PENDAHULUAN
Penanganan ikan yang baik akan mempengaruhi mutu ikan yang akan
diterima oleh konsumen, sedangkan penanganan ikan yang buruk menyebabkan
penurunan mutu produk yang akan mempengaruhi terjadinya pembusukan yang
lebih cepat. Pada prinsipnya pendinginan adalah penanganan ikan dengan cara
mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah mungkin, tetapi tidak
sampai menjadi beku. Pada umumnya, pendinginan tidak dapat mencegah
pembusukan secara total, tetapi makin dingin suhu ikan, makin besar penurunan
aktivitas bakteri dan enzim. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan
menggunakan refrigerasi, es, slurry ice (es cair), dan air laut dingin (Hari dan
Indroyono, 2007). Penanganan ikan tidak hanya ditujukan untuk
mempertahankan kesegaran ikan, tetapi juga untuk menganekaragamkan bentuk
penyajian, dan meningkatkan daya simpan ikan.
Ikan merupakan sumber protein yang sangat potensial dan sangat
diperlukan oleh manusia, dan protein adalah komponen terbesar setelah air yang
terdapat pada daging ikan. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
memiliki nilai ekonomis yang tinggi dikarenakan ikan ini memiliki kandungan
gizi yang cukup tinggi. Mukadar (2007) mengemukakan bahwa kandungan gizi
ikan kerapu macan terdiri dari energi 92 kkl; protein 19,8%; kalsium 27%; air
79,2%; lemak 1,02% dan kolesterol 37%. Tingginya kandungan protein dan
kadar air pada tubuh ikan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikrobia, sehingga ikan termasuk komoditi yang mudah rusak atau cepat
mengalami kemunduran mutu (Hadiwiyoto, 1993). Untuk mempertahankan gizi,
kesegaran, rasa, dan memperpanjang daya simpan ikan banyak upaya yang dapat
dilakukan melalui pengawetan, salah satunya yaitu dengan cara pembekuan.
Metode Air Blast Freezing adalah pembekuan melalui suhu rendah, yaitu
-30℃ sampai -40℃ dengan udara dingin yang dihembuskan secara cepat ke
arah produk hingga membeku. Salah satu keuntungan dari penggunaan metode
ini adalah pengoperasian yang relatif mudah (Widodo, 2008). Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dilakukan praktek kerja lapangan di sebuah pabrik
2
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Ikan Kerapu Macan memiliki bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih
kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi
dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir
bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar,
sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras
kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di
bawah sirip dada, serta badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid (Putri dan
Nurlita, 2012). Morfologi kerapu macan bisa dilihat pada Gambar 2.
Ikan kerapu (Groupers) merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai
ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Selain itu ikan Kerapu
Macan memiliki ciri-ciri seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik kecil. Pada
pinggiran operculum bergerigi dan terdapat duri pada operculum tersebut. Dua
sirip punggungnya yang pertama, berbentuk duri-duri, jarang berpisah. Semua
jenis kerapu mempunyai 3 duri pada sirip dubur dan 3 duri pada pinggiran
operculum (Adeng dan Zainal, 2015).
5
Ikan kerapu memiliki kandungan gizi yang cukup untuk dikonsumsi oleh
tubuh kita. Hal ini terlihat pada kandungan protein pada ikan kerapu sebesar
19,8% dari berat 100 gram. Mukadar (2007) mengemukakan bahwa ikan kerapu
macan memiliki kandungan energi 92 kkl; protein 19,8%; kalsium 27%; air
79,2%; lemak 1,02% dan kolesterol 37%. Selain itu ikan demersal ini memiliki
daging yang tebal, dan lezat, juga dapat dobudidayakan sebagai ikan hias (Putri
dan Nurlita, 2012).
Ikan yang segar adalah ikan yang kondisinya dipertahankan tetap segar
dengan pendinginan yang tidak dibekukan, sehingga kualitas masih sama atau
mendekati keadaan pada saat-saat ikan tersebut masih hidup (Hartina, 1991).
Kesegaran ikan cukup dengan 4M (melihat, meraba, menekan, dan mencium)
yaitu melihat penampakan fisik, kondisi mata, insang, adanya lendir, dan
sebagainya, meraba dan menekan tekstur dan kondisi daging ikan, dan mencium
baunya (Wibowo, 2000).
Kesegaran ikan umumnya diukur dengan metode sensori berdasarkan
perubahan penampakan, bau, warna, flavor dan tekstur. Tingkat kesegaran ikan
dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
6
Parameter Indikator
Penampakan Ikan cemerlang mengkilap sesuai jenisnya, badan
ikan utuh, tidak rusak fisik, bagian perut masih
utuh dan lait serta lubang anus tertutup.
Mata Cerah (terang), selaput mata jernih, pupil hitam
dan Menonjol.
Insang Insang berwarna merah cemerlang atau sedikit
kecoklatan, tidak ada lendir atau sedikit.
Bau Segar spesifik menurut jenisnya atau sedikit bau
amis yang lembut
Lendir Selaput lendir di permukaan tubuh tipis, encer,
bening, mengkilap cerah, tidak lengket, berbau
sedikit amis dan tidak berbau busuk.
Tekstur dan Daging Ikan kaku atau masih lemas dengan daging kenyal,
jika ditekan dengan jari cepat pulih kembali, sisik
tidak mudah lepas, jika daging disayat tampak
jaringan antar daging masih kuat dan kompak,
sayatan cemerlang dengan menampilkan warna
daging ikan asli.
Pembekuan dengan waktu tidak lebih dari dua jam. Pembekuan cepat
menghasilkan kristal yang kecil di dalam jaringan daging ikan, jika ikan yang
dibekukan dicairkan kembali maka kristal-kristal es yang mencair akan diserap
kembali oleh daging dan hanya sedikit yang mengalami drip.
Pembekuan lambat yaitu pembekuan dengan waktu lebih dari dua jam.
Pembekuan lambat akan menghasilkan kristal yang bbesar sehingga merusak
jaringan daging ikan dan tekstur daging ikan. Setelah di thawing menjadi kurang
baik karena akan terjadi honey comb dan banyak sekali drip yang terbentuk.
Pembekuan lambat umumnya menyebabkan rendahnya kualitas produk. Akan
tetapi, perbedaan dalam kualitas tidak dipengaruhi oleh perbedaan dalam bentuk
kristal es.
m/s. Pembekuan produk dengan udara dingin, dalam hal ini terjadi perpindahan
panas secara konveksi dari refrigeran di dalam pipa-pipa evaporator yang
dihembuskan dengan bantuan fan (kipas angin) berkekuatan besar (Adawyah,
2008).
Fluidized bed freezer adalah belt freezer yang dimodifikasi (Gambar 4).
Udara yang dialirkan memiliki temperature antara -250C sampai -350C dan
kecepatan 2-6 m/s. Bahan makanan yang akan dibekukan disusun sehingga
memiliki ketebalan 2-13 cm pada baki atau conveyor belt. Pada beberapa desain,
ada dua tahap pembekuan. Tahap pertama adalah pembekuan cepat untuk
menghasilkan lapisan es yang baik pada permukaan bahan. Pada tahap ini,
menyusun makanan membantuk lapisan tipis. Tahap kedua, membentuk lapisan
setebal 10-15 cm. Bentuk dan ukuran bahan mempengaruhi tebal lapisan
fluidisasi dan kecepatan udara untuk melakukan fluidisasi. Makanan yang
dibekukan dengan fluidized bed freezer berkontak lebih baik dengan udara
pendingin dibanding menggunakan metode blast freezer dan semua
permukaannya beku secara bersamaan dan merata (Adawyah, 2008).
10
tingkat yang minimal. Perpindahan panas yang tinggi. Kekurangan metode ini
adalah investasi yang tinggi dan bentuk makanan yang dibekukan harus tipis dan
berbentuk lembaran contohnya seperi bentuk daging fillet (Hafid, 2012).
4. Immersion Freezer
Metode ini digunakan untuk makanan yang berbentuk cairan atau semi cair.
Alat ini memilliki desain yang mirip dengan alat evaporasi dan sterilisasi panas
namun direfrigerasi oleh ammonia, air asin, atau refrigerant lain. Peningkatan
volume produk yang dibandingkan dengan volume udara disebut overrun
(Gambar 7) . Keuntungan metode ini adalah pembekuan yang cepat, sampai
dengan 50% air dibekukan dalam beberapa detik saja, Kristal es yang sangat kecil
dan memberikan tekstur yang lembut di mulut.
6. Cryogenic freezer
B. Pencucian
C. Sortasi ( Sortizing )
D. Penimbangan
Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui barat total ikan yang datang
dari supplier dan menghitung berapa jumlah ikan tiap ukuran dan jenisnya serta
15
sebagi pengawasan hasil sortasi. Alat yang digunakan adalah timbangan digital
dengan kapasitas penimbangan sampai 30 kg. Setelah ditimbang lalu diberi kode
sesuai dengan jenis, ukuran, mutu dan kode supplier (Suseno, 2008).
E. Pembekuan
Alat pembekuan yang digunakan yaitu Air Blast Freezer (ABF) dengan
menggunakan refrigerant amoniak (Suseno, 2008). Moeljanto (1992)
mengatakan ikan yang sudah disusun dalam pan dibekukan hingga suhu pusat
thermal pada ikan mencapai -180C sedangkan suhu pembekuan mencapai -25℃
sampai -30℃. Menurut Hadiwiyoto (1993) pembekuan dikerjakan pada suhu
sekurang-kurangnya -35℃ selama 6-8 jam.
F. Glazing
G. Pengemasang (Packing)
H. Penyimpanan
III. METODOLOGI
b. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara bertanya langsung kepada responden atau informan. Wawancara
18
c. Partisipasi Aktif
87
1
9
3
4
6
5
Keterangan :
1. : Gerbang Masuk dan Keluar Kendaraan
2. : Parkir Kendaraan
3. : Penerimaan Bahan Baku
4. : Pintu Masuk Ruang Produksi
5. : Pencucian dan Sortasi Ikan
6. : Meja Produksi
7. : Cold Storage
8. : Air Blast Freezing (ABF)
9. : Kantor CV Sinar Harapan
10. : Saluran Air
21
Kepala Pimpinan
Hj. Sukir
Wakil
Pak Egi
Loading
Agung
KARYAWAN
CV. Sinar Harapan dipimpin oleh Bapak Hj. Sukir selaku kepala
pimpinan perusahaan, bertugas dalam mengendalikan segala aktivitas yang
terjadi di perusahaan baik dalam produksi maupun diluar produksi. Wakil
Pimpinan bertugas sebagai mengkordinasi karyawan agar dapat bekerja secara
efisien dan efektif, dan menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak
luar. Kepala produksi bertugas untuk mengkoordinir kegiatan produksi sesuai
22
rancangan produksi dan selaku penanggung jawab Cold Storage beserta Air
Blazt Freezer (ABF). Quality control (QC) dan admin bertugas untuk
melakukan pengawasan terhadap kualitas produk mulai dari penerimaan bahan
baku hingga sampai pada proses loading dan admin bertugas sebagai
penanggung jawab pembukuan keuangan di perusahaan dan memberikan
pengarahan pada setiap karyawan. Loading bertugas sebagai penanggung
jawab dalam proses loading sampai dengan proses pengiriman.
Bahan baku yang diolah oleh CV Sinar Harapan berasal dari beberapa
perairan di Indonesia, seperti daerah Berau, Tanjung Batu, Buyung-Buyung,
Talisayan dan Biduk-Biduk merupakan pemasok ikan kerapu yang sering
digunakan oleh CV Sinar Harapan. Bahan baku dikirim dengan menggunakan
mobil pick-up. Bahan baku dijaga agar tidak terjadi kerusakan fisik selama
pengangkutan. Ikan kerapu dapat dikirim dalam keadaan segar. Es batu sangat
diperlukan untuk pengiriman dengan mobil pick-up. Pemberian es batu
bertujuan untuk menjaga suhu ikan tetap rendah (± 5℃). Kondisi seperti ini
penting karena dapat tetap menjaga kesegaran ikan, seperti disajikan pada
Gambar 12.
2. Sortasi (Sortizing)
3. Penimbangan
4. Pencucian I
Cara penyusunan didalam long pan yaitu bagian kulit di atas dan bagian
24
6. Pembekuan (Freezing)
Alat pembekuan yang digunakan yaitu Air Blast Freezer (ABF) dengan
menggunakan refrigerant amoniak (Suseno, 2008). Moeljanto (1992)
mengatakan ikan yang sudah disusun dalam pan dibekukan hingga suhu pusat
thermal pada ikan mencapai -18℃ sedangkan suhu pembekuan mencapai
-25℃ sampai -30℃. Menurut Hadiwiyoto (1993) pembekuan dikerjakan pada
suhu sekurang-kurangnya -35℃ selama 6-8 jam.
Setelah dilakukan tahapan penyusunan dalam long pan ikan
dimasukkan ke Air Blast Freezer (ABF) dan disusun secara rapi tidak ditumpuk
satu sama lain agar mempermudah dalam pembekuan. Pada saat pembekuaan
suhu -35℃ sampai dengan -40℃ mesin tidak pernah dimatikan supaya suhu
terjaga. Pembekuan dilakukan selama kurang lebih 12 jam atau setengah hari
(Gambar 15).
25
7. Glazing
8. Pengemasan (Packing)
9. Penimbangan II
pembekuan dan penyimpanan suhu ikan tidak boleh kurang dari -20℃ untuk
menjaga ikan agar tetap beku, dan saat loading truk pastikan ada thermoking yang
sudah disetting dengan suhu -20℃ agar dalam perjalanan menuju tempat tujuan
ikan tetap dalam keadaan beku bisa dikatakan rantai dingin (Cold Chain) di Cv
Sinar Harapan sudah memenuhi standar.
Sanitasi dan Hygiene merupakan salah satu cara atau prosedur dalam suatu
unit pengolah ikan yang dapat menghasilkan produk yang aman dikonsumsi,
karena sanitasi higiene merupakan standar kebersihan dan kesehatan yang harus
dipenuhi agar dapat mencegah terjadinya kerusakan pada ikan tersebut dan akan
menghasilkan mutu yang di inginkan (Lobura, 2010).
Sanitasi dan hygiene pada setiap tahapan-tahapan proses pembekuan ikan
kerapu macan di CV Sinar Harapan secara umum sudah baik sesuai dengan
standar sanitasi dan hygiene, Dibuktikan dari proses peniriman ikan dari nelayan
ke tempat produksi ikan dibawa menggunakan pick up dengan menggunakan box
yang tertutup rapat, untuk menjaga agar ikan tidak terkontaminasi.
Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam
perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diproduksi dan kemudian dijual
kembali. Bahan baku terdiri dari bahan baku utama berupa ikan kerapu macan dan
bahan baku pembantu berupa es, air bersih dan pengemasan. Bahan baku haruslah
dipastikan sudah standar mutu Cv Sinar Harapan, selalu dalam rantai dingin dan
air yang digunakan adalah air bersih serta suhunya diupayakan selalu dibawah
5℃ . Air yang digunakan adalah air bersih yang berasal dari air PDAM yang
sudah memenuhi syarat bebas bakteri berbahaya, bersih, jernih, tidak terdapat
bahan kimia, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan
tersuspensi.
30
adanya debu, tetesan air dan pergerakan udara yang terbawa oleh gerak angin dari
ventilasi atau manusia yang bergerak. Tetesan air dari orang yang berbicara, batuk
dan bersin dapat member mikroba dalam udara.
Sanitasi dan hygiene pada lingkungan Cv Sinar Harapan ini sudah
terbilang memenuhi standar karena adanya tempat sampah dan pembuangan
28
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang bisa diberikan dalam proses produksi ikan kerapu di CV Sinar
Harapan adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Kramer, D. E., Lyn d Peter, and Edward Kolbe. 2012. Freezing. In : Linda
Ankenman Granata, George J. Flick Jr., and Roy E Martin (Eds.). The
34
Mariskha, P. R., dan Nurlita, A. 2009. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan Glondonggede Tuban. Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). JURNAL SAINS DAN SENI ITS 1(1).
Mukadar, N. 2007. Analisis Kadar Protein Ikan Kerapu Macan. Jurusan Kimia
FKIP Universitas Darussalam. Ambon.
Sari, P. 2004. Sanitasi dan Hygiene Dalam Industri Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Jember. Jember. Hal 1, : 35-108.
Zhu dkk, 2014. Simulasi Cold Chain System Pada Rantai Distribusi Ikan Untuk
Mengukur Peningkatan Mutu Ikan di Kota Semarang.
36
LAMPIRAN