Kata Kunci : Anestesi, Waktu Pulih, Waktu Pingsan, Minyak Cengkeh, Ikan Mas Karper
(Cyprinus carpio)
ABSTRACT
Keywords : Anesthesia, Recovery Time, Fainting Time, Clove Oil, Carp Carp
(Cyprinus carpio)
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AIR
ANESTESI
A. Latar Belakang
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari terkait fungsi alat tubuh makhluk
hidup serta kerja alat-alat tubuh dalam suatu kondisi normal dengan proses-proses yang
dilakukan untuk mempertahankan kondisi keseimbangan dalam kondisi yang normal.
Ilmu fisiologi mencakup bidang-bidang khusus mengenai fungsi sistem organ, yang
mana mempelajari fisiologi juga sangat berkaitan dengan ilmu fisiologi seluruh makhluk
hidup, yaitu tumbuhan, hewan serta manusia (Meilani, 2021).
Fisiologi hewan adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana sistem
pencernaan, sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem ekskresi serta fungsi-fungsi
semua organ tubuh hewan lainnya. Vertebrata (Hewan bertulang belakang) memiliki
sistem indera yang lebih berkembang dibandingkan dengan invertebrate (Hewan tidak
bertulang belakang) (Delvita, 2014).
Anestesi adalah proses untuk membuat ikan menjadi tidak sadar karena
diakibatkan tidak terkendalinya sistem syaraf pusat yang menyebabkan menurunnya
kepekaan terhadap rangsangan dan melambatnya respon terhadap rangsangan.
Kegiatan pembiusan (anestesi) pada ikan pada saat transportasi sering digunakan
dengan tujuan mengurangi tingkat kematian ikan. Hal tersebut juga sejalan dengan
pernyataan Putland et al (2020). Pada saat proses pengangkutan. ada banyak cara yang
bisa dilakukan untuk pembiusan ikan diantaranya ialah dengan penggunaan bahan
kimia, kejut listrik, atau dengan menggunakan suhu rendah. Akan tetapi, terdapat cara
yang cukup mudah untuk melakukan pembiusan tanpa merusak ikan tersebut, yaitu
dengan menggunakan minyak sereh karena mengandung aroma terapi sebagai obat
penenang ikan (Yuniarti et al., 2022).
Minyak cengkeh adalah minyak yang memiliki kandungan berupa eugenol yang
dihasilkan dari bagian pohon cengkeh. Eugenol ini yang akan memberikan bau serta
aroma khas pada minyak cengkeh. Minyak cengkeh juga telah diketahui sangat
berkhasiat dan dirokomendasikan sebagai bahan bius ikan yang menyebabkan
imobilisasi cepat dan tenang. Minyak cengkeh lebih unggul dibandingkan dengan bahan
kimia lain, seperti MS-222 karena lebih efektif digunakan meskipun pada dosis rendah
serta mudah dalam proses induksi dan waktu pemulihan ikan (Atiqha, 2020). Namun,
perlu adanya informasi lebih lanjut mengenai kemampuan anastesi minyak cengkeh
pada jenis ikan salah satunya ikan mas karper (Cyprinus carpio).
Ikan mas karper (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki
potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tahan
terhadap penyakit serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Ikan mas karper (Cyprinus
carpio) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang menjadi primadona
di sub sektor perikanan.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakannya praktikum anestesi untuk
mengetahui bagaimana konsentrasi minyak cengkeh terhadap waktu pulih serta waktu
pingsan pada ikan mas karper (Cyprinus carpio).
1. Klasifikasi
Adapun klasifikasi ikan mas karper (Cyprinus carpio) dikutip dari WoRMS (World
Register of Marine Species) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Teleostei
Superclass : Actinopteri
Order : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Subfamily : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)
2. Morfologi
Tubuh ikan mas karper memiliki bentuk badan yang memanjang dan sedikit pipih
ke samping (compresed). Mulutnya berada di ujung tengah atau biasa disebut dengan
terminal. Pada bagian mulut ikan mas karper terdapat dua pasang sungut dan memiliki
gigi geraham. Pada sirip punggung memiliki bentuk memanjang yang letak bagian
permukaannya berseberangan dengan sirip perut (Alminiah, 2015).
Pada ikan mas karper (Cyprinus carpio) jenis kelamin betina memiliki
pertumbuhan yang relatif cukup cepat dibandingkan pada ikan jenis kelamin jantan
(Wihardi et al., 2014). Secara umum induk ikan mas karper betina yang ideal untuk
dipijahkan. berumur 1,5 tahun sampai 2 tahun dengan bobot tubuh 2-3 kg, sedangkan
untuk ikan mas jantan lebih cepat memasuki masa matang gonad yaitu pada umur 10-
12 bulan dengan bobot tubuh 0,6 kg (Lukman et al., 2021).
3. Habitat
Ikan mas karper dapat hidup baik di daerah dengan ketinggi 150-600 meter di
atas permukaan dengan suhu 25-300C. Ikan mas karper merupakan jenis ikan air tawar
akan tetapi, ikan mas karper juga kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau
muara sungai yang memiliki salinitas atau kadar garam (Alminiah, 2015).
Persebaran ikan mas karper hampir semua meliputi wilayah Indonesia. Di
Indonesia, ikan mas karper mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an, yang mana ikan mas
karper yang berada di Indonesia adalah ikan mas karper yang di bawa dari Cina, Taiwan,
Eropa, dan Jepang. Salah satu wilayah di Indonesia, yaitu Pontianak terdapat ikan mas
karper yang telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat sekitar (Afrianto, 2019).
4. Kebiasaan Makan
Ikan mas karper tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa
berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik,
misalnya invertebrata air, udang-udangan renik, larva dan serangga air, 8 kerang-
kerangan dan tanaman air (Muttaqin, 2016).
Ikan mas karper sering mencari sumber makanan berupa jasad-jasad renik di
sekeliling pematang, oleh sebab itu pematang sering rusak dan longsor karenanya. Ikan
mas karper akan mengaduk-aduk dasar kolam untuk mencari makanan yang bisa
dimanfaatkan seperti larva insecta, cacing-cacingan dan sebagainya. Di alam, ikan mas
karper ini hidup menepi sambil mengincar makanan berupa binatang-binatang kecil yang
biasanya hidup dilapisan lumpur tepi danau atau sungai (Muttaqin, 2016).
5. Siklus Hidup
Siklus hidup ikan mas karper dimulai dari perkembangan di dalam gonad
(ovarium pada ikan betina akan menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan akan
menghasilkan sperma). Sebenarnya, pemijahan ikan mas karper dapat terjadi
sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya ikan mas
karper sering memijah pada awal musim hujan (Muttaqin, 2016).
Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozo.
Kemudian telur-telur tersebut akan meneta dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas
karper bersifat menempel dan bergerak secara vertikal. Setelah itu larva akan berubah
menjadi larva stadia akhir dalam waktu 4-5 hari, yang mana pada stadia ini ikan mas
karper membutuhkan makanan untuk menunjang kehidupannya. Setelah 2-3 minggu
larva akan mengalami pertumbuhan dengan ukuran 1-3 cm dan bobot 0,1-0,5 gram.
Setelah 6 bulan berlalu, ikan mas karper telah menjadi induk dengan ukuran panjang
mencapai 500 gram dengan bobot 1,5 kg (Muttaqin, 2016).
Pembiusan ikan atau anestesi merupakan suatu konsisi bagian tubuh ikan sudah
kehilangan kemampuan untuk merasa. Anestesi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
suhu yang dingin, arus listrik serta penyakit. Ikan akan mengalami kondisi tidak sadar
atau pingsan jika dilakukannya anestesi sehingga otak ikan serta pernafasannya akan
terganggu (Atiqah, 2020).
Bahan anestesi pada ikan terbagi atas 2, yaitu bahan anestesi kimia dan alami.
Bahan anestesi kimia yang sering digunakan, yaitu MS-222 dan 2-4 Methychinolin,
sedangkan untuk bahan anestesi buatan yang sering digunakan, yaitu alga laut
(Caulerpa racemosai), minyak sereh (Cymbopogon sp.), serta miyak cengkeh
(Syzygium aromaticum). Untuk penggunaan bahan anestesi alami yang sering
digunakan pada ikan adalah minyak cengkeh.
Praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai anestesi dilaksanakan pada hari Jum’at,
31 Maret 2023 pada pukul 15:45-17:00 WITA, bertempat di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat yang digunakan pada praktikum anestesi ialah baskom tiga buah berfungsi
sebagai wadah air dan ikan, gelas ukur 500 ml sebanyak satu buah berfungsi sebagai
alat untuk mengukur volume air, akuarium sebanyak satu buah sebagai wadah dalam
pemulihan ikan, stopwatch sebanyak dua buah berfungsi sebagai alat untuk mengukur
waktu pingsan dan waktu pulih ikan, aerator sebanyak satu buah berfungsi sebagai alat
untuk menyuplai oksigen bagi ikan di akuarium, dan spuit sebanyak satu buah berfungsi
sebagai alat untuk mengambil larutan minyak cengkeh.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum anetesi ialah ikan mas karper
(Cyprinus carpio) sebanyak tiga ekor berfungsi sebagai objek penelitian, minyak
cengkeh berfungsi sebagai bahan anestesi, dan air tawar berfungsi sebagai media hidup
ikan.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari prakitkum anestesi adalah menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, lalu mengisi ketiga baskom dengan air sebanyak 3 liter.
Terdapat tiga buah baskom yang terdiri dari baskom A untuk konsentrasi minyak
cengkeh 0,25 ml/L, baskom B dengan konsentrasi minyak cengkeh 0,5 ml/L, dan
baskom c sebagai kontrol. Setelah itu, masukkan ikan sampel ke dalam masing-masing
baskom.
Selanjutnya, menghitung waktu pingsan dimulai dari ikan diberi perlakuan
dengan minyak cengkeh hingga ikan tidak memberi respon atau pingsan. Lalu,
mengamati dan mencatat tingkah laku ikan setelah diberi perlakuan. Setelah ikan
pingsan, ikan kemudian dipindahkan ke akuarium yang sebelumnya telah diisi air dan
aerator. Selanjutnya, menghitung waktu pulih, dimulai dari ikan dipindahkan ke akuarium
hingga ikan kembali bergerak secara normal. Kemudian, amati dan catat tingkah laku
ikan setelah diberi perlakuan. Ikan dianggap pulih dari pembiusan ketika mereka
menunjukkan serangkaian sinyal tertentu, seperti reaksi kesetimbangan normal. Waktu
pemulihan ikan yang baik dan disarankan setelah proses anestesi dilakukan harus tetap
di bawah batas 300 detik. (Ribeiro et al., 2015).
D. Analisis Data
Adapun data yang diperoleh terkait waktu pingsan dan waktu pulih ikan mas
karper (Cyprinus carpio), pada perlakuan A menggunakan konsentrasi minyak cengkeh
sebanyak 0,25 ml/L sehingga diperoleh waktu pingsan 12 menit 34 detik dan waktu pulih
7 menit 39 detik. Pada perlakuan B menggunakan konsentrasi minyak cengkeh
sebanyak 0,5 ml/L sehingga diperoleh waktu pingsan 9 menit 21 detik dan waktu pulih 8
menit 25 detik. Perlakuan C tidak diberikan konsentrasi minyak cengkeh karena
perlakuan C hanya sebagai pengontrol sehingga tidak ditemukan waktu pingsan dan
waktu puli pada perlakuan C. berdasarkan tabel 1. Perlakuan A memiliki waktu pingsan
lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan B sedangkan untuk waktu pulih perlakuan
A memiliki waktu pulih lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan B
Tabel 1. Hasil pengamatan waktu pingsan dan waktu pulih Ikan mas karper (Cyprinus carpio).
Waktu
No. Jenis Perlakuan Pulih
Pingsan
1. A 12:34 7:39
2. B 9:21 8:25
3. C - -
Tingkah Laku
Perlakuan Waktu
Pemingsanan Pemulihan
A 1:17 Ikan bergerak aktif Operculum ikan bergerak
Sirip dan ekor ikan juga
02:50 Pergerakan ikan mulai pasif
mulai bergerak
Ikan terus mencari oksigen ke Sirip dan dada bergerak
03:15
permukaan lebih cepat
04:15 Operculum terus bergerak Ikan mulai bergerak
Posisi ikan terbalik dan
05:25 Ikan kembali bergerak cepat kemudian ikan mulai naik
ke permukaan
Ikan mulai pulih dan
06:30 Ikan terus naik ke permukaan sudah berada di
permukaan
Ikan sudah kembali
07:39 Ikan mulai kehilangan keseimbangan
bergerak aktif
08:37 Ikan bergerak ke samping
09:45 Ikan bergerak lebih lambat
10:14 Ikan sudah tidak seimbang
Tabel 3. Lanjutan hasil pengamatan ikan mas karper (Cyprinus carpio)
Tingkah Laku
Perlakuan Waktu
Pemingsanan Pemulihan
11:26 Ikan bergerak terbalik
11:57 Posisi ikan masih terus terbalik
Posisi kepala ikan berada di dasar
12:09
dengan badan terbalik
Ikan sudah tidak memberikan respon
12:34
(pingsan)
B 1 Ikan bergerak aktif Tidak ada perlakuan
Ikan masih merespon tetapi Ikan masih dalam
01:55
gerakannya mulai melambat keadaan pingsan
Bergerak di kolom air
Operculum tidak terlalu aktif terbuka
Operculum terbuka
sangat lambat, mulut
3-4 Ikan mulai naik ke permukaan
bergerak tetapi, sirip tidak
bergerak
Masih peka terhadap rangsangan
Operculum lebih cepat
Ikan mulai kembali ke dasar, sesekali terbuka dibandingkan
5
naik ke permukaan dengan menit
sebelumnya
Sirip ekor mulai bergerak
6:55 Pergerakan sangat lambat Sirip mulai bergerak cepat
Ikan mulai bergerak di
Bergerak di pasir
permukaan
Ikan mulai oleng dan sirip mulai Ikan sudah kembali
7-8
bergerak tetapi sangat lambat bergerak aktif
Ikan naik ke permukaan dengan
9:21
badan horizontal
C - - -
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum anestesi terdapat waktu perlakuan yang dihitung, yaitu waktu
pingsan dan waktu pulih ikan. Waktu pingsan merupakan waktu yang dihitung dimulai
dari ikan dimasukkan ke dalam baskom yang terdapat larutan air dengan campuran
minyak cengkeh hingga ikan tidak memberikan respon atau pingsan. Sedangkan waktu
pulih merupakan waktu yang dihitung dimulai dari ikan dimasukkan ke dalam akuarium
berisikan aerator hingga ikan sadar dan kembali bergerak secara normal.
Berdasarkan hasil yang ada ikan C tidak diberikan perlakuan konsentrasi minyak
cengkeh karena ikan C sebagai media kontrol. Pada ikan A diberikan konsentrasi minyak
cengkeh sebanyak 0,25 ml/L sehingga bisa kita peroleh waktu pingsan 12 menit 34 detik
dan waktu pulihnya 7 menit 39 detik. Sedangkan untuk ikan B diberikan konsentrasi
minyak cengkeh sebanyak 0,5 ml/L sehingga diperoleh waktu pingsan 9 menit 21 detik
dan waktu pulihnya 8 menit 25 detik.
Dari hasil di atas terlihat jelas bahwa konsentrasi bahan anestesti, yaitu minyak
cengkeh sangat mempengaruhi waktu pingsan dan waktu pulih. Hal ini sesuai dengan
penelitian Darmawati et al. (2021) mengenai penggunaan minyak cengkeh sebagai
bahan anestesi pada benih ikan nila (Oreochoromis niloticus) yang menyatakan bahwa
semakin banyak konsentrasi minyak cengkeh yang diberikan maka lama waktu pingsan
ikan juga akan semakin lama. Dalam penelitiannya ini menggunakan dosis minyak
cengkeh sebanyak 0,25% dan 0,15%, dimana untuk dosis 0,25% memingsankan ikan
dalam waktu 105,25 menit sedangkan untuk dosis 0,15% hanya memingsankan ikan
dalam waktu 39,75.
Sejalan dengan hal tersebut Madyowati et al. (2021) mengemukakan bahwa
dengan dosis minyak cengkeh yang lebih tinggi dapat menghasilkan induksi anestesi
secara signifikan lebih pendek dengan waktu pemulihan yang lama. Sehingga semakin
tinggi dosis minyak cengkeh maka akan semakin cepat waktu induksi dan lama
pingsannya.
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Laboratorium
2. Asisten
Untuk asisten semoga tetap menjadi asisten yang selalu sabar dalam
menghadapi prakitkannya, selalu menjadi asisten yang terceria. Terima kasih sudah
membimbing dari awal hingga praktikum anestesi ini
DAFTAR PUSTAKA
Alminiah, A. (2015). Pengendalian Ektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Cyprinus Carpio
L.) dengan Penambahan Garam Dapur (NaCl) di Balai Benih Perikanan
Plalangan Kalisat Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember. Jember.
Aprianto, S. (2019). Identifikasi Dan Prevalensi Virus KHV (Koi Herves Virus) Pada Ikan
Mas (Cpyrinus Carpio) dengan Menggunakan Metode PCR (Polymerase Chain
Reaction). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas
Muhammadiyah Pontianak. Pontianak.
Atiqha, F. (2020). Efektifitas Minyak Cengkeh Untuk Anestesi Ikan Kepe Bulan
(Chaetodon speculum). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bianchini, AE, Garlet, QI, Da Cunha, JA, Bandeira, G., Brusque, ICM, Salbego, J., ... &
Baldisserotto, B. (2017). Monoterpenoids (thymol, carvacrol and S-(+)-linalool)
with anesthetic activity in silver catfish (Rhamdia quelen): evaluation of
acetylcholinesterase and GABAergic activity. Journal of Medical and Biological
Research. 50 (12).
Darmawati, D., Aliyas, A., Putri, I. W., & Arifudin, A. (2021). Pengaruh Dosis yang
Berbeda Menggunakan Minyak Cengkeh (Eugenia aromatic) Terhadap
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochoromis niloticus). Jago Tolis: Jurnal
Agrokompleks Tolis, 1(1), 23-26.
Kurniawan, A., Pi, S., Arezki, T., & Sari, S. P. (2021). Dosis Dan Lama Perendaman
Minyak Cengkeh (Eugenia aromatica) Terhadap Durasi Induksi Dan Sedatasi
Pada Anestesi Ikan Cempedik (Osteochilus spilurus). Marlin Marine And
Fisheries Science Technology Journal, 2(2), 89-97.
Lukman, L., Yuliana, Y., & Rahmayati, R. (2021). Penerapan Fungsi Manajemen
Perencanaan Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) di Instalasi
Pengembangan Ikan Air Tawar (Ipiat) Lajoa Kabupaten
Soppeng. Agrokompleks, 21(2), 11-16.
Madyowati, S. O., Kusyairi, A., & Hidayatullah, Y. W. (2021). Efek Minyak Cengkeh
(Eugenia aromaticum) Terhadap Survival Rate Benih Clarias Gariepinus Untuk
Pembiusan Pada Transportasi Basah dengan Sistem Tertutup. Juvenil: Jurnal
Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 2(4), 264-270.
Muttaqin, Z. (2016). Pengaruh Dosis Asam Askorbat Yang Berbeda Dalam Pakan
Terhadadap Laju Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Gresik. Gresik.
Putland, R., Rogers, L., Giuffrida, B., & Mensinger, A. (2020). Anesthetic effects of AQUI-
S 20E®(eugenol) on the afferent neural activity of the oyster toadfish (Opsanus
tau). Fish physiology and biochemistry, 46(6), 2213-2226.
Ribeiro, P. A., Miranda-Filho, K. C., Melo, D. C. D., & Luz, R. K. (2015). Efficiency of
eugenol as anesthetic for the early life stages of Nile tilapia (Oreochromis
niloticus). Anais da Academia Brasileira de Ciências, 87, 529-535.
Yuniarti, T., Haditomo, A. H. C., & Rizkiana, J. (2022). Effect of lemongrass oil
(Cymbopogon sp.) as anesthesia material in the closed transportation process of
white snapper seeds (Lates calcarifer). Depik, 11(2).
LAMPIRAN