Anda di halaman 1dari 11

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung
dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber sel tunggal maupun ber sel
banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi
intercellular, baik energetik maupun metabolik. (Windarti et al., 2017). Salah satu
organisme yang sering dipelajari dalam ilmu fisiologi adalah ikan.
Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di
air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum Chordata dengan karakteristik
memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air dan
sirip digunakan untuk berenang.
Hewan air adalah makhluk hidup yang habitatnya di perairan dan tidak dapat
memanfaatkan secara langsung zat – zat anorganik (organisme heterotrof) tetapi
mereka dapat mendapatkan makanannya dari mikroba, tumbuhan atau hewan
lainnya. Pada umumnya hewan air melakukan pergerakan untuk mencari makanan
(Yuwono, 2001)
Sirip adalah organ tubuh ikan yang berfungsi sebagai pendorong dan
pengerem, pengemudi, serta penyeimbang tubuh. Fungsi umum sirip adalah untuk
membantu ikan berenang, walaupun kadang digunakan juga untuk meluncur atau
merangkak, seperti pada ikan terbang dan ikan kodok. Ada dua tipe sirip, yakni
sirip yang berpasangan dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip
perut dan sirip dada; sedangkan sirip tunggal terdiri dari sirip punggung, ekor dan
anus (Windarti et al., 2017)
Sirip ikan terdiri atas lima macam menurut letaknya, yakni sirip dorsal (sirip
yang terletak di punggung) , sirip kaudal (sirip yang terletak di bagian belakang),
sirip anal (sirip yang terletak di belakang dubur), sirip ventral (sirip yang ada di
sekitar perut), dan sirip pektoral (sirip yang terletak di bagian belakang
kepala/insang). Sirip ventral dan sirip dorsal jumlahnya sepasang sedangkan yang
lain hanya sebuah.
2

Pakan merupakan unsur penting dalam budi daya ikan lele dumbo. Oleh
karena itu, pakan yang diberikan memenuhi standar nutrisi (gizi) bagi ikan lele
dumbo agar kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhan cepat. Pakan yang
baik memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Pemberianpakan yang nilai nutrisinya kurang baik dapat
menurunkan kelangsungan hidup ikan lele dumbo dan pertumbuhannya lambat
(kerdil), bahkan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
gizi (malnutrition) (Cahyono, 2001).
Cara ikan mengambil makanan dari alam lingkungan sangat bervariasi yaitu
tergantung pada ukuran, umur ikan, spesies ikan dan sipat ikannya. Dalam upaya
mendapatkan dan memakan makanannya sangat dipengaruhi oleh posisi
keberadaan mangsa yang akan dimakan, aktivitas gerak dari mangsa, bentuk
makanan, ukuran makanan dan warna dari makanan yang akan dimakan (Ridwan
et al., 2006).
1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pergerakan sirip pada
ikan dan mengetahui sistem pencernaan dan waktu yang dibutuhkan untuk
memperoses pencernaan yang terdapat pada ikan.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dilakukannya praktikum ini agar praktikan mampu menjelaskan


fungsi dari masing-masing sirip pada ikan lele saat bergerak, cara ikan mengambil
makanan dan laju menghancurkan makanan di dalam lambung.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

Menurut Ghufron dan Kordi (2010), Klasifikasi ikan lele dumbo


(Clariasgariepinus) yaitu sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluridae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

2.2 Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) memiliki kulit yang licin, berlendir dan
tidak bersisik sama sekali. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis
berubah menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut ikan lele dumbo relatif
lebar yaitu seperempat dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari
ikan lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang
berfungsi sebagai alat peraba. Kumis berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak
atau mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002).

2.3 Pelet Ikan

Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan
yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga merupakan
batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet
tidak berupa tepung, tidak berupa butiran dan tidak pula berupa larutan
(Setyono,2012). Pelet dikenal sebagai bentuk massa daribahan pakan yang
4

dipadatkan sedemikianrupa dengan cara menekan melalui lubangcetakan secara


mekanis.Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkandensitas pakan sehingga
mengurangitempat penyimpanan, menekan biayatransportasi, dan memudahkan
aplikasidalam penyajian pakan(Hartadi et al., 2005).

2.4 Tubifex

Cacing sutera (Tubifex sp) merupakan salah satu jenis pakan alami yang
sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki permintaan pasar yang
tinggi, khusnya permintaan dari para pelaku pembudidaya ikan karena cacing
sutera mengandung nutrisi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan larva ikan. Pada
umumnya cacing sutera ditemukan di daerah tropis dengan kondisi perairan
berlumpur dan mengandung bahan organik, dimana bahan organik yang telah
terurai dan mengendap didasar perairan merupakan makanan utama dari cacing
sutera tersebut. Cacing sutera memiliki warna tubuh dominan kemerah-merahan,
dengan ukuran tubuh yang ramping, halus dan memiliki panjang 1-2 cm. Menurut
Dinda suryadin et al., 2017 dalam Lastris (2020) cacing sutra tidak memiliki
insang sehingga sistem pernapasannya terjadi pada permukaan tubuh yang banyak
mengandung pembuluh darah.
5

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul “Pengamatan Pergerakan Sirip-


Sirip Ikan Dan Mekanisme Ikan Mengambil Makanan Dan Laju Penghancur
Makanan Di Dalam Lambung” ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Mei
2023 pukul 08.00-10.00 WIB yang dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Alat dan Praktikum

Tabel 1. Bahan
No. Bahan Kegunaan
1. Pelet Sebagai pakan bahan objek
2. Tubifex Sebagai pakan ikan bahan objek
3. air -
4. Ikan Lele (Clarias sp.) Sebagai objek praktikum

Tabel 2. Alat
No. Alat Kegunaan
1. Buku Pedoman Sebagai panduan praktikum
2. Nampan Sebagai tempat ikan
3. Kamera Untuk dokumentasi
4. Alat tulis Untuk mencatat
5. Tisu gulung Untuk lap alat praktikum
6. Gunting bedah Untuk bedah ikan
7. Toples Sebagai wadah bahan objek

3.3. Metode Praktikum


Metode praktikum yang digunakan adalah metode pengamatan secara
langsung yaitu dengan mengamati pergerakan sirip-sirip ikan, mekanisme ikan
mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan di dalam lambung.

3.4. Prosedur Praktikum


3.4.1. Pengamatan Pergerakan Sirip Sirip Ikan
Sediakan toples berukuran besar yang diberi label kontrol isi dengan
volume air yang sama. Pada toples kontrol masukkan 10 ekor ikan nila,
6

perhatikanlah pergerakan masing- masing sirip mulai dari sirip punggung,


dada, ekor, perut, dan anus. Perhatikanlah sirip mana yang digunakan untuk
bergerak maju, mundur, kekiri, kekanan, atas, bawah, dan berbelok.
3.4.2. Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju Menghancurkan

Makanan di Dalam Lambung

Sediakan 2 toples berukuran besar yang diberi label A dan B, kemudian

isi dengan volume air yang sama. Masing-masing toples masukkan 3 ekor ikan

nila. Pada toples A masukkan pakan berupa pelet, sedangkan pada toples B

masukkan makanan berupa tubifek (cacing sutra). Setelah 5 menit bedah perut

ikan tersebut, begitu juga 10 menit dan 15 menit. Keluarkan saluran

pencernaanya. Amati dan catat jenis makanan yang terdapat dalam saluran

pencernaan, apakah masih utuh, ½ utuh atau sudah hancur. Berapa banyak

makanan yang dimakan. Ukur bukaan mulut ikan dan ukur panjang saluran

pencernaan ikan.
7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

4.1.1 Pengamatan Sirip-Sirip Ikan Lele Dumbo

Tabel 3. Pengamatan Pergerakan Sirip Ikan Lele (Kontrol)


Dorsal Pectoral Ventral Anal Caudal
Ke atas    
Ke bawah  
Berbelok   
Diam 

Tabel 4. Pengamatan Pergerakan Sirip Ikan Lele (Tubifex)


Dorsal Pectoral Ventral Anal Caudal
Ke atas   
Ke bawah  
Berbelok  
Diam  

Tabel 5. Pengamatan Pergerakan Sirip Ikan Lele ( pellet )


Dorsal Pectoral Ventral Anal Caudal
Ke atas   
Ke bawah     
Berbelok   
Diam 
8

4.1.2 Laju Menghancurkan Makanan di Dalam Lambung.

Pengamatan laju menghancurkan makanan di dalam lambung didapatkan


hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Laju Menghancurkan Makanan Pada Lambung Ikan
Kondisi Makanan TL&SL
Kontrol - 5,8 cm/ 5,2 cm
Tubifex
10 menit Utuh 7,5 cm/6,5 cm
20 Menit Utuh 7 cm/6 cm
30 meneit ½ hancur 5,8cm/5 cm
Pellet
10 Menit Untuh 7,1 cm/6,3 cm
20 Menit ½ Hancur 5,9 cm/5,1 cm
30 Menit Lambung kosong 5,9 cm/5 cm

4.2. Pembahasan

Pada pengamatan pergerakan sirip-sirip ikan sebelum diberi makan, saat ke

atas ikan bergerak menggunakan sirip dorsal, sirip pectoral, sirip anal, sirip

ventral dan sirip caudal. Pada saat bergerak ke bawah ikan menggunakan sirip

dorsal, sirip anal, sirip pectoral dan sirip caudal. Pada saat bergerak ke kiri ikan

menggunakan sirip dorsal, sirip pectoral, sirip anal, dan sirip caudal. Pada saat

bergerak ke kanan ikan menggunakan sirip dorsal, sirip pectoral, sirip anal, dan

sirip caudal. Pada saat berbelok ikan menggunakan sirip pectoral, sirip anal, sirip

dorsal dan sirip caudal. Pada saat maju ikan menggunakan sirip pectoral, sirip

anal, sirip dorsal dan sirip caudal. Pada saat mundur menggunakan sirip dorsal,

sirip pectoral, dan sirip caudal serta pada saat diam ikan menggunakan sirip

vertral saja.
9

Laju menghancurkan makanan berupa pellet pada ikan lele dalam waktu

10 menit ditemukan kondisi makanan masih utuh di dalam lambung, dalam waktu

20 menit ditemukan kondisi makanan 1/2 hancur di dalam lambung dan dalam

waktu 30 menit ditemukan kondisi lambung kosong.

Pada makanan berupa tubifex pada ikan lele dalam waktu 10 menit

ditemukan kondisi makanan masih utuh di dalam lambung, dalam waktu 20 menit

ditemukan kondisi makanan masih utuh di dalam lambung dan dalam waktu 30

menit ditemukan kondisi makanan 1/2 hancur di dalam lambung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pakan buatan (pellet) membutuhkan waktu

30 menit agar dapat hancur jika dibanding pakan alami (tubifex) yang dalam

waktu yang relatif lama hancur didalam lambung.


10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bedasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka pada toples pakan
pellet 10 menit pertama ikan merespon pakan, pada lambung ikan masih utuh.
Pada 20 menit pakan pellet ½ hancur dan 30 menit kemudian lambung tidak
berisi.

Pada toples pakan tubifex 10 menit pertama pakan masih utuh. Pada 20 menit
pakan dilambung masih utuh dan 30 menit kemudian pakan tubifex ½ hancur.

5.2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah ukuran ikan yang digunakan lebih
besar sehingga para praktikan lebih mudah untuk mengamati lambung pada ikan
yang disediakan. Dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ukuran ikan
yang berikan.
11

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K., & Khairuman, S. P. (2002). Budidaya Lele Dumbo Secara


Intensif. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Christiyanto, M., Soejono, M., Hartadi, H., & Widyobroto, B. P. (2005).
Konsumsi dan kecernaan nutrien ransum yang berbeda prekursor protein-
energi dengan pakan basal rumput raja pada sapi perah.
Dinda Suryadin et all., 2017 dalam Latris 2020. cacing sutra tidak memiliki
insang sehingga sistem pernapasannya terjadi pada permukaan tubuh
yang banyak mengandung pembuluh darah.
Muslim, K., Wahyuningsih, S., & Setyono, B. D. H. (2012). Pengaruh Jenis
Substrat Penempel Telur Terhadap Tingkat Keberhasilan Pemijahan Ikan
Komet (Carassius auratus). Jurnal Perikanan Unram, 1(1), 79-83.

Ridwan, Y., Darusman, LK, Satrija, F., & Handaryani, E. (2006). Kandungan
kimia berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Benth) dan efek
anthelmintiknya terhadap cacing pita pada ayam. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia , 11 (2), 1-6.
Rudi. 2013. Pengertian Hewan Air. http://coretcoretkurangkerjaan.blogspot.
com/2013/03/pengertian-hewan-air. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014
pukul 19.30 WIB.
Widiyanto, W., Soejono, M., Bachrudin, Z., & Hartadi, H. (2005). Suplementasi
Minyak Biji Kapok Terproteksi Dalam Ransum Ternak Domba Untuk
Meningkatkan Produktivitas Daging Rendah Kolesterol Kaya Asam
Lemak Omega 6.
Windarti et al. 2017. Buku penuntun praktikum fisiologi hewan air. Laboratorium
biologi perairan, fakultas perikanan dan ilmu kelautan, unri press.
Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai