo
menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencari makan di siang hari (diurnal)
(Firda, 2019).
Sistem pencernaan makananan ikan nemo terdiri atas 2, yaitu saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, rongga
mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. Sedangkan kelenjar
pencernaan terdiri dari hati dan pankreas yang berguna untuk menghasilkan enzim
pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan
(Firda, 2019).

5. Siklus Hidup

Siklus hidup ikan nemo dimulai dari fase emberionik, yaitu ikan nemo akan
menempelken telurnya di batu yang berada di dekat anemon laut. Fase ini akan terjadi
setelah pembuahan berlangsung dan memakan waktu 6 hingga 8 hari tergantung pada
suhu. Selanjutnya adalah fase larva, yaitu telur yang telah menetas akan langsung
tersebar ke laut dan di fase ini berlangsung selama 10 hingga 15 hari. Fase selanjutnya
adalah fase metamorfosis, yaitu ikan nemo mulai memunculkan garis-garis putih di bagian
kepala dan tubuh ikan. Fase ini berakhir jika ikan mulai menetap di anemon laut (Roux et
al., 2019).
Fase selanjutnya adalah fase penyesuaian atau recruitment yang merupakan
fase yang memiliki keterkaitan dengan fase sebelumnya, yaitu fase metamorfosis. Tahap
penyesuaian merupakan tahap dimana ikan nemo sudah menemukan habitatnya di
terumbu karang untuk mencapai tahap dewasa sehingga bisa melakukan proses
reproduksi. Kemudian fase terakhir, yaitu fase dewasa yang mana ikan nemo sudah
menemukan habitatnya untuk bertumbuh dewasa. Difase ini gamet matang hanya ketika
ikan nemo mencapai puncak hierarki sosialnya di anemon laut (Roux et al., 2019).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum osmoregulasi dilaksanakan pada Senin, 27 Maret 2023 pukul 15:45–


17:00 WITA di Laboratorium Fisologi Hewan Air, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Adapun Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum osmoregulasi ini dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2 di bawah ini:

Tabel 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya


No Alat Jumlah Fungsi

Sebagai pengukur kadar


1 Refraktometer 1 buah
salinitas

Sebagai pengukur volume air


2 Gelas ukur 500 ml 2 buah
tawar

4 Toples kaca 9 buah Sebagai wadah air dan tempat


meletakkan ikan yang diamati
Sebagai penghitung waktu
5 Stopwatch 3 buah
pengamatan

6 Ember 2 buah Sebagai wadah pengeceran

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsinya

No Bahan Jumlah Fungsi

1 Ikan Patin 12 ek 9 ekor Sebagai sampel ikan pengamatan

(Pangasius hypophthlamus)

2 Ikan Nila 12 ek 9 ekor Sebagai sampel ikan pengamatan

(Oreochromis niloticus)
3 Ikan Nemo 12 ek 9 ekor Sebagai sampel ikan pengamatan

(Amphiprion ocellaris)
4 Air tawar 6000 6000 ml Sebagai air sampel untuk menguji
keseimbangan cairan ikan sampel

5 Air payau 6000 6000 ml Sebagai air sampel untuk menguji


keseimbangan cairan ikan sampel

6 Air laut 6000 6000 ml Sebagai air sampel untuk menguji


keseimbangan cairan ikan sampel

7 Tissue Secu Secukupnya Sebagai bahan pembersih alat

8 Kertas label Secu Secukupnya Sebagai penanda pada toples


kaca

C. Prosedur kerja

Pada praktikum osmoregulasi, terlebih dahulu siapkan 9 buah wadah (toples kaca),
air laut dan air tawar. Adapun tingkat salinitas yang digunakan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

1. Air tawar (0 ppt)

Prosedur kerja pada media air tawar (0 ppt) yang pertama ialah dengan
menyiapkan tiga buah toples kaca untuk 0 ppt kemudian beri kertas label bertuliskan air
tawar. Setelah itu Memasukkan air tawar ke dalam toples kaca sebanyak 2000 ml per
toples dengan menggunakan gelas ukur 500 ml. Kemudian memasukkan ke dalam toples
masing-masing tiga ekor Ikan nila, Ikan patin dan ikan nemo secara bersamaan.
Selanjutnya mengamati tingkah laku ikan dengan interval waktu 3 X 15 menit. Lalu
mencatat waktu dan tingkah laku ikan.

2. Air payau (10 ppt)

Prosedur kerja pada media air payau (10 ppt) yang pertama ialah menyiapkan
tiga buah toples kaca untuk air payau (10 ppt), kemudian menyiapkan alat pengukur
salinitas air yaitu refractometer. Setelah itu, melakukan pengenceran air laut dan air tawar
menggunakan rumus M1 x V1 = M2 x V2. Diperoleh hasil pengenceran menggunakan air
laut 26 ppt dan air tawar 0 ppt maka untuk menghasilkan air payau 6000 ml dilakukan
pencampuran 2571 ml air laut dengan 3429 ml air tawar. Memasukkan masing-masing
2000 ml air payau ke masing-masing toples menggunakan gelas ukur 1000 ml. Kemudian
memasukkan masing-masing tiga ekor Ikan nila, ikan patin dan ikan nemo ke dalam toples
secara bersamaan. Mengamati tingkah laku ikan dengan interval waktu 3 X 15 menit. Lalu
mencatat waktu dan tingkah laku ikan.

3. Air laut (26 ppt)

Prosedur kerja pada media air laut (26 ppt) yang pertama ialah menyiapkan 3
buah toples kaca untuk 26 ppt dan memberi kertas label dengan bertuliskan air laut (26
ppt). Melakukan pengenceran air laut dan air tawar menggunakan rumus M1 x V1 = M2 X
V2. Memperoleh hasil pengenceran menggunakan air laut (26 ppt) dan air tawar (0 ppt)
maka menghasilkan air laut 6000 ml dari pencampuran 5143 ml air laut (26 ppt) dengan
857 ml air tawar (0 ppt). Memasukkan masing-masing 2000 ml air laut (26 ppt) ke masing-
masing toples menggunakan gelas ukur 1000 ml. Kemudian memasukkan masing-masing
tiga ekor ikan nila, ikan patin dan ikan nemo pada masing-masing toples secara
bersamaan. Mengamati tingkah laku ikan dengan interval waktu 3 X 15 menit. Mencatat
waktu dan tingkah laku ikan.

D. Rumus Pengenceran
Analisis data yang digunakan pada praktikum ialah osmoregulasi sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan:
V1 = Volume air yang diinginkan
V2 = Volume air untuk pengamatan
M1 = Konsentrasi awal
M2 = Konsentrasi yang diinginkan

IV. HASIL

Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum osmoregulasi yang dilaksanakan


dengan menggunakan 3 sampel ikan yakni ikan patin (Pangasius hypophthlamus), ikan
nila (Oreochromis niloticus), dan ikan nemo (amphiprion ocellaris) ialah sebagai berikut:
A. Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum osmoregulasi yang dilaksanakan


dengan menggunakan 3 sampel ikan yakni ikan patin (Pangasius hypophthalmus), ikan
nila (Oreochromis niloticus), dan ikan nemo (Amphiprion ocellaris) ialah sebagai berikut :

1. Ikan Air Tawar: Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)

No Salinitas Waktu Tingkah Laku Ikan

15 menit Ketiga ikan berenang sangat aktif ke


atas dan ke bawah perairan dengan
sirip dada yang aktif.
1 0 ppt Air Tawar
30 menit Ikan masih tetap berenang aktif dan
dalam kondisi normal.
Pada 15 menit terakhir ikan masih
45 menit terlihat berenang dengan aktif, akan
tetapi ikan tersebut relatif berenang
pada permukaan air.

15 menit Ketiga Ikan masih berenang aktif


namun terdapat satu ikan mulai
bergerak pasif.
2 15 ppt Air Payau
Ketiga ikan banyak menghabiskan
30 menit waktu di dasar perairan dan salah
satu ikan terkadang diam, namun
ketika disentuh oleh ikan lainnya, ia
kembali bergerak pasif.

Ikan yang terdiam, operkulumnya


45 menit mulai terbuka tertutup dengan cepat
dan kedua ikan lainnya mulai
kehilangan keseimbangannya serta
lebih banyak menghabiskan waktu di
kolom air. Pada 8 menit terakhir
terdapat 2 ikan yang mulai kehilangan
kesadarannya dan satu ikan lainnya
masih dapat berenang namun lambat
serta cenderung berenang
ke permukaan air.

ikan cenderung bergerak kedasar,


15 menit dengan salah satu jenis ikan mulai
bergerak dengan pasif dan ikan
3 25 ppt Air Laut tersebut mengalami perubahan
keseimbangan pada tubuhnya
sehingga berenang secara miring.

Ikan telah mengalami kehilangan


30 menit keseimbangan dengan cenderung
berenang pasif dan berenang
dipermukaan air, salah satu jenis ikan
sering berdiam diri diikuti dengan
sirip-sirip yang masih aktif bergerak
tidak

lama kemudian dengan selang waktu


2 menit ikan tersebut kembali
bergerak. Pada bagian operkulum
terlihat aktif membuka-tutup dan relatif
berenang pada permukaan air. Pada
4 menit terakhir salah satu ikan
mengalami kehilangan keseimbangan
dan ikan lainnya berenang secara
pasif dengan posisi badan telah
miring.

Pergerakan ikan tidak lagi sama


dengan 15 menit pertama, ikan
cenderung berenang pada kolom air
45 menit dengan posisi badan telah miring
kemudian pada 5 menit terakhir ikan
telah berenang dengan posisi terbalik
dan salah satu jenis ikan telah
kehilangan kesadaran atau dapat
dikatakan telah mati, dan 2 ikan
lainnya dalam posisi terbalik.

1. Ikan Air Payau: Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

No Salinitas Waktu Tingkah Laku Ikan

15 menit Ikan cenderung berenang didasar


air, pada 15 menit pertama ikan
bergerak aktif dengan bukaan
1 0 ppt Air operkulum yang aktif pula.
Tawar
30 menit Ketiga ikan mulai bergerak secara
pasif, terlihat bahwa ikan mulai
gelisah ditandai dengan berenang
dari permukaan ke kolom air
secara signifikan.

Ikan terlihat gelisah, namun tetap


45 menit dalam kondisi normal pada bagian
sirip-siripnya, ikan sedikit
kehilangan keseimbangannya
namun ketiga ikan tersebut
terlihat masih mampu berenang,
pada 15 menit terakhir tidak
terdapat ikan yang kehilangan
kesadarannya.

15 menit Ikan bergerak aktif dengan


bukaan operkulum juga bergerak
aktif, pada 15 menit pertama ikan
2 15 ppt Air cenderung bergerak aktif.
Payau
Ketiga ikan tersebut cenderung
30 menit berenang pada permukaan air
diikuti dengan sirip-sirip yang juga
bergerak aktif.

Pada 15 menit terakhir ikan masih


45 menit terlihat berenang dengan aktif,
akan tetapi ikan tersebut relatif
berenang pada permukaan air.

Ikan berenang dengan aktif, tutup


15 menit insang dan bukaan operkulum
serta sirip-siripnya bergerak aktif,
3 25 ppt Air ikan cenderung berenang cepat.
Laut
Ikan sering terdiam,
30 menit operkulumnya mulai terbuka
tertutup dengan cepat dan ketiga
ikan tersebut mulai kehilangan
keseimbangannya serta lebih
banyak menghabiskan waktu di
kolom air.

Pada 15 menit terakhir ikan


45 menit kehilangan keseimbangan akan
tetapi masih mampu untuk
berenang dari atas perairan ke
kolom air dengan pergerakan
yang lambat, ketiga ikan kerap
membuka mulutnya saat berada
diatas perairan, pada 5 menit
terakhir ikan masih mampu
berenang dengan kondisi tubuh
yang tidak terbalik, ketiga ikan
tersebut tidak ada yang
kehilangan kesadarannya.

1. Ikan Air Laut: Ikan Nemo (Amphiprion ocellaris)

No Salinitas Waktu Tingkah Laku Ikan

15 menit Pada 15 menit pertama terlihat bahwa


ikan telah kehilangan
keseimbangannya dengan tutup insang
1 0 ppt Air yang bergerak aktif, namun salah satu
Tawar ikan masih terlihat seimbang.

30 menit Ikan kerap kali berdiam diri, pergerakan


ikan mulai tidak seimbang dan
berenang pada kolom air. Ikan tetap
bergerak akan tetapi sudah tidak
seaktif pada waktu 15 menit pertama, 5
menit terakhir ikan mulai kehilangan
keseimbangannya dan perlahan
bergerak ke permukaan dan kembali
berenang ke dasar.

Ikan mulai kejang-kejang dan hilang


45 menit keseimbangan dengan cenderung
berenang pada kolom air dan 3 menit
terakhir salah satu dari tiga ikan telah
mati.

15 menit Ikan berenang dengan aktif, tutup


insang dan bukaan operkulum serta
sirip-siripnya bergerak aktif, ikan
2 15 ppt Air cenderung berenang cepat dengan
Payau mengeluarkan sedikit feses.

Ikan mulai bergerak secara pasif dan


30 menit mengeluarkan banyak feses dan
berenang pada kolom perairan, selang
8 menit berlalu ikan mulai kehilangan
keseimbangannya

Ikan cenderung berenang pada


45 menit permukaan air diikuti dengan mulut
yang kerap terbuka, tutup insang atau
operkulum bergerak secara lambat,
ikan sudah berenang secara terbalik
dan pada 3 menit terakhir ikan sudah
kehilangan keseimbangan dan
bergerak sangat lambat.

15 menit Ketiga ikan berenang sangat aktif


diikuti dengan pergerakan sirip yang
aktif pula.
3 25 ppt Air Laut
Ikan masih berenang aktif dengan
30 menit bukaan operkulum yang aktif, ikan
cenderung berenang di kolom air.

Tidak terjadi perubahan yang


45 menit signifikan, ikan masih terus berenang
dalam kondisi normal dan cenderung
berenang di kolom air.

Anda mungkin juga menyukai