PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Akhir ini adalah:
1) Mengetahui alur proses pengolahan Fillet Kakap beku.
2) Mengetahui mutu bahan baku dan produk akhir pada pengolahan
Fillet Kakap beku
3) Mengetahui penerapan rantai dingin pada setiap tahapan alur
proses
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
Gurat sisi berlanjut, sirip ekor membulat dan bersisik ktenoid, tulang
rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang bawahnya lebih
menonjol ke depan dari rahang diatasnya, bentuk kepala tirus ke depan berwarna
perak keabu-abuan atau biru kehijauan (ikan dewasa), pada waktu masih burayak
(umur 1-3 bulan) warnanya gelap, kemudian menjadi terang setelah berumur 3-5
bulan (gelondong). Pada bagian rahang atas meupun bawah bergigi kecil dan
tajam ini menandakan bahwa ikan ini ikan buas.(Kordi dan Gufran,1997)
2.2 Proses Pengolahan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) Beku
5˚C. Tujuan sortasi adalah mendapatkan mutu, ukuran dan jenis yang sesuai
serta bebas dari kontaminasi bakteri patogen
.
3) Penyiangan
Ikan disiangi untuk dibuang sisik dan isi perut. Penyiangan harus dilakukan
dengan cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 5˚C.
Tujuan penyiangan adalah mendapat ikan yang bersih dari sisik dan isi perut.
4) Pencucian 1
Ikan dicuci dengan air bersih dan dingin. Pencucian harus dilakukan
dengan cepat, cermat dan saniter, dengan tetap menjaga suhu pusat produk
maksimal 5˚C. Sehingga didapat ikan yang bersih dari kotoran yang menempel
pada ikan.
5) Pemfiletan
Ikan difillet secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu
pusat produk maksimal 5˚C. Tujuan pemfilletan adalah mendapatkan ikan yang
bersih dan sesuai ukuran yang diperlukan serta bebas dari bakteri patogen.
6) Perapihan
Fillet ikan kakap kemudian dirapihkan dengan cara memotong daging
perut dan membuang tulang yang masih tersisa secara cepat, cermat dan saniter
dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5˚C. Tujuannya adalah
mendapatkan fillet ikan yang bersih dan rapi.
7) Pencucian 2
Fillet ikan kemudian dicuci dengan air bersih dan dingin. Pencucian harus
dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat
produk maksimal 5˚C. Tujuannya adalah mendapatkan fillet kakap yang bersih.
8) Sortasi 2
Fillet ikan kakap kemudian dipisahkan berdasarkan ukuran. Sortasi harus
dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat
produk maksimal 5˚C. Tujuannya adalah mendapatkan fillet yang sesuai dengan
ukuran dan terhindar dari bakteri patogen.
9) Penimbangan
Fillet kemudian ditimbang satu per satu untuk mengetahui beratnya
dengan menggunakan timbangan yang telah dikalibrasi. Penimbangan harus
dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat
6
produk maksimal 5˚C. Tujuan penimbangan adalah mendapatkan berat fillet ikan
yang sesuai ukuran yang telah ditentukan.
10) Penyusunan dalam pan
Fillet ikan kakap kemudian disusun dalam pan yang telah dilapisi plastik
satu per satu. Proses penyusunan harus dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5˚C.Tujuannya adalah
mendapatkan bentuk fillet ikan yang rapi.
11) Pembekuan
Fillet ikan kakap dibekukan dengan metoda pembekuan cepat, hingga
suhu pusat ikan mencapai maksimal –18˚C. Tujuannya adalah mendapatkan fillet
kakap dengan suhu pusat maksimal – 18˚C secara cepat.
12) Penggelasan
Fillet ikan kakap merah yang telah dibekukan kemudian disemprot dengan
air dingin pada suhu 0–1˚C. Proses penggelasan harus dilakukan dengan cepat,
cermat, dan saniter. Tujuannya adalah mendapatkan produk fillet ikan kakap
merah beku dengan lapisan es bening secara merata agar tidak terjadi dehidrasi
pada daging ikan saat penyimpanan.
13) Pengepakan
Fillet kemudian dibungkus plastik secara individual dan dimasukan dalam
master karton sesuai dengan label. Pengepakan harus dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter. Tujuan pengepakan adalah melindungi produk dari
kontaminasi dan kerusakan selama transportasi.
dsb.) ikan yang tertangkap segera ditarik di atas dek, sedangkan pada alat-
alat yang kedua ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan agak lama terendam
di dalam air sehingga keadaannya sudah kurang baik sewaktu dinaikkan ke
atas dek.
2) Reaksi ikan menghadupi kematiannya. Ikan-ikan yang dalam hidupnya
bergerak cepat seperti longkol, tengiri, cucut, biasanya meronta kuat bila
terkena alat penangkap, dan akibatnya banyak kehilangan tenaga, cepat
mati, rigor mortis cepat terjadi dan cepat pula berakhir, Ini berarti bahwa ia
cepat pula membusuk. Berbeda dengan misalnya ikan bawal, ia tidak banyak
reaksi terhadap alat penangkap; bahkan kadang-kadang ia masih hidup
ketika naik ke atas dek, jadi masih banyak simpanan tenaga. Akibatnya, ia
lama memasuki rigor mortis dan lama pula dalam keadaan rigor; berarti
pembusukan padanya berlangsung terlambat.
3) Jenis dan ukuran ikan. Kecepatan pembusukan berbeda pada tiap jenis
ikan karena perbedaan komposisi kimianya. Ikan-ikan yang kecil membusuk
lebih cepat dari pada ikan yang lebih besar.
4) Keadaan fisik sebelum tertangkap. Ikan yang kondisi fisiknya lemah,
misalnya ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur, akan lebih cepat
membusuk.
5) Keadaan cuaca. Keadaan udara yang panas, berawan, atau hujan, laut
yang banyak bergelombang, mempercepat pembusukan.
6) Cara penanganan dan penyimpanan. Jika ikan yang dalam keadaan rigor
diperlakukan dengan kasar misalnya ditumpuk terlalu banyak, terlempar,
terkena benturan, terinjak, terlipat (dibengkokkan atau diluruskan) dsb,
pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Pembusukan dapat diperlambat
jika ikan disiangi dan disimpan pada suhu yang cukup rendah.
2.4 Rendemen
Komposisi berat ikan diartikan sebagai berat masing-masing bagian
(organ) tubuh ikan, pada umumnya dinyatakan sebagai persentase terhadap
10
seluruh tubuh ikan. Komposisi berat penting untuk diketahui, karena tidak semua
ikan dapat dimakan, tetapi mungkin dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak,
obat-obatan dan lain sebagainya. Bagian tubuh ikan yang dapat dimakan dan
yang tidak dapat dimakan di dalam praktek pengolahan sering kali tidak berguna,
disebabkan kadang-kadang tidak mungkin mengadakan preparasi secara
sempurna sehingga bagian yang dapat dimakan saja yang terolah.
Komposisi berat dapat digunakan untuk memperkirakan atau menghitung
berapa bagian dari tubuh ikan yang dapat digunakan sebagai makanan.
Komposisi berat ikan dipengaruhi oleh jenis ikan, jenis kelamin, musim
penangkapan. Disamping itu, untuk mendapatkan bagian-bagian atau organ-
organ ikan tidak dipisahkan secara anatomis, melainkan dipisahkan dengan cara
praktis untuk keperluan pengolahan (Hadiwiyoto, 1993)
2.4.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Rendemen
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen sebagai berikut (Hadiwiyoto,
1993):
1) Ukuran ikan
Ikan yang berukuran kecil mempunyai daging yang sedikit sehingga
rendemen akhir akan didapatkan kecil dibandingkan dengan ikan yang berukuran
besar yang mempunyai daging yang lebih banyak dan mempunyai rendemen
akhir yang besar pula, hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran ikan maka
kekenyalan daging sangat mempengaruhi dalam pemfilletan ikan.
2) Kesegaran ikan
Dalam penetuan persentase rendemen, faktor kesegaran merupakan
faktor utama, semakin segar bahan baku, maka semakin mudah dikerjakan
karena daging lebih banyak dan tidak lengket pada tulang dan lebih kenyal,
sehingga persentase yang diperoleh lebih tinggi.
3) Keahlian pekerja
Faktor keahlian pekerja juga mempengaruhi besar kecilnya persentase
fillet yang dihasilkan. Keterampilan karyawan dapat terwujud apabila karyawan
telah mempunyai pengalaman yang cukup, ketekunan dan ketelitian bekerja,
dimana pekerja yang ahli akan menghasilkan rendemen yang lebih besar
2.5 Produktivitas
Produktifitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran)
dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan
waktu, definisi ini mengandung cara atau metode pengukuran, walaupun secara
teori dapat dilakukan tetapi secara praktek sukar dilakukan, dikarenakan sumber
11
daya masaukan yang dipergunakan umumnya terdiri dari banyak macam dengan
proporsi yang berbeda.
1) Jenis Kelamin
2) Umur
3) Tingkat Pendidikan
4) Pengalaman Kerja
5) Tingkat Upah
3. METODE PRAKTIK
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah bahan baku yang dipakai dalam proses
pengolahan yaitu ikan kakap merah (Lutjanus sp.) segar, serta bahan pembantu
lainya seperti air dan es.
dengan 2
kali
pengulangan
X́ =
∑ Xi
i −1
n
x1
¿
¿
S2 = n
Keterangan : n = adalah banyaknya panelis;
¿ ∑
S2 = adalah keragamani−1nilai mutu;
¿
1,96 = adalah koefisien standar deviasi pada taraf 95%;
X́ = adalah nilai mutu rata-rata;
X i = adalah nilai mutu dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3......n;
S = adalah simpangan baku nilai mutu.
P = adalah Nilai organoleptik
2) Suhu Air
Pengamatan suhu produk pada proses pengolahan kerapu fillet beku
dilakukan pada tahap-tahap tertentu seperti pada proses pencucian ikan ketika
ikan diterima. Suhu air yang berkontak langsung dengan ikan diupayakan < 100C.
Pengamatan suhu air dilakukan 6 kali dan pengulangan 2 kali dalam kurung waktu
3 (tiga) bulan praktik.
3) Suhu Ruang
Suhu ruangan sangat berpengaruh terhadap mutu hasil pengolah ikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu penyimpanan berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri dan fungi pada ikan. Suhu beku (-6 0C) dan suhu
dingin (100C) penyimpanan selama 24 jam dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dan fungi (Siburian dkk, 2012). Pengamatan suhu ruang dilakukan 6 kali
dan pengulangan 3 kali dalam kurung waktu 2 (dua) bulan praktik. Umumnya
pengamatan dilakukan pada semua ruangan UPI yang melibatkan proses
Rendemen =
Berat akhir
X 100
Berat awal
17
3) Pendidikan Karyawan
Dilakukan pada pengamatan pemfilletan dan perapihan, Pendidikan
tenaga kerja digolongkan dari Pendidikan Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA
atau sederajatnya.
Perhitungan produktifitas dilakukan pada tahapan pemfilletan dan
perapihan, dilakukan 30 kali pengamatan dengan 2 kali pengulangan. Diketahui
rumus perhitungan produktifitas adalah sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
a = Koefisien intecept
X = variabel independen atau variabel bebas (masa kerja, waktu kerja, usia dan
gender)
X
∑ ¿ (∑ Y )
¿
2
∑ X¿
∑¿ Y −b ∑ X
a= n ¿
n
n ∑ XY −¿
b=¿
Keterangan :
∑ = tanda penjumlahan
X2 =
2
(O−E)
∑ E
Keterangan :
O = frekuensi hasil observasi