DISUSUN OLEH :
NIM 26020119130109
DEPARTEMEN AKUAKULTUR
2020
SERTIFIKASI KELAYAKAN PENGOLAHAN : TUNA STEAK BEKU
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Ikan tuna merupakan salah satu sumber utama devisa perikanan Indonesia. Indonesia
merupakan negara produsen perikanan tuna terbesar ketiga dunia, dengan kontribusi 16%
produk perikanan tuna dunia (FAO dan SOFIA, 2018). Komoditas TCT berkontribusi 20%
untuk produk perikanan nasional. Terdapat 7,7 juta metrik ton tuna dan spesies seperti tuna
ditangkap di seluruh dunia, dan pada tahun 2017 volume ekspor tuna Indonesia mencapai
198,131 ton dengan nilai 659,99 juta dolar (KKP, 2018; Sary dan Randy, 2019). Permintaan
ekspor tuna dari tahun ke tahun kian meningkat. Dalam pengolahan ikan tuna untuk kegiatan
ekspor perlu diperhatikan kualitas mutu dan keamanan.
Mutu dan kemanan pangan adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam suatu
kegiatan produksi pangan agar terhindar dari kontaminasi bahan lain yang dapat berbahaya
bagi konsumen, menjaga produk pangan tetap segar, bersih, sehat, higienis dan layak
konsumsi. Produk ikan tuna yang baik adalah produk yang proses pembuatannya dan
pemantauannya memenuhi standar sertifikasi kelayakan pangan di Indonesia, seperti SKP,
SNI, GMP, SSOP, dan lain-lain.
1. 2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan Sertifikasi Kelayakan Pengolahan (SKP)?
Apa tujuan dibuatnya SKP pada produk pangan?
Bagaimana penerapan SKP pada produk tuna steak beku?
1. 3 Tujuan
Paparan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai:
Pengertian dari Sertifikasi Kelayakan Pengolahan (SKP)
Tujuan adanya SKP pada produk pangan
Penerapan SKP pada produk tuna steak beku
BAB II
PEMBAHASAN
Adanya SKP sudah diatur dan berada di bawah peraturan hukum pemerintah, antara
lain Un dang- Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan jo UU No. 45 Tahun 2009
Pasal 20 ayat 1: Ayat (3) Setiap orang yang melakukan penanganan dan pengolahan ikan
wajib memenuhi dan menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan ikan, sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Ayat (4) bahwa setiap orang yang
memenuhi dan menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), memperoleh Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) Diatur juga
oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan, Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan, dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
Prosedur penerbitan SKP diatur dalam Peraturan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan Nomor Per.09/DJ-P2HP/2010 Tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat
Kelayakan Pengolahan.
Manfaat SKP adalah untuk memberikan jaminan mutu dan keamanan pada produk
perikanan yang diproduksi, diimpor, dan diedarkan di wilayah RI, memenuhi standar
produk hasil perikanan yang dipersyaratkan, meningkatkan kepercayaan konsumen
karena memberikan rasa aman terhadap konsumen Dalam Negeri dan Luar Negeri,
memperluas pasar sehingga omzet meningkat, memudahkan UKM mendapatkan
pembinaan dan fasilitasi dari Pemerintah (KKP, BSN BPOM).
Menurut KKP ( 2010), tuna steak beku berdasarkan SNI 01-4485.1-2006 meliputi 3
tahap bagian, yaitu: spesifikasi, persyaratan bahan baku, serta penanganan dan
pengolahan. Setiap tahap pengolahan produk tuna steak beku harus sesuai dengan standar
SKP yang sudah ditentukan. SKP diperlukan oleh produk tuna steak beku karena akan
produk ini diekspor ke negara lain diantaranya Amerika Serikat dan Eropa. Bentuk
penanganan tuna steak beku yang cepat dan higienis, membuat produk dapat bertahan
lama dan dapat diekspor dengan waktu yang cukup. Tuna steak beku yang baik dan
memenuhi standar mutu ekspor, diperoleh dari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
produk tersebut. Penerapan agar mutu baik harus dilakukan sejak ikan tertangkap hingga
sampai di konsumen. Penerapan mutu berhubungan dengan sarana, metoda dan
lingkungan tempat pengolahan.
Bahan baku produk tuna steak beku berasal dari ikan tuna segar yang ditangkap di
perairan indonesia. Kondisi ikan harus berada dalam mutu yang baik, tidak berasal
dari perairan tercemar dan tidak mengandung bahan kimia secara disengaja maupun
tidak disengaja oleh zat-zat yang dapat mengkontaminasi dan membahayakan
manusia. Penerimaan bahan baku dilakukan cepat, hati-hati, higienis, terlindung dari
panas matahari, pengaruh panas dan penularan kotoran, agar terhindar dari
peningkatan suhu, kerusakan fisik dan pertumbuhan mikrobiologi. Kondisi tempat
pembongkaran bersih dan kebersihan karyawan terjaga sesuai gmp.
b. Penyimpanan sementara
Ikan tuna segar dicuci dapat menyebabkan kenaikan suhu dan histamin tetapi dapat
dikendalikan oleh gmp dengan menyimpan di cold storage.
c. Pemotongan kepala
Gmp dan ssop mengontrol suhu ruangan, menjaga sanitasi peralatan, serta pengawasan
kepada kebersihan pekerja agar tidak terjadi kontaminasi mikroba dan kenaikan suhu yang
mengakibatkan histamin meningkat ketika proses berjalan.
Mengontrol suhu ruangan, menjaga sanitasi peralatan, menjaga sanitasi pekerja seperti
mencuci tangan sebelum masuk ke ruang proses produksi serta dilakukan pengawasan
terhadap kebersihan pekerja oleh divisi dan QC guna menghindari kontaminasi silang antara
peralatan dan bahan baku yang ditangani serta meningkatnya suhu ikan apabila tidak cepat
dalam proses perapihan dan pengirisan.
h. Suntik CO
Pengawasan terhadap pekerja oleh pengawas per divisi dan semua alat suntik co terlebih
dahulu diperiksa harus dalam kondisi baik dan bersih sebelum dan sesudah digunakan guna
menghindari bahaya keracunan gas CO oleh pekerja, kontaminasi silang produk dan alat
suntik co.
i. Proses pendinginan
Pemantauan suhu ruangan tetap diantara -2 0c - 4 0c setiap hari dan menjaga kebersihan
ruangan dari bahaya kontaminan secara berkala guna menghindari kenaikan suhu ruangan
yang signifikan dan kontaminasi bakteri dari luar dan dalam ruangan.
j. Pembuatan steak
Mengontrol suhu ruangan, menjaga sanitasi peralatan, menjaga sanitasi pekerja seperti
mencuci tangan sebelum masuk ke ruang proses produksi serta dilakukan pengawasan
terhadap kebersihan pekerja guna menghindari kontaminasi silang antara peralatan seperti
pisau dengan bahan baku yang ditangani, serta meningkatnya suhu ikan apabila tidak cepat
dalam proses ini.
k. Pengukuran dan penimbangan
Mengontrol suhu ruangan, menjaga sanitasi peralatan, menjaga sanitasi pekerja seperti
mencuci tangan sebelum masuk ke ruang proses produksi serta dilakukan pengawasan
terhadap kebersihan guna menghindari kontaminasi silang antara peralatan seperti alat
pengukur dan timbangan dengan bahan baku yang ditangani, serta meningkatnya suhu daging
apabila tidak cepat dalam proses ini.
l. Pencucian akhir
Penggunakan air bersih yang sudah diozonisasi, yaitu treatment ozon untuk
menghilangkan bakteri kontaminan pada sumber air dan pencucian produk dilakukan dengan
cepat dan higienis untuk mencegah kenaikan suhu.
m. Pengemasan secara vacuum
Pengemasan secara vacuum harus diperiksa kembali untuk memastikan kerusakan plastik
yang digunakan dan untuk mempertahankan suhu produk maka proses pengemasan harus
dilakukan dengan cepat dan higienis.
n. Pembekuan
Pengecekan suhu secara berkala untuk memastikan tidak terjadi kenaikan suhu produk.
o. Penimbangan akhir dan pemeriksaan akhir dengan pendeteksi logam
Pemeriksaan sensivitas mesin pendeteksi logam oleh QC pengawas yang diperiksa secara
berkala. Standar logam yang diperiksa pada produk tuna steak beku yaitu pada ferrous (fe)
yaitu < 2,5 mm dan stainless (sus) yaitu < 3,0 mm. Pada proses pengecekan akhir dengan
mesin pendeteksi logam diterapkan critical control point (ccp) untuk mewaspadai
ketidakakuratan mesin pendeteksi logam, sehingga perlu dikalibrasi setiap sejam sekali oleh
QC pengawas.
p. Pengepakan dan pelabelan
Kardus yang terbuat dari bahan yang tidak merusak produk dan sesuai dengan persyaratan
bahan pangan. Pengepakan dan pelabelan produk harus dilakukan secara cepat dan higienis
untuk mempertahankan suhu produk.
q. Penyimpanan dan penyusunan
0
Suhu ruangan penyimpanan dipertahankan dibawah -18 c. Pengecekan ruangan
penyimpanan dilakukan secara berkala oleh QC pengawas agar produk tetap dalam kondisi
beku hingga saat pendistribusian atau ekspor produk dilakukan. Pendistribusian atau ekspor
produk harus dilakukan dengan cepat dan hati-hati untuk mencegah produk dari kerusakan,
peningkatan suhu dan paparan sinar matahari langsung. Tahap pendistribusian ini harus
diterapkan sistem fifo atau first in, first out untuk mencegah kemunduran mutu dan kualitas
produk.
(Gambar 03. Produk Tuna Steak Beku) (Gambar 04. Olahan Makanan Tuna Steak Beku)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SKP diperlukan oleh produk tuna steak beku karena akan produk ini diekspor ke negara
lain diantaranya Amerika Serikat dan Eropa. Bentuk penanganan tuna steak beku yang cepat
dan higienis, membuat produk dapat bertahan lama dan dapat diekspor dengan waktu yang
cukup. Tuna steak beku yang baik dan memenuhi standar mutu ekspor, diperoleh dari faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu produk tersebut. Penerapan agar mutu baik harus dilakukan
sejak ikan tertangkap hingga sampai di konsumen.
Tahap produksi tuna steak beku yang dijaga dan diawasi oleh SKP dalam prosesnya,
yaitu penerimaan, penyiangan atau tanpa penyiangan, pencucian, pembuatan loin, pengulitan
dan perapihan, pembentukan steak, pembungkusan, penimbangan, pengepakan, pengemasan,
syarat penandaan, dan penyimpanan.
3.2 Saran
Produk tuna steak beku yang akan diekspor diharapkan dapat melalui proses produksi
dibawah panduan dan pemantauan SKP dengan baik dan benar. Tidak adanya pemalsuan data
hasil pemeriksaan ataupun produk yang dihasilkan tidak higienis dan tidak layak konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2020. Layanan Sertifikasi Kelayakan
Pengolahan. http://dkp.jabarprov.go.id/layanan-sertifikasi-kelayakan-pengolahan-skp/. (31
Maret 2020).
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2018. Persyaratan Pengajuan
Kelayakan Pengolahan. https://dkp.jatimprov.go.id/index.php/2018/03/07/persyaratan-
pengajuan-sertifikat-kelayakan-pengolahan-skp/. (31 Maret 2020).
Saragih, R.J. 2013. ”ANALISIS BAHAYA DAN TITIK KENDALI KRITIS PADA
PENANGANAN TUNA STEAK BEKU DI PT. GRAHA INSAN SEJAHTERA, MUARA BARU-
JAKARTA UTARA” FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN. UNIVERSITAS
PADJADJARAN. JATINANGOR.
Sary, W. dan Randi B. 2019. PENGOLAHAN TUNA (Thunnus sp.) STEAK BEKU DI PT.
BALINUSA WINDUMAS BENOA-BALI. Buletin JSJ., 1(2): 53-62.
Tan, V. 2018. Standar Pelayanan Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.
https://slideplayer.info/slide/12066359/. (31 Maret 2020).