Anda di halaman 1dari 10

PENGGUNAAN JENIS KERANG YANG BERBEDA PADA PENGOLAHAN

KERIPIK KERANG TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN


ABSTRAK
Lucia Dewi Indrayani Manurung1 , Erpiani Siregar 2, Abdan Syakura3

Pengolahan kerang di Tanjungbalai belum pernah dilakukan sebagai produk yang


bernilai ekonomis dan mempunyai daya simpan yang lama, seperti pengolahan keripik
kerang. Pengolahan yang inovatif sudah seharusnya dikembangkan dengan
mengaplikasikan ilmu dalam pengembangan dan pengelolaan potensi daerah yang
melimpah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pengolahan keripik kerang dari
berbagai jenis kerang yang ada di Tanjungbalai. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan tiga taraf perlakuan dan tiga kali ulanagan dengan Rangcangan acak
lengkap non factorial. Hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan A1 lebih disukai
konsumen dari segi rasa dan aroma, tapi dari tekstur, rupa tidak berbeda nyata.
Sedangkan hasil uji proksimat nilairata-rata kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar
abu, tidak menunjukkanperbedaan nyata, begitu juga dengan uji mikrobiologi yaitu uji
PDA jumlah bakteri masih batas aman.

Kata Kunci : Keripik Kerang, Jenis kerang yang berbeda

BAB I. PENDAHULUAN meningkatkan pendapatan masyarakat,


khususnya nelayan dan pelaku usaha
1.1. Latar Belakang perikanan. Salah satu peluang yang
dapat dikembangkan adalah dengan
Propinsi Sumatera utara dikenal memperluas atau mengembangkan
sebagai Provinsi yang kaya akan pemasaran hasil perikanan melalui
sumberdaya alam, diantaranya hasil diversifikasi dan fortifikasi produk yang
pertanian, hasil hutan, perikanan dan khusus menyajikan berbagai jenis
hasil laut lainnya. Khusus di sektor produk kerang-kerangan, mengingat
perikanan, Provinsi Sumatera Utara bahwa Sumatera utara merupakan salah
merupakan pengekspor ikan segar dan satu daerah penghasil Kerang terbesar
ikan olahan ke berbagai Negara di di Sumatera. Pada tahun 2000 tercatat
dunia. Namun disisi lain kemiskinan 1,06 ribu ton. Jenis kerang yang utama
dan kekurangan gizi (krisis pangan) adalah kerang bulu atau yellow clam
masih saja menjadi salah satu masalah (Anadara inflate), kerang hijau dan
yang memerlukan penanganan serius, kepah atau Baby Clam (Meririx-
mengingat masih besamya jumlah meririx).
penduduk miskin di Provinsi Sumatera Tanjungbalai merupakan salah satu
Utara. daerah penghasil kerang terbanyak di
Untuk mengatasi masalah ini, Sumatera Utara sehingga diberi sebutan
khususnya di sektor perikanan perlu sebagai kota kerang. Kota Tanjungbalai
dilakukan upaya untuk memanfaatkan berbatasan langsung dengan wilayah
potensi dan produksi perikanan perairan Asahan, sehingga kebanyakan
semaksimal mungkin agar bisa nelayan dari Tanjungbalai banyak
menangkap kerang maupun perikanan konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu
lainnya ke Asahan. Distribusi kerang di perlu dilakukan pengenalan diversifikasi
Tanjungbalai dipasarkan dalam bentuk produk kerang yang bernilai ekonomis
segar. Diperkirakan jumlah kerang- dan bisa menambah peluang usaha
kerangan yang ditangkap dan dengan menjadikan ciri khas daerah
distribusikan di Kota Tanjungbalai berupa oleh-oleh atau buah tangan.
sekitar 5 ton perharinya. Kerang-
kerangan ini biasanya dipasarkan ke 1.3. Tujuan
berbagai wilayah Indonesia. - Untuk mengetahui kualitas produk
Selama ini pengolahan kerang di keripik kerang dengan jenis kerang
Tanjungbalai belum pernah dilakukan yang berbeda.
sebagai produk yang bernilai ekonomis - Mengetahui tingkat kesukaan
dan mempunyai daya simpan yang konsumen terhadap keripik kerang
lama, seperti pengolahan keripik kerang. dengan jenis kerang yang berbeda.
Pengolahan yang inotif sudah
seharusnya dikembangkan sebagai 1.4. Hipotesis
generasi penerus bangsa yang bias H0 : Ada Pengaruh jenis kerang yang
mengaplikasikan ilmu dalam berbeda terhadap kualitas
pengembangan dan pengelolaan potensi keripik kerang
daerah yang melimpah. H1 : Tidak ada Pengaruh jenis kerang
Melalui diversifikasi produk olahan yang berbeda terhadap kualitas
berbasis kerang, diharapkan nantinya keripik kerang.
merupakan salah produk inovatif yang
sangat menguntungkan, namun tidak
semua produk yang dihasilkan bisa BAB III METODOLOGI
berkembang dengan baik. Hanya produk PENELITIAN
yang memiliki ciri khas tertentu, dengan
cita rasa yang baik (enak) yang mampu 3.1 Waktu dan Tempat
menarik pelanggan sebanyak mungkin Penelitian akan dilaksanakan
dan menjadi ciri khas oleh-oleh daerah pada april 2014 di Laboratorium
yang mampu bersaing di pasar domestic Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
dan pasar interternasional. Untuk itu Politeknik Tanjungbalai Sumatera Utara.
perlu dilakukan suatu penelitian
mengenai pengolahan keripik kerang 3.2 Bahan dan Alat
dari berbagai jenis kerang yang ada di Bahan-bahan yang digunakan
Tanjungbalai. dalam penelitian ada dua yaitu bahan
dan alat yang digunakan untuk
1.2. Perumusan Masalah pembuatan keripik kerang serta bahan
Tanjungbalai merupakan salah dan alat untuk uji analisis. Uji analisis
satu daerah penghasil kerang terbesar di yang dilakukan meliputi uji organoleptik
Sumatera Utara. Jenis kerang-kerangan dan uji proksimat.
di daerah ini memiliki spesies yang
beraneka ragam sehingga sangat
potensial untuk dikembangkan karena
kerang ini memiliki nilai gizi yang 3.2.1 Bahan
tinggi. Akan tetapi sejauh ini hanya Bahan yang digunakan dalam
dimanfaatkan sebagai makanan penelitian ini adalah tiga jenis kerang
yaitu kerang dara, kerang hijau dan dan tekstur dan analisa proksimat
bare, bawang putih, lada, garam dan meliputi kadar air, abu, protein dan
minyak goreng. Sedangkan. Bahan lemak.
untuk uji proksimat. Model matematis untuk
rancangan percobaan menurut Gaspersz
3.2.2 Alat (1994), adalah sebagai berikut :
Alat pengolahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah, pisau, Yij = µ + τi + eij
panci, kompor, oven, pengaduk, dan Dimana :
vacum frying serta peralatan analisis Yij : Nilai pengamatan dari
yang digunakan untuk uji proksimat. perlakuan ke-i dalam ulangan
ke-j
µ : Nilai tengah umum
3.3 Metode Penelitian τi : Pengaruh perlakuan ke-
Metode penelitian pembuatan i
keripik dengan penggunaan jenis eij : Pengaruh galat
kerang yang berbeda menggunakan percobaan dari perlakuan ke-i
metode eksperimen. Rancangan yang pada ulangan ke-j.
digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap non faktorial (Gaspersz, 1994) 3.4. Prosedur Penelitian
dengan tiga taraf perlakuan jenis kerang
3.4.1. Perlakuan Penelitian
yang berbeda yaitu keripik kerang dara
Kerang
KERANG yang digunakan dalam
( A1), keripik kerang hijau ( A2 ) dan PEREBUAN
pembuatan keripik kerang adalah 3
keripik kerang jenis bare ( A3).
perlakuan, yakni : keripik kerang dara
Perlakuan diulangan sebanyak 3 kali,
A1, keripik kerang hijau A2, dan
sehingga terdapat 9 unit percobaan.
PEMISAHAN DAGING DENGAN KULIT
keripik kerang jenis bare A3.
Parameter yang diamati adalah uji
kesukaan terhadap rupa, aroma, rasa,
PENGEPRESAN

PENCAMPURAN BUMBU KERIPIK (A1, A2, dan A3)

PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN OVEN


SELAMA 2 HARI DENGAN SUHU 60OC

PENDINGINAN

PENGORENGAN
3.4.2. Pembuatan Keripik Kerang Anonim, 2013)

VACUM FRYING

KERIPIK
Gambar 1. Skema pembuatan keripik kerang
2.5. Prosedur pengamatan porselen (c). Sampel tersebut
diarangkan di atas nyala pembakar.
Pengamatan mutu yang dilakukan 2. Sampel dalam cawan porselen
pada keripik kerang meliputi uji kesukaan, kemudian diabukan (b) dalam tanur
uji proksimat. listrik suhu maksimal 550oC sampai
pengabuan sempurna.
3.5.1 Uji Kesukaan
3. Sampel didinginkan dalam desikator,
Uji kesukaan untuk mengetahui dan ditimbang beratnya sampai
tingkat penerimaan konsumen dilakukan konstan. Berikut rumus :
dengan uji organoleptik atau sensoris pada
produk keripik kerang yang dihasilkan Kadar abu (%) = (b-c) x 100%
dengan parameter organoleptik seperti
rupa dan warna, tekstur, bau dan rasa A
menurut Rahayu (1998). Score sheet yang
3.5.4 Kadar protein, metode Kjehdahl
berskala 1-4 (Lampiran 1), dimana angka 4
(Sudarmadji et al., 1997)
adalah nilai kesukaan yang tertinggi dan
angka 1 sebagai nilai kesukaan yang 1. Sampel yang telah halus sebanyak 2
terendah. Dalam uji kesukaan ini gram (A) ditimbang lalu dimasukkan ke
digunakan panelis sebanyak 80 panelis dalam labu Kjehdahl. Kemudian
untuk diminta responnya terhadap rupa, ditambahkan 25 ml asam sulfat pekat
tekstur, bau dan rasa bekasem ikan bilih (H2SO4) dan 1 gram katalis (Cu
berdasarkan score sheet tersebut. kompleks).
2. Campuran ini didestruksi dalam lemari
asam sampai berwarna hijau atau bening,
3.5.2 Kadar air (Sudarmadji et al., 1997). kemudian didinginkan selama 2 jam.
3. Larutan diencerkan di dalam labu ukur
1. Cawan porselin yang sudah bersih 100 ml dengan aquades. Larutan sampel
dikeringkan dalam oven selama satu dipipet sebanyak 25 ml ke dalam labu
jam pada suhu 110°C. Kjehdahl kemudian ditambahkan 5-7
2. Kemudian didinginkan tetes indikator pp dan NaOH 50%
dalam desikator selama 30 menit dan sampai terbentuk larutan berwarna
ditimbang (A gram). merah muda.
3. Diambil kurang lebih 3 gram sampel 4. Erlenmeyer diisi dengan asam boraks
dimasukan dalam cawan porselin, (H2BO3) 2% sebanyak 25 ml dan
kemudian ditimbang (B gram) dan ditambahkan 6 tetes indikator campuran
dipanaskan dalam oven pada suhu (metilen merah biru) hingga berwarna
110°C selama 3-5 jam. ungu, tampung dan diikat dengan asam
4. Kemudian cawan didinginkan dalam boraks (H2BO3) sampai terbentuk larutan
desikator dan ditimbang, penimbangan hijau. Kemudian dilakukan destilasi ± 30
cawan ini dilakukan beberapa kali menit.
sampai beratnya tetap (C gram). 5. Hasil destilasi pada erlemeyer tadi
Kadar air dihitung dalam persen dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai
dengan rumus: larutan berwarna biru. Kadar protein
Kadar air (%) = dapat dihitung dengan rumus:
(B  C)
X 100% Kadar protein =
( B  A)
Pxml HCL xN HClxBANitrogenxFprotein
x100%
1000 Xberat sampel ( gr )
3.5.3 Analisa kadar abu (AOAC, 1995)
1. Sebanyak 2-3 gr sampel (a) ditimbang
dan dimasukkan ke dalam cawan
Dimana :BA Nitrogen = 14,007 BAB IV
F Protein = 6,25 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
3.5.5 Analisa kadar lemak (Sudarmadji 4.1.1 Penerimaan Konsumen
et al., 1997)
4.1.1.1 Rupa
Prosedur analisa kadar lemak dilakukan
sebagai berikut : Hasil pengamatan rupa yang dilakukan oleh
1. Diambil labu penyaring yang 80 panelis tidak terlatih terhadap Keripik
ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi kerang dengan jenis kerang yang berbeda
sokhlet yang digunakan, dikeringkan pada perlakuan A1, A2, dan A3dapat dilihat
dalam oven selama 1 jam dengan suhu pada tabel berikut
1050C, kemudian ditimbang ukuran
beratnya (A g). Tabel 1. Nilai rata-rata rupa bubuk
2. Timbang sampel (X g) sebanyak 5 g lalu Keripik kerang limbah kulit
dibungkus dengan kertas saring dan udang dengan formulasi bumbu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang yang berbeda
disiapkan, kemudian pasang alat
kondensor di atasnya, sedangkan lemak Perlakuan
di bawahnya. Ulangan A1 A2 A3
3. Pelarut kloroform dituangkan ke dalam 3,12
labu lemak dengan ukuran sokhlet yang 1 5 3,125 3,125
digunakan 125 ml. 3,13
4. Dilakukan refluks selama 5 jam. 2 8 3,088 3,113
3,12
5. Pelarut di dalam lemak didestilasi, lalu
3 5 3,100 3,113
ditampung pelarutnya, kemudian hasil
9,38
ekstraksi dipanaskan dalam oven dengan Total 8 9,313 9,350
suhu 1050C selama 60 menit. Setelah itu 3,12
didinginkan selama 30 menit, kemudian Rata-rata 9 3,104 3,117
timbang labu beserta lemaknya (B g), Keterangan : A1 (Kerang dara); A2 (Kerang lentera);
dengan perhitungan : A3 (Kerang Hijau)
Kadar lemak =
  Dari Tabel 5, dapat diketahui bahwa
x100%
 rupa pada perlakuan A1 mempunyai nilai
rata-rata 3,129, A2 dengan nilai rata-rata
3,104, dan A3 dengan nilai rata-rata 3,117.
3.6. Analisis Data Hasil dari analisis ragam dapat dijelaskan
Data yang diperoleh dari hasil bahwa rupa perlakuan Keripik kerang
penelitian terlebih dahulu dilakukan uji dengan kerang yang berbeda bahwa F.
normalitas, apabila sebaran data normal Hitung (0,00) < F. Tabel (1,386) pada
maka analisis dilanjutkan dengan analisis tingkat kepercayaan 95%.
varians (Anava) dengan Rancangan Acak
Lengkap yang dilakukan untuk 4.1.1.2 Tekstur
menentukan apakah hipotesis diterima atau Hasil pengamatan tekstur yang dilakukan
ditolak. Berdasarkan hasil analisis varians, oleh 80 panelis tidak terlatih terhadap
jika diperoleh Fhitung lebih dari Ftabel pada Keripik kerang dengan jenis kerang yang
tingkat kepercayaan 95%, maka hipotesis berbeda pada perlakuan A1, A2, dan
ditolak dan sebaliknya. Apabila hipotesis
ditolak maka dilanjutkan dengan uji
Duncan.
Tabel 2. Nilai rata-rata tekstur Keripik Dari Tabel 7, dapat diketahui bahwa
kerang limbah dengan jenis tekstur Keripik kerang dengan jenis kerang
kerang yang berbeda. yang berbeda pada perlakuan A1
mempunyai nilai rata-rata 3,292, A2 dengan
Perlakuan nilai rata-rata 3,275, dan A3 dengan nilai
Ulangan A1 A2 A3 rata-rata 3,296. Hasil dari analisis ragam
dapat dijelaskan bahwa rupa perlakuan
1 3,1375 3,1125 3,125
Keripik kerang dengan jenis kerang yang
2 3,125 3,125 3,1375 berbeda bahwa F. Hitung (0,00) < F. Tabel
3 3,1625 3,1 3,125 (5,94) pada tingkat kepercayaan 95%.
Total 9,425 9,3375 9,3875 4.1.1.4. Rasa
Rata-rata 3,14 3,11 3,13
Keterangan : A1 (Kerang Dara; A2 (Kerang Hasil pengamatan rasa yang dilakukan oleh
Lentera); A3 (kerang Hijau) 80 panelis tidak terlatih terhadap Keripik
kerang dengan jenis kerang yang berbeda
Dari Tabel 7, dapat diketahui bahwa pada perlakuan A1, A2, dan A3.
tekstur Keripik kerang pada perlakuan A1
mempunyai nilai rata-rata 3,14, A2 dengan Tabel 4. Nilai rata-rata rasa Keripik kerang
nilai rata-rata 3,11, dan A3 dengan nilai dengan jenis kerang yang
rata-rata 3,13. Hasil dari analisis variansi berbeda:
dapat dijelaskan bahwa rupa perlakuan
Keripik kerang dengan jenis kerang yang Perlakuan
berbeda bahwa F. Hitung (0,00) < F. Tabel Ulangan A1 A2 A3
(1,49) pada tingkat kepercayaan 95%. 1 3,87 3 2,2
4.1.1.3 Aroma 2 3,88 2,9 2,25
3 3,9 2,9 2,25
Penilaian bau didasarkan pada Total 11,662 8,9375 6,712
indera pembau yang terdapat dalam
Rata-rata 3,89 2,98 2,24
sepanjang rongga hidung. Enak atau Keterangan : A1 Kerang dara); A2 (Kerang Lentera);
tidaknya makanan ditentukan dari baunya. A3 (Kerang Hijau)
Hasil pengamatan tekstur yang dilakukan
oleh 80 panelis tidak terlatih terhadap Dari Tabel 11, dapat diketahui
Keripik kerang dengan jenis kerang yang bahwa rasa Keripik kerang pada perlakuan
berbeda pada perlakuan A1, A2, dan A3 A1 mempunyai nilai rata-rata 3,89, A2
dengan nilai rata-rata 2,98, dan A3 dengan
Tabel 3. Nilai rata-rata aroma Keripik nilai rata-rata 2,24. Hasil dari analisis
kerang dengan jenis kerang yang variansi dapat dijelaskan bahwa rupa
berbeda perlakuan Keripik kerang dengan jenis
kerang yang berbeda bahwa F. Hitung
Perlakuan (0,045) < F. Tabel (6,40) pada tingkat
Ulangan A1 A2 A3 kepercayaan 95%.
1 3,338 3,288 3,300
2 3,275 3,288 3,300
4.2.1 Analisa Proksimat
3 3,263 3,250 3,288
Total 9,875 9,825 9,888
Rata-rata 3,292 3,275 3,296
Keterangan : A1 (Kerang Dara); A2 (Kerang
Lentera); A3 (Kerang Hijau)
semakin bertambah dalam bentuk
nitrogen (protein kasar) seperti yang
terjadi pada saat perebusan.
Rata-rata kadar lemak keripik
kerang dengan jenis kerang yang
berbeda adalah 4,37%-6,14%.
Pemanasan dengan pengovenan
menyebabkan kadar air berkurang
sehingga kadar lemak meningkat.
Jenis kerang juga mempengaruhi
kadar lemak keripik kerang. Hal ini
disebabkan bahan baku sudah
mengandung lemak. Rata-rata kadar
Grafik 1. Hasil Pengujian Proksimat Dari abu keripik kerang berkisar antara
Berbagai Jenis Kerang 4,33%-6,78%. Analisis ragam
menunjukkan antar perlakuan
Berdasarkan grafik diatas
berbeda nyata. Hal ini dapat
diketahui rata-rata kadar air keripik
diartikan bahwa jenis kerang
kerang dengan jenis kerang yang
berpengaruh terhadap kadar abu
berbeda berkisar antara 6,19%-
keripik kerang.
6,72%, sedangkan rata-rata protein
keripik kerang dengan jenis kerang Hasil analisa nilai rata-rata
yang berbeda dapat dilihat nilai kadar karbohidrat menunjukkan jenis
rata-rata kadar protein keripik kerang kerang memberikan pengaruh nyata
yaitu 12,54%-14,44%. Tingginya terhadap nilai karbohidrat. Kisaran
rata- rata kadar protein keripik rata-rata karbohidrat keripik kerang
kerang karena bahan baku adalah 16, 40 %-19,83%. Hal ini
mengandung protein tinggi. disebabkan karena jenis kerang pada
Sedangkan menurut Girindra (1986) bahan baku yang digunakan
suatu bahan pangan yang mengalami mengandung karbohidrat yang
denaturasi maka nilai nutrisi berbeda.
protein tidak hilang, bahkan
Dicki, 2012.
http://dicki25.blogspot.com/2012/11/s
DAFTAR PUSTAKA istem-pengeringan-pangan.html
diakses tanggal 10 Desember 2013.
Adawyah, R., 2007. Pengolahan dan
Pukul 20: 08 Wib.
Pengawetan Ikan. Penerbit PT.
Bumi Aksara. Jakarta. 159 hal. Dian, msp. http://dian-
msp.blogspot.com/2012_06_01_archi
Anonim, 2013., http://www.x3-
ve.html diakses tanggal 10 Desember
prima.com/2011/12/kerang-hijau.html
2013. Pukul 19: 08 Wib.
diakses tanggal 10 Desember 2013.
Pukul 21: 08 AM. Gaspersz, V. 1994. Metode Rancangan
Percobaan. Penerbit CV. Armico.
Boga,. Budi 2012.
Bandung. 472 halaman.
http://budiboga.blogspot.com/2006/05
/mengenal-aneka-jenis-dan-kegunaan- Hadiwiyoto, S., 1993. Teknologi
lada.html diakses tanggal 10 Pengolahan Hasil Perikanan Jilid I.
Desember 2013. Pukul 20: 08 AM. Yogyakarta : Liberty. 275 hal
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Meirawan, Doni. 2001. Analisa Struktur
Tumbuhan Tingkat Tinggi, a.b. Biaya dan Pendapatan Usahatani
Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung. Bawang Merah (Studi Kasus di
hal 132-136. Desa Banaran Kec. Bumiaji Kotatif
Batu
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhandi, Malang).http://digilib.itb.ac.id/gdl.p
1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan hp?
Makanan dan Pertanian. Liberty. mod=browse&op=read&id=jiptum
Yogyakarta. 160 hal. m-gdl-s1-2001 doni-5851-
usahatani&q=Kerja. Diakses pada
Rahayu, W.P.S., J. Maa’moen, Sulianti dan tanggal 10 oktober 2013.
S. Fardiaz. 1992. Teknik
Fermentasi. Departemen Pendidikan Moeljanto. 1992. Pengawetan dan
dan Kebudayaan. Pendidikan Tinggi Pengolahan Hasil Perikanan.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Penerbit PT Penebar Swadaya,
Gizi. IPB. Bogor. 140 hal. Jakarta. 254 hal.
Rismunandar. 1998. Membudidayakan Winarno, F.G., dan Sri Laksmi, J., 1997.
Lima Jenis Bawang. Sinar Baru. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Bandung. 116 hal. Pencegahannya. Jakarta : Ghalia
Indonesia. 148 hal.

Anda mungkin juga menyukai