I. PENDAHULUAN
Pakan merupakan unsur penting dalam budi daya ikan lele dumbo. Oleh
karena itu, pakan yang diberikan memenuhi standar nutrisi (gizi) bagi ikan lele
dumbo agar kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhan cepat. Pakan yang
baik memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Pemberianpakan yang nilai nutrisinya kurang baik dapat
menurunkan kelangsungan hidup ikan lele dumbo dan pertumbuhannya lambat
(kerdil), bahkan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
gizi (malnutrition) (Cahyono, 2001).
Cara ikan mengambil makanan dari alam lingkungan sangat bervariasi yaitu
tergantung pada ukuran, umur ikan, spesies ikan dan sipat ikannya. Dalam upaya
mendapatkan dan memakan makanannya sangat dipengaruhi oleh posisi
keberadaan mangsa yang akan dimakan, aktivitas gerak dari mangsa, bentuk
makanan, ukuran makanan dan warna dari makanan yang akan dimakan (Ridwan
et al., 2006).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pergerakan sirip pada
ikan dan mengetahui sistem pencernaan dan waktu yang dibutuhkan untuk
memperoses pencernaan yang terdapat pada ikan.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluridae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) memiliki kulit yang licin, berlendir dan
tidak bersisik sama sekali. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis
berubah menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut ikan lele dumbo relatif
lebar yaitu seperempat dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari
ikan lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang
berfungsi sebagai alat peraba. Kumis berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak
atau mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002).
Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan
yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga merupakan
batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet
tidak berupa tepung, tidak berupa butiran dan tidak pula berupa larutan
(Setyono,2012). Pelet dikenal sebagai bentuk massa daribahan pakan yang
4
2.4 Tubifex
Cacing sutera (Tubifex sp) merupakan salah satu jenis pakan alami yang
sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki permintaan pasar yang
tinggi, khusnya permintaan dari para pelaku pembudidaya ikan karena cacing
sutera mengandung nutrisi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan larva ikan. Pada
umumnya cacing sutera ditemukan di daerah tropis dengan kondisi perairan
berlumpur dan mengandung bahan organik, dimana bahan organik yang telah
terurai dan mengendap didasar perairan merupakan makanan utama dari cacing
sutera tersebut. Cacing sutera memiliki warna tubuh dominan kemerah-merahan,
dengan ukuran tubuh yang ramping, halus dan memiliki panjang 1-2 cm. Menurut
Dinda suryadin et al., 2017 dalam Lastris (2020) cacing sutra tidak memiliki
insang sehingga sistem pernapasannya terjadi pada permukaan tubuh yang banyak
mengandung pembuluh darah.
5
Tabel 1. Bahan
No. Bahan Kegunaan
1. Pelet Sebagai pakan bahan objek
2. Tubifex Sebagai pakan ikan bahan objek
3. air -
4. Ikan Lele (Clarias sp.) Sebagai objek praktikum
Tabel 2. Alat
No. Alat Kegunaan
1. Buku Pedoman Sebagai panduan praktikum
2. Nampan Sebagai tempat ikan
3. Kamera Untuk dokumentasi
4. Alat tulis Untuk mencatat
5. Tisu gulung Untuk lap alat praktikum
6. Gunting bedah Untuk bedah ikan
7. Toples Sebagai wadah bahan objek
isi dengan volume air yang sama. Masing-masing toples masukkan 3 ekor ikan
nila. Pada toples A masukkan pakan berupa pelet, sedangkan pada toples B
masukkan makanan berupa tubifek (cacing sutra). Setelah 5 menit bedah perut
pencernaanya. Amati dan catat jenis makanan yang terdapat dalam saluran
pencernaan, apakah masih utuh, ½ utuh atau sudah hancur. Berapa banyak
makanan yang dimakan. Ukur bukaan mulut ikan dan ukur panjang saluran
pencernaan ikan.
7
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
atas ikan bergerak menggunakan sirip dorsal, sirip pectoral, sirip anal, sirip
ventral dan sirip caudal. Pada saat bergerak ke bawah ikan menggunakan sirip
dorsal, sirip anal, sirip pectoral dan sirip caudal. Pada saat bergerak ke kiri ikan
menggunakan sirip dorsal, sirip pectoral, sirip anal, dan sirip caudal. Pada saat
bergerak ke kanan ikan menggunakan sirip dorsal, sirip pectoral, sirip anal, dan
sirip caudal. Pada saat berbelok ikan menggunakan sirip pectoral, sirip anal, sirip
dorsal dan sirip caudal. Pada saat maju ikan menggunakan sirip pectoral, sirip
anal, sirip dorsal dan sirip caudal. Pada saat mundur menggunakan sirip dorsal,
sirip pectoral, dan sirip caudal serta pada saat diam ikan menggunakan sirip
vertral saja.
9
Laju menghancurkan makanan berupa pellet pada ikan lele dalam waktu
10 menit ditemukan kondisi makanan masih utuh di dalam lambung, dalam waktu
20 menit ditemukan kondisi makanan 1/2 hancur di dalam lambung dan dalam
Pada makanan berupa tubifex pada ikan lele dalam waktu 10 menit
ditemukan kondisi makanan masih utuh di dalam lambung, dalam waktu 20 menit
ditemukan kondisi makanan masih utuh di dalam lambung dan dalam waktu 30
30 menit agar dapat hancur jika dibanding pakan alami (tubifex) yang dalam
5.1. Kesimpulan
Bedasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka pada toples pakan
pellet 10 menit pertama ikan merespon pakan, pada lambung ikan masih utuh.
Pada 20 menit pakan pellet ½ hancur dan 30 menit kemudian lambung tidak
berisi.
Pada toples pakan tubifex 10 menit pertama pakan masih utuh. Pada 20 menit
pakan dilambung masih utuh dan 30 menit kemudian pakan tubifex ½ hancur.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan adalah ukuran ikan yang digunakan lebih
besar sehingga para praktikan lebih mudah untuk mengamati lambung pada ikan
yang disediakan. Dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ukuran ikan
yang berikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, Y., Darusman, LK, Satrija, F., & Handaryani, E. (2006). Kandungan
kimia berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Benth) dan efek
anthelmintiknya terhadap cacing pita pada ayam. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia , 11 (2), 1-6.
Rudi. 2013. Pengertian Hewan Air. http://coretcoretkurangkerjaan.blogspot.
com/2013/03/pengertian-hewan-air. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014
pukul 19.30 WIB.
Widiyanto, W., Soejono, M., Bachrudin, Z., & Hartadi, H. (2005). Suplementasi
Minyak Biji Kapok Terproteksi Dalam Ransum Ternak Domba Untuk
Meningkatkan Produktivitas Daging Rendah Kolesterol Kaya Asam
Lemak Omega 6.
Windarti et al. 2017. Buku penuntun praktikum fisiologi hewan air. Laboratorium
biologi perairan, fakultas perikanan dan ilmu kelautan, unri press.
Pekanbaru